• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDEOLOGI DALAM KONTEKS KOMUNIKASI POLITI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDEOLOGI DALAM KONTEKS KOMUNIKASI POLITI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IDEOLOGI DALAM KONTEKS KOMUNIKASI POLITIK

(KAJIAN SEMIOTIK TERHADAP IKLAN NASIONAL

DEMOKRAT VERSI

“HIMNE”)

Fellicia Eveline Hasang*/Shidarta**/G.Genep Sukendro*** email : my_chubby_monkey@yahoo.com

ABSTRACT: This study discusses the Democratic National advertising version of "Hymn" which was launched by the national community organization. Democratic National is community organizations that want to realize a "Restoration in Indonesia" to all areas of life, whether political, economic, social, and cultural. In plain view, when looking at the Democratic National advertising version of "Hymn" is not a lot of politics in terms of display impressions and words in his ads. This is because politics is abstract, but it can be seen from the symbols used in the ad. Therefore, the authors use Roland Barthes's semiotics to reveal the myth of political communication or anything that is actually contained in images and words in the ad. Thus, it can be seen that there is a political purpose to be conveyed by the National Democrats to all Indonesian people through these ads.

Key words: Advertising, Political Ideology, Semiotics Roland Barthes, Symbol, Myth.

Pendahuluan

eriklanan pada saat ini sedang berada di puncak kejayaan, ditandai dengan iklan-iklan yang semakin banyak dan semakin berkembang di berbagai media yang ada pada saat ini. Iklan-iklan yang ada semakin kreatif dan berbobot sehingga berhasil mempengaruhi pikiran masyarakat untuk membeli dan mengkonsumsi produk atau jasa yang diiklankan tersebut.

Salah satunya adalah iklan organisasi masyarakat (Ormas) Nasional Demokrat yang sekarang sedang memperlihatkan eksistensinya di stasiun Metro TV. Ormas Nasional Demokrat atau Nasdem dibentuk pada tahun 2010 dan dipimpin oleh Surya Paloh, yang juga memimpin stasiun televisi di Indonesia yaitu Metro TV. Oleh karena kesamaan kepemilikan inilah, iklan Nasional Demokrat tidak pernah keluar dari stasiun Metro TV.

Iklan Nasional Demokrat selalu berada di dalam stasiun Metro TV, salah satunya adalah iklan televisi Nasional Demokrat versi “Himne” yang di tayangkan pada tahun 2010. Dalam iklan Nasional Demokrat ini menggambarkan negara Indonesia yang indah dan mempesona dengan memperlihatkan daerah-daerah di Indonesia, kebudayaan yang dimiliki, dan masyarakat yang bahagia. Nasional

*Fellicia Eveline Hasangadalah alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitras Tarumanagara Jakarta. Tulisan ini dibuat dari pengembangan skripsi penulis.

**Shidarta adalah dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara, Jakarta. ***

(2)

Demokrat dalam iklan ini juga memperlihatkan bahwa ormas tersebut ingin menyejahterakan masyarakat Indonesia bersama dengan generasi-generasi muda bangsa.

Dalam arti yang lebih luas, “kata-kata” politik menjangkau

melewati ungkapan yang dikatakan atau dituliskan, kepada gambar, lukisan, foto, film (kata orang, gambar sama nilainya dengan seribu kata); dan kepada gerak tubuh, ekspresi wajah, dan segala cara bertindak (menurut peribahasa, tindakan berbicara lebih nyaring daripada kata-kata). Jenis kata-kata” politik yang lain ini adalah lambang (simbol)… Singkatnya, pembicaraan politik adalah kegiatan simbolik (Nimmo, 2005: 79).

Secara singkat Nimmo (1993: 8) menyebutkan bahwa, komunikasi politik merupakan komunikasi yang mengacu pada kegiatan politik. Artinya setliap pembicaraan yang mengandung bobot politik dapat dikelompokkan dalam komunikasi politik, terlepas dari yang melakukan hanya sebatas berdiskusikan, tanpa terlibat langsung dalam aktivitas sebuah partai politik maupun kelompok-kelompok politik yang ada dalam masyarakat.

