• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAFSIR DAN TAWIL UPAYA MEMAHAMI AYAT AYA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAFSIR DAN TAWIL UPAYA MEMAHAMI AYAT AYA (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TAFSIR DAN TA’WIL

UPAYA MEMAHAMI AYAT-AYAT AL QUR’AN

I. PENDAHULUAN

Ada pandangan teologis dalam Islam bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna dengan kitab sucinya al Qur’an adalah wahyu Tuhan tiada

keraguan sama sekali di dalamnya, ia merupakan petunjuk jalan hidup bagi orang-orang bertakwa. Al Qur’an merupakan kitab suci terbesar terlengkap,

teragung yang akan terjaga otentisitasnya hingga akhir zaman, rujukan yang selalu up to date dan mampu memberikan beraneka solusi bagi segenap permasalahan manusia, berlaku sesuai segala zaman dan tempat (salih li kulli zaman wa makan). Al Qur’an juga sebagai warisan berharga

peninggalan Nabi akhir zaman Muhammad SAW yang dijamin kita tidak akan tersesat selama kita berpegang teguh padanya.

Akan tetapi kita juga menyadari betul bahwa Kitab Suci Al Qur’an bersifat universal, dalam arti ia dikhithobkan tidak hanya kepada bangsa Arab, orang Islam atau non muslim saja, tetapi diperuntukan bagi semua bangsa, semua umat di jagad raya ini. Disamping itu al Qur’an turun di

 Oleh Imam Tobroni Disampaikan dalam diskusi mata kuliah Studi Qur’an PPs IAIN Waisongo Semarang

 Q.S. Almaidah (5) : 3 (pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu)

 

 Q.S. Al Baqarah (2) : 2 (Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa)

   

 Q.S. An Nahl (16) : 89

 

 Abdul al Rahman Hamad Ali Imran, Din al Haq, Saudi Arabia, Wazirah al Syu’un al Islamiyah, 1420 H, hlm. 79-80 dalam Maktabah Syamela versi 3.48

 Imam Malik bin Anas, Muwaththa’, 2004, juz 5, hlm. 1323 dalam

Maktabah Syamela versi 3.48,

اممم اولممضت نممل نمميرمأ مممكيف تممكرت

هيبن ةنسو هللا باتك :امهب متكسمت

lihat juga dalam kitab Sunan Tirmidzi no. 3718, yang menurut Hasan al Bani derajat hadits ini adalah shohih
(2)

zaman yang sangat berbeda dengan kondisi sekarang, dengan setting sosial dan kultur budaya yang jauh berbeda dengan kita. Zaman sekarang perkembangan teknologi sangat pesat banyak hal baru yang tidak ada ketentuannya dalan teks atau nash. Kita juga hidup di kultur yang tidak sama dengan kultur tempat di mana al-Qur’an diturunkan. Al-Qur’an juga menjadi pegangan dan pedoman umat Islam di seluruh belahan bumi ini.

Kepercayaan teologis di atas seyogyanya tidak membuat umat Islam menutup diri dari perkembangan zaman yang tak terelakkan. Justru pandangan teologis tersebut seharusnya membuat kita semakin tertantang untuk membuktikan akan keagungan kitab suci al-Qur’an. Untuk membuktikannya kita harus mempelajari dan memahami isi kandungan makna terdalam dari ayat-ayat al-Qur’an dengan bantuan tafsir dan takwil.

Menurut Muhamad bin Abdullah Darraz sebagaimana yang dikutip oleh Nashruddin Baidan bahwa ayat-ayat suci al-Qur’an bagaikan batu permata yang setiap sudutnya memantulkan cahaya. Cahaya dari masing-masing sudutnya memberikan kesan yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang mana orang yang melihatnya. Itulah sebabnya kemungkinan al

Qur’an ditafsirkan dalam berbagai bentuk, beragam makna, dan beraneka metode pendekatan sesuai latarbelakang dan tujuan orang yang akan menafsirkannya.

