• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS CERITA PENDEK KARYA SISWA KELAS X SMA PTBA TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 20072008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS CERITA PENDEK KARYA SISWA KELAS X SMA PTBA TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN TAHUN AJARAN 20072008"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS CERITA PENDEK

KARYA SISWA KELAS X SMA PTBA TANJUNG ENIM

SUMATERA SELATAN

TAHUN AJARAN 2007/2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Bernadet Dewi Sri Yuliana Sari

031224071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

H alaman Persembahan

K arya-Ku ini kupersembahkan kepada:

Bapa dan Bunda M aria

Papa dan M ama yang Tercinta

Mas-mas dan mbak-K u yang tercinta

K eponakan-K u yang lucu imut

Sahabat Terbaik-K u

(5)

v

Moto

Buah keheningan adalah Doa

Buah Doa adalah I man

Buah I man adalah Cinta

Buah Cinta adalah Pelayanan

Buah Pelayanan adalah Damai

(M other Theresa)

Keyakinan membangkitkan kekuatan untuk berbuat

(David J. Schwartz, Ph. D)

Kemakmuran dan kebahagiaan dicapai

bila setiap manusia selalu meningkatkan kemampuan dan prestasi diri

(FX. Sucipto, BA)

Karena saya tahu kesukaran maka saya menolong orang lain

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah terindah yang dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul Analisis Cerita Pendek Karya Siswa Kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini selesai dengan baik bukan semata- mata kerja penulis sendiri, melainkan berkat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. P. Hariyanto, sebagai dosen pembimbing, yang telah dengan sabar membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. J. Prapta Diharja, S.J, M. Hum selaku Kaprodi PBSID.

3. Bapak dan Ibu dosen PBSID Universitas Sanata Dharma, yang telah memberi bimbingan, dukungan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.

(9)

viii

5. Mas-mas-Ku: Mas Eko, Mas Agus, Mas Eddy, Mas Toto, Mas Een dan Mbak Bunga yang tercinta, terima kasih telah memberikan saya semangat, dukungan, dan doa dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Keponakan-Ku: Eric, Dian dan Ella yang imut, terima kasih telah memberikan Tante sesuatu yang terindah dengan kelucuan tingkah laku kalian.

7. Bapak Ir. Azhar Qozazirin, M. P. Dip selaku kepala sekolah SMA PTBA dan staf SMA PTBA yang telah membantu dan mendukung penelitian yang penulis laksanakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Ibu Dra. Hj. Nurbaiti selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu dan membimbing penulis dalam mengadakan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang bersedia membantu selama penelitian berlangsung.

10.Teman-teman PBSID angkatan 2003 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

11.Romo Basiran, Romo Cristo, Mas Joko, terima kasih atas dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

12.Dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

(10)

ix

ABSTRAK

Sari, Bernadet Dewi Sri Yuliana. 2008. Analisis Cerita Pendek Karya Siswa Kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi, Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini meneliti analisis cerita pendek karya siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun Ajaran 2007/2008.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan kuantitatif. Jumlah anggota populasi pada saat penelitian adalah 45 siswa. Sampel penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal yang berisi perintah untuk menulis cerita pendek. Data penelitian ini dianalisis dengan mengitung nilai rata-rata dan simpangan baku kemudian data tersebut digunakan untuk menghitung konversi angka ke dalam skala seratus. Selanjutnya data tersebut ditransformasikan ke dalam persentase skala seratus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis cerita pendek karya siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun Ajaran 2007/2008 dapat dikategorikan hampir sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, implikasi penelitian ini adalah guru sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis cerita pendek. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru lebih sering memberikan latihan menulis baik dikerjakan di sekolah maupun di rumah, khususnya menulis cerita pendek. Dengan demikian diharapkan motivasi siswa dapat tambah dan tertarik untuk mengembangkan kemampuan menulis khususnya menulis cerita pendek. Kesalahan siswa dalam diksi dan ejaan diharapkan juga dapat teratasi dengan seringnya adanya latihan menulis.

(11)

x ABSTRACT

Sari, Bernadet Dewi Sri Yuliana. 2008. The Analysis of Short Story of Tenth Grade Students PTBA Senior High School in Tanjung Enim South Sumatera Academic Year 2007/2008. A Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This thesis identified the analysis of short story of tenth grade students PTBA Senior High School in Tanjung Enim South Sumatera Year 2007/2008. It aimed to describe the short story writing competence of tenth grade students of PTBA Senior High School in Tanjung Enim South Sumatera academic year 2007/2008.

