BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecemasan
2.1.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala lain dari berbagai gangguan emosi.8
Freud mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.9
2.1.2. Teori Kecemasan
Beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan, antara lain: a. Teori Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan dari dalam elemen tersebut, dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada dalam bahaya.
b. Teori Perilaku
cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Peka tentang pembelajaran menyukai bahwa individu yang terbiasa dalam dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebih sering menunjukan cemas pada kehidupan selanjutya.
c. Teori Keluarga
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
d. Teori Biologis
Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, reseptor ini mungkin memicu cemas. Penghambatan asam aminobuitrik-gamma neuroregulator (GABA) juga memungkinkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas.10
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Ramaiah ada beberapa faktor yang menunjukan reaksi kecemasan, yaitu:
1. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
2. Emosi yang ditekan
jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
3. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja, dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
4. Induksi obat-obatan dan rokok
Obat-obatan dan rokok juga merupakan salah satu penyebab kecemasan, terutama obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat biasanya memiliki efek samping berupa cemas, selain itu nikotin dalam rokok juga mampu mempengaruhi tingkat kecemasan.8
2.1.4. Tanda dan Gejala Kecemasan
Nevid Jeffrey & Greene Beverly mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, yaitu:
1. Gejala fisik: kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, mudah marah dan tersinggung.
2. Gejala Behavioral: perilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen.
2.1.5. Tingkat Kecemasan
Peplau mengindentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu: 1. Kecemasan ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan Gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
2. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi: nafas pendek, denyut nadi dan tekanan darah tinggi, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,
serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat
yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang
perhatian sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau
menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada
tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar,
insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil
maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan
4. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu
yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatuwalaupun dengan
pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat
panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.11
2.1.6. Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) adalah media kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan pada individu. DASS 42 terdiri dari 42 pertanyaan, yang mencakup tiga subvariabel diantaranya: fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. DASS 42 terdiri dari tiga skala yang didesain untuk mengukur 3 jenis keadaan emosional, yaitu depresi, kecemasan, dan stres pada seseorang. Setiap skala terdiri dari 14 pertanyaan.
Tabel 2.1
Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)
Skala Indikator Pertanyaan Nomor
Pertanyaan
Depresi - Tidak ada perasaan positif - Tdak bisa melakukan sesuatu - Tidak ada harapan
- Sedih dan tertekan - Kehilangan minat - Merasa tidak berharga
- Merasa hidup tidak bermanfaat
3 5 10,37
- Tidak mendapat kesenangan Kecemasan - Mulut kering
- Sesak nafas - Sering gemetar
- Berada di situasi cemas - Pusing
- Berkeringat tanpa sebab - Ketakutan
- Sulit menelan
- Sadar akan aksi gerak jantung - Dekat dengan kepanikan Stres - Marah karena hal sepele
- Bereaksi berlebihan terhadap situasi - Sulit untuk beristirahat
- Mudah merasa kesal
- Menghabiskan banyak energi karena cemas - Tidak sabaran
- Mudah tersinggung - Mudah marah
Skor dari depresi, kecemasan, dan stres dihitung dengan menjumlahkan skor untuk item yang relevan. Item dari skala depresi adalah pertanyaan nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Item skala kecemasan pertanyaan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41, dan item skala stres adalah pertanyaan nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39 dengan pilihan jawaban 0-3. Nilai 0 tidak pernah sama sekali, 1 kadang-kadang, 2 sering, dan 3 sering sekali.