Menurut Lee and Johnson (2007: 3) dalam bukunya Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global:

“Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonkomersil tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat missal, seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame, luar ruang, atau kendaraan umum.”

Periklanan politik seringkali digunakan para politisi untuk membujuk orang untuk memilih mereka. Para pengkritik merasa prihatin bahwa periklanan politik cenderung lebih berfokus pada pencitraan ketimbang isu-isu (Lee dan Johnson, 2007: 7).

Politikus kerap kali mempergunakan jenis iklan ini untuk mempengaruhi masyarakat guna memberikan dukungan. Visi dan misi kandidat serta berbagai janji-janji manis selalu dimuat dalam pesan iklan ini (Harianto, 2010: 105).

Dengan perkembangan baru di bidang teknologi komunikasi, mereka kemudian membuat defenisi iklan politik yang lebih luas, yaitu any controlled message communicated through any channel designed to promote the political interest of individuals, parties, groups, goverments or other organizations.

Van Zoest (1996: 5) mengartikan semiotik sebagai:

“Ilmu tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”.

Roland Barthes (1915-1980) adalah sosok penting dalam kehidupan intelektual internasional. Barthes lahir 12 November 1915 di Cherbourg, Normandia. Menurutnya, semiotik adalah “ilmu mengenai bentuk (form)”. Semiotik dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi dan drama (Sobur, 2009: 123)

(3)

'mitos'. Mitos-mitos yang menyelimuti hidup kita bekerja sedemikian halus, justru karena mereka terkesan benar-benar alami.

Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid, dan reliabel, dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu (Sugiyono, 2006: 1).

Penelitian ini menggunakan data primer berupa film iklan yang diproduksi Canting Rumah Kreasi, yaitu biro iklan yang memproduksi iklan televisi Nasional Demokrat. Video iklan yang dianalisis adalah iklan televisi Nasional Demokrat versi “Himne” dengan durasi 60” (satu menit). Selain itu berupa, data sekunder adalah data sudah tersedia dari berbagai sumber sehingga penulis hanya perlu mencari dan mengumpulkan data-data tersebut. Jenis sumber data sekunder yang akan digunakan oleh penulis berasal dari studi kepustakaan, yakni data-data yang berasal dari buku, internet (blog dan website), dan juga jurnal penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif metode deskriptif. Oleh sebab itu metode pengumpulan data yang dipakai adalah dokumentasi. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Jadi studi dokumenter bukan sekedar mengumpulkan, menuliskan, dan melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian, melainkan hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat disampaikan kepada orang lain. (Bogdan & Biklen, 1982)

Proses analisis data dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

No Proses Analisis Deskripsi

1 Analisis pada level denotasi Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Setiap tanda dalam elemen visual kan dimaknai menurut makna denotasinya yaitu makna apa adanya atau makna yang melekat.

2 Analisis pada level konotasi Makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum

Setiap tanda dalam elemen visual yang dimaknai menurut makna konotasinya, makna yang perumusannya berkaitan dengan konteks dimana tanda-tanda itu bekerja.

3 Analisis pada level mitos Mitos menjadi pegangan atas tanda-tanda yang hadir dan menciptakan fungsinya sebagai penanda pada tingkatan yang lain dan membongkar budaya yang tersembunyi dalam pesan iklan tersebut.

(4)

kejadian keseharian dalam kebudayaan kita menjadi

seperti “wajar”, padahal itu mitos belaka akibat konotasi

yang menjadi mantap di masyarakat.

Alasan penulis menggunakan Analisis semiotik Roland Barthes, karena semiotik tersebut memiliki penafsiran yang lebih mendalam tentang mitos-mitos di masyarakat sehingga bisa digunakan untuk mengungkapkan mitos politik yang ingin dikomunikasikan Nasional Demokrat dalam iklan televisi Nasional Demokrat versi “Himne” tersebut.

