• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Enterprise Risk Management dan Faktor Internal Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Enterprise Risk Management dan Faktor Internal Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Risiko dan Enterprise Risk Management

2.1.1 Risiko

Risiko adalah ketidakpastian dari keuntungan masa mendatang (Chance dan Brooks, 2016: 8). Risiko dihadapi dalam setiap aktivitas yang dilakukan, begitu pula aktivitas bisnis. Potensi kejadian yang menimbulkan risiko dapat muncul kapan saja dan menyebabkan kerugian baik bagi individu maupun perusahaan. Risiko menunjukkan kemungkinan hasil yang berbeda dari yang diharapkan. Menurut Siahaan (2009: 2), risiko berkaitan dengan kemungkinan (probability) kerugian terutama yang menimbulkan masalah. Jika kerugian diketahui dengan pasti terjadinya, mungkin dapat direncanakan di muka untuk mengatasinya dengan mengeluarkan ongkos tertentu. Risiko menjadi masalah penting jika kerugian yang ditimbulkannya tidak diketahui secara pasti.

Manajemen risiko adalah proses dimana perusahaan mengidentifikasi risiko dan mengambil tindakan sebelum serta sesudah untuk mengontrol deviasi antara toleransi risiko dengan risiko yang dihadapi (Culp, 2002). Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses- proses berikut ini (Hanafi, 2014: 10-12):

1. Identifikasi Risiko

Ini dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi.

(2)

Tujuan dari hal ini adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika memperoleh pemahaman yang lebih baik, akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk mengukur risiko tersebut.

3. Pengelolaan Risiko

Risiko harus dikelola. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya.

2.1.2 Enterprise Risk Management (ERM)

Enterprise Risk Management (ERM) adalah filosofi manajemen risiko yang menekankan pendekatan strategis dan terintegrasi untuk mengelola risiko dan ketidakpastian dari banyak risiko yang muncul dengan mekanisme tata kelola perusahaan yang membatasi dan mengkoordinasikan perilaku manajer (Baxter et al., 2012). Dalam Excecutive Summary yang dikeluarkan oleh COSO (2004), yang dimaksud dengan Enterprise Risk Management (ERM) adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya yang diterapkan dalam pengaturan strategi dan mencakup perusahaan secara keseluruhan, dirancang untuk mengidentifikasi peristiwa potensial yang dapat memengaruhi perusahaan dan mengelola risiko yang berada dalam batasannya untuk memberikan keyakinan yang cukup yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan.

(3)

1.Aligning risk appetite and strategy

Manajemen mempertimbangkan besar risiko entitas dalam mengevaluasi strategi alternatif, menetapkan tujuan yang terkait, dan mengembangkan mekanisme untuk mengelola risiko yang terkait.

2.Enchancing risk response decisions

ERM menyediakan kekuatan untuk mengidentifikasi dan memilih di antara tanggapan alternatif risiko – mennghindari, mengurangi, membagi, dan menerima risiko.

3.Reducing operational surprises and losses

Keuntungan entitas meningkatkan kapabilitas untuk mengidentifikasi peristiwa potensial dan menetapkan respon, mengurangi kejutan, dan menghubungkan dengan biaya atau kerugian.

4.Identifiying and managing multiple and cross-enterprise risks

Setiap perusahaan menghadapi banyak sekali risiko yang memengaruhi berbagai bagian organisasi dan Enterprise Risk Management memfasilitasi respon yang efektif terhadap dampak yang saling berhubungan dan mengintegrasikan respon terhadap beberapa risiko.

5.Seizing opportunities

(4)

6.Improving deployment of capital

Memperoleh informasi risiko yang kuat memungkinkan manajemen untuk secara efektif menilai kebutuhan modal secara keseluruhan dan meningkatkan alokasi modal.

Dari keenam hal tersebut, dapat dilihat bahwa Enterprise Risk Management

(ERM) mengatasi risiko melalui identifikasi, evaluasi, meminimalkan biaya yang ditimbulkan oleh risiko, serta melihat kemungkinan kejadian potensial yang dapat menyebabkan kerugian.

Selain itu, Enterprise Risk Management yang dikeluarkan oleh COSO memiliki delapan komponen yang terdiri dari lingkungan internal, penentuan tujuan, identifikasi kejadian, evaluasi (assessment) risiko, respon terhadap risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta monitoring. Risiko yang dikelola mencakup risiko strategis, operasi, dan kepatuhan dan mencakup seluruh oragnisasi, mulai dari level perusahaan keseluruhan, level divisi, level unit bisnis, dan level anak perusahaan (Hanafi, 2014: 19).

Enterprise Risk Management dianggap sebagai paradigma yang baru dalam pengelolaan manajemen risiko, sebelumnya diberbagai organisasi seperti asuransi, nilai tukar, operasi perusahaan, kredit, dan komoditas masing-masing aktivitas dilakukan terfokus dan terpisah. Di bawah Enterprise Risk Management, semua area risiko akan berfungsi sebagai bagian dari sebuah integrasi, srategi, dan keseluruhan sistem perusahaan. Manajemen risiko dikoordinasikan dengan tingkat pengawasan senior, karyawan di semua tingkat organisasi menggunakan

(5)

bagian integral dan berkelanjutan dari pekerjaan mereka (Fraser dan Simkins, 2010: 3).

Nocco dan Stulz (2006), menyatakan bahwa fungsi manajemen risiko diarahkan oleh seorang eksekutif senior, yaitu Chief Risk Officer (CRO) serta peranan dewan dalam langkah-langkah pemantauan dan pengaturan batasan risiko untuk langkah-langkah ini telah meningkat di banyak perusahaan. Sebuah perusahaan yang memilih untuk mengelola risiko dapat melakukannya dengan dua cara yang berbeda secara fundamental: mengelola satu risiko pada satu waktu atau mengelola semua risiko yang ada secara holistik, yaitu melalui Enterprise Risk Management. Perusahaan yang berhasil menerapkan Enterprise Risk Management

memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang jika dibandingkan dengan orang-orang yang mengelolanya secara individual atau terpisah. Dengan mengukur dan mengelola risiko yang sistematis dan secara konsisten dan menyelaraskan insentif karyawan untuk mengoptimalkan tradeoff antara risiko dan pendapatan, peningkatan perusahaan secara tajam kemungkinannya akan mencapai tujuan stategis.

Dalam konteks misi atau visi perusahaan yang didirikan, manajemen menetapkan tujuan strategis, memilih strategi, dan menetapkan tujuan selaras dengan mengalirnya perusahaan. Kerangka manajemen risiko perusahaan ini diarahkan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan, yang diatur dalam empat kategori:

(6)

2. Operations (Operasi), penggunaan yang efektif dan efisien dari sumber daya,

3. Reporting (Pelaporan), keandalan pelaporan,

4. Compliance (Kepatuhan), kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (COSO, 2004).

Nocco dan Stulz (2006) menjelaskan bahwa Enterprise Risk Management

menciptakan nilai, baik melalui dampaknya terhadap perusahaan secara makro maupun mikro. Secara makro, Enterprise Risk Management menciptakan nilai dengan memungkinkan perusahaan untuk mengukur dan merasionalisasi tradeoff risiko dan pendapatan dihadapi dan karenanya memungkinkan bagi perusahaan untuk mengakses sumber daya dari waktu ke waktu untuk menerapkan strategi dan mengambil risiko yang menciptakan nilai. Secara mikro, Enterprise Risk Management menjadi cara hidup perusahaan. Semua risiko material yang dimiliki dan tradeoff antara pendapatan dan risiko berhubungan dengan risiko individu harus diinternalisasikan. Oleh karena itu, penerapan Enterprise Risk Management

ditujukan untuk meminimalkan risiko secara menyeluruh dan ditujukan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan.

2.2 Nilai Perusahaan

(7)

kelangsungan perusahaan dan menunjukkan kemakmuran pemegang saham perusahaan tersebut. Menurut Rodoni dan Ali (2014: 4), kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset.

Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari hutang dan ekuitas perusahaan (Keown et al., 2010). Untuk dapat menciptakan value/nilai bagi perusahaan, manajer keuangan harus (Rodoni dan Ali, 2014: 3):

1. Mencoba untuk membuat keputusan investasi yang tepat. 2. Mencoba untuk membuat keputusan pendanaan yang tepat.

3. Keputusan dividen yang tepat dan juga keputusan investasi modal kerja bersih.

Menurut Sanjaya dan Linawati (2015), nilai perusahaan merupakan perpsepsi investor terhadap potensi pertumbuhan sebuah perusahaan yang sering dikaitkan dengan perkembangan harga saham. Harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian khusus dari semua pelaku pasar atas nilai suatu perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007). Untuk mengukur nilai perusahaan,

penelitian ini menggunakan Tobin’ s Q sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hoyt dan Lienbenberg (2008), Bertinetti et al (2013), dan Tahir dan Razali (2011).

Tobin’s Q adalah rasio yang membandingkan nilai pasar aset perusahaan

untuk biaya penggantian mereka dimana Tobin’s Q mencerminkan ekspektasi

pasar dan mencerminkan harapan masa depan investor. Tobin’s Q didefinisikan

(8)

buku aset (Hoyt dan Lienbenberg, 2008). Jika Q>1 berarti harga pasar satuan saham lebih besar dari harga buku satuan saham yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki respon pasar yang kuat.

2.3 Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan merupakan atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Pantow et al., 2015). Penelitian ini menggunakan Log natural total asset. Karena nilai total aset biasanya sangat besar dibandingkan variabel keuangan lainnya. Tongli et al (2005), menjelaskan (dalam Tahir dan Razali, 2011) bahwa ukuran perusahaan terkait dengan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang lebih besar dapat meningkatkan ukuran mereka saat ini dengan cepat karena kinerja masa lalu saat ini berkaitan dengan nilai perusahaan. Pemaksimalan ukuran perusahaan dapat berarti mempertahankan investasi yang mengurangi nilai perusahaan atau investasi berlebihan dalam pegawai dan mengembangkan perusahaan ke dalam usaha yang tidak terkait yang pada akhirnya meningkatkan besar perusahaan, namun tidak meningkatkan nilai perusahaan (Basyaib, 2007: 138).

2.4 Leverage

Leverage artinya harta perusahaan didongkrat dengan utang atau leverage

(9)

operasi yang tinggi, sedangkan dalam kondisi ekonomi buruk tingkat leverage

harus rendah agar beban bunga rendah (Utari et al., 2014: 61)

Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung. Seluruh hutang dalam neraca memberikan pihak ketiga klaim legal atas perusahaan. Klaim ini dapat berupa pembayaran bunga pada interval waktu yang teratur, ditambah pembayaran kembali pokok pinjaman selama waktu yang telah disetujui. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar ( Walsh, 2003: 23).

2.5 Profitabilitas

Profitabilitas ialah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Untuk memperoleh laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expenses) atas pendapatan. Analisis profitabilitas dapat menggunakan Return On Asset, yaitu laba bersih dibagi dengan total aset (Utari et al., 2014: 63).

(10)

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Laba perusahaan bisa meningkat melalui dua cara (Sjahrial, 2012:119):

1. meningkatkan pendapatan/laba dari penjualan 2. menurunkan biaya-biaya

Profitabilitas juga mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk membuat keuntungan setelah banyak biaya, biaya overhead, dan biaya lainnya. Profitabilitas penting bagi perusahaan, karena peningkatan laba bisa memengaruhi kenaikan harga pasar. Di sisi lain, jika sebuah perusahaan menunjukkan pendapatan yang baik, ini akan menarik lebih banyak investasi.

2.6 Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)

Pertumbuhan penjualan diukur sebagai pertumbuhan penjualan masa lalu (satu tahun) dan digunakan sebagai pengukur peluang pertumbuhan di masa depan (Hoyt dan Lienbenberg, 2008). Pertumbuhan penjualan diukur dengan membandingkan penjualan tahun ini dikurangi dengan penjualan tahun sebelumnya dan dibagi penjualan tahun sebelumnya. Semakin besar angka pertumbuhan penjualan, akan semakin besar pertumbuhan penjualannya. Hal ini akan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.

(11)

2.7 Penelitian Terdahulu

Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas tentang pengaruh Enterprise Risk Management terhadap nilai perusahaan, sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Judul/Peneliti Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil 1 Pengaruh penerapan

Enterprise Risk

1. ERM tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

2. Size berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan

3. Leverage berpengaruh negatif siginfikan terhadap nilai

perusahaan

2 Enterprise Risk Management and

1. ERM berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan

2. Size berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan

3. Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

4. Sales growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan 5. Chinese Ownership berpengaruh positif tidak siginifikan terhadap nilai perusahaan

6. Life Insurance berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan

1. ERM berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan

2. ROA dan Beta berpengaruh the firm value of

European

companies/ Giorgio S. Bertinetti, et al (2013)

logistik positif signifikan terhadap nilai perusahaan

3.Leverage,dan Size berpenaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan

(12)

Lanjutan Tabel 2.1

No Judul/Peneliti Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil 4 The relationship

between Enterprise

1. ERM berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan

2. Size berpnegaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan

3. Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

1. Koefisien ERM positif signifikan

2. Kebijakan dividen memiliki hubungan dengan nilai perusahaan

3. Internasional diversifikasi dan Industrial diversifikasi

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.8 Kerangka Konseptual

(13)

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, variabel independen penelitian ini adalah Enterprise Risk Management, dengan faktor internal sebagai variabel kontrol yang terdiri dari

size, leverage, profitabilitas, sales growth, dan kepemilikan. Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu nilai perusahaan.

Penerapan manajemen risiko diharapkan dapat membantu kinerja perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui pengelolaan risiko yang bertujuan meminimalkan kerugian perusahaan. Dengan adanya peraturan yang mendukung pelaksanaan manajemen risiko, artinya bagi perusahaan manajemen risiko merupakan hal yang penting. Pengelolaan risiko secara terintegrasi dapat dilakukan dengan Enterprise Risk Management dengan hadirnya Chief Risk Officer di dalam suatu perusahaan. Manajemen risiko di dalam perusahaan juga diharapkan akan memberikan jaminan perlindungan bagi investor terhadap berbagai risiko yang dihadapi oleh perusahaan.

Kebutuhan dalam mengelola risiko akan semakin meningkat terhadap perusahaan dengan ukuran yang lebih besar. Total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan yang berarti risiko yang dihadapi juga semakin kompleks. Pentingnya pengelolaan risiko adalah untuk tetap menjaga nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja yang semakin baik akan berdampak terhadap meningkatnya ukuran perusahaan, sehingga investasi lebih memungkinkan untuk mencipatkan nilai bagi pemegang saham.

(14)

perusahaan pada komposisi utang dan ekuitas. Perusahaan yang memiliki komposisi utang lebih besar akan cenderung memiliki risiko gagal bayar yang lebih besar. Leverage dapat meningkatkan nilai perusahaan bila leverage

mengurangi arus kas bebas yang telah diinvestasikan. Akan tetapi, jumlah utang yang terlalu besar akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan dan besarnya risiko gagal bayar, sehingga investor kurang berminat untuk berinvestasi dan menurunkan nilai perusahaan.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari aktivitas bisnisnya. Profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari rasio Return On Asset yang menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan mungkin untuk memperoleh pendapatan dari investasi asetnya. Profitabilitas juga merupakan salah satu faktor yang akan menciptakan nilai untuk menarik minat investor baru. Semakin tinggi kemampuan perusahaan menggunakan aset yang dimiliki, laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga semakin besar sehingga hal ini dapat memengaruhikenaikan harga pasar dan meningkatnya nilai perusahaan.

(15)

Bentuk kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, uraian teoritis, dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian adalah Enterprise Risk Management dan faktor internal perusahaan yang terdiri dari size, leverage, profitabilitas, dan sales growth

berpengaruh signifikan secara bersama-sama dan parsial terhadap nilai perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Ukuran Perusahaan

Sales Growth

Profitabilitas

Leverage Nilai Perusahaan

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

(1) Penentuan Tipe hutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Perkotaan atau Rencana Tata Ruang

085290909793 setelah saya coba konsultasi dan minta sarannya saya disarankan minum obat sipilis khusus, setelah saya mengkonsumsi baru 2 hari nanah yang tadinya keluar dari

Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kekuatan otot tangan maupun kaki setelah dilakukan Hafi Gym pada pasien stroke non hemoragik... penelitian ini

Dari hasil perhitungan diketahui pada gambar 4.10 pola distribusi fraksi volume gas karbon monoksida dengan range fraksi volume 0,34-0,38 mengalami kenaikan seiring dengan

Selanjutnya berdasarkan hasil uji lanjut yang disajikan pada Tabel 4 diketahui bahwa perlakuan A3B1 (dua luka, tanpa media) menghasilkan nilai pH tertinggi yaitu

Permasalahan modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga, dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, bank memiliki modal

Perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yaitu diawali perpustakaan manual, perpustakaan

1) Kerapatan vaskular bundles bambu berdegradasi dari tepi hingga ke dalam sehingga dapat diturunkan fungsi linier dan non linier sebagai pendekatan