Program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata
Wanasari PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya
Yuli Nugraheni, Theresia Intan Putri Hartiana danVanessa Christ
Universitas Katolik Prodi Ilmu Komunikasi Widya Mandala Surabaya
�
yulinugraheni2000@gmail.com, theresiaintan2502@gmail.comPendahuluan
Pertamina sadar betul bahwa keberadaannya dalam mengambil hasil bumi dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan lingkungan menjadi tidak seimbang, untuk itu Pertamina menyisihkan biaya operasional untuk program CSR yang mengedepankan kepentingan lingkungan dan masyarakat dengan mengkolaborasi keseimbangan alam melalui Program CSR budidaya mangrove, keramba kepiting dan pelestarian alam. Tidak hanya mengutamakan kepentingan lingkungan, namun juga pendidikan dan pengembangan perekonomian masyarakat sekitar. Program CSR ini sangat strategis karena beberapa kondisi diantaranya berada di daerah pesisir dataran rendah yang terdiri dari lahan rawa dan pesisir pantai yang sangat luas. Hal ini memiliki potensi besar untuk memanfaatkan lahan hutan mangrove dan pengembangan kepiting bakau lokal, mengingat faktor pariwisata Bali yang sangat mendukung.
Diantara program CSR lingkungan yang telah dilakukan, program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari menjadi menarik karena merupakan program CSR PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya yang pertama kalinya meraih penghargaan PROPER Emas
dan menjadi benchmark perusahaan lain. Lokasi Kampoeng Kepiting
besar untuk memanfaatkan lahan hutan mangrove dan pengembangan kepiting bakau lokal, mengingat faktor pariwisata Bali yang sangat mendukung.
Menurut Umar Ibnu Hasan selaku Jr. Oicer Community Development PT Pertamina (Persero) yang diwawancarai pada 28 Desember 2015, perkembangan Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari terbilang sangat berhasil, keberhasilan sebuah program CSR diukur dari segi ekonomi. Awal sebelum dilakukan program CSR, keadaan ekonomi nelayan dan masyarakat sekitar tidak menentu dan terpuruk. Pada tahun 2013 setelah program CSR jalan dengan baik
dan pembangunan restaurant kepiting berjalan maksimal, pendapatan
rata-rata yaitu 50 juta per bulan dan saat ini pendapatan nelayan dan masyarakat naik pesat hingga 200 juta per bulan. Hal ini merupakan bentuk keberhasilan program CSR yang berdampak bagi alam dan kesejahteraan masyarakat.
Melihat fenomena ini PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk mengembangkan lahan hutan mangrove, dan budidaya keramba kepiting melalui pemberdayaan masyarakat dan jawab sosial terencana.
Kajian Teoritis
Strategi Public Relations
Menurut Frank Jekins dalam bukunya Public Relations (1992:8)
Public Relations merupakan,
“Sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan spesiik yang
berlandaskan saling pengertian. Dalam hal ini Public Relations harus
menggunakan metode managemen berdasarkan tujuan tertentu. Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan
yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat Public
Relations merupakan suatu kegiatan yang nyata.” (Jekins, 1992:9).
Di Inggris, Chartered Institude of Public Relations (CIPR)
menawarkan deinisi yang mengenalkan dimensi baru yang berbeda dikutip oleh Keith Butterick (2011:8),
katakan tentang Anda. Praktik PR adalah disiplin ilmu yang bertugas menjaga reputasi – dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman dan dukungan, serta mempengaruhi opini dan perilaku. Kegiatan ini merupakan usaha yang terencana dan berkesinambungan untuk membangun dan mempertahankan niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan publiknya.”
Deinisi diatas menunjukkan bahwa Public Relations memiliki
peran penting dalam sebuah perusahaan lewat perencanaan dan strategi
yang dilakukan. Dalam hal ini Public Relations dari PT Pertamina
(Persero) memiliki komunikasi terencana dalam membangun suatu hubungan dengan fungsi managerial perusahaan untuk mencapai suatu tujuan yaitu melalui program CSR dapat memenuhi tanggung jawab sesuai dengan kebaikan yang telah di lakukan secara terencana baik melalui internal maupun eksternal.
Menurut Butterick dalam buku Pengantar Public Relations (2011:
153) mendeinisikan mengenai strategi PR yaitu,
“Sebuah strategi PR adalah pendekatan menyeluruh bagi sebuah kampanye atau program dan penjelasan rasional di belakang program taktis dan akan didikte dan ditentukan oleh persoalan yang muncul dari analisis penelitian. Inilah dasar terbangunnya program taktis dan memindahkan perusahaan dari posisi yang ada sekarang menuju pada posisi yang diinginkan pada akhir program.” (Butterick, 2011:153)
Teori diatas memiliki pengertian bahwa Public Relations sebuah
perusahaan dalam melakukan perencanaan program perlu didasari dengan penelitian terlebih dahulu dan pendekatan, melalui pendekatan ini PR melakukan penyederhanaan masalah untuk dapat menemukan solusi tersebut. Program taktis yang ditentukan oleh persoalan yang muncul dibutuhkan adanya keterlibatan terus menerus dan mendalam
dari Public Relations untuk menghasilkan strategi atau rencana kedepan
yang memiliki dampak terhadap kemajuan perusahaan dan tujuan yang ingin dicapai dari dibentuknya sebuah program.
a. Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar didalam maupun diluar perusahaan. Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari kliping media masa dalam kurun waktu tertentu, dengan melakukan penelitian terhadap naskah pidato pimpinan, bahan yang dipublikasikan perusahaan, serta melakukan wawancara tertentu dengan pihak-pihak yang berkepentingan atau dianggap penting.
b. Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara historis. Perubahan umumnya disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap publiknya atau sebaliknya. c. Melakukan analisis SWOT (Strenghts/kekuatan, Weakness/
kelemahan,Opportinities/peluang,hreats/ancaman) Meski tidak perlu menganalisis hal-hal yang berada di luar jangkauannya. Seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar dan dalam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya. Misalnyamenyangkut masa depan industri yang ditekuninya, citra yang dimiliki perusahaan, kultur yang dimiliki serta potensi lain yang dimiliki oleh perusahaan (Soemitrat&Ardianto, 2012:91). Soemitrat dan Ardianto dalam bukunya Dasar-dasar
Public Relations (2012:91-92) mengkaji mengenai strategi Public Relations bahwa, “Komponen Strenghts dan Weakness dikaji dari unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan. Sedangkan kedua
komponen lainnya Opportunities dan hreats dikaji dari lingkungan
perusahaan berada. Peluang dan ancaman bisa muncul dari unsur-unsur seperti peraturan pemerintah, larangan masyarakat, nilai masyarakat, perubahan struktur kependudukan, pandangan yang tengah beredar dimasyarakat, situasi ekonomi, perubahan politik,
dan tekanan yang muncul dari para envorenmentalist.
Setiap strategi memiliki taktik yang diimplementasikan untuk mencapai tujuan perusahaan. Ketika mengidentiikasi strategi apa yang diikuti oleh perusahaan, perlu adanya pemahaman mengapa perusahaan melakukan perencanaan tertentu, apakah tujuannya, kelemahannya, dan kesempatan yang akan diperoleh. Keith Butterick
(2011:151), Analisis SWOT (Strengths Weakness Opportunities hreats)
dan analisis PEST (Political Economic Social and Technological)
PR mempunyai peranan penting dalam mengefektikan organisasi dengan membangun hubungan jangka panjang yang strategis. Dalam
buku Dasar-Dasar Public Relations menurut Soleh Soemitrat dan
Elvinaro Ardianto (2012:90) dengan mengutip buku Cutlip & Center,
proses Public Relations sepenuhnya mengacu kepada pendekatan
manajerial. Proses ini terdiri dari fact inding, planning, communicating, dan evaluations yaitu :
a) Fact inding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data sebelum mencari tindakan. Misalnya PR sebelum melakukan suatu kegiatan harus terlebih dahulu mengetahui apa yang diperlukan oleh publik, siapa yang termasuk kedalam publik dan bagaimana publik dipandang dari berbagai faktor.
b) Planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah tersebut.
c) Communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data tadi, kemudian dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional. d) Evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan
apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Evaluasi itu dapat dilakukan secara berkelanjutan dan hasil evaluasi ini menjadi dasar kegiatan PR berikutnya (Soemitrat & Ardianto, 2012:90).
Seperti yang telah di sampaikan oleh Cutlip diatas, peneliti menggaris bawahi bahwa proses PR sangat penting ketika perusahaan melakukan suatu kegiatan. Dalam hal ini PT Pertamina
melakukan proses PR yang pertama yaitu fact inding dimana fakta
Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan
Menurut Bambang Rudito dan Melia Famiola dalam buku Corporate
Social Responsibility (2013:1), “Tanggung jawab sosial perusahaan atau
corporate social responsibility (CSR) pada dasarnya adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan komunitas lokal sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan. Kebutuhan korporat untuk beradaptasi dan guna mendapatkan keuntungan sosial dari hubungannya dengan komunitas lokal, sebuah keuntungan sosial
berupa kepercayaan(trust). CSR tentunya sangat berkaitan dengan
kebudayaan perusahaan dan etika bisnis yang harus dimiliki oleh budaya perusahaan, karena untuk melaksanakan CSR diperlukan suatu budaya yang didasari oleh etika yang bersifat adaptif.”