Subjek menjawab setiap pertanyaan yang ada. Setelah menjawab seluruh pertanyaan, skor dari skala diakumulasikan sehingga mendapat total skor untuk skala depresi, kecemasan, dan stres seperti di bawah ini:
Tabel 2.2 Skor Depression Anxiety and Stress Scale
Depression Anxiety Stress
Normal
Dalam penelitian ini peneliti memilih 14 pertanyaan dari skala kecemasan yaitu pertanyaan nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41.Hasil dari pengukuran skala kecemasan DASS 42 yaitu skor 0-7 kecemasan normal, 8-9 kecemasan ringan, 10-14 kecemasan sedang, dan 15-19 kecemasan yang berat, dan nilai lebih dari 20 menunjukkan kecemasan yang sangat berat.12
Depression Anxiety Scale 42 DASS 42 sudah teruji validitas secara internasional. Menurut Lovibond & Lovibond DASS mempunyai tingkatan
2.2. Perilaku Merokok
2.2.1. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung. Sari dkk menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan, atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco depedency sendiri dapat didefenisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap,biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang.
Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat dilihat dari intensitasnya, dimana menurut intensitas adalah besar atau kekuatan untuk suatu tingkah laku. Perilaku merokok sesorang dapat dikatakan tinggi maupun rendah dapat diketahui dari intensitas merokoknya yaitu banyaknya seseorang dalam merokok.13
Perilaku merokok berdasarkan intensitas merokok dibagi berdasarkan jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:
1. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok sangat sering yaitu merokok lebih 31 batang setiap harinya dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur di pagi hari.
2. Perokok berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur di pagi hari.
4. Perokok ringan adalah perokok yang mengkonsumsi rokok jarang yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit mulai dari bangun tidur di pagi hari.7
Berdasarkan Management of affect theory ada 4 tipe perilaku merokok, keempat tipe tersebut adalah:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi poleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang akan merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam 3 tipe:
a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan
b) Stimulatiom to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk mrnghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama memainkan rokonya dengan jari-jariny sebelum dia menyalakan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas, ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.14
2.2.2. Tahap-Tahap Perilaku Merokok
Laventhal dan Clearly cit Pitaloka mengungkapkan empat tahap dalam perilaku merokok, yaitu:
1. Tahap prepatory
Seorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk merokok
2. Tahap Initation
Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok
3. Tahap Becoming a Smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Tahap Maintaining Of Smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan.15
2.2.3. Kandungan Berbahaya dalam Rokok
Kandungan yang terdapat pada rokok yaitu: 1. Tar
2. Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam
Nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. nikotin merupakan obat perangsang yang memiliki efek berlawanan yaitu memberikan rangsangan sekaligus menenangkan. Nikotin menyebabkan ketagihan karena dapat memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam otak yang berhubungan dengan perasaan senang. 3. Karbon Monoksida
Merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat pada rokok dengan kandungan 2%-6%. Karbon Monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan daya ikat oksigen (O2) dengan Hb.16
2.2.4. Perilaku Ketergantungan Merokok
Merokok adalah suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Dewasa ini merokok disebut sebagai Tobacco Depedency atau ketergantungan pada tembakau.Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantugan.
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco depedency(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan cemas.7
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Secara manusiawi, orang cenderung untuk mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dpahami jika para perokok sulit untuk berhenti merokok.2
2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Menurut Komalasari dan Helmi perilaku merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).
a) Faktor Diri (internal)
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa merokok dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat penghilang stres.
b) Faktor Lingkungan (eksternal)
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung, maupun teman sebaya yang merokok dan iklan rokok.7
Laventhal dan Clearly menyatakan motif seseorang merokok dibagi menjadi dua motif:
1. Faktor Psikologis a. Kebiasaan
b. Reaksi emosi yang positif
Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukan kedewasaan.
c. Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, maupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.
d. Alasan sosial
Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang.
e. Kecanduan atau ketagihan
Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok.
2. Faktor Biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis.17
2.2.6. Dampak dan Bahaya Merokok
Informasi yang didapat dari Department of Health and Human Service
pengumpulan lemak di abdomen, disamping itu juga menghambat kontraksi otot lambung sehingga mengurangi nafsu makan.
