1 1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan memiliki tujuan utama yaitu untuk memperoleh laba
yang maksimal. Dengan laba atau keuntungan maksimal perusahaan dapat
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Namun dewasa ini dunia usaha
berkembang semakin pesat. Banyak perusahaan-perusahaan baru yang
bermunculan sehingga membuat persaingan usaha yang begitu ketat dan
kompetitif. Oleh karena itu para pelaku perusahaan dituntut untuk bisa mengelola
sumber daya yang mereka miliki lebih efektif dan efisien demi menunjang apa
yang telah menjadi tujuan perusahaan sebelumnya. Pada era globalisasi ini,
persaingan antar perusahaan yang semakin ketat, menuntut perusahaan untuk
menghadapi dan mengantisipasi segala situasi agar mampu bertahan dan tetap
maju di tengah situasi tersebut, khususnya dalam rangka pencapaian tujuan utama
perusahaan tersebut (Chandra, 2010).
Tujuan lain dari pendirian suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan
nilai perusahaan tersebut dimana dapat tercerminkan oleh harga sahamnya. Setiap
perusahaan tentunya menginginkan nilai perusahaan yang tinggi sebab hal
tersebut juga secara tidak langsung menunjukkan kemakmuran pemegang saham
juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi
para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan
modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008).
Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen
mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan
yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai
perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya
harga saham di pasar (Rahayu, 2010).
Nilai perusahaan merupakan nilai aktual per lembar saham yang akan
2012:352). Bagi perusahaan yang sudah go public maka nilai pasar ditentukan
oleh mekanisme permintaan dan penawaran di bursa, yang tercermin dalam listing
price. Berbeda hal nya dengan perusahaan publik, yang nilai pasar ditetapkan oleh
lembaga independen seperti perusahaan jasa penilai.
Sektor pertambangan ini sangat menarik investor untuk diamati tingkat
kinerja keuangannya, seiring dengan naiknya harga saham sektor pertambangan
yang juga akan berpengaruh terhadap return saham para pemegang saham.
Keberhasilan investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan memberikan sinyal
positif bagi peningkatan nilai perusahaan yang tercermin pada peningkatan harga
sahamnya.
Sumber: IDX
Gambar 1.1
Perbandingan Harga Saham Perusahaan di BEI Tahun 2013-2016
Berdasarkan Gambar 1.1 di atas terlihat bahwa harga saham perusahaan di
BEI periode 2013-2016 mengalami fluktuatif, pada tahun 2014 harga saham
perusahaan umumnya mengalami penurunan, namun hanya pada perusahaan
sektor pertambangan yang mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 harga saham
perusahaan mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2016 harga saham
perusahaan kembali mengalami penurunan, namun hanya pada perusahaan sektor
pertambangan yang mengalami kenaikan. Atas dasar hal tersebut, maka penelitian
ini penting untuk diteliti pada sektor pertambangan guna melihat sejauh mana
kinerja keuangan perusahaan.
Indeks sektor pertambangan dan perkebunan menguat tajam pada awal
perdagangan Senin (7/3/2016) mengikuti reli harga komoditas di pasar global.
Pergerakan positif harga komoditas tambang masih berpeluang mengangkat
saham sektoral berbasis komoditas. Saham emiten-emiten yang berbasis
komoditas menguat tajam terdorong penguatan stabil harga minyak di bursa
berjangka. Kontrak WTI diperdagangkan menguat 1,87% ke US$36,59 per barel
setelah naik 9,58% sepanjang minggu lalu. Indeks sektor pertambangan
mencatatkan penguatan paling tajam, bergerak naik 1,66% dipimpin saham PT
Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) yang naik 5,17% dan PT Vale Indonesia Tbk
(INCO) yang menguat 3,09%. Harga almunium naik 10,04% ke US$9.320,50 per
ton di London Metal Exchange sepanjang minggu lalu, sedangkan harga batu bara
di Rotterdam menguat 4,57% ke US$45,75 per ton pada periode yang sama.
(Bisnis.com).
Faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah melalui
kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan menunjukkan prospek yang
baik, maka saham tersebut akan diminati oleh para investor dan berpengaruh pada
nilai jual saham tersebut. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan
dengan analisis rasio keuangan. Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan adalah return on assets (ROA) dan return On Equity
(ROE). Return on Assets (ROA) sendiri merupakan salah satu bentuk dari rasio
profitablitas untuk mengukur kemampuan perusahaan, dalam menghasilkan laba
dari pendapatan bersih dibagi dengan modal; menggambarkan tentang tingkat
pengembalian dari investasi para pemegang saham.