Iklan ini ditujukan bagi masyarakat menengah ke bawah yang mirip dengan penggambaran di dalam iklan tersebut yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan menderita. Oleh karena itu, digunakan kalimat-kalimat yang sederhana, penggambaran kehidupan pedesaan yang tradisional dan tertinggal, dengan begitu, audiens yang dituju dapat mengerti dan memahami maksud iklan tersebut karena kesamaan peristiwa dan kesederhanaan iklan tersebut.

Penggambaran pelepasan merpati dan simpati Surya Paloh dan Sri Sultan Hameng Kubuwono X dalam balutan baju biru Nasional Demokrat kepada generasi muda bangsa menjelaskan adanya niat baik dari Nasional Demokrat untuk membebaskan Indonesia dari penderitaan, kedukaan, dan kemerosokan Indonesia dalam berbagai bidang (pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik) yang sekarang dialami oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Nasional Demokrat mempunyai lambang atau logo berwarna biru tua dan oranye. Biru melambangkan ketenangan yang sempurna. Sifatnya: Konsentrasi, kooperatif, cerdas, perasa, integratif. Pengaruhnya: tenang, bijaksana, tidak mudah tersinggung, ramai kawan. Warna orange adalah kombinasi kuning dan merah dan dianggap sebagai warna yang energik. Warna oranye dapat membangkitkan kegembiraan, antusiasme, dan kehangatan, selain itu warna oranye sering digunakan untuk menarik perhatian. Dari kedua pengertian warna ini bisa dilihat bahwa Nasional Demokrat terbentuk dari jiwa yang tenang, bijaksana, cinta damai, penuh keseimbangan (percampuran warna dingin dan hangat), dan penuh kegembiraan. Sehingga dari logo Nasional Demokrat sendiri bisa terlihat niat baik dari diri Nasional Demokrat itu sendiri. (kireinaputri.webnode.com)

Penggunaan keindahan serta masyarakat Indonesia yang sejahtera selalu tergambar dalam iklan politik di Indonesia, berikut maksud dan fungsinya:

1. Penggunaan keindahan dan kesuburan tanah Indonesia serta masyarakat yang

sejahtera dan harmonis menjadi dambaan setiap masyarakat Indonesia. Dengan demikian, partai politik atau suatu organisasi masyarakat seperti Nasional Demokrat mempunyai pengharapan masyarakat akan terpancing bahwa partai politik tersebut atau organisasi tersebut dapat membuat Indonesia seperti yang digambarkan tersebut (diiming-imingi).

2. Penggambaran keindahan, keharmonisan, serta kata-kata indah dalam iklan politik merupakan janji-janji manis yang sering kali diucapkan oleh partai polirik atau oragnisasi tertentu untuk mendapatkan perhatian dan pilihan rakyat.

3. Dengan penggambaran keindahan dan kehidupan masyarakat yang bahagia

(5)

melainkan sebaliknya. Sehingga jika mereka ingin Indonesia yang baik bergabunglah bersama partai atau organisasi tersebut.

Mitos yang terdapat dalam iklan Nasional Demokrat ini adalah kata-kata Restorasi Indonesia yang menjadi slogan dari Nasional Demokrat sendiri. Kata “restorasi” ini berarti mengembalikan seperti semula. Dengan maksud, ingin mengembalikan semua bidang di Indonesia baik politik, ekonomi, sosial budaya ke arah dahulu Indonesia yang jaya, bersih dari kejahatan politik (KKN), dan ekonomi yang baik. Kata “restorasi” ini juga membentuk arti bahwa pemerintahan sekarang ini tidak berjalan dengan baik, oleh sebab itu perlu direstorasi. Dengan demikian, kata restorasi Indonesia yang diungkapkan oleh Nasional Demokrat adalah menyampaikan maksud bahwa bergabunglah dengan Nasional Demokrat untuk memperbaiki negara dan masyarakat Indonesia yang sekarang ini masih terpuruk dan menderita dalam garis kemiskinan.