This research is descriptive as well as quantitative at the same time. Number of population member needed in the research was 45 students. The research instrument was a problem that contained instructions for the students to write short story. Research data were analyzed by calculating mean and standard deviation. The data were then used for calculation of number conversion into a hundred scales. Finally, the data were transformed into a hundred scale percentage.

Research results showed that the analysis of short story of tenth grade students PTBA Senior High School in Tanjung Enim South Sumatera academic year 2007/2008 was categorized as almost average. The result suggested that teachers brought a significant role in improving their students’ competence in writing short story. It was recommended that they give more writing exerices, especially short story writing, at school or for the students’ homework in teaching and learning process. Those exericeses were hoped to increase the students motivation and interest in improving their competence in writing, particularly in short story writing. The students errors in diction and spelling were also hopefully encountered and fixed by having such frequent writing exercises.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...4

1.4 Manfaat Penelitian ...4

1.5 Rumusan Variabel ...5

1.6 Batasan Istilah ...5

(13)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ...8

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ...8

2.2 Kerangka Teori ...11

2.2.1 Menulis ...11

a. Pengertian Menulis ...11

b. Manfaat Menulis ...13

2.2.2 Cerita Pendek ...15

a. Pengertian Cerita Pendek ...15

b. Ciri-Ciri Cerita Pendek ...16

c. Macam-Macam Cerita Pendek ...17

d. Unsur Cerita Pendek ...19

2.2.3 Menulis Cerita Pendek ...23

2.2.4 Langkah-Langkah Menulis Cerita Pendek ...28

2.2.5 Kemampuan Menulis Cerita Pendek ...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...34

3.1 Jenis Penelitian ...34

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

3.3 Profil SMA PTBA Tanjung Enim ...35

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ...36

3.5 Instrumen Penelitian ...36

3.6 Teknik Pengumpulan Data ...38

(14)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data ...44

4.2 Analisis Data...48

4.2.1Perhitungan Analisis Cerpen Karya Siswa Kelas XA...49

4.2.2 Perhitungan Analisis Cerpen Karya Siswa Kelas XB...51

4.2.2Perhitungan Analisis Cerpen Karya Siswa Kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan...53

4.3 Pembahasan...55

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Implikasi ... 59

5.3 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 64

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Penilaian Tugas Menulis...31

2. Tabel 2 Aspek Penilaian Cerita Pendek...38

3. Tabel 3 Pedoman Konversi Angka Skala Seratus...42

4. Tabel 4 Pedoman Perhitungan Persentase Skala Seratus... 43

5. Tabel 5 Data Skor Cerpen Siswa Kelas X SMA PTBA ...44

6. Tabel 6 Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat Sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Cerpen Kelas XA SMA PTBA ...45

7. Tabel 7 Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat Sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas XB SMA PTBA ... 46

8. Tabel 8 Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat Sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA PTBA...47

9. Tabel 9 Konversi Skor Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas XA...50

10.Tabel 10 Konversi Skor Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas XB...52

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Daftar Skor Menulis Cerpen Siswa Kelas XA SMA ... 65

2. Lampiran 2 Daftar Skor Menulis Cerpen Siswa Kelas XB SMA ... 66

3. Lampiran 3 Rincian Skor Siswa Kelas X Berdasarkan Aspek Penilaian Cerita Pendek ... 67

4. Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan dan Foto Siswa Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia serta Mengerjakan Soal Menulis Cerita Pendek... 69

5. Lampiran 5 Instrumen Penelitian ... 71

6. Lampiran 6 Analisis Cerpen Berdasarkan Ejaan dan Diksi Kelas XA dan XB...72

7. Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Kelas XA dan XB SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan ...83

8. Surat Izin Penelitian ...140

9. Surat Keterangan dari SMA PTBA ...141

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperlukan oleh manusia. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan, pendapat, pengalaman, berita, perasaan, dan keinginan maupun harapan kepada orang lain (Poerwadarminta, 1967: 1). Bahasa juga digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat. Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan.

Tarigan (1984: 1) berpendapat bahwa keterampilan berbahasa terdiri atas

empat komponen, yaitu (1) keterampilan menyimak (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading

skills), dan (4) keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan dan berhubungan erat dalam proses penguasaan keterampilan berbahasa. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa tersebut, ada suatu urutan yang teratur: mula- mula pada masa kecil seseorang belajar menyimak kemudian berbicara setelah itu belajar membaca dan menulis.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara tidak langsung tanpa melalui tatap muka. Menulis adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif yang tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang rutin dan teratur. Begitu pula dalam menulis suatu karya sastra. Kesemuanya itu memerlukan ketekunan dan keseriusan.