ROA dan ROE yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
digunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya jika ROA dan ROE negatif menunjukkan total aktiva yang digunakan
tidak memberikan keuntungan. Oleh karena itu dengan semakin positif nya nilai
dari ROA dan ROE maka akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik pula
yang akan di ikuti dengan meningkatnya harga saham dari perusahaan tersebut.
Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin
diminati investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan
semakin meningkat. Dengan kata lain ROA dan ROE akan berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan, sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
Salah satu indikator untuk menilai nilai perusahaan memiliki prospek baik
atau tidak di masa mendatang, adalah dengan melihat kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator suatu
perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya, juga merupakan
elemen dalam penciptaan nilai perusahaan (Rahayu, 2010).
Para pemilik modal, yang hanya berorientasi pada laba material, telah
merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi potensi ekonomi
yang dimilki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi
peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami
penurunan kondisi sosial (Anggraini,2006)
Pada saat ini banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada
saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat
terjadi, karena itu pula muncul kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini.
Banyak perusahaan kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social
Responsibilty (CSR). Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan
investasi perusahaan (Kusumadilaga, 2010).
Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan memperoleh legitimasi
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang melaksanakan CSR akan
mendapatkan respon positif dari para pelaku pasar. (Kiroyan, 2006 dalam
Puspaningrum, 2014).
Pada era masyarakat yang mulai peduli terhadap lingkungan, CSR
merupakan hal yang wajib dilakukan dan bukan sekedar pilihan sukarela bagi
perusahaan. Kewajiban perusahaan dalam menerapkan CSR diatur dalam Undang
–Undang Nomor 40 Tahun 2007. Pasal 74 Undang –Undang Perseroan Terbatas menyatakan : (a) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (Pasal 74:1). (b) Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban
Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran
(Pasal 74 : 2). (c) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai denan ketentuan peraturan
perundang–undangan (Pasal 74 : 3). Dengan peraturan ini, perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak di bidang atau berkaitan dengan sumber daya
alam diwajibkan melaksanakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
Perusahaan sektor pertambangan adalah perusahaan yang menyediakan
barang yang banyak digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu, perusahaan
sektor pertambangan adalah jenis perusahaan yang sangat concern terhadap
masalah lingkungan. Program CSR akan menciptakan suatu kaitan emosional
antara masyarakat dengan perusahaan apabila dikembangkan dengan baik, yang
nantinya akan berdampak pada brand awareness, dan nantinya akan menciptakan
keuntungan bagi perusahaan. Contoh bentuk tanggungjawab sosial perusahaan itu
bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk
anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,
sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan mendapatkan citra yang baik di
masyarakat.
Program pemberdayaan dan pemeliharaan lingkungan dan masyarakat
sangat penting untuk perusahaan tambang. Namun masih sedikit perusahaan
tambang di Indonesia yang sadar dan serius melakukan program tanggung jawab
sosial(CSR).Aktivis dari Lingkar Studi CSR Jalal menjelaskan, dari ribuan
perusahaan tambang yang beroperasi di Indonesia, hanya sekitar 10 perusahaan
yang secara serius dan berkelanjutan menjalankan program CSR.Jumlah
perusahaan tambang di Indonesia banyak sekali, mungkin ribuan tetapi yang
memiliki kesadaran yang memadai sampai 10, kalau perusahaan tambang yang
legal," ungkap Jalal seusai diskusi CSR di JCC, Senayan, Jakarta, Sabtu
(14\/7\/2012).Menurutnya, perusahaan tambang di Indonesia yang kebanyakan
adalah perusahaan kecil dan sedang. Kepedulian mereka akan lingkungan
khususnya dalam menjalankan program CSR sangat rendah. udah sangat jelas,
kalau perusahaan kecil dan sedang itu kepedulian lingkungannya sangat rendah
karena mereka mau beroperasinya dalam jangka pendek dan ambil sumber daya
langsung pergi, sambungnya.Sementara itu, perusahaan tambang besar yang
jumlahnya hanya mencapai puluhan dan tergabung dalam Indonesia Mining
Association (IMA) memiliki kesadaran CSR yang tinggi. Jika perusahaan
tambang besar melakukan aktivitas yang merugikan lingkungan justru bukan
hanya lingkungan sendiri yang terkena dampaknya, tetapi perusahaan itu sendiri
juga akan dirugikan. erusahaan-perusahaan yang lebih besar nggak bisa
melakukan itu kerena investasi mereka dalam jumlah besar dan dalam jangka
panjang. Mereka tidak akan memperoleh dukungan dari masyarakat untuk
beroperasi dalam jangka panjang. Semua perusahaan tambang, baik kecil hingga
besar seharusnya wajib menjalankan program CSR secara serius dan
berkelanjutan di lokasi pertambangan. CSR adalah sebuah manajemen
pengelolaan dampak dari aktivitas pertambangan, sehingga tidak ada pengecualian
skala usahanya. Karena CSR management, perusahaan-perusahaan yang lebih
kecil kan dampaknya lebih kecil, seharusnya mereka bisa mengelola dampaknya
kecil.(https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/1965426/ribuan-perusahaan-tambang-di-ri-hanya-10-yang-jalankan-csr, di unduh September
2017).