Keuntungan yang didapat perusahaan yakni kepercayaan dari masyarakat dapat meredam konlik sosial antara masyarakat dan perusahaan yang sedang terjadi. CSR merupakan program berkesinambungan dan berkelanjutan yang membutuhkan interaksi dan pendekatan yang harus dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan. CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen yang harus dilakukan perusahaan dan berusaha melakukan sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolahan sumber daya alam akan berurusan dengan pola yang berbeda dengan kebiasaan industri itu sendiri. Perusahaan yang ingin berinteraksi dengan masyarakat tentunya haruslah memahami kebutuhan masyarakat dan beradaptasi dengan kebiasaan masyarakat. CSR pada dasarnya bukan merupakan beban yang harus dilakukan oleh perusahaan, namun lebih dimaknai sebagai usaha perusahaan untuk beradaptasi dengan kehidupan sosial msyarakat, menjalin kepercayaan antara perusahaan dan masyarakat. CSR bukan momok yang menakutkan bagi perusahaan, CSR merupakan jawaban bagi pembangun kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dan kebersinambungan ekonomi masyarakat lokal (Rudito&Famiola, 2011: 19-26). Menurut Suharto (2010:4-5), pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan
dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple
Bottom Lines (proit, planet, dan people), perusahaan yang baik tidak
memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people).
Usaha perusahaan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan global mulai
nyata. Perusahaan berorientasi proit menjadi sadar dan ingin
terlibat dalam isu lingkungan terjadi karena semakin terbatasnya sumber daya alam yang pada akhirnya menjadi kendala bisnis dan kemungkinan besar dapat mengancam keberadaan spesies. Disamping itu keterbatasan sumber daya alam kemudian menentukan arah pasar sehingga perusahaan diharapkan pada beragamnya pihak yang peduli terhadap lingkungan (Suharto, 2010:149-150).
“Konsep 3P (proit, people, and planet) yang sangat mahsyur
di kalangan perusahaan, adalah sebuah gambaran bahwasannya perusahaan selalu mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan (planet). Dengan demikian, program-program CSR juga tidak bisa meninggalkan implementasinya khususnya dalam bidang lingkungan. Apalagi hal ini dikaitkan dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan dan eksploitasi hasil bumi.” (Suharto, 2010:150)
Teori diatas sejalan dengan PT Pertamina (Persero), merupakan perusahaan yang bergerak dibidang sumber daya alam dan hasil bumi namun tetap mengupayakan tanggung jawabnya menyeimbangkan alam dengan melestarikan lingkungan melalui tanggung jawab sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibility.
Sering disebutkan bahwa CSR merupakan Comdev, pengertian
sebenarnya yaitu Comdev merupakan bagian dari CSR. Dalam konsep
besar CSR terdapat Community Development (Comdev) dan juga
Community Relations. Dalam buku CSR dan Comdev yang dipaparkan
oleh Suharto, Community Development (Comdev) atau Pengembangan
Masyarakat harus berpijak pada prinsip pemberdayaan, bukan sekedar pertolongan. Masyarakat tidak menginginkan pertolongan yang dalam sekejap datang, namun masyarakat mengharapkan ada pendamping yang merasakan, dan melihat perjuangan yang kemudian berjuang bersama membangun kehidupan dan menata kesejahteraan.
Comdev dapat melibatkan interaksi dinamis dan partisipatoris antar
stakeholders, pemerintah, dan warga setempat. Tujuan utama Comdev
kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan masyarakat (Suharto, 2010:65-67).
Lebih lanjut, menurut Iriantara (2004:75) dalam buku Community
Relations: Konsep dan Aplikasinya menjelaskan bahwa, organisasi yang menanggapi dengan baik perubahan yang terjadi di sekelilingnya lalu mempersiapkan diri dalam lingkungan kompleksitasnya makin
tinggi, pasti tak akan mengabaikan program atau kegiatan community
relations. Karena program atau kegiatan Community Relations itu justru dianggap sebagai cara menanggapi perubahan yang terjadi
di lingkungan organisasinya. Community Relations pada dasarnya
adalah kegiatan PR, langkah-langkah yang dilakukan dalam konteks community relations bisa dipandang sebagai bagian dari langkah
untuk mengatasi permasalahan global. Kegiatan community relations
dipandang sebagai bagian dari wujud tanggung jawab sosial perusahaan dalam menjalankan peran turut membantu warga masyarakat untuk mengembangkan dirinya.
Praktek program Corporate Social Responsibility memiliki
hubungan yang kuat dengan citra perusahaan. Melalui tanggung jawab sosial yang dilakukan, publik dapat menilai baik tidaknya sebuah perusahaan. Dalam buku CSR & Comdev yang ditulis oleh Edi Suharto (2010:52) memaparkan bahwa, “Tiga lembaga internasional, Environics International (Kanada), Conference Board (AS), dan Prince of Wales Business Leader Forum (Inggris) melakukan survey tentang hubungan antara CSR dan citra perusahaan. Hasil Survey menunjukkan bahwa mayoritas responden (60%) menyatakan bahwa CSR seperti etika bisnis, praktik sehat terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, merupakan unsur utama mereka menilai baik atau tidaknya suatu perusahaan. Sedangkan faktor fundamental bisnis, seperti kinerja keuangan, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau managemen hanya dipilih dari 30% responden.”