(18)

Menurut Sujanto (1988: 58), kegiatan menulis bertujuan untuk mempertajam kepekaan terhadap kesalahan-kesalahan, baik ejaan, struktur, maupun diksi. Hal ini disebabkan oleh adanya gagasan yang perlu dikomunikasikan dengan jelas, tepat, dan teratur sehingga tidak menimbulkan keraguan pada diri sendiri maupun pembaca.

Menurut Puskur (2006: 1), Kurikulum 2006 yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam PP no. 19/ 2005 tentang standar nasional pendidikan disusun berdasarkan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dan Standar Isi (SI), serta berpedoman pada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Mutu Pendidikan (BSNP). Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dilaksanakan di setiap satuan.

Menurut Depdiknas (2006: 261), tujuan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia antara lain (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, secara lisan maupun tulis, (2) menghargai dan bangga

menggunakan bahasa sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, dan (3) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

(19)

informasi dalam bentuk teks narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato, proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman, notulen, laporan, resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya satra berbentuk puisi, cerpen, drama, kritik, dan esei.

Dengan demikian, sekolah ini sudah menerapkan Kurikulum 2006 (KTSP) baik dari bidang studi, silabus, standar kelulusan, dan sebagainya. Guru juga menggunakan dan menerapkan kurikulum 2006 ini. Sehingga para siswanya dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan kurikulum 2006.

Penelitian ini meneliti kemampuan siswa SMA dalam menulis karya sastra khususnya cerita pendek (cerpen). Cerita pendek merupakan cerita rekaan yang ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan pribadi baik fiktif maupun non fiktif. Biasanya cerita pendek mempunyai bentuk yang tidak terlalu panjang sehingga mudah untuk dipahami. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kompetensi dasar yang hendak dicapai adalah siswa mampu menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri maupun pengalaman orang lain dalam cerita pendek (pelaku, peristiwa, latar).

(20)

dengan sekolah tersebut jaraknya dekat. Hal ini juga karena sekolah ini khususnya kelas X sudah menerapkan Kurikulum 2006 (http://www.puskur.net).

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Seberapa tinggikah kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan tahun ajaran 2007/2008?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan tahun ajaran 2007/2008.

1.4 Manfaat Pe nelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.

1.4.1 Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan tahun ajaran 2007/2008.

1.4.2 Bagi guru Bahasa Indonesia

(21)

hal tulis menulis. Hal ini khususnya tentang kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan tahun ajaran 2007/2008.

1.4.3 Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi mahasiswa PBSID Universitas Sanata Dharma sebagai bahan penelitian selanjutnya yang relevan.

1.5 Rumusan Variabel

Variabel penelitian ini adalah kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan tahun ajaran 2007/2008. Kemampuan menulis cerita pendek merupakan kesanggupan seseorang untuk menceritakan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan biasanya berupa cerita yang fiktif, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang relatif pendek.

1.6 Batasan Istilah

Istilah- istilah yang perlu dibatasi dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis, cerita pendek.

1.6.1 Menulis

(22)

1.6.2 Kemampuan menulis

Kemampuan menulis adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

1.6.3 Cerita pendek

Cerita pendek adalah cerita atau narasi yang fiktif dan relatif pendek yang berbentuk prosa yang singkat, padat, dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.

1.6.4 Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Kemampuan menulis cerita pendek adalah kesanggupan seseorang untuk menceritakan masalah- masalah yang ada dalam kehidupan biasanya berupa cerita yang fiktif, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang relatif pendek, singkat, dan padat sehingga unsur ceritanya terpusat pada satu peristiwa pokok dan keseluruhan ceritanya memberikan kesan tunggal.

1.7 Sistematika Penyajian

(23)
(24)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah. Pembahasan tentang landasan teori terdiri dari dua bagian, yaitu penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka teori.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti saat ini masih relevan. Kedua penelitian itu adalah penelitian yang dilakukan oleh (1) Maria Purwani (2004), (2) Asih Susi Rahayu (2005) dan (3) Novi Setyati (2006).

Penelitian Maria Purwani (2004) berjudul Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa SD Kelas VI (Studi Kasus Pada Tiga SD Pelaksana KBK di

Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2003/2004). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VI pelaksana KBK yaitu SDN III Kradenan, SD N I Srumbung dan SD Kanisius Mandungan, tahun ajaran 2003/2004 terdiri dari satu kelas. Jumlah siswa kelas VI yang berada di tiga kelas tersebut adalah 57 siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskripsi.