Kajian terhadap al-Qur’an dan metode penafsiran masa sekarang mengalami perkembangan yang cukup signifikan, produk-produk tafsir dari suatu generasi kepada generasi berikutnya memiliki corak dan karakteristik yang berbeda seiring dengan akselerasi perkembangan kondisi sosial budaya dan peradaban manusia, sejak turunnya al-Qur’an hingga sekarang. Fenomena tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya keinginan umat Islam untuk selalu mendialogkan antara al-Qur’an sebagai teks (nash), dengan perkembangan problem sosial kemanusiaan yang dihadapi manusia sebagai konteks (waqa’i) yang terus berkembang. Hal itu juga merupakan salah satu usaha untuk membuktikan bahwa al-Qur’an itu salih li kulli zaman wa makan.

(3)

Sebagai langkah awal untuk lebih memahami ayat-ayat al Qur’an, penulis mencoba menulis makalah mengenai Tafsir dan Ta’wil Upaya Memahami Ayat-Ayat al-Qur’an. Untuk membatasi kajian ini agar fokus maka penulis akan membahas beberapa masalah berkenaan dengan tafsir dan ta’wil, yaitu 1. Pengertian Tafsir dan Ta’wil, 2. Perbedaan Tafsir dan Ta’wil, 3. Sumber-sumber Tafsir.

II. PEMBAHASAN MASLAH A. Pengertian Tafsir dan Ta’wil

Kata tafsir berasal dari bahasa Arab berakar dari kata (fasara)

ررممس

ر فر

mengikuti bentuk

لمميعفت

yang secara lughah berarti

ةممنابلا

لوقعملا ىنعملا راهظإو فشكلاو

(menjelaskan, mengungkap dan menerangkan makna yang masuk akal), atau berarti juga al-bayan dan al-kasyf (penjelasan dan keterangan), sebagaimana tersebut dalam Q.S.

al-Furqan (25) : 33











 

 















Artinya: tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.

Menurut para ahli tafsir kata tafsir juga berasal dari kata safara ( s-f-r) yang berarti al-kasyf (menyingkap) seperti dikatakan safarat

al-mar’atu sufuran atau asfara al-shubhu. Kata al-Raghib

رفسلاو رسفلا

berdekatan maknanya sebagimana berdekatan lafadznya, hanya saja kata al-fasr dipergunakan untuk pengertian menampakkan atau menjelaskan

 Muhammad Ahmad Ma’bad, Nafakhatu min Ulumi al Qur’an, Madinah, Maktabah Thayyibah, 1986, cet.ke 1, hlm. 149. Menurut al-Atsimin dalam Ushul fi al-Tafsir, secara etimologi kata tafsir berarti menyibak, mengungkap atau membuka dari sesuatu yang tertutup.

 Muhammad Baqir Hakim, Ulumu Quran, Terj. Nashirul Haq, dkk.,Jakarta, Al Huda, 2006, hlm. 321

(4)

makna yang logis, sedangkan kata al-safar dipergunakan untuk pengertian menampakkan atau memperlihatkan sesuatu yang nyata.

Dalam lisanul Arab dikatakan “al-fasr” berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang kata “al-tafsir” berarti menyingkap lafadz suatu yang musykil atau pelik. Pengertian ini senada dengan hadits yang

diriwayatkan oleh Nafi’ dari Abdullah :

ن

ر وععيرابرترير اونعاك

ر

ررُوززجرللا

ي

ي ممببننلا ىممهرنرفر ةبمملربرح

ر للا ل

ب ممبرحر ىمملرإب

هعنلعر مرلنس

ر ور هبيللرع

ر هعلنلا ىلنص

ر

ه

ز ررس

س فر

ةعممقراننلا جرممترنلتع ن

ل أر ععفبانر

اهرنبط

ل بر يفب امر

,

Artinya : "Dahulu orang-orang Jahiliyah mempraktekkan jual beli al

Jazur hingga unta itu melahirkan, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam melarangnya. Nafi' menafsirkan yang dimaksud dengan lafadz Al Jazur adalah: Unta melahirkan apa yang ada di dalam perutnya". (H.R. Bukhari)

Imam Al-Zarkasyi mengatakan bahwa kata tafsir berasal dari kata tafsirah, yang berarti air sedikit (sebagai sample, bisa berupa air kencing atau air ludah) dari seorang pasien yang digunakan oleh seorang dokter sebagai medium untuk mendiagnosa agar diketahui penyakitnya. Dalam

hal ini tafsir merupakan kegiatan untuk diagnosis yang tentunya tidak semua orang dapat melaksanakan kecuali dokter “mufassir” atau orang yang mempunyai kemampuan yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan tafsir.