yang dihargai dengan baik oleh masyarakat membangun citra dengan mengembangkan praktik terintegrasi dengan pertimbangan sosial dan
ekonomi kedalam strategi Public Relations. Tidak hanya melakukan
tindakan yang baik, namun juga harus melakukan tindakan yang benar. Dalam melakukannya perusahaan sebaiknya berlaku dengan mengawali kebijakan yang mencerminkan nilai-nilai inti yang mempertimbangkan kesejahteraan bersama dari para investor, pelanggan, dan karyawan yang mendorong lahirnya kepedulian terhadap pengembangan masyarakat lokal, yang menjamin kualitas dan stabilitas lingkungan, barang dan jasa. Untuk membangun citra yang baik, perusahaan perlu mengambil tindakan yang tepat terhadap kesejahteraan lingkungan dengan tetap melakukan pemberdayaan masyarakat lokal (Butterick, 2011:62-63)
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode studi kasus, yang berarti upaya mengumpulkan dan kemudian menganalisis data tentang kasus-kasus tertentu yang berkenaan dengan permasalahan yang menjadi perhatian peneliti, yang kemudian data itu akan dihubungkan satu dengan yang lainnya.Pendekatan kualitatf dan proses pengambilan data dengan wawancara dan observasi
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pandangan Pertamina Mengenai Corporate Social Responsibility
Pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh Pertamina berdasar
dari tiga pilar (proit, people, dan planet) dimana hal ini bukan sembarang
dilakukan, namun berdasar pada prinsip CSR yang digunakan sebagai standart perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya. Bagi Pertamina, CSR merupakan suatu bentuk investasi perusahaan, sebagai dasar bahwa tujuan melakukan investasi melalui CSR yaitu untuk meningkatkan citra perusahaan, bisnis, keamanan, kekhawatiran terhadap permasalahan, tuntutan pasar, dan kepedulian sesama. Tujuan dari pelaksanaan CSR ini akan mendukung kesejahteraan masyarakat dan lingkungan yang kondusif. Investasi yang dilakukan oleh Pertamina merupakan investasi sosial agar bisnis mengambil hasil bumi yang memiliki dampak buruk terhadap alam dapat berubah menjadi perusahaan yang peduli terhadap lingkungan. Investasi sosial yang didapat dari pelaksanaan CSR yaitu kepercayaan masyarakat, meminimalisasi permasalahan sosial dan citra perusahaan yang positif.
“...Jadi CSR bagi Pertamina itu kepada timbal balik atau kewajiban perusahaan yang harus dilakukan oleh Pertamina dengan mengedepankan wawasan lingkungan. Suatu perusahaan energi kelas dunia yang dalam menjalankan prosesnya namun tetap memperhatikan lingkungan dan masyarakat...” (Ahad Rehadi, Oicer CSR, 3 Mei 2016)
Analisis Social Mapping sebagai Latar Belakang PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya dalam Merencanakan Program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari Bali
Program CSR yang direncanakan berawal dari fakta yang terjadi di lapangan, diperlukan adanya pengumpulan fakta dan pemetaan masalah agar program CSR memiliki alasan kuat sehingga dapat berjalan dengan maksimal dan berkelanjutan. Berdasar dari fakta yang diperoleh, perusahaan dapat menentukan program CSR yang sesuai dan memiliki potensi untuk berkembang.
Hal ini dilakukan oleh External Relations PT Pertamina (Persero)
Tabel. Social Mapping kegiatan CSR
Kelemahan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program CSR Kampoeng kepiting-Ekowisata Wanasari Bali yaitu mencari penerima bantuan CSR yang mampu mengelola program dengan baik.
Kekuatan utama dalam program CSR Kampoeng kepiting-Ekowisata Wanasari Bali yaitu berada di lokasi pantai pesisir yang dapat ditanami mangrove dan diwilayah tersebut masyarakat memiliki potensi untuk diberdayakan. Bibit mangrove yang ditanam secara rutin berpengaruh bagi ekosistem kepiting bakau yang memiliki nilai jual tinggi.
Tantangan dalam merencanakan program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari Bali, tidak berbeda jauh dengan kelemahan, menurut Ahad tantangan saat mensosialisasikan program CSR Kampoeng kepiting-Ekowisata Wanasari yaitu mencari penerima CSR yang mampu mengembangkan program dengan baik.
Saat menganalisis sebuah perencanaan program melalui Social mapping, Pertamina melihat peluang lapangan kerja baru untuk nelayan dan masyarakat sekitar. Misi CSR Pertamina yaitu mewujudkan kepedulian sosial dan konstribusi perusahaan terhadap pengembangan masyarakat berkelanjutan. Bahwa tujuan dan visi misi Pertamina betul diimplementasikan bagi penerima CSR. Nelayan yang pendapatannya tidak pasti, serta masyarakat sekitar yang belum mendapatkan pekerjaan, melalui adanya Ekowisata ini dapat meningkatkan dan membantu perekonomian masyarakat. Selain membuka lapangan pekerjaan baru untuk petugas parkir dan ticketing, saat melakukan observasi di Ekowisata mangrove, peneliti melihat banyaknya warung yang berdiri di area parkir. Peneliti juga melihat hasil olahan mangrove seperti pia, kerajinan tangan, sirup dan sebagainya yang dijual untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat dan menambah penghasilan. Didukung dengan adanya restoran kepiting yang ramai pengunjung, nelayan setempat juga membuka paket tour untuk pengunjung sehingga dapat berkeliling area pantai dan melihat keindahan alam sekitar.
