Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
10
PENGARUH KURS RUPIAH,
BI RATE
,
NET FOREIGN FUND
DAN INDEKS DOW
JONES TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(Studi Pada Periode Pemberlakuan
Quantitative Easing
Federal Reserve)
Muhamad Brian Mayzan Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya Malang
Email : [email protected]
ABSTRACT
This type of research is a research eksplanatif by quantitative approach. This study uses monthly time series data from the Quatitative Easing period from November 2008 to October 2014 with total sample as many as 72. This research analyses using SPSS program 23. Data analysis techniques used in this research is using multiple linear regression analysis. Simultaneous result in this research indicate that there is significant influene between the dependent variable Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund, and Dow Jones Index against the independent variables namely Indeks Harga Saham Gabungan. Thr result of this research show that Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund and Dow Jones Index account for 79.3% against the composite stock price index value. While the rest is influenced by other factors not discussed from this research. Partial test results show thath Rupiah Exchange Rate has a significant negative influence on IHSG and Dow Jones have positively influence significantly to IHSG, while BI Rate and Net Foreign Fund have negatively influence insignificant against IHSG.
Kеywords: Rupiah Exchange Rate, BI Rate, Net Foreign Fund, Dow Jones Index, Indeks Harga Saham Gabungan.
АBSTRАK
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data time series bulanan pada periode terjadinya Quantitative Easing dari November 2008 hingga Oktober 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 72. Analisis penelitian ini menggunakan program SPSS 23. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil uji simultan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang signifikan antara variabel dependen yaitu Kurs Rupiah, Bi Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap variabel independen yaitu Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variable Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks Dow Jones berkontribusi sebesar 79,3% terhadap nilai Indeks Harga Saham Gabungan. Sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas dari penelitian ini. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa Kurs Rupiah memiliki pengaruh negatif signifikan dan Indeks Dow Jones memiliki pengaruh secara positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sedangkan BI Rate dan Net Foreign Fund memiliki pengaruh secara negatif tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
11 PЕNDAHULUAN
Globalisasi semakin dapat dirasakan hingga era sekarang, baik informasi mengenai budaya, politik, dan perdagangan internasional sudah tidak ada batasan lagi dan semakin dipermudah dengan adanya teknologi. Dampak globalisasi dapat dirasakan oleh setiap orang, baik secara individu, kelompok, ataupun perusahaan. Dengan adanya globalisasi, perdagangan internasional antar negara menjadi mudah dan lebih terbuka. Perdagangan Internasional merupakan transaksi lintas negara dengan menyepakati perjanjian dagang baik barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.
Setiap perusahaan memanfaatkan era globalisasi ini dengan melakukan perdagangan internasional dalam memenuhi kebutuhan dan melakukan ekspansi bisnisnya untuk memperluas pasarnya. Perusahaan berlomba untuk mendapatkan dan menciptakan teknologi dalam membantu kegiatan bisnisnya sehingga semakin efektif dan efisien. Diharapkan dengan semakin efektif dan efisien dalam kegiatan produksi suatu perusahaan, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Ketika perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal, maka akan mempengaruhi investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, salah satu pilihannya adalah investasi portofolio. Menurut Saidah (2006:7) Penanaman modal asing tidak langsung atau investasi portofolio adalah merupakan bentuk penanaman modal yang terdiri dari penguasaan saham.
Investasi merupakan suatu cara seseorang menunda konsumsi dengan mengharapakan keuntungan kedepannya. Menurut Sukirno (2011:121), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dapat dikatakan bahwa investasi dapat bersifat asset rill ataupun asset keuangan untuk mendapatkan return yang diinginkan.
Jenis instrumen investasi untuk mendapatkan keuntungan di Indonesia sangat beragam, salah satunya adalah saham. Investor yang berinvestasi pada instrumen saham akan mengelola keuangannya dengan cara menanamkan atau menyetorkan modalnya kepada perusahaan, dengan mengharapkan peningkatan nilai atau aset dari kinerja suatu perusahaan. Sehingga investor mendapatkan keuntungan baik deviden, capital
gain dan aksi korporasi lainnya. Kepemilikan saham di pasar modal Indonesia dibagi dua yaitu investor lokal dan asing sehingga aliran dana investasi baik lokal maupun asing dapat menjadi suatu indikator pertumbuhan pasar modal Indonesia.