Perusahaan di Indonesia belum semua menjalankan program
tanggungjawab sosial perusahaan (coporate social responsibility) dengan baik,
padahal mereka memiliki kemampuan menjalankannya. Terdapat beberapa
fenomena, terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam
melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di
sekitarnya, hususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya alam (ekstraktif). Setidaknya ada enam kasus yang mendapatkan
perhatian cukup besar dari khalayak, antara lain: pembebasan Newmont Minahasa
Raya (NMR) dari tuduhan pencemaran Teluk Buyat; gugatan atas meluapnya
lumpur panas Lapindo; tuduhan pembalakan liar kepada RAPP dan APP,
perseteruan antara masyarakat Meruya Selatan Jakarta dengan PT Portanigra,
dugaan korupsi PT Asian Agri, dan kasus suap perusahaan kepada pemerintah
yang melibatkan perusahaan raksasa Monsanto. Selain enam kasus utama ini ada
juga sejumlah kasus yang pada akhirnya memungkinkan perusahaan diseret ke
muka pengadilan, seperti demonstrasi tuntutan gaji karyawan PT Freeport dan
soal kontrak perusahaan sepatu Nike dengan PT Naga Sakti Paramashoes (NASA)
dan PT Hardaya Aneka Shoes Indonesia (HASI). Dua perusahaan Indonesia yang
berada di bawah Group Central Murdaya, miliki pengusaha kakap asal Indonesia
Hartati Murdaya. Untuk kasus pemenangan NMR, terdapat catatan khusus yang
sangat menarik. (Rahayu, http//nasional.tempo.com, Oktober 2016).
Kasus lain mengenai CSR terjadi pada PT. Freeport Indonesia. PT.
Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas
sahamnya dimiliki Freeport-MCMoRan Copper & Gold Inc. sebuah perusahaan
Amerika Serikat,PT. Freeport Indonesia merupakan penghasil emas terbesar di
dunia melalui tambang Grasberg. Freport Indonesia telah melakukan eksplorasi di
dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari tahun 1967) dan
tambang Grasberg (sejak tahun 1988) di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten
Mimika, Propinsi Papua. Perusahaan sudah melaksanakan tanggung jawab sosial
orang-orang Papua diarea pertambangan dan melakukan konservasi terhadap
lingkungan. Sebenarnya apabila dilihat dari sudut pandang perusahaan bahwa
investasi yang sangat besar yang dilakukan di tanah Papua harus menguntungkan
dari segi financial untuk jangka panjang karena terkait dengan kepentingan para
pemegang saham perusahaan. Dengan ditanda tanganinya kontrak artinya semua
pihak yang terlibat paham dan mengerti isi kontrak tersebut, jadi PT. Freeport
harus menjalankan kewajibannya terhadap pemerintah, masyarakat dan
lingkungan sesuai dengan isi kontrak tersebut. PT. Freeport Indonesia telah
memberikan kompensasi terhadap masyarakat Papua, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa ada sebagian masyarakat Papua yang lain tidak mendapatkan
ganti rugi. Di sisi lain, pemiskinan juga berlangsung di wilayah Mimika, yang
penghasilannya hanya sekitar $132/tahun, pada tahun 2005. Kesejahteraan
penduduk Papua tak secara otomatis terkerek naik dengan kehadiran Freeport
yang ada di wilayah mereka tinggal. Di wilayah operasi Freeport, sebagian besar
penduduk asli berada di bawah garis kemiskinan dan terpaksa hidup mengais
emas yang tersisa dari limbah Freeport. Selain permasalahan kesenjangan
ekonomi, aktivitas pertambangan Freeport juga merusak lingkungan secara masif
serta menimbulkan pelanggaran HAM (Agung Dema, https:// agung
dema.Wordpress.com, diunduh Oktober 2016)
Anwar et al. (2010) mengatakan bahwa pengungkapan CSR dalam laporan
tahunan (annual report) memperkuat citra perusahaan dan menjadi sebagai salah
satu pertimbangan yang diperhatikan investor maupun calon investor memilih
tempat investasi karena menganggap bahwa perusahaan tersebut memberikan citra
(image) kepada masyarakat bahwa perusahaan tidak lagi hanya mengejar profit
semata tetapi sudah memperhatikan lingkungan dan masyarakat.
