• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pemilihan Lokasi Tempat Tinggal dan Karakteristik Perjalanan Mahasiswa di Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perilaku Pemilihan Lokasi Tempat Tinggal dan Karakteristik Perjalanan Mahasiswa di Kota Bandung"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 2 SAPPK No.2 | 37

Perilaku Pemilihan Lokasi Tempat Tinggal dan Karakteristik

Perjalanan Mahasiswa di Kota Bandung

Rona Muliana

(1)

, Iwan Kustiwan

(2)

(1)Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB. (2)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi karakteristik lokasi tempat tinggal mahasiswa; (2) mengidentifikasi karakteristik perjalanan mahasiswa; (3) mengidentifikasi hubungan lokasi tempat tinggal mahasiswa dengan karakteristik perjalanan mahasiswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola distribusi lokasi tempat tinggal mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga bersifat terkonsentrasi mendekati kawasan kampus. Hal ini dikarenakan prioritas utama dalam pemilihan lokasi tempat tinggal oleh mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga adalah jarak yang dekat

terhadap kampus. Karakteristik perjalanan mahasiswa cenderung motorized. Adapun perjalanan ke

kampus bukan perjalanan tunggal.Selain perjalanan tujuan kampus, mahasiswa juga melakukan perjalanan dengan tujuan selain kampus dalam rantai perjalanan menuju dan pulang dari kampus. Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan ke kampus berbeda dengan perjalanan primer lainnya dan perjalanan ke kampus bersifat lebih fleksibel. Lokasi tempat tinggal merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik perjalanan mahasiswa. Jarak rumah terhadap kampus yang dekat memberikan kontribusi dalam mewujudkan transportasi di kawasan kampus yang berkelanjutan.

Kata kunci: transportasi berkelanjutan, karakteristik perjalanan, lokasi tempat tinggal

Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB.

Pendahuluan

Dewasa ini, kesadaran mengenai pembangunan berkelanjutan mencakup ke dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang transportasi dikenal istilah transportasi berkelanjutan. Kebijakan transportasi berkelanjutan ini perlu untuk diterapkan pada kawasan pendidikan perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi, merupakan kawasan yang menimbulkan tarikan perjalanan skala regional, sehingga permasalahan transportasi yang ditimbulkan dari lokasi kawasan pendidikan perguruan tinggi, memberikan kontribusi yang signifikan dalam menimbulkan permasalahan transportasi dalam suatu kota. Oleh karena itu, diperlukan manajemen penanganan transportasi pada lingkup kawasan pendidikan perguruan tinggi. Untuk menerapkan transportasi berkelanjutan pada kawasan pendidikan perguruan tinggi, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik

perjalanan mahasiswa yang merupakan pelaku perjalanan yang dominan dalam suatu kawasan pendidikan perguruan tinggi.

Karakteristik perjalanan merupakan bentuk dari pilihan-pilihan pergerakan yang dilakukan. Bentuk dari pilihan pergerakan adalah pilihan panjang perjalanan, pilihan moda transportasi, pilihan biaya transportasi dan bentuk pilihan pergerakan lainnya. Pilihan-pilihan pergerakan ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor.Jarak diduga sebagai faktor dominan yang mempengaruhi pilihan–pilihan pergerakan.

Perjalanan untuk aktivitas wajib (bekerja dan sekolah) merupakan perjalanan yang rutin dilakukan dan signifikan dalam mempengaruhi total perjalanan suatu kota. Perjalanan tujuan pendidikan merupakan perjalanan wajib atau primer.Perjalanan mahasiswa mempunyai karakteristik unik yang berbeda dengan perjalanan primer lainnya. Hal ini dikarenakan

(2)

38 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2

perguruan tinggi yang merupakan tempat aktivitas utama mahasiswa, merupakan fasilitas regional. Karakteristik fasilitas regional adalah: (1) jangkauan pelayanan skala regional sehingga menarik perjalanan dalam jangkauan yang luas; (2) menentukan lokasi tempat tinggal pihak yang dilayani.

