• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan pada Siswi SMK Negeri 8 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan pada Siswi SMK Negeri 8 Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Reproduksi Wanita

2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan

organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk

sanggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi,

tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh

kembang janin.

Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita

(2)

Organ Genitalia Eksterna

 Vulva atau pudenda

Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari

pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia

minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.

 Mons veneris (mons pubis)

Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan.

Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas

simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.

 Labia mayora

Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri,

lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan

yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora

bertemu dan membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan

skrotum pada pria.

 Labia minora (nymphae)

Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris

membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk

frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan

membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia minora mengandung

banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir

kecil sangat sensistif.

 Klitoris

Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium

(3)

menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan

yang dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.

 Vestibulum

Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke

belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir

kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette).

 Introitus Vagina

Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.

Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara.

 Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.

Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan

diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan

otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini.

Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di

daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma

urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot

(4)

Gambar 2.2. Anatomi Uterus

Dikutip dari: Paulsen, F. & Waschke, J. 2010. Sobotta. Munchen: Elsevier.

Organ Genitalia Interna

 Vagina (Liang Sanggama)

Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.

Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain,

masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina

sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada

bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan

vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian

lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi.

Vagina dapat darah dari (1) arteri uterine, yang melalui cabangnya ke

serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas; (2)

arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberikan darah ke

vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria hemoroidalis mediana dan arteria

(5)

 Uterus

Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan

belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya

terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar

diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam

keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk

sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut

dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan

(3) serviks uteri.

 Tuba Fallopi

Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang

terdapat di dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba

yang sempit seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk

sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum,

yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunya

fimbria

 Ovarium (indung telur)

Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri.

Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri

dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan

ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm

(Prawirohardjo, 2010).

2.2. Keputihan (Fluor Albus) 2.2.1. Definisi Keputihan

Leukorea (Keputihan) adalah semua pengeluaran cairan dari genitalia yang

bukan darah. Keputihan merupakan keluhan yang paling banyak dikemukakan oleh

(6)

kepada dokter swasta. Leukorea bukanlah penyakit tersendiri tetapi manifestasi klinis

(Manuaba,2003).

2.2.2. Etiologi dan Klasifikasi

Keputihan terbagi dua macam yaitu :

 Fisiologis (normal)

- Menjelang atau sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke

10-16 menstruasi

- Melalui rangsangan seksual

- Pada saat hamil

- Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon esterogen

dan progesteron sang ibu.

 Patologis (abnormal)

- Karena infeksi genitalia

- Benda asing, khususnya pada anak-anak

- Peserta KB IUCD

- Tumor Jinak

- Manifestasi klinis keganasan (Manuaba, 2009).

Keputihan itu sendiri bisa mengandung tissue fluid, debris sel, karbohidrat, laktobasilus dan asam laktat.

Sumber keputihan dilihat dari anatomi organ reproduksi adalah:

- Vulva : Kelenjar vestibulum dan kelenjar kulit vulva

- Vagina :Umumnya deskuamasi sel epitel yang mengandung glikogen lalu

laktobasilus memetabolisme glikogen tersebut menjadi asam laktat.

- Serviks: Mukosa yang alkali disekresikan secara berlebihan dan encer selama

(7)

2.2.3. Patogenesis

Derajat pH yang baik untuk menghambat bertumbuhnya mikroorganisme yaitu

4,5. Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH disekitar alat genital yang awalnya

bersifat asam menjadi lebih basa. PH asam pada genital wanita berfungsi sebagai

mekanisme pertahanan alat genital terhadap patogen-patogen didaerah tersebut, pH

yang berubah menjadi basa tidak hanya menyebabkan patogen bisa menginvasi

daerah genital tetapi juga flora-flora normal yang ada pada daerah genital menjadi

bersifat patogen. Adanya keadaan ini menyebabkan vagina mengeluarkan sekret yang

tergantung kepada penyebab ataupun mikroorganisme yang menyebabkan keputihan

(Sibagariang, 2010).

2.2.4. Tampilan Klinis (Clinical Features)

Volume : Kebutuhan memakai tampon yang berkelanjutan memperlihatkan

pengeluaran keputihan yang berlebihan.

Onset : Onset yang tiba-tiba artinya infeksi. Onset bisa juga berhubungan

dengan akhir kehamilan, pil kontrasepsi, efek antibiotik atau akibat perilaku seksual.

Warna : Warna keputihan normal itu putih bening. Keputihan yang berwarna

kuning kehijauan mengindikasikan infeksi bakteri pyogenik, umumnya disertai

dengan bau yang tidak sedap. Merah atau coklat gelap mengindikasikan darah.