(25)

sudut pandang diperoleh hasil cukup. Kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VI SD yang berada di tiga SD pelaksana KBK di Kecamatan Srumbung berada pada taraf cukup. Dari hasil penelitian itu peneliti mengajukan saran-saran yang dapat mengoptimalkan pengajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk menulis karangan narasi. Saran-saran penulis adalah kemampuan menulis karangan narasi pada siswa perlu ditingkatkan, untuk mencapai hasil yang maksimal perlu dilakukan pelatihan menulis secara intensif untuk siswa, penambahan buku bacaan khususnya buku tentang menulis narasi dan sastra di perpustakaan sekolah.

Penelitian Asih Susi Rahayu (2005) berjudul Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas XI Jurusan Bahasa SMA Stella Duce 2 dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan Bahasa SMA Stella Duce 2 yang berjumlah 32 siswa. Sampel yang diambil dalam penelitian ini dari seluruh populasi yang berjumlah 32 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes mengarang deskripsi sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis deskripsi digunakan kuesioner dan wawancara terhadap guru dan beberapa siswa.

(26)

cerita baik narasi dan deskripsi dibandingkan karangan argumentasi dan eksposisi, (3) adanya sumber ide atau gagasan, dan (4) adanya usaha-usaha untuk berpikir kreatif atau mengeluarkan kreatifitas mereka saat mengarang supaya hasilnya bagus. Sedangkan yang termasuk faktor negatif antara lain (1) siswa tidak menguasai teknik mengarang yang baik, (2) sedikitnya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang mereka miliki tentang mengarang karena jarang diberikan latihan oleh guru, (3) tidak ada hobi menulis atau mengarang, (4) motivasi mereka dalam mengarang hanya sekedar menjalankan tugas dari guru supaya mendapatkan nilai, dan (5) pada dasarnya input mereka rendah.

Penelitian Novi Setyati (2006) berjudul Hubungan Antara Minat Membaca Cerpen dengan Kemampuan Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas X SMA

(27)

Hasil penelitian tersebut adalah ada hubungan yang positif antar minat membaca cerpen dengan kemampuan menulis cerpen. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis dalam penelitian ini terbukti bahwa (1) minat membaca cerpen siswa kelas X SMA N 1 Muntilan, Magelang masuk kategori cukup, (2) kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N 1 Muntilan, Magelang masuk kategori cukup, dan (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antar minat membaca cerpen dengan kemampuan menulis cerpen.

Ketiga penelitian terdahulu di atas menunjukkan bahwa penelitian tentang kemampuan menulis karangan (deskripsi, narasi, argumentasi, dan persuasi) maupun hubungan antara minat membaca cerpen dengan kemampuan menulis cerpen sudah pernah dilakukan. Namun demikian, penelitian mengenai kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan belum pernah dilakukan, sehingga topik ini masih relevan untuk diteliti.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Menulis

a. Pengertian Menulis

(28)

otomatis, melainkan melalui banyak latihan dan praktik yang teratur (Tarigan, 1984: 3—4).

Setiap orang mampu menulis, jika orang itu menuangkan ide- ide atau gagasannya melalui menulis puisi, menulis catatan harian, dan lain sebagainya. Pada saat membuat tulisan, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk berkomunikasi apa yang dipikirkan dengan harapan dapat dimengerti dan dipahami oleh pembaca.

Menulis adalah suatu sarana dan alat utama untuk pencarian dan penemuan (discovery) dan daya tahan kelompok profesional, serta juga sebagai suatu aktivitas personal yang timbul sebagai suatu sarana dan alat ketahanannya di dalam suatu konteks percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) modern (Ahmadi, 1988: 3). Menurut Widyamartaya (1990: 9), menulis adalah kegiatan yang kompleks. Dikatakan kegiatan yang kompleks karena menulis merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang.