Dari bebarapa pendapat tentang pengertian tafsir secara etimologi, dapat diketahui bahwa tafsir berarti usaha menjelaskan, menerangkan, menyingkap dan mengungkap makna lafadz.

Secara istilah kata tafsir berarti mengungkap makna-makna dan menjelaskan apa yang dimaksud atau dikandung lafadz-lafadz al-Qur’an.

Menurut al-Zarkasyi sebagaimana dikutip oleh Muhammad Ahmad

 Manna bin Khalil al Qattan, Mabāhits fī Ulum al-Qur’an, Maktabah Ma’arif, 2000, hlm. 335

 Manna bin Khalil al Qattan, Ibid

 Al Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut; Daar ibn Katsir.2002, Cet. Ke-1, hlm.587, hadits ke 2256

 Badr al Din Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz II, Dar Ihya al-Kutub, Arab, cet. I, 1957, hlm. 147.

(5)

Ma’bad secara istilah dalam Ulumul Qur’an tafsir berarti ilmu yang memahami Kitabullah (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya dan menggali hukum-hukum dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.

Menurut Abu Hayyan dalam Manna bin Khalil al Qaththan tafsir berarti ilmu yang membahas tata cara melafadzkan, petunjuk-petunjuk dan hukum-hukum ifrad dan tarkibnya, makna-makna yang dikandung oleh lafadz-lafadz murakab dan ilmu-ilmu pendukungnya.

Dari beberapa definisi kata tafsir di atas baik dari segi etimologi maupun terminologi hampir semuanya mengacu pada pengertian yang senada yaitu ilmu untuk memahami, menjelaskan, mengungkap makna-makna terdalam yang terkandung dalam lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dengan didukung ilmu-ilmu terkait.

Sedangkan kata ta’wil berakar kata dari al-awl yang berarti (i) al – ruju’ kembali kepada asalnya, (ii) tadbir (mempertimbangkan), (iii) taqdir (memperkirakan), atau (iv) tafsir (menjelaskan) atau ‘ibarah al ru’ya (ungkapan, penjelasan dari visi, mimpi). Menurut orang Arab kata ta’wil dalam penggunaannya mempunyai dua makna yaitu pertama berarti ar-ruju’, ma-âl, al ‘aqibah, al ‘ûd dan al mashír, kata ta’wil berasal dari kata âlaya luǔaulan. Kedua berarti al tafsir dan al bayan, dalam pengertian ini kata tafsir dengan ta’wil adalah semakna.

Secara istilah kata ta’wil diartikan berbeda-beda oleh para ulama. Muhammad Husain al-Zahabi berusaha merangkum berbagai pendapat tersebut lalu mengelompokkan ulama menjadi dua kelompok yaitu ulama salaf dan ulama khalaf. Menurut ulama salaf bahwa pengertian ta’wil mengandung dua pengertian, yaitu : 1) ta’wil merupakan

 Muhammad Ahmad Ma’bad, Op.Cit., hlm.149

 Manna bin Khalil al Qaththan, Op.Cit., hlm. 335

 Manna bin Khalil al Qaththan, Op.Cit, hlm. 336

 Dr. Muhamad Husain az Zahabi, Al Tafsir wa al Mufassirun, al Maktabah al Wahbah, juz 1, hlm. 14, dalam Maktabah Syamela v.3.48

 Abu Bakar Muhamad ibn Abdillah ibn Araby al Ma’afiri al Isybily,

(6)

keterangan dan penjelasan arti suatu kalimat, 2) ta’wil berarti kalimat yang dimaksudkan itu sendiri. Sedangkan menurut ulama khalaf, ta’wil adalah suatu upaya memalingkan atau mengembalikan suatu lafaz dari makna biasanya ke makna lain yang memungkinkan karena ada dalil atau argumentasi yang menyertainya. Pendapat lain mengartikan kata ta’wil

berarti mengalihkan kata dari makna lahiriahnya menuju makna lain yang masih dapat dikandungnya, yang sesuai dengan al-Kitab dan as-Sunnah.