Iritasi : Beberapa keputihan bisa mengelupas vulva tapi hanya kandida dan

(8)

Tabel 2.1. Karakteristik Keputihan

Dikutip dari: Swarts, M.H., 2007. Textbook of Physical Diagnosis:History and Examination. Amsterdam: Elsevier.

2.2.5. Manifestasi Klinis

Gejala klinis jika menderita keputihan patologis adalah sebagai berikut :

- Gatal

- Keputihan bergumpal

- Dispareunia

- Keputihan berbau dan berbuih

- Campur darah

- Kontak berdarah (Manuaba,2009).

2.2.6. Pemeriksaan Penunjang

Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti

perlu ditetapkan. Oleh karena itu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar

tersebut. Pasien seharusnya diyakinkan bahwa ada keputihan normal dan terapi tidak

(9)

Hampir 20% dari semua pasien yang datang berobat ke klinik ginekologi

mengeluh keputihan indikasinya adalah infeksi. Agen infeksinya dibagi dalam 3

grup:

1. Pada 90% kasus infalamasi biasanya ringan dan disebabkan oleh

a. Candida albicans

b. Gardnerella vaginalis

c. Trichomonas vaginalis

2. Sisanya 10% lagi lebih serius. Mereka bisa menyebabkan nyeri yang sakit, lesi

yang seperti tumor, penyebaran ke pelvis atau bisa menyebabkan infeksi menyeluruh.

3. Chalmydia trachomatis adalah penyebab terbanyak morbiditas ginekologi (Hart dan Norman, 2000).

Keputihan dapat juga menjadi penuntun diagnostik terhadap kemungkinan

keganasan yang dapat berasal dari :

- Karsinoma tuba fallopi

- Karsinoma endometrium

- Karsinoma serviks uteri

- Karsinoma genitalia bagian bawah

Keputihan sebagai gejala penyakit dapat ditentukan melalui berbagai pertanyaan

yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa gejala penyertanya (gumpalan

atau encer, ada luka di sekitar alat kelamin, pernah disertai darah, ada bau busuk,

menggunakan AKDR), adakah demam, rasa nyeri di daerah kemaluan. Dan untuk

memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik

umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan terhadap

leukorea.

Pemeriksaan terhadap keputihan mencakup pewarnaan Gram (untuk infeksi

(10)

kultur/pembiakan (menentukan jenis bakteri penyebab), dan pap smear ( untuk

menentukan adanya sel ganas).

Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya

pengeluaran cairan “keputihan” sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan khusus atau

rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba,2009).

2.2.7. Manajemen untuk wanita < 25 tahun Tabel 2.2. Manajemen Keputihan

Dikutip dari: Public Health England, 2013. Management and laboratory diagnosis of

Abnormal Vaginal Discharge Quick Reference Guide for Primary Care [diakses

tanggal 30 Mei 2015].

Tatalaksana Keputihan :

Trichomonas : Metronidazole 400-500 mg oral, 2×/ hari selama 5-7 hari. atau

Metronidazole 2 gr oral, dosis tunggal

B.vaginosis : Intravaginal metronidazol gel, 1×/hari selama 5 hari atau

Intravaginal clindamycin cream (2%), 1×/hari selama 7hr

(11)

Clindamycin 300 mg oral , 2×/ hari selama 7 hari

V.candidiasis : Fluconazole 150 mg oral, single dose

Itraconazole 200 mg oral, 2×/ hari untuk 1 hari

Clotrimazole vaginal tablet 500 mg sekali atau 200 mg 1×/hari

selama 3 hari (Sherrard, Donders dan White, 2011).

Pencegahan

Berbagai pencegahan yang dilakukan akan berguna untuk mengurangi insidensi

keputihan, dimana keputihan merupakan penyakit yang hampir pernah dialami oleh

setiap wanita. Pencegahan/edukasi yang dapat diberikan yaitu:

1. Menyeka daerah kelamin dari depan ke belakang

2. Mencuci daerah kelamin dengan air hangat

3. Menghindari sabun atau produk kesehatan feminim

4. Menghindari krim steroid (kecuali diresepkan)

5. Memakai celana dalam katun

6. Menghindari pemakaian celana ketat

7. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar

vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel halus

yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengandung jamur dan

bakteri untuk bersarang ditempat itu.

8. Jaga kesterilan alat vital. Penggunaan tisu basah atau produk pantyliner

harus betul-betul steril.

9. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian (Koronek dan Muhammad

dalam Putriani, 2012).

2.3. Masa Remaja (Masa Adolesensi)

Masa Remaja (Masa Adolesensi) adalah suatu fase perkembangan yang

dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari

masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,

(12)

masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas.

Pubertas itu sendiri ditekankan kepada proses biologis yang pada akhirnya mengarah

kepada kemampuan bereproduksi (IDAI, 2005).

Buku-buku Pediatri pada umumnya mendefiniskan remaja apabila telah

mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak

laki-laki. WHO mendefiniskan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun.

Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja

adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah (IDAI,

2005).

Masa Remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing masing ditandai

dengan isu-isu biologis,psikologik dan sosial, yaitu: Masa Remaja Awal (10-12

tahun), Menengah (13-15 tahun) dan Akhir (16-19 tahun). Masa Remaja Awal

ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik.

Pada saat yang sama penerimaan dari kelompok sebaya sangatlah penting. Masa

Remaja Menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pubertas, timbulnya

keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap

datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan

psikologis dengan orang tua.Masa Remaja Akhir ditandai dengan persiapan untuk

peran sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan

internalisasi suatu sistem nilai pribadi.

2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 2.4.1. Pertumbuhan Remaja

Perlu diketahui pertumbuhan dan perkembangan somatik remaja ditandai dengan

beberapa ciri khas yaitu :

- Pertama, perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas.

Perubahan hormonal secara kulitatif dan kuantitatif terjadi antar masa

(13)

dan panjang badan, perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan tubuh dan

timbulnya ciri-ciri seks primer dan sekunder yang menghasilkan

perkembangan “boy into a man” dan “girl into a woman”

- Kedua, perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan

berakhirnya, kecepatan dan sifatnya, tergantung dari masing-masing individu.

Karena itu umur yang normal saat tercapainya suatu perubahan dalam

pertumbuhan tidak dapat di tentukan dengan pasti melainkan menggunakan

umur rata-rata anak.

- Ketiga, meskipun terdapat variasi umur saat timbulnya perubahan-perubahan

selama pubertas tetapi setiap remaja mengikuti urutan yang sama dalam

pertumbuhan somatik.

Gambar 2.3.Urutan kejadian yang berhubungan dengan pubertas pada anak perempuan.

Dikutip dari: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.

- Keempat, timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatik

(14)

Tabel 2.3. Stadium Maturitas Seks anak perempuan

Stadium Rambut Pubis Payudara

1 Pra-pubertas Pra-pubertas

2 Jarang, sedikit berpigmen, lurus

batas medial labia

Payudara dari papilla menonjol sebagai

bukit kecil, diameter areola bertambah

3 Lebih hitam, mulai keriting,

jumlah bertambah

Payudara dan areola membesar. Tidak

ada pemisahan garis bentuk

4 Kasar, keriting, banyak tetapi lebih

sedikit daripada orang dewasa

Areola dan papilla membentuk bukit

kedua

5 Segitiga wanita dewasa. Menyebar

ke permukaan medial paha

Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola

merupakan bagian dari garis bentuk

umum payudara

Dikutip dari: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.

2.4.2. Perkembangan Remaja

Masa remaja menurut cara perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Masa remaja awal dengan cirri khas antara lain: ingin bebas, lebih dekat dengan

teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya,

2. Masa remaja tengah, dengan cirri khas antara lain: mencari identitas diri, timbul

keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai

rasa cinta yang mendalam.

3. Masa remaja akhir dengan cirri khas antara lain: mampu berpikir abstrak, lebih

selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat

(15)

2.4.3. Perubahan Kejiwaan

Pada masa remaja perubahan kejiwaan lebih lambat dari fisik dan labil meliputi:

1. Perubahan emosi: sensitif (mudah menangis,cemas,tertawa dan frustasi),

mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah

berkelahi

2. Perkembangan inteligensia: mampu berpikir abstrak dan senang member

kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba

hal yang baru.

Ciri perubahan ini sangat penting diketahui agar penanganan masalah dapat dilakukan

dengan baik. Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba hal-hal baru di

dorong oleh rangsangan seksual yang jika tidak dibimbing dengan baik dapat

membawa remaja, khususnya remaja perempuan terjerumus dalam hubungan seks

pranikah dengan segala akibatnya.

2.5. Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(mahluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas

dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis. Perilaku (manusia)

adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang

mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena

itu perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri

manusia atau unsur kejiwaannya. Meskipun demikian, faktor lingkungan merupakan

faktor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia.

Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosial atau

budaya. Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal

(16)

atau budaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia.