(29)

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah keterampilan berbahasa yang dapat berbicara di atas kertas dan sebagai sarana dan alat utama untuk pencarian dan penemuan (discovery), serta sebagai suatu kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis. Dalam kaitan skripsi ini, menulis merupakan kegiatan yang kompleks bagi seseorang.

b. Manfaat Menulis

Menurut Gie (1992: 1) ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan menulis:

1. Dengan menulis seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.

2. Melalui menulis, seseorang dapat mengembangkan berbagai gagasan sehingga gagasannya dapat dipahami orang lain.

3. Menulis memaksa seseorang untuk lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang akan dibahasnya.

4. Menulis merupakan suatu kegiatan mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.

5. Melalui tulisan, seseorang dapat memecahkan permasalahannya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.

6. Melalui tulisan, seseorang dapat meninjau serta menilai gagasannya secara objektif.

7. Menulis dapat mendorong seseorang untuk dapat belajar aktif karena mendorong seseorang untuk memecahkan masalah.

8. Kegiatan menulis yang terencana dapat membiasakan seseorang berpikir serta berbahasa secara benar.

Enre (1988: 6) mengemukakan manfaat dari kegiatan menulis sebagai berikut.

(30)

2. Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri.

3. Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi; dapat membuat jarak dengan ide dan melihat lebih objektif pada waktu menulis. 4. Menulis dapat memecahkan masalah dengan jalan memperjelas

unsur-unsurnya dalam suatu konteks visual sehingga dapat diuji.

5. Menulis dapat menyerap dan menguasai informasi baru, memahami banyak materi lebih baik dan menyimpannya lebih lama.

Menurut Percy via Gie (1992:4) ada empat manfaat menulis di antaranya. 1. Sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self expression)

Pengekspresian gagasannya ada dalam pikiran penulis dituangkan ke dalam tulisan.

2. Sarana untuk pemahaman (a tool for undestanding)

Gagasan yang ada dalam pikiran penulis perlu diolah dan dipahami sendiri oleh penulis sehingga dapat lebih tahu dan mendalami gagasan yang ditulisnya.

3. Sarana untuk perkembangan suatu pemahaman tentang kemampuan mempergunakan bahasa.

(31)

2.2.2 Cerita Pendek

a. Pengertian Cerita Pendek

Menurut Kamus Istilah Sastra, cerita pendek merupakan kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan. Cerita pendek memusatkan pada satu tokoh dalam situasi cerita. Cerita pendek yang efektif terdiri dari tokoh/kelompok tokoh yang ditampilkan pada satu latar atau latar belakang dan lewat lakuan lahir atau batin terlibat dalam satu situasi.

Sumardjo dan Saini (1986: 37) mengartikan cerita pendek sebagai cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar telah tetapi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Menurut Sarwadi (via Jabrohim, 1994:166), cerita pendek adalah cerita fiksi berbentuk prosa yang singkat, padat, unsur ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.

(32)

Secara umum dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita atau narasi yang fiktif dan relatif pendek yang berbentuk prosa yang singkat, padat, dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal. Dalam skripsi ini diharapkan agar siswa dapat menulis cerpen sesuai dengan pengalaman batin, perasaan, dan pikiran dalam kehidupan sehari- hari (seperti percintaan dan persahabatan).

b. Ciri-Ciri Cerita Pendek

Cerita pendek memiliki ciri-ciri pokok, yaitu (1) cerita fiksi, (2) bentuk singkat dan padat, (3) ceritanya terpusat pada suatu peristiwa atau konflik pokok, (4) jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan (5) keseluruhan cerita memberikan satu kesan tunggal (Sarwadi via Jabrohim, 1994: 165).

Menurut Sumardjo (1994) menyebutkan ciri-ciri dasar dari cerita pendek, yaitu (1) cerita yang pendek, (2) bersifat rekaan (fiction) karena cerita pendek bukan merupakan penturan dari kejadian yang pernah terjadi, tetapi murni ciptaan penulis saja, direka oleh pengarangnya, dan (3) sifatnya naratif karena cerita pendek bukanlah deskripsi atau argumentasi dan analisis tentang sesuatu hal melainkan hanyalah sebuah cerita.

(33)

c. Macam-Macam Cerita Pendek

Menurut Sarwadi (via Jabrohim, 1994: 166), keanekaragaman jenis cerita pendek perlu diketahui oleh guru. Macam- macam cerita pendek dapat dilhat dari beberapa segi sebagai berikut.

1) Berdasarkan panjang pendeknya cerita/segi kuantitas a. Cerpen singkat : kurang dari 2000 kata

b. Cerpen sedang/umum : kurang lebih 2000 sampai 5000 kata c. Cerpen panjang : lebih dari 5000 kata

Berdasarkan panjang pendeknya cerita/segi kuantitasnya, skripsi ini akan diminta membuat cerpen sedang/umum yaitu kurang lebih 2000 sampai 5000 kata.