Intervensi pada karakteristik perjalanan mahasiswa tentunya akan berkontribusi pada perwujudan idealisme pembangunan berkelanjutan. Untuk melakukan intervensi pada karakteristik perjalanan mahasiswa, maka dibutuhkan pengetahuan tentang karakteristik perjalanan mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik perjalanan tersebut. Bandung adalah kota yang terkenal dengan julukan kota pendidikan. Beberapa perguruan tinggi negeri ternama di tingkat nasional terletak di kota ini. Selain itu, perguruan tinggi swasta banyak tersebar di kota ini. Sejalan dengan banyaknya jumlah perguruan tinggi di Kota Bandung, keberadaan mahasiswa pun cukup mempengaruhi aktivitas perjalanan di Kota Bandung.

Sehingga yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik perjalanan mahasiswa di Kota Bandung, dikaitkan dengan lokasi tempat tinggal mahasiswa sebagai salah satu faktor yang diyakini berpengaruh terhadap karakteristik

perjalanan mahasiswa. Adapun sasaran

penelitian adalah sebagai berikut: (1)

mengidentifikasi karakteristik lokasi tempat

tinggal mahasiswa; (2) mengidentifikasi

karakteristik perjalanan mahasiswa; dan (3) mengidentifikasi hubungan lokasi tempat tinggal mahasiswa dan karakteristik perjalanan mahasiswa.

Kerangka Teoretik, Hipotesis dan Variabel Penelitian

Karakteristik perjalanan terdiri dari supply dan

demand. Pada penelitian ini menekankan karakteristik perjalanan dari sisi demand. Hal ini sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, dimana solusi dari permasalahan transportasi dilakukan melalui intervensi pada

sisi demand atau kebutuhan akan transportasi

(Domencich dan Mcfadden, 1975).

Lokasi merupakan tingkat pemisahan antara kegiatan manusia atau jarak.

KARAKTERISTIK PERJALANAN

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LOKASI ATAU JARAK

Menurut teori geografi transportasi dan ekonomi transportasi, perjalanan menuju tujuan-tujuan yang berbeda dipengaruhi alasan lokasi yang menarik pada satu sisi dan ketidaknyamanan melakukan perjalanan menuju suatu lokasi (hambatan jarak) pada sisi lainnya. Hambatan jarak merupakan hambatan yang terjadi karena tempat, objek dan orang terpisah secara spasial (Lloyd dan Dicken, 1977 dalam Naess, 2004). Dengan menciptakan kedekatan dan juga jarak antara aktivitas serta dengan memfasilitasi munculnya moda perjalanan yang bervariasi, akan mendorong terbentuknya karakteristik perjalanan tertentu dan menghambat karakteristik perjalanan yang lain (Naess, 2004). Dari berbagai teori, diketahui bahwa lokasi tempat tinggal penduduk relatif terhadap pusat kota sangat berpengaruh terhadap karakteristik perjalanan penduduk. Jadi, variabel lokasi merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik perjalanan penduduk. Selain unsur lokasi, beberapa teori juga menyebutkan bahwa karakteristik sosial ekonomi juga mempengaruhi karakteristik perjalanan.

Berikut gambar yang menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik perjalanan:

Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Karakteristik Perjalanan Sumber : Hasil Analisis

Untuk konteks mahasiswa, maka variabel yang diduga berpengaruh terhadap karakteristik perjalanan mahasiswa adalah lokasi tempat

(3)

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2 | 39

tinggal mahasiswa relatif terhadap lokasi perguruan tinggi. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini:

Hipotesa 1: Perjalanan ke kampus bukan perjalanan tunggal

Hipotesa 2: Karakteristik perjalanan mahasiswa lebih dipengaruhi oleh lokasi tempat tinggal mahasiswa dibandingkan karakteristik sosial ekonomi mahasiswa

Adapun variabel penelitian disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1Variabel Penelitian Lokasi Tempat Tinggal,