“Yang kedua peluang untuk tadi, daerah destinasi wisata baru, mungkin dulu orang melihat sekilas ajalah pada saat mau ke Bandara ada tumbuhan mangrove tapi ga pernah niat untuk kesana kan emang ada apa sih disana tapi sekarang begitu kita resmikan yang namanya kampoeng kepiting tadi orang jadi tahu orang punya keinginan untuk kesana, meningkatkan rasa ingin tahu, meningkatkan awareness terhadap lokasi itu sendiri bukan Pertamina dulu, kita ga ngomongin Pertamina, Pertamina belakangan lah dapet citranya, paling ngga daerah itu terekspose itu tadi informasi adanya reklamasi, diklariikasi bahwa kita ga perlu reklamasi kita perlunya pelestarian lingkungan kayak gini, itu peluang yang bisa didapetin sih.” (Ahad Rehadi, Oicer CSR, 3 Mei 2016)
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..
Proses Planning Program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari Bali
Proses selanjutnya yang dilakukan oleh seorang PR setelah fact
inding yaitu planning atau menetapkan strategi perusahaan melalui sebuah program terencana. Menurut Soleh Soemitrat dan Elvinaro
Ardianto (2012:90) planning adalah berdasarkan fakta membuat
rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah tersebut.
Perencanaan program CSR dilakukan melalui beberapa faktor, lokasi Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari Bali berada dalam wilayah operasional atau masuk dalam Ring 1 DPPU Ngurah Rai. Penerapan program CSR disesuaikan dengan karakter masyarakat dan juga lokasi. Bali dengan destinasi wisata yang tinggi mendukung perkembangan program konservasi mangrove, budidaya kepiting, dan juga kuliner yang tersedia.
Perencanaan pada saat program berjalan dilakukan secara bertahap, Tahapan ini dimulai dengan konservasi hutan mangrove, lalu budidaya kepiting bakau. Setelah penyuluhan dan pelatihan berjalalan sesuai rencana maka dilakukan pembangunan restoran kepiting bertaraf internasional dengan memanggil juru masak bintang lima dari patra jasa.
Proses Communicating pada Pelaksanaan program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari
Tahap communicating dilakukan setelah mengetahui perencanaan
yang sesuai dengan fakta lokasi dan karakter masyarakat. Menurut menurut Soleh Soemitrat dan Elvinaro Ardianto (2012:90),
communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data tadi, kemudian dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional.
Pada tahap communicating akan dilakukan pendampingan kepada
masyarakat dan nelayan, berbeda dengan penyuluhan yang dilakukan
pada tahap fact inding dan planning lebih ke arah masif, namun
pendampingan dilakukan setiap waktu. Ada upaya pemantauan yang dilakukan apabila nelayan merasa kesulitan dalam menjalankan program CSR, dari awal masyarakat diberikan pengertian secara matang, karena untuk terus menjalankan program CSR hingga jangka panjang diperlukan kesiapan dan nelayan harus menguasai cara pelestarian alam dan organisasi yang benar. Penyuluhan yang dilakukan merupakan sebagian dari strategi perusahaan dimana melalui penyuluhan masyarakat dapat terbuka dan menyambut baik program CSR hingga dapat menjalankan pada tahap berkelanjutan.
Pendampingan dilakukan oleh Local Community Development
Oicer dari Universitas dan mitra binaan untuk memberikan pelatihan
kepada masyarakat nelayan di Ekowisata Wanasari. Pihak Public
Relations atau yang dikenal dengan sebutan External Relations PT
Pertamina (Persero) MOR V Surabaya memiliki satu oicer CSR
yang ditugaskan ke empat wilayah region di Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Untuk itu dibutuhkan Local CDO yang mampu melakukan pendampingan selama 24 jam.
External Relations setiap waktu akan terus melakukan monitoring, dan
Local CDO akan setiap waktu memberikan laporan perkembangan di Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari.
CSR.
Proses Evaluasi yang Dilakukan Public Relations
Proses Evaluasi pada program CSR Kampoeng Kepiting Ekowisata Wanasari dilakukan melalui yang pertama yaitu melakukan perbandingan dengan sebelum dan sesudah program, hal ini dilakukan untuk mengetahui konstribusi Pertamina melalui CSR kepada nelayan dan masyarakat Tuban. Kontribusi CSR dapat dilihat melalui perubahan mindset, lokasi, dan perekonomian warga.