Nasional Demokrat dalam mengungkapkan Restorasi Indonesia tidak hanya bertumpu dan berpusat di Jakarta, melainkan gerakan perubahan yang titik-titik sumbunya terpencar di seluruh penjuru Indonesia. Hal ini terlihat dari logo Nasional Demokrat yang seperti kipas angin.

Gambar 1. Kesamaan Prinsip Logo Nasional Demokrat dengan kipas angin

Kemiripan bentuk inilah yang menggambarkan Nasional Demokrat ingin melakukan perubahan atau perputaran (dinamika) terhadap Indonesia melalui titik sumbu seperti kipas angin yang berputar ke segala arah (kiri, kanan, depan, belakang).

Mitos lain yang juga disampaikan oleh Nasional Demokrat adalah ideologinya sebagai organisasi masyarakat Nasionalis dan Demokratis yang berarti cinta negeri dan bebas berpendapat, dalam arti tidak memihak pada apa pun (baik agama, suku, ras, dan lain-lain), mencintai pluralisme (perbedaan) yang ada di Indonesia, dan mendengarkan suara-suara masyarakat Indonesia yang mempunyai aspirasi dan pemikiran positif untuk membangun negeri.

(6)

masyarakat bergabung dalam Nasional Demokrat, ormas ini mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk memimpin Indonesia. Pada akhirnya komunikasi yang ingin disampaikan oleh Nasional Demokrat adalah pengumpulan kekuasaan (politik).

Belum ada yang tahu pasti jawaban dari pertanyaan tesebut, tetapi dengan gerakan-gerakan Nasional Demokrat yang semakin gencar dan cepat untuk menarik perhatian dan mengajak seluruh masyarakat Indonesia bergabung bersama dirinya, kemungkinan jawaban ya dari pertanyaan tersebut cukup besar adanya. Alasanya karena, untuk apa sekarang ini Nasional Demokrat sangat gencar dan berusaha sekuat tenaga untuk mengumpulkan massa dan kekuasaan sebesar-besarnya selain untuk memenuhi syarat menjadi partai politik dan mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014 nanti.

Walaupun dalam berbagai wawancara dengan Surya Paloh yang ditulis oleh republika.co.id dan nasionaldemokrat.com selalu menyampaikan ketegasan bahwa Nasional Demokrat tidak akan berubah menjadi partai politik, tapi kemungkinan tersebut bisa saja terjadi tiba-tiba menjelang pemilu 2014. Karena sebenarnya Nasional Demokrat merupakan “kendaraan baru” yang dipersiapkan oleh para tokoh politik Indonesia yang sudah tersingkir dari partai-partainya. Maksudnya, dengan membentuk Nasional Demokrat ada tempat baru untuk para tokoh yang tidak mendapatkan jabatan di partainya sekarang ini untuk kembali berkarya dalam dunia perpolitikan di Indonesia.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada berbagai komunikasi politik yang terkandung dalam iklan Nasional Demokrat versi “Himne” tersebut, yang dalam semiotik Roland Barthes disebut sebagai mitos politik. Lewat tanda-tanda yang ada di dalam iklan bisa diartikan sebagai komunikasi untuk mengumpulkan kekuasaan (politik) dengan mengajak seluruh masyarakat Indonesia bergabung ke dalam Nasional Demokrat. Tanda-tanda tersebut seperti naik ke sebuah tangga di candi, melepaskan burung merpati, penggunaan pakaian berlambangkan logo Nasional Demokrat, pengibaran bendera Nasional Demokrat dan bendera Merah Putih secara bersamaan.