Aliran dana investasi asing yang masuk ke Indonesia akan sangat membantu pertumbuhan neraca modal di Indonesia. Menurut (Perwitasari 2008:14), aliran modal bersih yang masuk besar (net capital inflow) akan berdampak pada peningkatan cadangan internasional bersama dengan terapresiasinya nilai tukar mata uang domestik, dan jika aliran modal bersih keluar besar (net capital outflow) maka akan memperburuk neraca pembayaran dan menjadikan terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik. Terdepresiasinya mata uang domestik dapat mempengaruhi pasar modal, ketika mata uang domestik melemah maka biaya yang harus ditanggung perusahaan semakin besar dan berdampak kepada pendapatan perusahaan.
Pasar modal merupakan tempat bagi investor maupun emiten menjual dan membeli instrumen investasi seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Menurut Mar’ati (2010:79), Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu; Pertama, sebagai sarana untuk pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Perusahaan yang ingin menerbitkan saham pada pasar modal Indonesia harus tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
12 Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
juga dipengaruhi oleh beberapa variabel makro ekonomi. Menurut Frensidy (2009:2), pergerakan indeks saham dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu perekonomian makro negara itu, sentimen positif/negatif dari aksi jual-beli investor asing, dan indeks saham negara lain. Menurut Wijaya (2008:1), perubahan nilai saham di BEI dipengaruhi oleh beberapa faktor makro ekonomi dalam negeri, antara lain inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Nilai tukar rupiah/Kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh kepada pengeluaran perusahaan yang melakukan perdagangan internasional.
Kurs rupiah merupakan salah satu indikator dalam menjadikan keputusan dalam mengalokasikan dananya untuk berinvestasi di pasar saham. Menurut Joesoef (2008:24), kurs merupakan mata uang tertentu yang dapat ditukar dengan unit mata uang lain. Kurs dapat mempengaruhi biaya operasional perusahaan, ketika rupiah terdepresiasi terhadap dollar maka biaya bahan baku, hutang luar negeri dan operasional perusahaan yang menggunakan dollar akan menjadi beban dan mengganggu pendapatannya, sehingga keuntungan yang didapatkan emiten dan investor tidak maksimal. Ketika instrumen pasar modal dan kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak stabil maka investor akan mengalihkan investasi di instrumen pasar modal dan akan membeli USD karena dollar akan terapresiasi ketika rupiah melemah. Tidak hanya kurs rupiah, tingkat suku bunga Indonesia juga merupakan salah satu indikator dalam keputusan berinvetasi.
Tingkat suku bunga di Indonesia atau dikenal dengan BI Rate juga menjadi indikator dalam penentuan investasi, Menurut Bank Indonesia (Bank Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017), BI Rate adalah suku bunga yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) dan diumumkan kepada publik. BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubenur Bank Indonesia dengan mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi. BI rate sering dijadikan indikator oleh para investor untuk sebagai keputusan investasi, ketika BI Rate mengalami kenaikan maka investor akan menyimpan dananya pada bank dan tidak menginvestasikan pada instrumen di pasar modal, tingkat suku bunga yang tinggi dan aman menjadi salah satu alasannya. Tetapi jika BI Rate
mengalami penurunan maka investor akan beralih berinvestasi pada instrumen pasar modal, karena tingkat suku bunga kecil sehingga mereka harus mencari return yang lebih besar yaitu pada instrumen lain seperti pasar modal. Asumsi tersebut diperkuat oleh Menurut Darmawi (2006:188), tingkat suku bunga bank akan mempengaruhi keputusan investasi yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan mempengaruhi volume uang beredar. Selain melihat suku bunga suatu negara, faktor apakah negara itu berkembang ataupun maju menjadi indikator dalam penentuan investasi ke suatu negara.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang merupakan tujuan para investor asing untuk berinvestasi portofolio, dikarenakan potensi keuntungan yang diberikan pasar modal Indonesia lebih besar dibandingkan beberapa negara maju lainnya. Potensi keuntungan dapat dilihat dari pertumbuhan indeks saham negara, dan berikut merupakan pertumbuhan indeks saham dari beberapa negara. Indonesia mencatatkan pertumbuhan terbesar diantara negara maju diatas yaitu 189.5%, dan diikuti oleh Nasdaq (Amerika) yaitu 96.09%, Dowjones (Amerika) yaitu 43.01%, Hangseng (Hongkong) yaitu 18.23%, Ftse (Inggris) yaitu 5.55%, dan Nikkei (Jepang) yaitu 1.31%. Semua indeks diatas mengalami penurunan secara bersamaan pada tahun 2008 karena adanya krisis global, dan mengalami penguatan yang berbeda-beda pasca krisis global (Indopremier, diakses tanggal 31 Juli 2017)
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
13 terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik.
Dengan demikian masuknya pendanaan/transaksi asing yang besar menjadi penting bagi suatu negara.
Net Foreign Fund (aliran bersih dana asing) atau transaksi bersih asing sangat dibutuhkan setiap negara untuk membangun ekonominya terutama negara emerging market. Menurut Nurbaeti (2010:19), Net Foreign Fund (aliran transaksi bersih dana asing) merupakan salah satu persyaratan pertumbuhan ekonomi, dimana peningkatan pertumbuhan perekonomian biasanya didorong oleh masuknya pendanaan asing capital inflow (aliran dana masuk) dan capital outflow (aliran dana keluar) asing dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara, baik secara investasi langsung ataupun investasi tidak langsung.
Net Foreign Fund merupakan salah satu indikator dari faktor pergerakan IHSG, karena aliran transaksi asing yang masuk ke IHSG ataupun keluar IHSG akan menjadi peluang atau ancaman bagi para investor. Semakin baiknya keadaan makro dan mikro akan membuat capital inflow menjadi besar sehingga terjadi peningkatan pembelian bersih asing (net buy) pada IHSG. Dengan meningkatnya pembelian bersihasing (net buy) pada IHSG maka sudah terlihat optimisme investor asing kepada pasar saham Indonesia, dan optimisme investor asing akan mempengaruhi optimisme investor lokal juga. Menurut Frensidy (2009:2), optimisme investor asing ditandai dengan maraknya aksi beli sehingga memberikan sentimen positif, dan pesimisme terjadi ketika aksi jual lebih besar dibandingkan aksi beli yang mengakibatkan sentimen negatif kepada pasar modal. Capital outflow besar dirasakan global pada tahun 2008 sehingga banyak negara krisis karena capital outflow keluar secara besar termasuk di Indonesia.
Pada krisis 2008, Indeks Dow Jones juga mengalami penurunan dan mengalami pemulihan pada 2009 ketika Federal Reserve mengeluarkan stimulus yaitu Quantitative Easing. Indeks Dow Jones merupakan salah satu dari tiga indeks utama dan tertua di Amerika Serikat (New York Stock Exchange). Menurut Sunariyah (2006), Amerika Serikat sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung ataupun melalui pasar modal.
Kondisi makro global pada tahun 2008 mengalami krisis dikarenakan krisis kredit macet atau sering di sebut kasus subprime mortgage di
Amerika. Ketika Lehmann Brothers dan beberapa institusi finansial bangkrut, terjadi penarikan dana secara masif dari pasar uang Amerika Serikat yang mencapai USD 150 miliar. Untuk mencegah terjadinya kehancuran pada sistem keuangan global, Bank Sentral Amerika Serikat maupun Bank Sentral Eropa menyuntikkan dana hingga USD 2,5 triliun dalam bentuk pembelian hutang pemerintah dan aset swasta yang bermasalah dari bank. Injeksi ini tercatat sebagai suntikan dana terbesar dalam sejarah dunia. Dampak tersebut pun menghampiri negara-negara lain dikarenakan terjadinya krisis di Amerika. Negara berkembang pun ikut merasakan dampak tersebut, salah satunya Indonesia yang merasakan krisis tersebut di tahun 2008. Dalam menghadapi krisis pada saat itu, Federal Reserve mengeluarkan stimulus kebijakan penyuntikan dana secara bertahap yaitu Quantitative Easing. (Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, 2015:4)
Menurut Angraheni dan Sukamulja (2014:10), Quantitative Easing pada dasarnya adalah kebijakan moneter pemerintah yang digunakan untuk meningkatkan jumlah uang beredar dengan membeli surat berharga pemerintah atau surat berharga lainnya dari pasar. Adanya dana tambahan ini, maka bank diharapkan dapat merangsang perekonomian dengan melakukan menyalurkan kredit, tetapi menyalurkan kredit dalam kondisi krisis dianggap mempunyai resiko yang tinggi. Menurut Nugroho (2013:3), Bagi bank yang ingin mencari aman, tentunya akan melakukan investasi pada aset keuangan seperti saham, obligasi, komoditas ataupun efek-efek keuangan lainnya. Hal itulah yang menyebabkan kenapa setiap kali ada kebijakan quantitative easing harga-harga aset keuangan tersebut ikut naik.
Kebijakan ini menyebabkan harga asset keuangan menjadi mahal, dan investor pun mencari alternatif investasi selain membeli asset keuangan di Amerika. Alternatif lain adalah pasar modal di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Menurut Nugroho (2013:4), Di tengah tekanan krisis global yang menimpa negara di Eropa dan Amerika Serikat, maka emerging market termasuk Indonesia menjadi salah pilihan investasi global.
KAJIAN PUSTAKA Kurs Rupiah
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
14 alat pembayaran lain yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Dapat diartikan bahwa kurs adalah nilai atau harga mata uang negara domestic terhadap negara lainnya ataupun sebaliknya.
Kurs merupakan indikator perekonomian suatu negara dan negara dapat dikatakan sedang mengalami penguatan atau sedang mengalami pelemahan ekonomi terlihat dari Kurs. Dan kurs merupakan indikator bagi para investor dalam menentukan keputusan investasinya pada negara yang ingin di investasikannya. Perubahan kurs rupiah akan memberikan dampak besar bagi pasar modal Indonesia ataupun instrumen lain dikarenakan investor akan melepaskan atau memindahkan investasinya dari negara Indonesia ketika sedang mengalami pelemahan kurs.
Menurut Tandelilin (2010:344) Kurs Rupiah merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi dan menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung emiten karena harus membayar dengan dollar AS yang menguat namun rupiah melemah sehingga nilai tukarnya besar
BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia, diakses pada tanggal 12 April 2017). BI Rate diumumkan setiap bulan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam rapat Dewan Gubernur bulanan, dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaaran operasional kebijakan moneter. Bank indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targetting Framework/ITF) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating) untuk mencapai kestabilan nilai rupiah (Bank Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017). Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate ketika dirasa inflasi akan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, dan akan menurunkan BI Rate ketika dirasa inflasi berada di bawah target
inflasi yang tetapkan, Walaupun terdapat faktor-faktor lain pun dapat menyebabkan pemerintah menurunkan ataupun menurunkan BI Rate.
Net F oreign Fund
Net foreign fund pada investasi portofolio merupakan aliran transaksi asing baik capital outflow ataupun capital inflow ke dalam negara tersebut yang berpengaruh terhadap pergerakan indeks saham pada negara tersebut. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan tidak luput dari peranan aliran dana asing yang masuk ke Pasar Modal Indonesia. Setiap sentimen yang terjadi secara makro maupun mikro selalu menjadi perhatian para investor asing maupun lokal, investasi saham pada pasar saham dapat dengan mudah beralih ke instrumen lain ketika terjadi sentimen negatif baik makro ataupun mikro.Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2006:5). Menurut Warsini (2009:1), investasi adalah kegiatan penanaman modal/penanaman dana yang dilakukan pada saat sekarang (current) dalam berbagai wujud aktiva untuk memperoleh penghasilan dimasa yang akan datang (future).
Indeks Saham Dow Jones
Indeks saham Dow Jones atau yang biasa disebut Dow Jones Index adalah salah satu indeks pasar saham di Amerika. Indeks saham Dow Jones ini didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company, Charles Dow pada 26 Mei 1896. Indeks Dow Jones merupakan indeks tertua di Amerika Serikat dan mulai diperkenalkan pada 26 Mei 1896 dengan 20 perusahaan industri, dan dikembangkan kembali pada tahun 1928 dengan memilih 30 perusahaan industri terbesar di Amerika Serikat yang sudah melakukan IPO (Initial Public Offering) di Amerika Serikat. Pemilihan 30 perusahaan ini berdasarkan kemampuan perusahaan, aktivitas ekonomi, pertumbuhan laba, dll. Terdapat 3 indeks saham utama di Amerika selain Dow Jones, yaitu Nasdaq Composite dan Standard & Poor’s 500.
Indeks Harga Saham Gabungan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
15 besarnya nilai kapitalisasi dari suatu perusahaan,
maka akan berdampak besar juga terhadap perubahan nilai IHSG. IHSG adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham dan IHSG merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal khususnya saham (Bursa Efek Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017). Menghitung IHSG dapat dilakukan dengan rumus seperti dibawah ini.
Rumus dasar perhitungannya adalah: Indeks : Nilai Pasar X 100
Nilai Dasar
Rumus perhitungan IHSG menggunakan metode Market Value Weighted Index. Menurut Muliaman (2004:7), Metode ini merupakan metode perhitungan indeks yang banyak digunakan oleh bursa dunia seperti New York Stock Exchange, Standard and Poor’s Indexes, maupun BEJ.
Hipotеsis
Gambar 1. Modеl Hipotеsis
H1 : Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dowjones secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Resereve)
H2 : Kurs Rupiah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Resereve)
H3 : BI Rate secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Resereve)
H3 : Net Foreign Fund secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Resereve)
H3 :Indeks Dowjones secara parsial berpengaruh signigikan terhadap IHSG (Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Reserve)
MЕTODOLOGI PЕNЕLITIAN
Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan pеndеkatan kuantitatif. Peneliti ingin mengetahui penaruh hubungan variabel Kurs rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dowjones terhadap variabel IHSG di BEI (Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Resereve).
Penelitian dilakukan melalui website Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia dan Federal Reserve, Bursa Efek Indonesia dipertimbangkan karena BEI merupakan Self Regulatory Organization (SRO) yang bertugas sebagai penyelenggara perdagangan efek pada pasar sekunder dan menyelenggarakan penawaran umum, dan penelitian dilakukan di Bank Indonesia dengan pertimbangan bahwa BI merupakan pemegang kebijakan moneter di Indonesia, dan penelitian juga dilakukan di Federal Reserve dengan pertimbangan The Fed adalah bank pemegang kebijakan moneter di Amerika. Seluruh data resmi dapat ditelusuri melalui situs resmi dari masing-masing lokasi, yaitu 1) BI Rate dan Kurs Dollar terhadap Rupiah melalui www.bi.go.id;, 2)
Quantitative Easing melalui
www.federalreserve.gov; dan 3) IHSG melalui www.idx.co.id
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data time series bulanan meliputi Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks Dowjones dan Indeks Harga Saham Gabungan (Studi Pada Periode Pemberlakuan Quantitative Easing Federal Resereve). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan pengambilan sampel jenuh atau sensus, yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampelnya. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah time series bulan selama 72 bulan, mulai dari November 2008 yaitu ketika dikeluarkannya kebijakan Quantitative Easing sampai Oktober 2014 yaitu ketika berakhirnya Quantitative Easing, meliputi data Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund, Indeks Dow Jones dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sehingga diperoleh jumlah sampel (n) dari H3
H5 H4 H2
BI Rate (X2) Kurs Rupiah
(X1)
Indeks Dow Jones
(X4)
IHSG (Studi Pada Periode Pemberlakuan
QE Federal Reserve) (Y) Net Foreign
Fund
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
16 data time series bulanan yaitu sebanyak 72 sampel
(12 bulan x 5 tahun + 2 bulan + 10 bulan), 2 bulan merupakan data november dan desember 2008, dan 10 bulan merupakan mulai dari bulan Januari hingga Oktober 2014.
HASIL DAN PЕMBAHASAN
Tabеl 1. Hasil Persamaan Analisis Rеgrеsi
Sumbеr: Data diolah, 2017
Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
Tabеl 2. Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square
1 .897 .805 .793
Sumbеr: Data diolah, 2017
Tabеl 3 Hasil Uji F
Model Df Mean Square F Sig
Regression 4 .441 67.061 .000
Residual 65 .007
Total 69
Sumbеr: Data diolah, 2017
a. Pengaruh Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG
Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil uji F pada pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa nilai Kurs Rupiah, BI Rate, Net Foreign Fund secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan
Menurut Tandelilin (2010:103), perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris paribus, dan sebaliknya. Menurut Tandelilin (2010:344) Kurs Rupiah merupakan sinyal positif
bagi perekonomian yang mengalami inflasi dan menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung emiten karena harus membayar dengan dollar AS yang menguat namun rupiah melemah sehingga nilai tukarnya besar
Hasil dari penelitian ini juga didukung dengan penelitian Rohmanda (2014), yang menyatakan bahwa kurs rupiah dan bi rate berpengaruh secara simultan. dan menurut Nurbaeti (2010), menyatakan bahwa Kurs Rupiah dan Net Foreign Fund berpengaruh secara simultan terhadap IHSG.
Pengaruh Kurs Rupiah terhadap IHSG
Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan bahwa kurs rupiah memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan secara parsial. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu Wijayaningsih (2016) menyimpulkan bahwa variabel kurs rupiah berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS berhubungan negatif terhadap IHSG. Jika dollar AS menguat terhadap rupiah maka IHSG akan menurun, begitu pula sebaliknya. Menurut Tandelilin (2010), Kurs Rupiah merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi dan menurunnya Kurs Rupiah berdampak pada meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan emiten, meningkatnya biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun akan meningkatkan beban hutang yang ditanggung emiten karena harus membayar dengan dollar AS yang menguat namun rupiah melemah sehingga nilai tukarnya besar.
Pengaruh BI Rate Rupiah terhadap IHSG Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan bahwa BI Rate tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari penelitian ini mendukung hasil dari penelitian Surbakti (2016) yang menyatakan bahwa BI Rate tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Menurut Tandelilin (2010), perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris paribus, dan sebaliknya. Jika suku bunga naik, maka return investasi yang terkait dengan suku bunga juga naik.
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
B Std.
Error
Beta
(Constant) .347 .812
Lag2_Kursrupiah -.410 .177 -.161
Lag2_BIRate -.0.739 .700 -.072
Lag2_Netforeignfund -.002 .003 -.034
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
17 Menurut Wijayanti (2017), BI Rate tidak
berpengaruh terhadap IHSG dapat disebabkan karena tipe investor di Indonesia merupakan investor yang senang melakukan transaksi saham dalam jangka pendek (trader), sehingga investor cenderung melakukan aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital gain di pasar modal.
Pengaruh Net F oreign Fund terhadap IHSG Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan bahwa Net Foreign Fund memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari penelitian ini mendukung hasil dari penelitian Nurbaeti (2010) menyatakan bahwa net foreign fund berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG, dan Zaretta yang menyatakan bahwa net foreign fund tidak signifikan terhadap IHSG.
Hubungan negatif antara Net Foreign Fund dan IHSG tersebut menunjukkan adanya perilaku investor asing yang cenderung mengikuti teori negative feedback trader yang menyatakan bahwa investor akan melakukan pembelian sekuritas pada saat harga rendah atau jatuh dan akan melakukan penjualan saat harganya tinggi atau naik. Menurut Neal dalam Mujayana (2013), Positive Feedback Trading adalah tindakan pelaku pasar asing untuk beli saham unggulan saat winner (bullish) dan menjual saham unggulan saat loser (bearish). Dan kondisi sebaliknya (negative feedback trading) membuat market index turun. Menurut Frensidy (2009 ) negative feedback artinya membeli saham-saham yang baru saja turun harganya dan menjual saham-saham yang baru saja naik.
Pada periode QE aliran modal asing yang masuk melalui pasar saham Indonesia relatif meningkat. Pada tahun 2008 saat terjadi krisis keuangan global, kondisi tersebut membuat IHSG terkoreksi dan pada bulan Oktober dan Nopember terjadi lonjakan aliran modal asing masuk yang cukup tajam. Kementerian keuangan (2010:35), Salah satu penyebab terjadinya lonjakan aliran modal asing tersebut adalah akuisisi saham emiten yang dilakukan oleh investor asing dan penyebab lainnya adalah terjadinya transaksi pembelian saham Emiten perbankan oleh bank asing.
Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG Hasil pada uji sebelumnya menunjukkan bahwa Indeks Dow Jones memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG secara parsial. Hasil dari penelitian ini mendukung hasil dari penelitian Jayanti (2014) menyatakan bahwa indeks dow jones berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks utama yang berada di Amerika Serikat. Indeks dow jones merupakan cerminan dari pertumbuhan pereknomian di Amerika, dan pertumbuhan ekonomi Amerika dapat berpengaruh terhadap negara-negara lain yang terintegrasi salah satunya adalah Indonesia. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung ataupun melalui pasar modal (Sunariyah, 2007)
KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan
1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap IHSG dilakukan dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap IHSG. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas terhadap variabel IHSG dapat diterima.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) variabel bebas (Kurs Rupiah (X1), BI
Rate (X2), dan Net Foreign Fund (X3)) terhadap IHSG dilakukan dengan pengujian t-test. Berdasarkan pada hasil uji didapatkan bahwa Kurs Rupiah mempunyai pengaruh negatif signifikan dan Indeks Dow Jones berpengaruh positif signifikan dan BI Rate dan Net Foreign Fund berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap IHSG.
3. Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa variabel Indeks Dow Jones mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar. Sehingga variabel Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan variabel yang lainnya maka variabel Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh yang dominan terhadap IHSG.
Saran
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
18 tidak perlu cemas jika terjadi penarikan dana
asing besar-besaran dari Indonesia.
2. Bagi investor di Indonesia agar tidak terlalu cemas jika terjadi gejolak ekonomi negara lain karena tidak selalu semua peristiwa berdampak bagi pergerakan saham di Indonesia, walaupun terjadi penurunan tetapi hanya sementara dan tidak terlalu berdampak karena pergerakan harga saham lebih di cerminkan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin membahas penelitian serupa disarankan untuk menambah beberapa variable seperti inflasi dan indeks saham negara ASEAN. Hal ini dikarenakan inflasi dan indeks saham negara ASEAN merupakan indikator yang berpengaruh terhadap IHSG, dan untuk mendapatkan hasil yang obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta:PT Bumi Aksara
Joesoef J.R. 2008. Pasar Uang & Pasar Valuta Asing. Jakarta : Salemba Empat
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan , dan Pasar Keuangan, Edisi 8. Salemba Empat : Jakarta.