Jadi berdasarkan pengertian-pengertian ta’wil di atas pada mulanya ta’wil berusaha mencari makna lain yang tersirat dari lahiriyah ayat. Pengertian ini sebagaimana hadits Nabi SAW :

ن

ن ممبرلر حبدرممقربب ت

ع مميتبأ

ع معئباممنر اممنرأر اممنريلبر هممللا لوممسر لاممق

ب

ب اممط

ن خرللا نربل ررمرعع يلبض

ل فر ت

ع يلط

ر علأر منثع هعنلمب ت

ع بلربش

ر فر

هاور) م

ر ممللعبللا ل

ر اممقر هبمملنلا ل

ر وممس

ع رر اممير هعترللونأ

ر امرفر اولعاقر

(يراخبلا

Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika aku tidur, aku diberi segelas susu, lalu aku meminumnya, kemudian aku berikan sisanya kepada Umar bin khattab." Mereka bertanya; 'bagaimana engkau takwilkan mimpimu ya Rasulullah? ' Beliau menjawab; "ilmu” (H.R. Bukhari)

Pada perkembangan ‘Ulum al-Qur’an hingga sekarang, kata tafsir lebih populer daripada kata ta’wil, dan dalam prakteknya wilayah tafsir merambah ke ranah ta’wil. Sehingga kita tidak akan asing jika ada orang yang mengatakan tafsir mimpi.

B. Perbedaan Tafsir dan Ta’wil

Dalam al-Qur’an kata tafsir disebutkan hanya sekali, yakni dalam Q.S. 25 (al-Furqan) : 33 yang berarti penjelasan atau keterangan. Sedangkan kata ta’wil disebutkan 17 kali, dalam 15 ayat berbeda dan

 Dr. Muhamad Husain az Zahabi, Op.Cit.,hlm. 15

 Abu Bakar Muhamad ibn Abdillah ibn Araby al Ma’afiri al Isybily,

Op.Cit., hlm. 233

 al Bukhari, Op.Cit,. hadits ke 6512

(7)

dalam 7 surat yang berbeda dengan makna yang berbeda-beda juga. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini:

N

o Ayat Arti Ta’wil

1 Q.S. Ali Imran (3) : 7

  

  

  

 

  

   



. ...

Tafsir atau penjelasan

2 Q.S. An-Nisa’ (4) : 59

   

   

  



     

Akibat atau akhirnya

3 Q.S. Al-A’raf (7) : 53

   



Terjadinya kabar berita

4 Q.S. Yunus (10) : 39

      



Terjadinya kabar berita

5 Q.S. Yusuf (12) : 6

    

 



Q.S. Yusuf (12) : 21

      

Q.S. Yusuf (12) : 36

             

 Q.S. Yusuf (12) : 37

(8)

  

 

 



Q.S. Yusuf (12) : 44

  

   

  

Q.S. Yusuf (12) : 45

  

  

 



Q.S. Yusuf (12) : 100

 

  

  

 

Q.S. Yusuf (12) : 101

    

  

6 Q.S. al-Isra’ (17) : 35

             

Akibat

7 Q.S. al-Kahfi (18) : 78

   

Q.S. al-Kahfi (18) : 82

     

Penjelasan atas suatu perbuatan

Kata Tafsir dan Ta’wil merupakan istilah teknis yang seringkali digunakan untuk menggambarkan suatu usaha atau hal-hal yang berhubungan dengan penjelasan, pengungkapan, atau pengalihan makna yang tersurat atau yang tersirat dalam lafadz atau teks dari ayat-ayat al-Qur’an.

Meskipun memiliki makna yang sama atau berdekatan, kata tafsir dan ta’wil, dipergunakan oleh ahli tafsir dalam pengertian teknis yang

(9)

berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut al-Raghib

kata tafsir lebih umum daripada kata ta’wil. Tafsir menjelaskan makna kata per kata (alfadz), sedangkan ta’wil menjelaskan makna ungkapan atau kalimat. Menurut Abu Thalib Tsa’laby, Baghawi, dan al-Kawasyi lebih menekankan perbedaan antara tafsir dan ta’wil pada aspek konotatif makna kosa kata. Tafsir adalah menjelaskan makna leksikal dan relasional kata, sedangkan ta’wil menjelaskan makna emosional dan kontekstualnya. Menurut Abu Mansur Maturidi, Alusi, dan al-Zahabi, perbedaan tafsir dan ta’wil terletak pada sumber penafsiran.

