KARYA TULIS ILMIAH
MATA KULIAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
TENTANG
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI SANKSI PIDANA TERHADAP
PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI DI NEGARA
KOREA UTARA DAN INDONESIA
DI SUSUN OLEH : AMELIA SOLIHAH
NPM.
Dosen Mata Kuliah :
Dr.dr.Hj.TRINI HANDAYANI, S.H., M.H NIK. 303 300 009
FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ini saya buat karena untuk memenuhi tugas mata pelajaran yang di ajarkan oleh bapak/ibu guru yang bertemakan pemberantasan korupsi. Karya Tulus ini ini berjudul tentang : “Perbandingan Implementasi Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi Di Negara Korea Utara dan Indonesia”. Korupsi sebagai penyimpangan terhadap nilainilai Pancasila, pemberantasan korupsi, serta pentingnya akan nilainilai yang terkandung dalam Pancasila dengan demikian kita dapat merenungkan apa yang seharusnya kita lakukan untuk mensejahterakan Negara Indonesia.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.dr.hj.Trini Handayani , SH, MH selaku Guru Mata Pelajaran Pendidikan Anti Korupsi, beliau yang memberikan materi, mengajarkan tentang nilainilai kehidupan, makna pancasila untuk kehidupan seharihari.
Akhir kata, saya menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya memohon kritik dan saran yang membangun agar dapat menyempurnakan tugas berikutnya.
Cianjur, Maret 2018 PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah 1 2. Rumusan Masalah 2 3. Tujuan 2 BAB I PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi 6 B. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia 6 C. JenisJenis Korupsi 7 D. Dasar Hukum Tentang Korupsi 7 E. Persepsi Masyarakat tentang Korupsi 8 F. Fenomena Korupsi di Indonesia 9 G. Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi 9 H. Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi 10
BAB III PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Korupsi dan kekuasaan, ibarat dua sisi dari satu mata uang. Korupsi selalu mengiringi perjalanan kekuasaan dan sebaliknya kekuasaan merupakan “pintu masuk” bagi tindak korupsi. Inilah hakikat dari pernyataan Lord Acton, guru besar sejarah modern di Universitas Cambridge, Inggris, yang hidup di abad ke19. Dengan adagiumnya yang terkenal ia menyatakan: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely” (kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut cenderung korup secara absolut).1
Terkait penjelasan di atas,sudah terpapar dengan jelas bahwa korupsi merupakan perilaku menyimpang. Tetapi mengapa masih ada saja yang melanggarnya? Pelakunya bukan hanya satu atau dua orang saja, bahkan hampir ratusan orang. Dari yang berstatus masyarakat biasa hingga pejabat instansi negara.
Tindak perilaku korupsi akhirakhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melakukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini saya akan membahas tentang sanksi tindak pidana korupsi di negara Korea Utara dan Indonesia serta upaya untuk memberantasnya. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh transparency.org, sebuah badan independen dari 146 negara, tercatat bahwa Indonesia menduduki posisi ke5 sebagai negara terkorup di dunia tahun 2013. Ini membuktikan bahwa Indonesia telah mencetak sebuah prestasi yang luar biasa yang dapat memancing respon negatif dari berbagai negara. Namun, nampaknya respon negatif tidak datang dari luar saja,tetapi masyarakat dalam negeri juga akan melakukan hal yang sama. Bagaimana tidak, pemimpin yang selama ini mereka beri kepercayaan malah memanfaatkan kekuasaan demi meraih kekayaan.
Berbagai upaya yang selama ini di terapkan tidak mampu menanggulangi tindakan korupsi. Apalagi yang terjadi akhirakhir ini, di salah satu lembaga
peradilan Mahkamah Konstitusi. Dimana ketuanya sendiri terjerat kasus korupsi dugaan suap.
2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah diangkat adalah sebagai berikut : a) Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
b) Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia ? c) Apa sajakah JenisJenis Korupsi ?
d) Apakah Dasar Hukum Tentang Korupsi ?
e) Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi ? f) Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ?
g) Bagaimana peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi ? h) Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : a) Mengetahui pengertian dari korupsi.
b) Mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia. c) Mengetahui jenisjenis korupsi
d) Mengetahui dasar hukum korupsi
e) Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi. f) Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
g) Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.
BAB II act done with an intent to give some advantage inconsistent with official duty and the right of others) 2
Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur “penyelewengan”atau dishonest (ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang Undang Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme disebutkan bahwa korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang undangan yang mengatur tentang pidana korupsi.
B. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960an bahkan sangat mungkin pada tahuntahun sebelumnya. Pemerintah melalui UndangUndang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Korupsi adalah soal hukum, melanggar hukum, dan fatsoen politik. Emmanuel Subangun menyebutnya sebagai tahapan awal korupsi di Indonesia.3 Pada era Orde Baru, muncul UndangUndang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga UndangUndang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999.
Upayaupaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak
2 Hendry Campbell Black. Black's Law Dictionary (St. Paul. Minn.: West Publishing Co .. 11th reprint. 1997). hlm. 345.
akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi.
Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan
Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sejumlah peraturan perundangundangan yang terkait dengan KPK antara lain :
a. UndangUndang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana
b. UndangUndang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negera yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
c. UndangUndang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
d. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
e. UndangUndang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
f. UndangUndang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
g. UndangUndang No. 8 Tahun 2010 Tindak Pidana Pencucian Uang
h. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK UndangUndang No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
i. Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 Tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK
j. UndangUndang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
E. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi di Indonesia
Pasal 5 UU No 20 Tahun 2001 :
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang :
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
Pasal 6 UU No 20 Tahun 2001 : (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau:
b. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 :
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatan nya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. Yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyeleng gara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Lembaga yang bergerak dalam bidang pencegahan dan pemberantasan korupsi : a. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dengan lahirnya UU No. 30 Tahun 2002
b. Indonesia Corruption Watch (ICW) salah satu NGO atau Organisasi Non Pemerintah yang aktif melakukan studi terhadap tindak pidana korupsi dan namanya sudah dikenal secara nasional sebagai indikator semaikin tanggapnya masyarakat terhadap isu korupsi
c. Transparency International Indonesia (TII) merupakan salah satu chapter Transparency International, sebuah jaringan global NGO antikorupsi yang mempromosikan transparansi dan akuntabilitas kepada lembagalembaga negara, partai politik, bisnis, dan masyarakat sipil. Bersama lebih dari 90 menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktikpraktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun nasional.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para koruptor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerintahan secara menyeluruh, mencitacitakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata. “oknum” lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keagamaan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.
3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu.
4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.
Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :
b) Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.
c) Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba lomba mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat. d) Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta
dan kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.
e) Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok masyarakat besar (rakyat).
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upayaupaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui UndangUndang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar. 5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
H. Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.
b. Upaya Penindakan (Kuratif)
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placementdeposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005). g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
d. Membuka wawasan seluasluasnya pemahaman tentang penyelenggaraan pemerintahan negara dan aspekaspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
Pengawasan Masyarakat juga penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. akhirakhir ini banyak pihak yang merasakan lemahnya segi pengawasan terhadap lembagalembaga publik. Banyak aset negara dan sumber daya alami dan manusiawi yang siasia karena lemahnya fungsi pengawasan. Sebagian masyarakat bahkan sering mengeluhkan bahwa lembaga seperti kepolisian dan sekolah yang seharusnya menjadi pengawas
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi nonpemerintah yang mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW lahir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengahtengah gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi nonpemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam.
BAB III PENUTUP I. Kesimpulan
Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau
perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest(ketidakjujuran). b. Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960an bahkan
sangat mungkin pada tahuntahun sebelumnya. Korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemim pinan dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi.
c. Rakyat kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi.
d. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul kelom pok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.
e. Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui UndangUndang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi.
f. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indonesia, antara lain :upaya pencegahan (preventif), upaya penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat/mahasiswa dan upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
J. Saran
a. Perlu peningkatan peran keluarga dalam menerapkan pendidikan anti korupsi sebagai aspek penting dalam membangun mental generasi muda untuk menciptakan Indonesia menjadi lebih baik.
c. Perlu pengembangan lebih lanjut mengenai Pendidikan Anti korupsi tidak hanya di terapkan ke perguruan tinggi saja, tetapi juga ke seluruh jenjang pendidikan. d. Perlu dukungan dari masyarakat dan berbagai pihak yang bersifat membangun
demi terwujudnya pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi (good government)
DAFTAR PUSTAKA
1. Atmasasmita, Romli, Prof., DR., S.H., LL.M. 2001. Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum. Bandung : CV. Mandar Maju.
2. Dwiyono, Agus, dkk. 2004. Kewarganegaraan. Jakarta : Yudhistira.
3. Koran Tempo. 6 Januari 2006. Bekas Kepala Dinas Pendapatan Tersangka Korupsi. Hlm A8.
4. Kristiadi, J., Dr. 2005. Meletakkan Demokrasi. Semarang : Yayasan Karyawan Suara Merdeka.
5. RM, Suharto, S.H. 2002. Hukum Pidana Materiil. Jakarta : Sinar Grafika. 6. Soeroso, R., S.H. 2002. Penghantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. 7. Wijaya. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan VII A. Solo : CV. Johan Setiawan. 8. Miriam Budiarjo, DasarDasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1995).hlm.
20
9. Hendry Campbell Black. Black's Law Dictionary (St. Paul. Minn.: West Publishing Co .. 11th reprint. 1997). hlm. 345.
10. Emmanuel Subangun, “Tiga Tahap Sejarah Korupsi di Indonesia”, dalam
Kompas, 8 Juli 2002. hlm. 3