CSR adalah gagasan yang membuat perusahaan tidak hanya
bertanggungjawab dalam hal keuangannya saja, tetapi juga terhadap masalah
sosial dan lingkungan sekitar perusahaan agar perusahaan dapat tumbuh secara
berkelanjutan, seperti pendapat Sari (2012) yang menyatakan bahwa tanggung
jawab perusahaan lebih luas lagi, sampai pada kemasyarakatan. Perkembangan
operasional perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut, perusahaan yang
aktivitasnya terkait dengan sumber daya alam wajib mengungkapkan CSR, hal itu
termuat dalam UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. CSR dapat
dipandang sebagai kewajiban dunia bisnis untuk menjadi akuntabel terhadap
seluruh stakeholder, bukan hanya terhadap salah satu stakeholder saja. Jika
perusahaan tidak memberikan akuntabilitas kepada seluruh stakeholder yang
meliputi karyawan, pelanggan, komunitas, lingkungan lokal/global, pada akhirnya
perusahaan tersebut akan dinilai buruk dan tidak akan mendapatkan dukungan
dari masyarakat.
CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki
masalah sosial dan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional
perusahaan, oleh sebab itu CSR sangat berperan untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Perusahaan harus menganggap CSR sebagai strategi jangka panjang
yang menguntungkan, bukan sebagai aktivitas yang merugikan. Selain itu, Chariri
(2008) berpendapat bahwa pengungkapan CSR dapat digunakan sebagai alat
manajerial untuk menghindari masalah sosial dan lingkungan.
Atas dasar hal di atas, maka penelitian ini penting untuk diteliti pada
sektor pertambangan guna melihat sejauhmana kinerja keuangan dan
pengungkapan sosial (CSR) mampu mempengaruhi pandangan stakeholder
tentang nilai perusahaan mengingat beberapa fakta mengenai perusahan
pertambangan yang telah disebutkan. Pemilihan tahun 2012-2015 sebagai tahun
pengamatan karena tahun tersebut merupakan tahun terbaru pada saat penelitian
dilakukan.
Hubungan signifikan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan
akan terlihat jika melihat tujuan utama setiap perusahaan yaitu untuk memperoleh
laba yang maksimal dimana dengan adanya peningkatan laba menunjukkan bahwa
kinerja keuangan sebuah perusahan mengalami peningkatan (Chandra, 2010).
Nilai perusahaan menggambarkan apresiasi investor terhadap hasil kerja
manajemen dalam mengelola aset perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari
prospek perusahaan di masa depan. Peningkatan nilai perusahaan salah satunya
dipengaruhi oleh kinerja keuangan, terutama pada profitabilitas (Rahayu, 2010).
Pada penelitian Agustina (2013), berbagai aspek keuangan di dalam
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, salah satunya
adalah rasio profitabilitas. Dewasa ini banyak pimpinan mendasarkan kinerja
perusahaan yang dipimpinnya pada financial performance. Paradigma yang dianut
oleh banyak perusahaan tersebut adalah profit oriented. Perusahaan yang dapat
memperoleh laba besar dapat dikatakan berhasil atau memiliki kinerja keuangan
yang baik. Sebaliknya apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif kecil, maka
dapat dikatakan perusahaan kurang berhasil atau kinerja yang kurang baik. Hal ini
dikarenakan profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan manajemen perusahaan.