Tafsir menjelaskan kosa kata dengan riwayat, seperti kata yaum al hajji al akbar ditafsiri atau dijelaskan dengan yaumu al-nahr berdasarkan hadits

Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ali RA. Sedangkan ta’wil adalah

menjelaskan makna kosa kata dengan dirayah. Tafsir adalah menemukan dan menjelaskan makna ayat sesuai yang dikehendaki Allah, dan oleh karenanya harus bersumber dari Rasulullah dan para sahabat yang mengetahui asbab al-nuzul. Sedangkan ta’wil menjelaskan makna yang tepat dari kemungkinan-kemungkinan makna yang tekandung dalam ayat al-Qur’an. Mengenai perbedaan tafsir dan ta’wil, berikut ini disajikan

dalam bentuk tabel :

Pembed

a Tafsir Ta’wil

Orientasi Memastikan makna yang

tepat Memperoleh makna yangtepat

Aktivitas -Menjelaskan makna tersurat -Membutuhkan tafsirah (medium)

- Menjelaskan makna tersirat - Tidak selalu membutuhkan medium

Objek Kata Kalimat

Sumber Riwayat Dirayah

 Q.S. al-Taubah (9) : 3



 Lidwa Pustaka Program Ensiklopedi Hadits

ججحرللا م

ب ولير ن

ل ع

ر م

ر لنس

ر ور هبيللرع

ر هعلنلا ىلنص

ر هبلنلا ل

ر وس

ع رر ت

ع للأ

ر سر لراقر ييلبعر نلعر

ربحلننلا معولير لراقرفر رببركللل

ر ا

(10)

Untuk lebih jelas memahami perbedaan tafsir dan ta’wil, berikut ini disajikan contoh tafsir dan ta’wil dari bebarapa ayat al-Qur’an, sebagai berikut :

Ayat al-Qur’an Tafsir Ta’wil





Allah benar-benar mengawasi segala pe-rilaku hambanya

Anjuran untuk bersikap waspada dari sikap me-remehkan perintah Allah dan melupakan kenikmatan-kenikma-tannya serta memper-siapkan diri untuk menghadap kepada-nya

Q.S. al-Baqarah : 2

          

Q.S. al-An’am : 95

      

Tidak ada kebim-bangan di dalamnya

Allah mengeluarkan burung (yang ber-nyawa) dari telur (yang mati/tidak bernyawa)

Tidak ada keraguan dikalangan kaum ber-iman

Allah mengeluarkan orang mukmin dari orang kafir atau orang berilmu dari orang bodoh.

Meskipun terdapat perbedaan yang sangat beragam

C. Sumber-sumber Tafsir

Salah satu syarat atau kualifikasi sebagai mufassir adalah mengetahui sumber-sumber tafsir yang dapat dijadikan rujukan atau

Ibid

(11)

referensi bagi produk-produk penafsirannya. Hal ini tentu dimaksudkan

agar hasil penafsirannya daapat dipertanggugjawabkan kebenarannya. Adapun sumber-sumber tafsir yang harus diketahui dan dijadikan dasar dalam usaha menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Kalamullah, artinya menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, karena Allah yang menurunkannya maka Allah-lah yang lebih tahu apa yang dikehendaki dalam ayat al-Qur’an. Disamping bahwa sebagian

al-Qur’an menafsirkan sebagian yang lain. Mengingat bahwa apa yang dijelaskan secara global dalam satu ayat bisa jadi dirinci dalam ayat yang lain.

2. Sunnah Nabawiyyah, artinya menafsirkan al-Qur’an dengan hadits atau sunnah, karena Nabi Muhammad adalah orang yang langsung diberi wahyu oleh Allah sehingga dia merupakan manusia yang paling mengerti apa yang dikehendaki oleh Kalamullah. Hal ini sesuai sesuai dengan kehendak Allah SWT yang tertuang dalam al-Qur’an surat an-Nahl (16) : 44 sebagai berikut :





































.

Artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”. (Q.S. 16 : 44)

Oleh karena itu Nabi SAW bersabda :

ن

ب ممبل م

ب ادرقلمبللا ن

ل ع

ر ف

ن ولعر يببأ

ر نببل نبمرحلرنلا دببلعر نلعر

هبميللرعر هع لنلا ىلنمص

ر هب لنلا ل

ب ومس

ع رر ن

ل مع

ر ب

ر ربكر يدبعلمر

هعلرثلمبور ب

ر اترك

ب للا ت

ع يتبوأ

ع ينجإب لرأر لراقر هعننأر مرلنسرور

 Muhammad Ahmad Ma’bad, Op.Cit., hlm. 157

 Muhammad bin Saleh bin Muhammad al-Atsimin, Ushulu fi al-Tafsir,

Maktabah al-Islamiyah, 2001, hlm.25 dalam Maktabah Syamela v.3.48

 Muhammad Ahmad Ma’bad, Op.Cit., hlm. 157

(12)

Artinya : “Dari 'Abdurrahman bin Abu Auf dari Al Miqdam bin Ma'di Karib dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi al-Qur'an dan yang semisal bersamanya (as-Sunnah)

3. Kalam atau aqwal al-shahabah, artinya menafsirkan al-Qur’an dengan qaul shahabah karena mereka adalah saksi hidup bagi kondisi dan situasi yang melingkupi turunny al-Qur’an, paling tahu tentang tradisi bangsa Arab pada saat itu. Mereka mempunyai kekhususan berupa pemahaman yang sempurna, ilmu yang shahih, dan amal yang shaleh beserta keihlasan yang sempurna kepada Allah dan Rasulullah. Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadraknya, bahwa tafsir sahabat yang menyaksikan proses turunnya wahyu adalah marfu’ karena mereka generasi awal yang terpercaya dalam menjaga Risalah Islam. Imam Ahmad dalam Musnadnya menceritakan bahwa

para sahabat yang belajar kepada Nabi tidak akan lebih dari sepuluh ayat, sehingga mereka mengetahui ilmu dan amal yang terkandung di dalamnya.

4. Qaul tabi’in, artinya menafsirkan ayat al-Qur’an berdasarkan pendapat Tabi’in, karena mereka sangat memperhatikan tafsir dari para sahabat, mengingat mereka generasi terbaik setelah sahabat, dan keahlian mereka dalam bahsa arab tentunya belum banyak berubah, dan mereka dekat pemahamannya terhadap ayat al-Qur’an ketimbang generasi setelah mereka. Banyak dari kalangan ulama yang apabila

tidak menemukan sumber tafsir dari Kitabullah, Sunnah atau Qaul sahabat, maka mereka merujuk kepada qaul tabi’in, diantara mereka adalah Imam Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, ‘Atho bin Abi Rabbah, Qatadah dan Hasan Bashri.

 Lidwa Pustaka Program Ensiklopedi Hadits, dalam Sunan Abu Daud no. 3988, dalam musnad Imam Ahmad no. 16546

 Muhammad Ahmad Ma’bad, Op.Cit., hlm. 158

 Lidwa Pustaka Program Ensiklopedi Hadits, dalam musnad Imam Ahmad no. 22384

 Muhammad bin Saleh bin Muhammad al-Atsimin, Op.Cit., hlm. 26

(13)

5. Makna syar’iyyah atau lughawiyah yang dikehendaki oleh ayat dengan mempertimbangkan kontekstual ayat. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. an-Nisa’(4) : 105, Q.S. az-Zukhruf (43) : 3

dan Q.S. Ibrahim : 3. Hal ini membutuhkan keahlian khusus

dibidang Bahasa Arab dan ilmu-ilmu pendukung lainnya.

Apabila ada pertentangan dua makna dalam satu kata, maka yang diambil adalah makna syar’i karena al-Qur’an diturunkan untuk menjelaskan syariat bukan makna kata, kecuali ada dalil yang merajihkan makna kata yang terkandung tersebut. Contohnya adalah pertentangan kata as-salat dalam Q.S. at-Taubah (9) : 84, kata salat

dari segi bahasa berarti mendo’akan, sedangkan dalam arti syara’ berarti menyalati atau menyembahyangkan jenazahnya. Dalam hal ini yang diambil adalah makna syara’nya.