Terdapat dua buah komunikasi atau mitos politik di dalam iklan Nasional Demokrat versi “Himne” tersebut, yang pertama yaitu mitos politik yang pertama adalah kata Restorasi Indonesia yang berarti pengembalian Indonesia seperti semula, dengan memberikan angan-angan dan impian Indonesia yang kembali bangkit dan jaya dalam semua bidang baik ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kata “restorasi” ini juga membentuk arti bahwa pemerintahan sekarang ini tidak berjalan dengan baik, oleh sebab itu perlu direstorasi. Dengan demikian, kata Restorasi Indonesia yang diungkapkan oleh Nasional Demokrat adalah menyampaikan maksud bahwa bergabunglah dengan Nasional Demokrat untuk memperbaiki negara dan masyarakat Indonesia yang sekarang ini masih terpuruk dan menderita dalam garis kemiskinan.

(7)

Mitos besar dalam iklan Nasional Demokrat versi “Himne” ini pada intinya satu yaitu: “Bergabunglah dalam Nasional Demokrat yang datang dengan perpolitikan baru dan bersih, serta menjunjung Indonesia yang damai dan sejahtera yang diimpikan oleh semua masyarakat Indonesia”. Nasional Demokrat ingin menggabungkan seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki impian dan harapan akan Indonesia yang baik dan sejahtera ke dalam Nasional Demokrat. Dengan demikian, jika nantinya seluruh masyarakat atau sebagian besar masyarakat bergabung dalam Nasional Demokrat, Nasional Demokrat mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk memimpin negara. Pada akhirnya komunikasi yang ingin disampaikan oleh Nasional Demokrat adalah pengumpulan kekuasaan (politik).

Daftar Pustaka:

Barthes, Roland. (2007). Membedah Mitos-mitos Budaya Massa. Yogyakarta:

Jalasutra.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Danial, Ahmad. (2009). Iklan Politik Televisi: Modernisasi Kampanye Politik

Pasca Orde Baru. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang.

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Firmansyah. (2008). Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Fiske, John. (2010). Cultural and Communication Studies : Suatu Pengantar

Komphensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Harianto, Dedi. (2010). Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap

Iklan Yang Menyesatkan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hoed, Benny H. (2011). Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Edisi ke-2.

Jakarta: Komunitas Bambu.

Ibrahim, Idi Subandy. (2007). Kecerdasan Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Kountour, Ronny. (2004). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Teruna Grafica.

Lee, Monle., dan Carla Johnson. (2007). Prinsip-prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Maelong, Lexy J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset.

Morrisan. (2008). Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyana, Deddy., dan Jalaluddin Rackhmat. (2006). Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Mulyana, Deddy,. dan Solatun. (2007). Metode Penelitian Komunikasi.

Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Nimmo, Dan. (2005). Komunikasi Politik. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Norris. (2000). Manajemen Penjualan Produk. Yogjakarta: Kanisius.

Rahardiansah, Trubus. 2006. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Universitas Trisakti.

(8)

Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Susanto, Eko Harry. (2009). Komunikasi Politik dan Otonomi Daerah. Jakarta:

Mitra Wacana Media.

West, Richard., dan Lynn H, Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi. Edisi ke-3. Jakarta: Salemba Humanika.

Gambar

Gambar 1. Kesamaan Prinsip Logo Nasional Demokrat dengan kipas angin

Referensi

Dokumen terkait

group investigation berbantuan proyek yang lebih baik daripada hasil rerata gain ternormalisasi siswa pada kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional pada

Bagi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi pihak organisasi dalam hal

Sedangkan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Perambabulan Al-Qomariyah, gambaran usaha kecil

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap peritiwa politik diantaranya penelitian mengenai kaitan reaksi pasar

Kata ciduk memiliki padanan kata razia (nomina) yang berarti penangkapan ramai-ramai. Pemunculan kata ciduk dalam kalimat berita tersebut mengacu pada makna yang lebih

Puji syukur dan ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul

Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur hara, bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh adanya defisiensi satu atau lebih unsur

Pada saat suku bunga meningkat, semakin meningkatnya IRR, maka kenaikan RSA < kenaikan RSL yang menyebabkan kenaikan biaya bunga akan lebih besar dibandingkan