Kedua yaitu melakukan proses evaluasi dengan membagikan kuisioner kepada masyarakat nelayan Tuban dan juga pengunjung yang hadir, hal ini dilakukan untuk mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap program CSR Kampoeng kepiting. Kepuasan penerima CSR setelah program ini berjalan sesuai rencana awal akan menaruh rasa percaya masyarakat terhadap Pertamina. Membagikan kuisioner juga dapat mengetahui opini masyarakat tentang citra Pertamina melalui CSR, perusahaan dapat mengetahui melalui apresiasi masyarakat luas bahwa Pertamina peduli terhadap pemberdayan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Ketiga yaitu dengan melihat hasil survei citra perusahaan, berapa persen konstribusi program CSR untuk citra Pertamina. Hal ini dapat dilihat melalui angka survei sebelum dan sesudah program. Bahwa program CSR memiliki pengaruh terhadap citra perusahaan. Evaluasi dapat dilihat melalui perkembangan sosial media dan publikasi media tentang Kampoeng kepiting. Perkembangan publikasi melalui sosial media dan juga berita menjadi proses monitoring yang dilakukan oleh PR bahwa pengunjung maupun khalayak menaruh respon yang positif terhadap CSR Kampoeng Kepiting pada tahap berkelanjutan. Publikasi melalui media menjadi sangat penting terkait dengan citra perusahaan bahwa CSR Kampoeng Kepiting membawa nama Pertamina.
Hasil evaluasi merupakan tahap dari proses PR dimana suatu program yang dilaksanakan telah berjalan sesuai dengan rencana atau diluar dari perencanaan. Menurut Soemitrat dan Ardianto (2012:90)
Proses Evaluasi yang Dilakukan Public Relations
Proses Evaluasi pada program CSR Kampoeng Kepiting Ekowisata Wanasari dilakukan melalui yang pertama yaitu melakukan perbandingan dengan sebelum dan sesudah program, hal ini dilakukan untuk mengetahui konstribusi Pertamina melalui CSR kepada nelayan dan masyarakat Tuban. Kontribusi CSR dapat dilihat melalui perubahan mindset, lokasi, dan perekonomian warga.
Kedua yaitu melakukan proses evaluasi dengan membagikan kuisioner kepada masyarakat nelayan Tuban dan juga pengunjung yang hadir, hal ini dilakukan untuk mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap program CSR Kampoeng kepiting. Kepuasan penerima CSR setelah program ini berjalan sesuai rencana awal akan menaruh rasa percaya masyarakat terhadap Pertamina. Membagikan kuisioner juga dapat mengetahui opini masyarakat tentang citra Pertamina melalui CSR, perusahaan dapat mengetahui melalui apresiasi masyarakat luas bahwa Pertamina peduli terhadap pemberdayan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Ketiga yaitu dengan melihat hasil survei citra perusahaan, berapa persen konstribusi program CSR untuk citra Pertamina. Hal ini dapat dilihat melalui angka survei sebelum dan sesudah program. Bahwa program CSR memiliki pengaruh terhadap citra perusahaan. Evaluasi dapat dilihat melalui perkembangan sosial media dan publikasi media tentang Kampoeng kepiting. Perkembangan publikasi melalui sosial media dan juga berita menjadi proses monitoring yang dilakukan oleh PR bahwa pengunjung maupun khalayak menaruh respon yang positif terhadap CSR Kampoeng Kepiting pada tahap berkelanjutan. Publikasi melalui media menjadi sangat penting terkait dengan citra perusahaan bahwa CSR Kampoeng Kepiting membawa nama Pertamina.
Hasil evaluasi merupakan tahap dari proses PR dimana suatu program yang dilaksanakan telah berjalan sesuai dengan rencana atau diluar dari
perencanaan. Menurut Soemitrat dan Ardianto (2012:90) Evaluation
adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Evaluasi itu dapat dilakukan secara berkelanjutan dan hasil evaluasi ini menjadi dasar kegiatan PR berikutnya.
program CSR menjadi contoh sebuah pelaksanaan program ditempat lain, hal ini memiliki nilai lebih bahwa CSR Ekowisata Wanasari terbilang berhasil. Berdasarkan pengelolaan ekonomi dan letak demograis, Ekowisata Wanasari layak dicontoh untuk aplikasi program CSR dilokasi yang berbeda.
Ukuran keberhasilan kedua dari hasil evaluasi yaitu, program CSR Ekowisata Wanasari meraih penghargaan bergengsi seperti Indonesian Green Awards dan PROPER Emas. Perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial dan mendapat predikat PROPER Emas, merupakan perusahaan yang telah melaksanakan CSR dengan baik dan sesuai dengan aturan. PROPER merupakan program yang diluncurkan oleh Kementrian lingkungan hidup, PROPER atau Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi target Pertamina sebagai bagian dari menyeimbangkan kegiatan usaha dibidang ekonomi, sosial dan lingkungan. PROPER memiliki nilai strategis terhadap citra perusahaan, ada beberapa peringkat PROPER yang dikeluarkan oleh kementrian lingkungan yaitu hitam, merah, biru, hijau dan emas. Perusahaan yang mendapatkan predikat PROPER emas merupakan perusahaan yang sukses menjalankan program CSR dengan baik. Sebaliknya, perusahaan yang mendapatkan predikat PROPER hitam dinilai telah gagal menjalankan program CSR. Beberapa perusahaan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap kesuksesan pelaksanaan sebuah program. Pertamina memiliki cara pandang dalam melihat program CSR, cara pandang sebuah perusahaan menilai program menentukan sejauh mana program tersebut berdampak positif. Apabila perusahaan cepat puas dan tidak melihat peluang keberhasilan dari inovasi baru maka sebuah program akan berada pada posisi yang tetap dan sulit untuk berkembang. Sebaliknya Pertamina terus belajar dari hasil evaluasi, mau dibawa kemana selanjutnya perkembangan CSR Kampoeng kepiting, hal-hal apa saja yang harus diperbaiki untuk jangka panjang.
Strategi Public Relations yang Dilakukan Sehingga Program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari dapat Berhasil dan Memiliki Pengaruh Pada Citra Positif Perusahaan
media mempublikasikan Pertamina sebagai perusahaan yang peduli lingkungan dan masyarakat, publik lebih menaruh rasa percaya akan pemberitaan media dengan adanya fenomena positif. Bicara publikasi untuk menaikkan citra diperlukan anggaran tidak terhingga seperti yang dikatakan oleh Ahad dibawah, namun apabila anggaran tersebut dialihkan untuk program CSR yang dapat meningkatkan kesejahteraan lingkungan dan masyarakat akan lebih membawa dampak yang positif bagi berbagai pihak. Menurut Edi Suharto (2010:52) praktek program
Corporate Social Responsibility memiliki hubungan yang kuat dengan citra perusahaan. Melalui tanggung jawab sosial yang dilakukan, publik dapat menilai baik tidaknya sebuah perusahaan.
“Pasti, ya ini ga of the record juga sih bahwa kadang-kadang perusahaan yang melakukan CSR itu biaya publikasinya jauh lebih besar dari pada biaya program itu sendiri begitu. Karena kalau kita sudah ngomongin media massa itu pasti mereka kaitannya dengan image kan, harga image itu kan ga terhingga, kalau kita ngomongin citra itu kan ga terhingga. Kita mau keliatan baik ya makin kita sering pasang dimedia makin sering orang terpapar informasi bahwa kita punya program seperti ini, itu akan semakin naik nama kita kan. Nah media ini tahu betul bahwa perusahaan punya kepentingan untuk peningkatan nama baik. Jadi untuk anggarannya sendiri jauh lebih besar dari anggaran programnya bukan jauh lah mungkin sama besar lah dengan anggaran programnya sendiri. Tadi bilang bahwa kalau kita ngasih, kalau kita ngasih bantuan tangan kanan yang ngasih bantuan tangan kiri ga boleh tau, ya itu ga boleh dipake di CSR perusahaan. Saat kita mengeluarkan program, anggaran program kita sudah
punya gambaran yang namanya social invenstment, jadi kalau
kita ngomongin program itu social investment, kita keluar berapa
mungkin dan memang anggarannya ga sedikit, anggarannya hampir sama dengan anggaran programnya sendiri. .” (Ahad Rehadi, Oicer CSR, 3 Mei 2016)
Program CSR yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya membawa keuntungan sosial melalui kepercayaan masyarakat, nilai yang baik dimata publik, citra Pertamina sebagai perusahaan yang ramah lingkungan menjadi reputasi yang tidak ternilai. Menurut Butterick (2011:62-63), salah satu elemen yang membentuk citra perusahaan yaitu tanggung jawab dengan mendukung tujuan mulia, menunjukkan tanggung jawab lingkungan dan tanggung jawab sosial.
Perusahaan yang merespon lingkungan eksternalnya dengan baik dan melakukan hal yang benar akan menumbuhkan citra positif perusahaan. Perusahaan yang dihargai dengan baik oleh masyarakat membangun citra dengan mengembangkan praktik terintegrasi dengan pertimbangan sosial dan ekonomi kedalam strategi Public Relations. Tidak hanya melakukan tindakan yang baik, namun juga harus melakukan tindakan yang benar. Dalam melakukannya perusahaan sebaiknya berlaku dengan mengawali kebijakan yang mencerminkan nilai-nilai inti yang mempertimbangkan kesejahteraan bersama dari para investor, pelanggan, dan karyawan yang mendorong lahirnya kepedulian terhadap pengembangan masyarakat lokal, yang menjamin kualitas dan stabilitas lingkungan, barang dan jasa. Untuk membangun citra yang baik, perusahaan perlu mengambil tindakan yang tepat terhadap kesejahteraan lingkungan dengan tetap melakukan pemberdayaan masyarakat lokal.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis terhadap strategi Public Relations
PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya dalam mempertahankan citra positif perusahaan melalui CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari Bali, dimana analisis ini dilakukan berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi maka didapat kesimpulan sebagai berikut.