Sunariyah, 2004. Pengantar Pasar Modal, Edisi Keempat. UPP AMP YPKN Yogyakarta. Sunariyah, 2007. Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal. Yogyakarta: AMP YKPN
Warsini, Sabar. Manajemen Investasi. Semesta Media, Jakarta, 2009.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE WEB
Bank Indonesia, Kerangka Kebijakan Moneter di Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/kerangka -kebijakan/Contents/Mengapa.aspx
Bank Indonesia, Penetapan BI Rate, diakses pada Tanggal 31 Juli 2017 dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penetapan/Contents/Default.aspx
Bank Indonesia, Penjelasan BI Rate, telah diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari
www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx Bank Indonesia, Kalkulator Kurs, diakses pada
tanggal 11 Desember 2017 dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/kalkulator-kurs/Default.aspx
Bank Indonesia, Data BI Rate, diakses pada tanggal 11 Desember 2017 dari
http://www.bi.go.id/en/moneter/bi-rate/data/Default.aspx
Bursa Efek Indonesia, Perusahaan Tercatat, diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dariwww.idx.co.id/idid/beranda/perusahaant
ercatat/profilperusahaantercatat.aspx Forbes, Quantitative Easing, telah diakses 14 April
2017 dari
https://www.forbes.com/sites/greatspeculati ons/2015/11/16/quantitative-easing-in-focus-the-u-s-experience/#4b50ded528d5
Investing, Data Indeks Harga Saham Gabungan, diakses pada tanggal 11 Desember 2017 dari https://www.investing.com/indices/idx-composite-historical-data
Kustodian Sentral Efek Indonesia, telah diakses tanggal 31 Juli 2017 dari
http://www.ksei.co.id/files/uploads/press_rel
eases/press_file/id-id/129_siaran_pers_terobosan_19_tahun_k sei_ksei_menjadi_kustodian_sentral_terbaik _di_asia_tenggara_20161230150415.pdf
(siaran pers) BULLETIN
Kementerian Keuangan, 2010. Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank 2010 – 2014. Jakarta
JURNAL
Angraheni, Bernadelta Dessy dan Sukamulja, Sukmawati, 2014. Analisis Pengaruh Quantitative Easing (QE) Amerika Serikat Terhadap Volatilitas Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Universitas Atma Jaya, Jakarta, 2014.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
19 Mujayana, Marya. 2013. Pengaruh Makro
Ekonomi, Pasar Komoditas Pertambangan dan Transaksi Asing Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Surabaya: Stikom
Nugroho, Heru. (2008). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks LQ45 pada Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2007. Universitas Diponegoro Semarang : Tesis dipublikasikan.
Nurbaeti, Khodijah. Pengaruh Aksi Jual-Beli Asing, Kurs, SBI, Inflasi, PDB dan Indeks Hangseng terhadap Indeks Harga Saham Gabungn di Bursa Efek Indonesia dengan Model GARCH. Jakarta: FEBUIN
Nugroho, Arif. 2013.Quantitative Easing the FED Menjadi Sentimen Penggerak Indeks Harga Saham Gabungan atau Jakarta Composite Indeks.ejournal UNESA, Vol.2, No.1. Saidah, Nani. Capital Inflow: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Jurnal Institu Pertanian Bogor, 2006.
Supriyadi, Marwan, 2012. Analisis Pembentukan Portofolio yang Efisien pada Perusahaan Industri Tobacco Manufacturesrs Dengan Modal Markowitz. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Wijaya, Suseno Wangsit. Pengaruh Faktor Faktor Makroekonomi dan Return IHSG Terhadap Return Saham Sektor Usaha Primer : Analisis Dengan Metode GARCH, Jurnal Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2008. Wijayanti, Anis. Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal Dunia Terhadap Pergerakan Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 2013
Perwitasari, Shinta Dewi. Aliran Modal Portofolio dan Implikasinya terhadap pergerakan nilai tukar. Jakarta:FEUI, 2008 Siswanto, Heri. Dampak Kepemilikan
Saham-saham oleh Asing terhadap Pengaruh Faktor Internasional di PT Bursa Efek Indonesia.Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2003
Hadad, Muliaman. Wibowo, Satrio. Pertiwi, Dipa. Noviati. 2004. Indeks Saham Perbankan.
Jakarta : Direktorat Penelitian Dana Pengaturan Perbankan Indonesia.
Jayanti, Yusnita 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, Indeks Dow Jones, dan Indeks KLSE Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2010 – Desember 2013. Malang: FIAUB
Nurdianti, Hastri. 2010. Analisa pengaruh ihsg, sbi, kurs, pdb dan inflasi terhadap kinerja reksa dana pendapatan tetap. Jakarta: FEUIN.
Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri 2015. Analisis Dampak Krisis pada Perdagangan Indonesia. Jakarta: Kementerian Perdagangam