Pengukuran terhadap profit akan memungkinkan bagi perusahaan dalam
hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungan
dengan volume penjualan jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pihak
manajemen. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Return on Total
Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Menurut Brigham (2010:112-115), Return on Total Assets (ROA) adalah Rasio yang diperoleh dari pendapatan bersih
dibagi dengan jumlah aktiva. Sedangkan Return on Equity (ROE) adalah Rasio
dari pendapatan bersih dibagi dengan modal; menggambarkan tentang tingkat
pengembalian dari investasi para pemegang saham.
Variabel CSR digunakan sebagai variabel yang mempengaruhi nilai
perusahaan karena berdasarkan dengan teori stakeholder menyatakan bahwa
perusahaan harus melakukan pengungkapan tanggungjawab sosial kepada para
stakeholder. Hal ini menunjukkan bahwa pasar juga memberikan respon yang
positif terhadap pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan
(Wirakusuma & Yuniasih, 2009). Secara teoritis, semakin banyaknya aktivitas
CSR yang diungkapkan oleh perusahaan, maka nilai perusahaan akan semakin
meningkat karena pasar akan memberikan apresiasi positif kepada perusahaan
yang melakukan CSR yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham
sebagai pedoman untuk menilai potensi keberlanjutan suatu perusahaan. Oleh
sebab itu, dalam mengambil keputusan investasi, banyak investor yang cukup
memperhatikan CSR yang diungkapkan oleh perusahaan.
Oleh karena itu penelitian ini ingin menemukan pengaruh signifikan
interaksi kinerja keuangan (ROA dan ROE) dan CSR terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan asumsi, pertimbangan dan alasan tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul” Pengaruh Kinerja Keuangan dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan”. (Studi pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2015).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menguji variabel-variabel
yang mempengaruhi nilai perusahaan. Oleh karena itu dapat diidentifikasi
masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana Return On Assets, Return On Equity, dan aktivitas Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama Periode 2012-2015?
2. Bagaimana perkembangan nilai perusahaan pada Perusahaan Pertambangan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Periode 2012-2015?
3. Bagaimana pengaruh Return On Assets, Return On Equity, dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode selama
2012-2015 baik secara simultan maupun secara parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis perkembangan Return On Assets, Return On Equity, dan
aktivitas Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Pertambangan
2. Untuk mengetahui perkembangan nilai perusahaan pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Periode
2012-2015
3. Untuk mengetahui pengaruh Return On Assets, Return On Equity, dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Periode
2012-2015 baik secara simultan maupun secara parsial
1.4 Manfaat Penellitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap bahwa hasil
penelitian dapat berguna bagi berbagai pihak diantaranya adalah:
Bagi akademisi
1. Penulis
Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang diharapkan dapat
menambah wawasan, pengetahuan daya nalar dan memperluas cakrawala
berpikir dalam mengetahui pengaruh Return On Assets, Return On Equity,
dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan sehingga
dapat lebih memahami aplikasi dari teori-teori yang selama ini dipelajari
dibandingkan kondisi yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
2. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan
bagi pihak manajemen perusahaan agar lebih meningkatkan profitabiltas, CSR
dan nilai perusahaan karena dapat mempengaruhi minat investor dalam
menanamkan modalnya.
3. Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para investor
untuk lebih mempertimbangkan nilai perusahaan sebelum melakukan investasi
di perusahaan tersebut. Serta diharapkan dapat bermanfaat menjadi
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang singkat mengenai pembahasan skripsi,
maka skripsi ini dibagi menjadi 5 bab yang saling berhubungan. Adapun
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari
kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi serta beberapa
literature review yang berhubungan dengan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang perusahaan pertambangan yang menjadi objek
penelitian. Variabel penelitian yang digunakan adalah ROA,ROE,CSR dan PBV.
Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis koefisien
korelasi, analisis koefisien determinasi, analisis regresi linier berganda dan uji
hipotesis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang penyajian data penelitian, pengolahan terhadap data
yang terkumpul dan hasil penelitian yang dicapai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian