• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Profitability, Leverage dan Firm Size Terhadap Bond Rating pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal

Perkembangan perekonomian saat ini menjadikan kebutuhan akan dana untuk modal dalam setiap dunia usaha terus mengalami peningkatan. Kebutuhan akan dana ini terlihat seiring dengan peningkatan jumlah pasar dan tuntutan terhadap produk-produk yang berkualitas serta dalam rangka meningkatkan aktivitas produksi. Demi memenuhi kebutuhan dana dari setiap dunia usaha pemerintah melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga ekonomi membentuk pasar modal sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana tambahan dalam meningkatkan produksi.

Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasar modal (capital market) merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian, pasar modal merupakan suatu wadah yang memberikan fasilitas berbagai sarana dan prasarana dalam rangka melakukan kegiatan jual beli efek, serta kegiatan lainnya yang terkait. Jogiyanto (2003:11) menyatakan bahwa pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham (stock) maupun menerbitkan obligasi (bond).

(2)

(lebih dari satu tahun) seperti saham (stock), obligasi (bond), waran (warrant), right, reksa dana (mutual fund), dan berbagai instrumen derivatif seperti opsi (option), kontrak berjangka (futures), dan lain sebagainya (Darmadji dan Hendy, 2006:2). Pasar modal merupakan perantara atau tempat bertemunya para pembeli dan penjual yang ingin ikut serta dalam kegiatan jual beli instrumen keuangan di pasar modal, sehingga instrumen keuangan yang ditawarkan di pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Pasar modal dapat dikatakan likuid jika para penjual dan pembeli dapat dengan mudah dan cepat dalam memenuhi kebutuhan mereka seperti penjual yang ingin menjual produknya dan pembeli yang ingin membeli suatu produk sesuai kebutuhan. Pasar modal dapat dikatakan efisien apabila harga dari setiap surat berharga yang diperdagangkan menggambarkan nilai dari suatu perusahaan secara akurat (Jogiyanto, 2003:12).

Adanya pasar modal membawa berbagai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat, emiten, lembaga penunjang dan pemerintah. Darmadji dan Hendy (2006:3) mengatakan, ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan dari adanya pasar modal dalam suatu negara, yaitu:

1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya

diversifikasi.

3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara. 4. Memungkinkan penyebaran kepemillikan perusahaan sampai lapisan

(3)

5. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik.

7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial.

9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

2.1.2 Obligasi

2.1.2.1 Pengertian Obligasi

Salah satu produk yang dikeluarkan oleh pasar modal adalah obligasi. Obligasi dapat dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam meningkatkan kegiatan operasional perusahaan. Menurut Bursa Efek Indonesia, obligasi (bond) merupakan surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan yang berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak yang membeli obligasi.

(4)

pengembangan perusahaan. Rivai et al. juga mengatakan obligasi merupakan surat berharga atau sertifikat yang berisikan kontrak antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman dimana surat obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi.

Menurut Harmono (2014:63) obligasi merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi yang didalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan termasuk ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo. Sementara itu Jogiyanto (2003:11) menyampaikan bahwa obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang telah disepakati.

Menurut Keown et al. (2011:232) obligasi merupakan suatu jenis utang atau surat kesanggapun pembayaran dalam jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam dan berjanji untuk membayar kepada pemegangnya dengan jumlah bunga yang tetap setiap tahunnya. Pendapatan tetap (fixed income) dalam obligasi berarti pendapatan yang diperoleh pemilik obligasi, baik dalam bentuk kupon maupun pokok, telah ditentukan waktu dan nilainya, serta tidak terpengaruh oleh perubahan harga dari surat utang lainnya (Darmidji dan Hendy, 2006:16).

(5)

untuk membayar bunga dari dana yang telah dipinjamkan dengan jumlah yang tetap dan melunasi kewajiban pokoknya pada jangka waktu yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa keuntungan dari perusahaan yang menerbitkan obligasi, yaitu tidak adanya campur tangan pemilik dana terhadap perusahaan, dan tidak adanya controlling interest oleh pemilik obligasi terhadap perusahaan seperti halnya perusahaan yang menerbitkan saham (Suta, 2003:274).

Pihak yang membeli obligasi (bond holder) akan mendapatkan keuntungan melalui pembayaran kupon yang umumnya lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Selain itu bond holder dapat pula memperoleh keuntungan lain apabila obligasi tersebut dijual dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga belinya, maka investor memperoleh capital gain. Kemudian, jika emiten (bond issuer) mengalami kebangkrutan, maka pemegang obligasi memiliki hak yang lebih tinggi atas kekayaan perusahaan dibanding dengan pemegang saham (Darmidji dan Hendy, 2006:16).

2.1.2.2 Karakteristik Obligasi

(6)

1. Klaim terhadap Aset-aset dan Penghasilan Perusahaan

Ketika suatu perusahaan dalam keadaan tidak mampu lagi untuk melanjutkan kegiatan operasional perusahaan (bangkrut), semua bentuk utang perusahaan secara umum termasuk obligasi, harus lebih diutamakan untuk dibayarkan sebelum saham preferen dan saham biasa. Jika obligasi tidak dibayar, badan pengawas obligasi dapat menggolongkan perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang tidak mampu membayar utang.

2. Nilai Nominal

Nilai Nominal merupakan nilai pokok dari suatu obligasi yang telah ditetapkan sejak awal obligasi tersebut diterbitkan yang akan diterima oleh pemegang obligasi saat obligasi jatuh tempo.

3. Suku Bunga Kupon (the Interest Rate)

Suku bunga kupon pada obligasi menunjukkan besarnya persentasi bunga terhadap nilai nominal obligasi yang akan dibayar pada waktu-waktu yang telah ditentukan, misalnya setiap tiga bulan atau setiap enam bulan sekali ataupun setiap tahunnya.

4. Jatuh Tempo (Maturity)

Jatuh tempo merupakan tanggal dimana pemegang obligasi mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimiliki yang sekaligus mengakhiri masa berlaku suatu obligasi tersebut.

5. Indenture (Surat Perjanjian Penerbit dan Perwalian Obligasi)

(7)

terdapat persetujuan pinjaman yang mencakup uraian dari obligasi, hak pemegang obligasi, hak perusahaan penerbit obligasi dan tanggung jawab perwalian. Secara umum indenture berisikan tentang melarang penjualan tentang piutang perusahaan, membatasi deviden saham biasa, pembatasan penjualan atau pembelian aktiva tetap, dan pembatasan penawaran pinjaman. Sedangkan secara khususnya ketentutan bersifat membatasi yang termasuk surat perjanjian berusaha melindungi posisi keuangan pemegang obligasi dibanding surat-surat berharga lainnya.

6. Dapat Diperjualbelikan

Obligasi dapat diperjualbelikan seperti halnya saham. Jika suatu nilai obligasi meningkat, maka pemegang obligasi dapat menjual obligasi tersebut melalui dealer ataupun pialang obligasi. Pialang obligasi akan menerima fee atas transaksi obligasi tersebut (Darmadji dan Hendy, 2006:19).

7. Tingkat Penghasilan Sekarang

Tingkat penghasilan lancar mengacu pada perbandingan pembayaran bunga tahunan pada harga obligasi sekarang di pasaran.

8. Peringkat Obligasi (Bond Rating)

(8)

2.1.2.3 Jenis-jenis Obligasi

Terdapat beberapa jenis obligasi yang tersedia di pasar. Menurut Bursa Efek Indonesia jenis-jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar dibagi menjadi beberapa kategori antara lain:

1. Berdasarkan Penerbitnya, obligasi terbagi menjadi:

a. Corporate Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) ataupun badan usaha swasta.

b. Government Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat suatu negara. Di Indonesia dikenal dengan Surat Utang Negara (SUN), dan lainnya.

c. Municipal Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).

2. Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga, obligasi terbagi menjadi:

a. Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara berkala namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.

b. Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara berkala sesuai dengan ketentuan penerbitnya.

(9)

d. Floating Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut berdasarkan suatu acuan tertentu seperti average time deposit (rata-rata tertimbang) yaitu tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah atau swasta.

e. Combination Rate Bond yaitu obligasi yang besarnya kupon merupakan kombinasi antara bunga tetap dan bunga mengambang.

3. Berdasarkan Hak Penukaran atau Opsi, obligasi terbagi menjadi:

a. Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi ke dalam bentuk saham perusahaan penerbitnya.

b. Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam jumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

c. Callable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten (bond issuer) untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sebelum masa umur obligasi tersebut berakhir.

d. Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu (strike price) sepanjang umur obligasi tersebut.

4. Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya, obligasi terbagi menjadi:

(10)

1) Guaranteed Bonds yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijaminn dengan penanggungan dari pihak ketiga.

2) Mortgage Bonds yaitu obligasi yang pelunasan bungan dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atau aset tetap (fixed asset).

3) Colleteral Trust Bonds yaitu obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya.

b. Unsecured Bonds merupakan obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijaminkan dengan kekayaan penerbitnya secara umum.

5. Berdasarkan Nominalnya, obligasi terbagi menjadi:

a. Conventional Bonds yaitu obligasi yang lazim diperjuangkan dalam satu nominal, contohnya Rp 1 milyar per lot.

b. Retail Bonds yaitu obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang lebih kecil.

6. Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil, obligasi terbagi kedalam dua kategori: a. Conventional Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan

menggunakan sistem kupon bunga.

b. Syariah Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini terdapat dua macam obligasi syariah, yaitu:

(11)

investor atas obligasi tersebut diperoleh dengan cara mengetahui pendapatan emiten.

2) Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui atau diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

2.1.2.4 Peringkat Obligasi (Bond Rating)

Dalam rangka melakukan investasi obligasi, ada acuan yang akan membantu para investor dalam menganalisa keputusan untuk berinvestasi terhadap perusahaan yang menerbitkan obligasi. Acuan ini digambarkan dalam bentuk peringkat obligasi atau bisa disebut dengan penilaian terhadap obligasi suatu perusahaan. Darmadji dan Hendy (2006:18) mengatakan bahwa, agar investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kupon maupun mengembalikan pokok obligasi, dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi, tingkat kemampuan dalam membayar kewajiban tersebut dikenal dengan istilah peringkat obligasi (bond rating). Maka dari itu, jika seorang investor memiliki keinginan melakukan investasi kedalam bentuk obligasi, maka investor tersebut harus memperhatikan peringkat obligasi sebagai salah satu bentuk informasi sebelum memutuskan berinvestasi dalam bentuk obligasi.

(12)

Untuk itu, dalam menentukan skala peringkat tersebut, diperlukan variabel-variabel yang mempengaruhi obligasi, kemudian dihitung. Dari perhitungan tersebut ditemukan standar untuk mendapatkan peringkat tertentu (Lubis, 2008:201).

Saat suatu perusahaan (emiten) akan menerbitkan obligasi ataupun surat utang lainnya, sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pasar modal bahwasanya obligasi yang akan diterbitkan harus terlebih dahulu diperingkat oleh suatu lembaga independen yang bergerak sebagai pemeringkat efek. Lembaga pemeringkat efek dapat membantu perkembangan pasar modal dengan menerbitkan data statistik yang independen serta akurat mengenai efek yang tercatat di bursa efek dalam bentuk data elektronis yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku serta analis pasar modal. Lembaga pemeringkat efek juga dapat berperan penting dalam rangka memajukan pasar sekuritas yang memberikan penghasilan tetap (fixed-income securuities) (Suta, 2003:201).

Menurut Brigham dan Houston (2010:300) terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peringkat obligasi (bond rating), yaitu:

1. Rasio keuangan suatu perusahaan yang baik. Jika semakin baik rasio keuangan suatu perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat obligasinya. 2. Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin dengan hipotek maka obligasi

(13)

3. Ketentuan subornasi. Apabila obligasi di subornasikan ke hutang lain maka obligasi tersebut akan diberi peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak disubornasikan.

4. Ketentuan jaminan. Jika utang suatu perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat (biasanya kondisi lemah ini terjadi pada induk perusahaan), maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama dengan perusahaan yang kuat.

5. Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan menjadi nilai tambah di mata lembaga pemeringkat.

6. Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang berisiko dibandingkan obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang, dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya.

7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.

8. Regulasi atau peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.

9. Antitrust yang berkaitan dengan gugatan yang ditujukan pada perusahaan. 10. Operasi di luar negeri.

11. Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk. 12. Kewajiban atas produk.

13. Kewajiban pensiun.

(14)

15. Kebijakan akuntansi. Jika kebijakan akuntansi suatu perusahaan dan laba yang dilaporkannya menjadi dipertanyakan, maka hal ini akan memberikan dampak negatif pada peringkat obligasinya.

Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Hal ini bertujuan agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang akan diterima dengan membeli obligasi (Darmadji dan Hendy, 2006:18).

(15)

Tabel 2.1

Definisi Peringkat Obligasi (Bond Rating)PT PEFINDO

Peringkat Arti

IdAAA

Sekuritas utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kapasitas obligor adalah superior relatif dibanding obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian.

IdAA

Sekuritas utang dengan peringkat idAA hanya memiliki perbedaan yang tipis dengan kualitas kreditnya yang sedikit berada dibawah peringkat tertinggi karena memiliki kapasitas obligor yang relatif sangat kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan obligor Indonesia lainnya.

IdA

Sekuritas utang dengan peringkat idA menunjukkan kapasitas obligor yang kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dibanding obligor Indonesia lainnya. Namun, sekuritas utang lebih rentan terhadap perubahan situasi dan kondisi ekonomi yang merugikan.

IdBBB

Sekuritas utang dengan peringkat idBBB menunjukkan kapasitas obligor yang memadai dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dibanding dengan obligor Indonesia lainnya. Namun, perubahan kondisi ekonomi dapat memperlemah kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

IdBB

Sekuritas utang dengan peringkat idBB menunjukkan kapasitas obligor yang agak lemah dibanding dengan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Obligor dihadapkan pada situasi dan kondisi keuangan, perekonomian serta bisnis yang tidak menentu yang dapat mempengaruhi kapasitas obligor dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

IdB

Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang

lemah dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya

dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

IdCCC

Sekuritas utang dengan peringkat idCCC menunjukkan keadaan obligor yang rentan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dan hanya dapat bergantung pada keadaan bisnis dan kondisi keuangan yang membaik dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya tersebut.

IdD

Sekuritas utang dengan peringkat idD menunjukkan keadaan bahwa sekuritas utang tersebut telah gagal bayar ataupun perusahaan penerbit yang sudah berhenti berusaha.

Hasil peringkat dari idAA sampai idB dapat ditambahkan tanda plus(+)

ataupun minus(-) yang dapat menunjukan relatif kekuatan obligor dalam suatu kategori peringkat.

(16)

Zubir (2014:11) mengungkapkan bahwa obligasi perusahaan dengan peringkat AAA, AA, A, BBB dinyatakan sebagai investment grade bonds sedangkan peringkat BB dan B diklasifikasikan sebagai speculative bond, dan peringkat CCC dan D dinyatakan sebagai non-investment grade atau bisa disebut juga dengan high-yield bonds karena obligasi tersebut memberikan imbal hasil (yield) yang tinggi tetapi juga memiliki potensi default risk yang besar.

Perubahan kemampuan perusahaan penerbit (bond issuer) dalam melunasi kewajibannya dapat disebabkan oleh bencana alam atau kecelakaan industri (industrial accident) ataupun adanya perubahan peraturan serta pengambil-alihan (takeover) atau restrukturisasi perusahaan. Risiko ini disebut dengan risiko peristiwa (event risk) dan dapat menyebabkan menurunnya peringkat obligasi perusahaan penerbit (Fabozzi, 2000:518).

2.1.2.5 Risiko Obligasi

Sebagai salah satu produk pasar modal yang dijadikan sarana investasi, obligasi memiliki resiko yang patut untuk diperhatikan oleh para investor. Apabila terjadi kenaikan pada suku bunga, maka harga obligasi akan turun sehingga dapat menyebabkan pembeli obligasi akan mengalami kerugian, tetapi sebaliknya jika terjadi penurunan suku bunga, maka harga obligasi akan naik sehingga dapat menyebabkan penjual akan merugi. Menurut Gumanti (2011:37) terdapat beberapa jenis resiko yang ada pada obligasi, yaitu:

1. Risiko Gagal Bayar

(17)

(principal) dan bunganya sebagaimana yang dijanjikan (Zubir, 2013:68). Biasanya obligasi pemerintah merupakan obligasi tanpa risiko gagal bayar karena pembayarannya dijamin oleh pemerintah/negara. Sedangkan pada obligasi perusahaan risiko gagal bayar bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan yang tercermin pada laporan keuangannya, baik pada neraca maupun laporan laba ruginya.

2. Risiko Tingkat Bunga

Risiko tingkat bunga (interest rate risk) merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya perubahan tingkat bunga (interest rate). Bila tingkat bunga pasar naik, maka harga obligasi akan turun. Bila obligasi tersebut dijual dalam kondisi tingkat bunga tinggi, maka investor akan merugi.

3. Risiko Inflasi

Risiko inflasi (inflation rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan karena adanya perubahan tingkat bunga (interest rate). Faktor ini biasanya sulit untuk diprediksi. Inflasi memiliki hubungan langsung dengan harga obligasi, karena apabila inflasi di suatu negara tinggi, maka suku bunga akan naik yang menyebabkan harga obligasi jatuh, begitupun sebaliknya.

4. Risk of Call

(18)

issuer) memiliki kewenangan untuk membeli balik (repurchase) obligasinya pada harga tertentu dan waktu tertentu sebelum masa jatuh tempo.

5. Risiko Likuidasi

Risiko likuidasi (liquidity risk) merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh pemegang saham dan obligasi dimana pemegang (investor) memiliki kemungkinan untuk mengalami kesulitan dalam menjual sekuritas yang dimilikinya karena likuiditasnya yang rendah. Risiko ini timbul dari kemungkinan tidak likuidnya sebuah obligasi atau tidak mudahnya menjual sebuah obligasi di pasar sekunder (Frensidy, 2013:71).

6. Risiko Politik dan Peraturan

Risiko politik dan peraturan (political and regulatory risk) merupakan risiko investasi atau perubahan peraturan ataupun suasana politik pada suatu negara. Perubahan peraturan yang dimaksud dapat berupa berubahnya tingkat pajak ataupun lingkungan hukum.

7. Risiko Usaha

Risiko usaha (business risk) merupakan risiko yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, nilai atau harga pasarnya banyak ditentukan oleh kinerja perusahaan secara keseluruhan, yang biasa disebut dengan faktor fundamental.

8. Risiko Maturitas

(19)

sebuah obligasi, semakin besar pula tingkat ketidakpastian sehingga semakin besar risiko maturitasnya.

9. Risiko Pasar

Risiko pasar (market risk) merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko pasar merupakan risiko agregat yang terjadi di pasar dan akan membawa dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap para investor yang ada di pasar.

10. Reinvestment Risk

Reinvestment risk yaitu risiko dimana hasil yang diterima di masa depan harus diinvestasikan kembali dalam suku bunga yang lebih rendah (Fabozzi, 1999:136). Kupon yang diterima investor diinvestasikan kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah daripada coupon rate. Obligasi yang tidak memiliki reinvestment risk adalah zero coupun bond.

11. Risiko Nilai Tukar Mata Uang

Risiko nilai tukar mata uang (exchange rate risk) merupakan risiko yang ditimbulkan oleh adanya perubahan nilai tukar mata uang suatu negara. Adanya potensi investasi antar negara memungkinkan munculnya risiko akibat dari perubahan nilai tukar mata uang.

2.1.3 Profitability

(20)

menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Apabila laba perusahaan tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula.

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki laporan keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut Brotman (dalam Adams et al., 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat suatu perusahaan.

2.1.4 Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Rasio leverage dapat diukur dengan debt to equity ratio yang membandingkan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan, 2013:92).

(21)

Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil aset perusahaan yang didanai dengan hutang dan semakin kecil pula default risk perusahaan. Menurut Adams et al., (2000) semakin tinggi rasio leverage yang ditunjukkan oleh sebuah perusahaan, semakin besar pula risiko kebangkrutan dan risiko kegagalan dalam memenuhi kewajibannya dan hal tersebut dapat mempengaruhi peringkat obligasi (bond rating) yang dimiliki perusahaan bahwa semakin tinggi nilai rasio leverage maka akan semakin rendah peringkat yang diberikan terhadap perusahaan.

2.1.5 Firm Size

Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun ekuitas. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil. Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil.

(22)

suatu perusahaan maka akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya peringkat obligasi yang diperoleh karena semakin besarnya tingkat risiko yang dimiliki perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi telah dilakukan sebelumnya serta menunjukkan hasil yang bervariatif. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Werastuti (2015) mengenai prediksi peringkat obligasi yang dilihat dari faktor keuangan dan nonkeuangan dengan memilih sampel pada perusahaan industri nonkeuangan yang menerbitkan obligasi di BEI periode tahun 2009-2013 serta menggunakan analisis Ordinal Logistic Regression (PLUM). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa laba ditahan, aliran kas operasi, dan profitabilitas dengan proksi return on asset berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Leverage berpengaruh negatif pada peringkat obligasi. Laba operasi, total assets, maturity, reputasi auditor, dan jaminan (secure) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

(23)

(TAT), market value ratio (PER), dan umur obligasi (maturity) tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi peringkat obligasi karena memiliki nilai p-value lebih tinggi dari tingkat signifikansi α : 0,05 . Secara bersama-sama variabel size, leverage (DER), profitability (ROA), activity (TAT), market value ratio (PER), umur obligasi (maturity), jaminan (secure) serta reputasi auditor memiliki pengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI.

Adrian (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dengan sampel 10 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Menunjukkan hasil bahwa likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

(24)

terbaik untuk memprediksi peringkat obligasi adalah rasio CACL=Current Asset/Current Liabilities (rasio likuiditas).

Andry (2005) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi pada 36 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dan BES serta terdaftar dalam rating obligasi yang dikeluarkan oleh PEFINDO tahun 2000-2002. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logit dengan membedakan investment grade dan non investment grade. Hasil penelitian menunjukkan bahwa growth, sinking fund, auditor, dan maturity dengan umur kurang dari lima tahun akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi, sedangkan size dan secure tidak memiliki pengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi.

(25)

Tabel 2.2 operasi dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Sementara laba operasi, total assets,

(26)

Lanjutan Tabel 2.2

(27)

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Profitability Terhadap Bond Rating

Rasio profitability menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang dimiliki (Gumanti, 2011:114). Rasio profitability dapat diukur dengan return on asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki laporan keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut Brotman (dalam Adams et al., 2000) semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat suatu perusahaan.

2.3.2 Leverage Terhadap Bond Rating

(28)

menjadikan semakin rendah peringkat perusahaan yang diperoleh (Adams et al., 2000).

2.3.3 Firm Size Terhadap Bond Rating

Ukuran perusahaan (firm size) dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun ekuitas. Bouzouita dan Young dalam Adams et al. (2000) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Profitability

Bond Rating Leverage

(29)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis, kerangka konseptual dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Profitability berpengaruh signifikan terhadap bond rating pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Leverage berpengaruh signifikan terhadap bond rating pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Firm size berpengaruh signifikan terhadap bond rating pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Gambar

Tabel 2.2 Deskripsi Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi karakteristik lokasi tempat tinggal mahasiswa; (2) mengidentifikasi karakteristik perjalanan mahasiswa; (3) mengidentifikasi

pengamatan atau observasi tersebut memberrkan kekayaaan data yang dapat.. memberikan kepercayaan yang besar pada kesimpulan ya.ng dapat dianda1ka.n.. Penganrl~ilnn

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni

Dengan tampilan yang sederhana dan user friendly, situs informasi ini memberikan kumpulan informasi yang akurat mengenai kota Bogor, mulai dari informasi mengenai sejarah,

Dalam pelaksanaan pengkajian kelas air, untuk penentuan segmentasi, penyusunan rencana pendayagunaan air dan penyusunan program pemeliharaan atau pemulihan kualitas air (yang

Pembuatan aplikasi ini pada dasarnya merubah prosedur yang berjalan pada toko komputer âSukmaâ sehingga yang tadinya proses pemesanan dilakukan secara manual menjadi online.

Pada kesempatan ini, penulis ingin memanfaatkan media Internet untuk merancang membuat sebuah situs yang bisa menguji sampai dimana tingkat IQ seseorang secara online agar

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001