Karakteristik Sosial Ekonomi dan Karakteristik Perjalanan Mahasiswa

No Variabel Penelitian Skala Ukur

1 Lokasi Tempat Tinggal

a. Jarak tempat tinggal ke kampus Rasio

b. Preferensi pemilihan lokasi tempat tinggal Ordinal

2 Karakteristik Sosial Ekonomi

a. Status tempat tinggal Kategori

b. Strata pendidikan Kategori

3 Karakteristik Perjalanan

a. Waktu tempuh Rasio

b. Pilihan Moda Transportasi Rasio

c. Biaya Transportasi Rasio

d. Tujuan Perjalanan Kategori

Sumber: Hasil Analisis Karakteristik perjalanan maha

Metodologi

Paradigma penelitian yang diacu dalam penelitian ini adalah paradigma rasionalistik. Paradigma rasionalistik meyakini bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal, dimana empiris hanya berfungsi meneguhkan pengetahuan yang diperoleh dari akal. Sehingga dalam penelitian ini, lokasi tempat tinggal mahasiswa, karakteristik sosial ekonomi mahasiswa dan karakteristik perjalanan mahasiswa di tataran empiris hanyalah sebuah obyek yang kemudian diproses dengan logika teori yang berkembang.

Metode penelitian yang diacu dalam penelitian ini adalah metode penelitian deduktif kuantitatif. Metode deduktif dilakukan dengan deduksi teori pemilihan lokasi tempat tinggal dan karakteristik perjalanan. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei dan kuisioner.

Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Kota Bandung, dengan populasi perguruan tinggi dan mahasiswa di Kota Bandung. Pemilihan sampel perguruan tinggi dilakukan dengan metode

purposive sampling. Adapun perguruan tinggi terpilih adalah perguruan tinggi Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) dan Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB). Alasan pemilihan perguruan tinggi terpilih adalah karena lokasi perguruan tinggi yang berdekatan, sehingga membentuk aglomerasi kawasan perguruan tinggi. Hal ini akan menjadikan lokasi kawasan perguruan tinggi terpilih sebagai pusat tarikan pergerakan mahasiswa.

Adapun mahasiswa yang akan dijadikan sampel

ditentukan berdasarkan stratified random

sampling. Jumlah sampel mahasiswa adalah 217 mahasiswa, dengan komposisi mahasiswa D3/S1 sebanyak 56,7 % dan mahasiswa S2/S3 sebanyak 43,3 %.

Karakteristik Lokasi Tempat Tinggal Mahasiswa

Rata-rata jarak lokasi tempat tinggal mahasiswa terhadap kampus adalah 4,85 Km. Pola distribusi lokasi tempat tinggal mahasiswa adalah bersifat terkonsentrasi mendekati kawasan kampus. Sebagian besar mahasiswa (52 %) tinggal di Kecamatan Coblong yang merupakan lokasi sampel kawasan perguruan tinggi. Adapun mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga, 97,8 % tinggal di Kecamatan Coblong.

Selain terkonsentrasi di Kecamatan Coblong, lokasi tempat tinggal mahasiswa juga tersebar di kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Jarak terjauh lokasi tempat tinggal mahasiswa adalah 25 Km.

(4)

40 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2

Adapun sebaran lokasi tempat tinggal mahasiswa dapat dilihat pada gambar 2.

Prioritas utama dalam pemilihan lokasi tempat tinggal oleh mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga adalah jarak yang dekat terhadap kampus. Jadi, keberadaan perguruan tinggi menentukan lokasi tempat tinggal mahasiswa.

Tabel 2 Prioritas Pemilihan Lokasi Tempat Tinggal

oleh Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dari Keluarga

Alasan Urutan

Prioritas

1. Jaraknya dekat dengan kampus 1

2. Lingkungan tempat tinggal yang

nyaman 2

3. Harga tempat tinggal yang murah 3

4. Kondisi jaringan jalan bagus dan

mudah akses angkutan umum 4

5. Dekat dengan fasilitas perdagangan,

kesehatan, peribadatan 5

6. Fasilitas rumah/kos yang lengkap 6

7. Dekat dengan teman atau saudara 7

Sumber: Hasil Analisis

Karakteristik Perjalanan Mahasiswa

Rata-rata waktu tempuh perjalanan ke kampus adalah 25 menit. Adapun mahasiswa yang terpisah dari keluarga, 55,6 %, menempuh perjalanan ke kampus ≤ 10 menit.

Rata-rata biaya transportasi per minggu adalah Rp 28.000,00. Adapun 84,1 % mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga, mempunyai biaya transportasi ≤ Rp 20.000 per minggu.