Kalau sumber-sumber tafsir tersebut dipegang secara konsisten oleh para mufassir maka akan menghasilkan penafsiran yang hidup. Ini tersirat dalam ungkapan sebagian ulama al-Qur’an nuzul wa tanazzul, fa

 Q.S. an-Nisa’ : 105

         

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.

 Q.S. az-Zukhruf (43) : 3

  

Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).

 Q.S. Ibrahim (14) : 3

       

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya[779], supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan[780] siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

 Q.S. at-Taubah (9) : 84



dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, …

(14)

al nuzul qad madla wa al tanazzul baqin ila qiyam al sa’ah. Bahwa al-Qur’an dapat dipahami dan tafsirkan secara tektual dan kontekstual. Pemahaman al-Qur’an secara tekstual telah berlalu, sedangkan pemahaman secara kontekstual akan terus berlangsung sepanjang masa sesuai perkembangan zaman.

III. KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai tafsir dan ta’wil di atas dapat disimpulkan bahwa:

Dari bebarapa pendapat tentang pengertian tafsir secara etimologi, dapat diketahui bahwa tafsir berarti usaha menjelaskan, menerangkan, menyingkap dan mengungkap makna lafadz, adapun secara terminologi yaitu ilmu untuk memahami, menjelaskan, mengungkap makna-makna terdalam yang terkandung dalam lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dengan didukung ilmu-ilmu terkait. Sedangkan ta’wil berarti usaha mencari makna lain yang tersirat dari lahiriyah ayat.

Perbedaan antara tafsir dan ta’wil terletak pada yaitu orientasi, aktifitas, obyek dan sumbernya. Tetapi pada kenyataannya banyak produk tafsir yang dalam karyanya melampaui makna tafsir sehingga merambah pada wilayah tafsir. Demikian juga ta’wil, yang seharusnya orang mena’wili mimpi tetapi dikatakan tafsir mimpi.

Sumber-sumber tafsir ada lima yaitu secara urutan adalah kitabullah, as-sunnah, qaul sahabat, qaul tabi’in dan makna yang dikehendaki oleh ayat (makna syar’i atau lughawi).

Kegiatan penafsiran terhadap kitab suci al-Qur’an akan terus berlanjut, dan berkembang sepanjang zaman.

IV. PENUTUP

Puji syukur makalah ini dapat selesai, walaupun saya menyadari betul banyak kekurangan dan jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran

(15)

Referensi

Dokumen terkait

5 Hasil pengukuran nilai VHS jantung kelinci yang diberi xylazin-ketamin sebagai anestesi jangka panjang pada RL dan DV view 8 6 Perubahan densitas paru-paru kelinci mulai

Terima kasih Yesus atas orang tua yang luar biasa, terima kasih Yesus atas kakak- kakak yang penuh kasih sayang, terima kasih atas keluarga yang selalu peduli, terima kasih

Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan Untuk Pertama Kalinya Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1976 tentang Ketentuan- ketentuan

Penelitian ini bertujuan membandingkan potensi inhibisi dari senyawa a-mangostin, ~-mangostin, y-mangostin sebagai inhibitor protein Akt Kinase secara in silica

Hubungan manajemen perubahan dan lingkungan kerja berjalan secara beriringan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai, serta diduga dalam pemberian motivasi kerja

Pada kata urutan terakhir ini yakni al-rahbi, berarti ‘katakutan’ pada surah al- Qashah ayat 32 berasal dari kata rahaba yang memiliki jenis kata isim masdhar atau

Yang menjadi permasalahan adalah, apakah dengan terserapnya dana tersebut, apa dampaknya bagi kualitas pendidikan terutama kualitas lulusan pada semua jenjang

Sentral Reseller Keperluan Laundry Siap Jual juga Bahan Baku seperti Contohnya: Bibit Parfum Laundry Parfum Laundry Alkohol/Metanol maupun Yang Dicampur Air ﴾Water Base Non...