Program CSR dalam pelaksanaannya memiliki strategi dimana strategi tersebut memiliki empat tahapan yaitu yang pertama adalah
(Persero) melakukan proses Public Relations berdasar pada konsep teori, melalui pelaksanaannya Pertamina mengembangkan teori namun tidak merubah konsep teori tersebut. Pelaksanaan CSR yang dilakukan berdasar empat proses PR, berhasil memberikan konstribusi kepada masyarakat dan lingkungan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Pertamina melaksanakan CSR melalui strategi PR untuk mempertahankan citra positif perusahaan dengan berhasil merubah masyarakat tuban menjadi mandiri, merubah lokasi Tuban menjadi ekowisata berkonsep unik sesuai 3P, dan berhasil meraih PROPER Emas yang memiliki dampak pada citra positif perusahaan. Program CSR dapat dinilai memiliki implementasi pada citra positif perusahaan apabila program CSR berjalan baik dan memiliki nilai dimata khalayak dan media berdasarkan proses pelaksanaannya.
Hasil observasi dan analisis peneliti adalah, perencanaan CSR melalui divisi External Relations sesuai dengan kondisi riil Kampoeng Kepiting, bahwa program CSR telah dilakukan sesuai dengan konsep teori dan visi misi perusahaan. Peneliti dalam penelitian ini memberikan
fungsi kontrol kepada divisi External Relations PT Pertamina (Persero)
MOR V Surabaya mengenai perkembangan Kampoeng Kepiting-Ekowisiata Wanasari Bali.
Saran
Berdasarkan hasil analisis terhadap strategi Public Relations
PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya dalam mempertahankan citra positif perusahaan melalui program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari, terdapat beberapa kekurangan. Tahap pelaksanaan yang dijalankan oleh PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya kurang adanya oicer CSR yang langsung melakukan pengawasan secara rutin. Penyampaian komunikasi melalui laporan resmi tertulis sudah tepat, namun nelayan dan masyarakat membutuhkan kunjungan rutin walaupun nelayan telah mandiri menjalankan program CSR.
Datar Pustaka
Buku:
Jekins, Frank. 1992. Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga
Prajarto, Nunung. 2012. CSR Indonesia Sinergi Pemerintah, Perusahaan,
dan Publik. Yogyakarta: FISIPOL UGM
Soleh Soemitrat & Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar-Dasar Public
Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung
Yin, Robert.1996. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT
RajaGraindo
Butterick, Keith. 2011. Pengantar Public Relations Teori dan Praktik.
Jakarta: PT RajaGraindo Persada
Suharto, Edi. 2010. CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan di
Era Globalisasi. Bandung: Penerbit Alfabeta
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Bambang Rudito & Melia Famiola. 2013. Corporate Social Responsibility.
Bandung: Penerbit Rekayasa Sains
Iriantara, Yosal. 2004. Community Relations: Kosep dan Aplikasinya.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit
Alfabeta
Ebook:
Daymond, Christine & Holloway, Immy. 2002. Qualitative Research
Methods in Public Relations and Marketing Communication. New York: British Library Cataloguing in Publication Data
Online:
http://www.pertamina.com/
http://www.ekowisatabali.com/ (Diakses pada 28 November 2015 pukul 13:17)
http://proper.menlh.go.id/portal/?view=x&desc=0&collps=147 (Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 18:06 WIB)
(Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 19:01 WIB)
http://www.sampoerna.com/id_id/media_center/press_releases/ Pages/hari_ulang_tahun_pt_hm_sampoerna_tbk_ke-99_tahun. aspx# (Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 19:43 WIB)
http://www.chevronindonesia.com/environment/ (Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 20:02 WIB)
http://www2.hino.co.id/newsevent.php?c=1 (Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 20:29 WIB)
http://www.shell.co.id/id/environment-society/environment-tpkg. html (Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 20:35 WIB) 136
http://www.telkom.co.id/hut-tsel-telkomgroup-dan-wagub-bengkulu-tanam-mangrove-di-pantai-jenggalu.html (Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 20:56 WIB)
http://news.okezone.com/read/2014/10/04/340/1048165/pro-kontra-reklamasi-teluk-benoa (Diakses pada 28 Mei 2016 pukul 17:42 WIB)
http://travel.kompas.com/read/2016/01/04/173936827/Bali.Pulau. Terbaik.Kedua.di.Dunia (Diakses pada 28 Mei 2016 pukul 18:34 WIB)
Penelitian:
Christina Yuli Indriarti. 2014. Strategi Public Relations PT Askindo
dalam Mengelola Brand Image melalui Kegiatan Corporate Sosial Responsibility. Jakarta: Bina Nusantara University
Wawancara:
Ibnu, Umar. (2015, Desember 28). Strategi Public Relations PT
Pertamina. (Vanessa Chris, interviewer)
Rehadi, Ahad. (2016, Mei 03). Strategi Public Relations PT Pertamina.
(Vanessa Chris, interviewer)
Sumasa, Made. (2016, Mei 09).Penerima CSR PT Pertamina (Persero)