Penggunaan moda non motorized oleh

mahasiswa adalah sebesar 27,2 %. Penggunaan

moda non motorized dipilih oleh 82 %

mahasiswa yang tinggal pada jarak walking

distance ke kampus. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik perjalanan mahasiswa cenderung

motorized. Namun, terdapat peluang

peningkatan penggunaan moda non motorized

dengan mendekatkan lokasi tempat tinggal

mahasiswa pada jarak walking distance ke

kampus. Adapun mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga, 45,2 % memilih

menggunakan non motorized transportation.

(5)

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2 | 41

Perjalanan ke kampus bukan perjalanan tunggal. Selain perjalanan tujuan kampus, mahasiswa juga melakukan perjalanan dengan tujuan selain kampus dalam rantai perjalanan menuju dan pulang dari kampus. Perjalanan tujuan selain kampus dalam rantai perjalanan menuju dan pulang dari kampus, umumnya terdiri dari: (a) bekerja sebelum ke kampus; (b) meninggalkan kampus untuk sementara dengan tujuan istirahat di kos/rumah dan makan; (c) rekreasi dan aktivitas sosial setelah pulang dari kampus. Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan ke kampus berbeda dengan perjalanan primer (perjalanan untuk aktivitas wajib) lainnya dan perjalanan ke kampus bersifat lebih fleksibel. Tipologi karakteristik perjalanan mahasiswa disajikan pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Tipologi Karakteristik Perjalanan Mahasiswa

Jenis Perjalanan Persentase (%)

Perjalanan tunggal 47,9

Perjalanan ganda 52,1

Total 100,0

N = 217

Sumber: Hasil Analisis

Hubungan Lokasi Tempat Tinggal dan Karakteristik Perjalanan Mahasiswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik perjalanan mahasiswa adalah lokasi tempat tinggal dan status tempat tinggal mahasiswa. Adapun pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap karakteristik perjalanan lebih kuat daripada pengaruh status tempat tinggal terhadap karakteristik perjalanan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien kontingensi hubungan lokasi tempat tinggal dengan karakteristik perjalanan lebih besar daripada koefisien kontingensi hubungan status tempat tinggal dengan karakteristik perjalanan.

Berikut grafik yang menunjukkan koefisien kontingensi hubungan lokasi dan karakteristik sosial ekonomi dengan karakteristik perjalanan:

Pilihan Moda Waktu Tempuh

Biaya Transportasi

Strata Pendidikan Status Tempat Tinggal

Jarak Lokasi Tempat Tinggal 0,573 0,610 0,707 0,595 0,431 0,528 KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LOKASI KARAKTERISTIK PERJALANAN

Gambar 2. Koefisien Kontingensi Hubungan Lokasi

dan Karakteristik Sosial Ekonomi Mahasiswa dengan Karakteristik Perjalanan Mahasiswa

Sumber: Hasil Analisis

Apabila dilihat hubungan lokasi tempat tinggal dan status tempat tinggal, terdapat kaitan antara 2 variabel independen tersebut.Lokasi tempat tinggal dan status tempat tinggal mahasiswa sangat berkaitan, dimana mahasiswa dengan status tempat tinggal terpisah dari keluarga, tinggal mendekati kampus, sementara mahasiswa yang tinggal bersama keluarga, tinggal tersebar.

Selanjutnya, hubungan lokasi tempat tinggal, status tempat tinggal dan karakteristik perjalanan mahasiswa dilihat dalam bentuk hubungan dengan status tempat tinggal sebagai variabel kontrol dan dianalisis dengan analisis chi-square.

Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap karakteristik perjalanan, baik pada mahasiswa dengan status tempat tinggal terpisah dari keluarga maupun mahasiswa dengan status tempat tinggal bersama keluarga.

Hasil analisis chi-square hubungan lokasi tempat tinggal dan karakteristik perjalanan dengan variabel kontrol status tempat tinggal disajikan dalam tabel 4.

Kesimpulan

Lokasi tempat tinggal mahasiswa bersifat: (1) terkonsentrasi di Kecamatan Coblong bagi mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga; (2) tersebar di kecamatan-kecamatan lainnya di

(6)

42 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2

Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat bagi mahasiswa yang tinggal bersama keluarga. Lokasi tempat tinggal merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik perjalanan mahasiswa dibandingkan karakteristik sosial ekonomi mahasiswa. Lokasi tempat tinggal yang dekat dengan kampus berimplikasi pada waktu tempuh perjalanan ke kampus yang singkat, peluang penggunaan

moda non motorized, dan biaya transportasi

yang murah.

Rekomendasi

1. Merekomendasikan pola pembangunan

terkonsentrasi antara lokasi tempat tinggal mahasiswa dengan lokasi kampus, sehingga mendukung perwujudan kawasan pendidikan perguruan tinggi yang kompak dan berwawasan lingkungan. Hal ini sejalan dengan fenomena yang ada dimana lokasi tempat tinggal mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga cenderung mendekati kampus. Begitu pula dengan preferensi mahasiswa dalam memilih lokasi tempat tinggal, yakni kedekatan jarak tempat tinggal terhadap kampus sebagai prioritas utama. Untuk itu dalam merencanakan lokasi perguruan tinggi, perlu mengalokasikan ruang

di sekitar perguruan tinggi (jarak walking

distance) untuk lokasi tempat tinggal mahasiswa.

Tabel 4.Hasil Analisis Chi-Square Hubungan Lokasi dan Karakteristik Perjalanan (Variabel Kontrol Status Tempat Tinggal)

Variabel Kontrol Variabel Dependen Variabel Independen X2 signifi kansi Koefisien Konti ngensi signifi kansi Kesimpulan Tinggal Bersama Keluarga Jarak Lokasi Tempat Tinggal Waktu Tempuh

64,51 0,000 0,644 0,000 Ada hubungan antara lokasi dan waktu

tempuh untuk mahasiswa yang tinggal bersama keluarga Tinggal Terpisah dari Keluarga Jarak Lokasi Tempat Tinggal Waktu Tempuh

78,44 0,000 0,619 0,000 Ada hubungan antara lokasi dan waktu

tempuh untuk mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga

Tinggal Bersama Keluarga Jarak Lokasi Tempat Tinggal

Pilihan Moda 91,00 0,000 0,707 0,000 Ada hubungan antara lokasi dan

pilihan moda untuk mahasiswa yang tinggal bersama keluarga

Tinggal Terpisah dari Keluarga Jarak Lokasi Tempat Tinggal

Pilihan Moda 53,45 0,000 0,546 0,000 Ada hubungan antara lokasi dan

pilihan moda untuk mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga Tinggal Bersama Keluarga Jarak Lokasi Tempat Tinggal Biaya Transportasi

18,97 0,270 0,415 0,270 Tidak ada hubungan antara lokasi dan

biaya transportasi untuk mahasiswa yang tinggal bersama keluarga Tinggal Terpisah dari Keluarga Jarak Lokasi Tempat Tinggal Biaya Transportasi

54,43 0,000 0,549 0,000 Ada hubungan antara lokasi dan biaya

transportasi untuk mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga Sumber: Hasil Analisis

(7)

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V1N2 | 43

Dengan adanya kedekatan antara lokasi tempat tinggal mahasiswa dan lokasi perguruan tinggi akan terbentuk karakteristik perjalanan yang berwawasan lingkungan. Dengan meminimalisasi jarak rumah terhadap kampus, maka waktu tempuh perjalanan

semakin singkat, penggunaan moda non

motorized lebih memungkinkan, biaya transportasi lebih murah sehingga meminimalisasi polusi kendaraan bermotor, meminimalisasi konsumsi energi, gaya hidup

sehat dan cost yang layak secara ekonomi.

2. Menciptakan kemudahan akses antara

kampus dengan sarana rekreasi dan olahraga. Kemudahan akses dapat diciptakan melalui kemudahan jalur angkutan umum dari kampus ke sarana rekreasi dan olahraga; kedekatan jarak kampus terhadap sarana rekreasi dan olahraga. Hal ini sejalan dengan terdapatnya perjalanan ganda dalam rantai perjalanan ke kampus. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa melakukan perjalanan untuk aktivitas rekreasi dan aktivitas sosial setelah pulang dari kampus.