Yang termasuk lingkungan sosial atau budaya adalah sosial ekonomi, sarana dan

prasarana sosial, pendidikan, tradisi, kepercayaan, dan agama.

Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif.

Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek

diluar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan

menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang

diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui dan disadari sepenuhnya, akan

timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.

2.6. Domain Perilaku

Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku.Faktor penentu atau determinan perilaku sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun

eksternal.

Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

 Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya

 Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya , ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek

fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis

yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku

manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan,

(17)

demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang

menentukan perilaku seseorang.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau

resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang

sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikolog pendidikan membagi perilaku

manusia itu kedalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a)kognitif (cognitive), b)afektif (affective), c)psikomotor (psychomotor) Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1.Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior) 2.Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Allport

(1954), sikap ada 3 komponen yaitu:

a. Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak

Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(18)

3.Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinan, antara lain adalah fasilitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau

bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoadmodjo, 2007).

2.7. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sehat Terhadap Penanganan dan Pencegahan Keputihan

Perilaku manusia mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif. Subjek

atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek di luar

dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan

menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang

diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui dan disadari sepenuhnya, akan

timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.

Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan (overt behavior). Menurut penelitian Notoadmojo (1990),

perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tanpda

dilandasi pengetahuan.

Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang

berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan penyakit. Bentuk operasional perilaku

kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu:

1. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni tanggapan dengan mengetahui situasi

atau rangsangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit dan penyakit.

2. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap rangsangan dari

(19)

berkaitan dengan mahluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yakni

masyarakat sekitarnya.

3. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan

terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

Ada ahli yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari :

1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

pemeliharaan kesehatan (behavior mention)

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya ( social support)

3. Ada atau tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information)

4. Otonomi pribadi dari orang yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan

untuk bertindak (personal autonomy)

5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak ada empat yaitu:

1. Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, perspeksi, sikap,

kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan.

2. Perilaku kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan

dicontoh.

3. Sumber data yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak

ke fasilitas kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap

perilaku kesehatan seseorang.

4. Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat

kehidupan masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun

lambat sesuai dinamika masyarakat. Kelompok masyarakat yang terbiasa

bersih akan menunjang perilaku kesehatan indvidu dan masyarakat

(20)

2.8. Kerangka Teori

Menurut Lawrence Green perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan

(Notoadmodjo, 2007 ; Budiharto 2010).

B= f (PF,EF,RF)

Dimana:

B = Behaviour RF = Reinforcing factors

PF = Predisposing factors f = fungsi

EF = Enabling factors

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang

atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

(21)

Faktor Predisposisi

Pengetahuan Sikap

Persepsi Keinginan

Faktor Pendukung

Ketersediaan fasilitas

Keterjangkauan pelayanan Perubahan Perubahan perilaku Perilaku Kemampuan petugas

Dukungan pemerintah Keterpaparan informasi

Faktor Pendorong

Keluarga Guru Idola

Tenaga Kesehatan Media

Tokoh Masyarakat

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita
Gambar 2.2. Anatomi Uterus
Tabel 2.2. Manajemen Keputihan
Gambar 2.3.Urutan kejadian yang berhubungan dengan pubertas pada anak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Akibatnya, ibarat pepatah Minangkabau yang menyebutkan “Bertukar Beruk dengan Monyet, Menambah Satu Ekor Kera”, meskipun masa berganti dan rezim bertukar, tetapi situas i sama

1. Verba yang berkolerasi dengan preposisi an yang terdapat dalam sumber data. Fungsi sintaksis yang melekat pada frasa preposisi an baik dalam kasus akusatif. maupun

Tulisan favorit saya di buku ini berjudul Doa Sang Pendaki yang ditulis oleh Aeron Tomino (adik Asma Nadia) yang isinya mengenai 4 ABG SMA yang mendaki

Nah, saat mengakhiri sesi kelas inspirasi, saya bertanya pada murid-murid, “Ada kah yang sekarang punya cita-cita jadi penulis?”. Olala…tidak ada satu pun yang mengacungkan tangan

Untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan penguasaan pasar tersebut pihak AHM perlu mengetahui posisi dari perusahaannya dalam industry sepeda motor, karena salah satu

The policy formulation process in development plan for land transport in Tuban Regency could be seen from the local regulation making process. Local regulation could

Deskripsi Fungsi Sintaksis Frasa Preposisi dengan Modifikator an dalam roman Das Austauschkind karya Christine Nöstlinger dan Majalah Deutsch Perfekt edisi bulan

penelitian mengenai karya seni lukis Moel Soenarko yang bertema heritage secara. rinci guna mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan dengan