Nikotin dalam jumlah kecil mempunyai pengaruh menenangkan dan kadang-kadang merangsang. Dalam jumlah yang besar nikotin (20-50mg) dapat menyebabkan terhentinya pernafasan. Nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan menyebabkan denyut jantung menjadi cepat hingga jantung menjadi bekerja berat, nikotin juga membuat seseorang ketagihan. Penelitian yang dilakukan oleh Hammond EC dan Horn D yaitu mengikuti perjalanan hidup 187.787 pria berusia 50-59 tahun selama 44 bulan dengan 11.870 kematian. Ditemukan bahwa mortalitas total dan mortalitas sejumlah penyakit, khususnya kaner beberapa organ lain, jauh lebih tinggi pada perokok dibanding bukan perokok.18
2.2.7. GloverNilson Smoking Behavioral Questionnaire (GN-SBQ)
GN-SBQ adalah media kuesioner untuk mengukur perilaku ketergantungan merokok. Kuesioner GN SBQ terdiri dari 11 item pertanyaan tentang nilai-nilai dari kebiasaan merokok dan perilaku merokok.2 item pertanyaan spesifik untuk kebiasaan merokok yaitu tentang pentingnya kebiasaan merokok bagi seseorang dan apakah rokok menjadi suatu ritual atau kegiatan bagi seseorang dengan nilai 0-4. Nilai 0 menyatakan tidak sama sekali, 1 agak, 2 cukup penting, 3 penting, dan 4 sangat penting. dan 9 item pertanyaan tentang perilaku ketergantungan merokok dengan tanggapan mulai 0-4. 0 mewakili tidak pernah atau tidak sama sekali, 1 jarang, 2 kadang-kadang, 3 sering, dan 4 selalu.
Indikator pertanyaan kuesioner GN SBQ yaitu: 1. Kebiasaan merokok sangat penting
2. Saya menangani dan memanipulasi rokok saya sebagai bagian dari kegiatan merokok
3. Meletakkan atau mengunyah sesuatu dimulut anda untuk mengalihkan perhatian dari merokok
4. Merokok setelah menyelesaikan sesuatu atau pekerjaan
6. Jika tidak diizinkan merokok di tempat tertentu, kemudian akan memainkan rokok atau bungkus rokok
7. Apa tempat tertentu atau hal tertentu dapat memicu untuk merokok, contohnya tempat duduk, sofa, ruangan, atau meminum alkohol
8. Menyalakan rokok secara rutin (tanpa keinginan)
9. Mendapati diri anda meletakkan sesuatu seperti rokok dan objek lainnya (pena, tusuk gigi, mengunyah permen karet) kedalam mulut dan meghisapnya untuk membantu menghilangkan stress, ketegangan, kecemasan, dsb
10.Bagian yang paling anda nikmati saat merokok, apakah saat menyalakannya
11.Ketika sendiri di restoran, terminal bus, pesta, dsb apakah akan meras nyaman atau percaya diri jika memegang rokok .
Skor tertinggi adalah 44, skor total kuesioner GN-SBQ dihitung dengan menjumlahkan semua pertanyaan dengan skor <12 menunjukkan perilaku ketergantungan ringan, 12-22 ketergantungan sedang, 23-33 tingkat yang berat dan >33 menunjukan tingkat yang sangat berat. Validitasnya diukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ (α=0,8). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ sangat baik.19,20
2.3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Ketergantungan
Merokok
Penelitian yang dilakukan Koemalasari dan Helmi tentang faktor-faktor perilaku merokok. Perilaku merokok mempunyai kaitan yang erat dengan faktor psikologis terutama efek yang positif. Seseorang merasakan kepuasan setelah merokok. Kepuasan ini berkaitan dengan aspek-aspek emosi, salah satu yang paling menonjol dirasakan adalah ketenangan. Kepuasan psikologis ini berhubungan erat dengan frekuensi merokok seseorang.
bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang dialihkan terhadap perilaku merokok. 7
Moylan et al melakukan penelitian sebanyak 47 studi. Dari hasil studi membuktikan bahwa gangguan kecemasan adalah salah satu faktor risiko seseorang untuk merokok dan ketergantungan merokok.21