3. Memberlakukan konsep manajemen

kebutuhan transportasi (MKT) atau transport

demand management (TDM) pada kawasan

pendidikan perguruan tinggi. Konsep transport

demand management (TDM) dapat dilakukan melalui: (1) penyediaan dan perbaikan fasilitas bagi pejalan kaki dan sepeda untuk

mendukung non motorized transportation; (2)

perbaikan kualitas angkutan mahasiswa untuk mendukung pengurangan penggunaan kendaraan bermotor.

Ucapan terima kasih

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dr. Ir. Iwan Kustiwan, MT selaku ketua kelompok keahlian perencanaan dan perancangan kota, serta dosen pembimbing thesis.

Daftar Pustaka

Moda Transportasi (Studi Kasus: ITB-UNPAD-UNIKOM-UNISBA). Tugas Akhir Program

Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

“Bandung termasuk kota pendidikan, sejauh mana sekarang ini perkembangan dunia pendidikan di Bandung masa lalu, mulai dari TK sampai perguruan tinggi?” www.bandung.go.id, diakses tanggal 5 April 2012

Bestari, Adinda Melodie (2009). “Identifikasi dan Perencanaan Rute Angkutan Mahasiswa di Kawasan Pendidikan Bandung Utara. Studi Kasus: ITB-UNPAD-UNIKOM-UNISBA. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Curtis, Carey dan Montgomery, Melanie (2006). Housing Mobility and Location Choice: A

Review of the Literature. Working Paper No

2.Department of Urban and Regional Planning, Curtin University.

Domencich, Thomas A dan Daniel McFadden. (1975). Urban Travel Demand: a behavioral analysis.

Eom, Jin Ki.; John R. Stone, dan Sujit K. Ghosh. (2009). “Daily Activity Patterns of University

Students”, Journal of Urban Planning and

Development.

Erli H., Ketut Dewi Martha (2009). “Studi Pengaruh Bentuk Kota (Urban Form) Terhadap Perilaku Perjalanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bandung”, Tesis Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Govicic, Joran (2001). “Activity Based Travel Demand Modelling. A literature study.” Naess, Petter (2004). “Residential location

affects travel behavior—but how and why? The case of Copenhagen metropolitan area”. Primerano, Frank; Michael Taylor; Ladda

Pitaksringkam; Peter Tisato. (2008). “Defining and Understanding Trip Chaining Behavior”.

Journal of Transportation.

Tamin, Ofyar Z (2008). Perencanaan, Pemodelan dan Rekayasa Transportasi: Teori, Contoh Soal dan Aplikasi. Bandung: Penerbit ITB.

Gambar

Gambar 1.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tabel 1Variabel Penelitian Lokasi Tempat Tinggal,
Gambar 2. Peta Distribusi Lokasi Sebaran Tempat Tinggal Mahasiswa
Tabel 3. Tipologi Karakteristik Perjalanan Mahasiswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah pada Lembaga amil zakat infak dan sedekah (Lazis) Wahdah berbasis website dengan merancang

Menentukan waktu baku dari setiap operasi yang dilakukan dan menggambarkan proses operasi dalam Peta Proses Operasi dan Diagram Aliran. Terdapat kesimpangsiuran aliran sehingga

[r]

Pada peta aliran proses untuk proses komponen atas diketahui jumlah aktivitas operasi 5 aktivitas operasi dengan waktu 90,4 detik, jumlah aktivitas pemeriksaan adalah 5 dengan waktu

Dengan menggunakan metode jam kerja yang tersedia menghasilkan keputusan berupa tenaga kerja yang dibutuhkan dengan menggunakan batas-batas terendah dari perencanaan kerja

Penyelenggaraan program akselerasi didasarkan atas kebutuhan yang ada di SMPN 1 Salatiga, dimana dengan diselenggarakannya program kelas akselerasi di SMPN 1 Salatiga, dalam

Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi semacam tanya jawab secara langsung antara penyelidik dengan subjek berupa percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi

perlakuan T0, tanpa penambahan tepung gaplek nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan penambahan tepung gaplek T1, T2, dan T3. Hal ini karena kandungan