2) Berdasarkan nilai sastranya/segi kualitas

a. Cerpen hiburan yang umumnya terdapat dalam majalah- majalah hiburan atau dalam surat kabar edisi minggu. Cerpen hiburan pada umumnya bertema cinta kasih kaum remaja dengan menggunakan bahasa aktual. Peristiwa yang dilukiskan tampak seperti dibuat-buat, bersifat artifisial. b. Cerpen sastra yang umumnya terdapat dalam majalah-majalah sastra,

(34)

Berdasarkan nilai sastranya/segi kualitasnya, skripsi ini akan diminta membuat cerpen hiburan yaitu terdapat dalam majalah-majalah hiburan atau dalam surat kabar edisi minggu dan bertema remaja.

3) Berdasarkan corak unsur ceritanya

a. Cerpen konvensional, cerpen yang struktur ceritanya sesuai dengan konvensi yang ada.

b. Cerpen kontemporer yang struktur ceritanya menyimpang atau bahkan bertentangan dengan konvensi yang ada.

Berdasarkan corak unsur ceritanya, skripsi ini diminta membuat cerpen konvensional yaitu cerpen yang struktur ceritanya sesuai dengan konvensi yang ada.

Telah dikemukakan di atas bahwa cerpen adalah singkatan cerita pendek. walaupun sama-sama pendek, panjang cerpen itu bervariasi. Menurut Nurgiyantoro (1994: 10) terdapat bermacam- macam cerpen sesuai dengan panjang pendeknya, yaitu

1. Cerpen yang pendek (Short-short story) 2. Cerpen pendek sekali (berkisar 500-an kata)

3. Cerpen yang panjangnya cukupan (midle short story)

4. Cerpen yang panjang (long short story) yang terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh ribu kata). Jenis cerpen ini disebut novelet.

(35)

penelitian. Alasan penulis memilih karangan cerpen yang panjang cukupan adalah agar dapat membantu siswa untuk memberikan batasan untuk mengungkapkan gagasan atau ide cerita yang dituliskan. Jadi cerita yang dituliskan tidak terlalu panjang atau berlebihan.

Menurut Lubis (1982: 7) terdapat dua macam cerita pendek. Cerita pendek yang pertama termasuk golongan yang biasa disebut quality stories atau cerita yang mempunyai harga kesusasteraan. Golongan cerita pendek kedua adalah commercial atau craft stories, yaitu dapat dimengerti dari perkataannya sendiri adalah cerita yang dijual untuk mencari uang.

d. Unsur Cerita Pendek

Dalam cerita pendek mengandung dua unsur-unsur pokok antara lain unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik merupakan unsur yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri. Unsur tersebut yang menyebabkan karya sastra itu hadir sebagai karya sastra dan membangun cerita itu. Unsur instrinsik terdiri dari tema, latar, alur, tokoh, sudut pandang, dan bahasa.

Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang terdapat di luar karya sastra. Unsur ekstrinsik terdiri dari subyektifitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, psikologi baik psikologi pengarang maupun psikologi pembacanya, keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.

(36)

karena peneliti merasa sangat penting dalam suatu penilaian cerita pendek. Uraian mengenai unsur-unsur cerita pendek dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tokoh

Cerita dapat terbentuk karena adanya tokoh di dalam cerita itu sendiri. Sudjiman (1988: 16), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia tetapi ada yang berwujud binatang.

Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang memiliki intensitas kemunculan yang tinggi. Biasanya tokoh sentral berupa tokoh protagonis (memiliki sifat-sifat yang baik) dan tokoh antagonis (memiliki sifa t-sifat yang negatif). Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, akan tetapi kehadirannya sangat menunjang dan mendukung tokoh utama (Sudjiman, 1988: 19).

Abrams (via Nurgiyantoro, 1994: 165), tokoh adalah pribadi yang dinyatakan dalam karya naratif maupun dramatik, yang menampakkan kualitas moral maupun kualitas watak, dinyatakan dalam apa yang dikatakan (dialog), maupun dilakukan (aksi). Menurut Nurgiyantoro (1994: 164), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami dan menyebabkan peristiwa; sosok yang melakukan aksi sehingga terjadi peristiwa.

(37)

makhluk lainnya. Tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.

2. Alur atau plot

Menurut Sudjiman (1988: 29), alur adalah peristiwa yang diurutkan yang membangun tulang punggung cerita. Struktur alur biasanya terdiri dari awal, tengah, dan akhir. Bagian awal ini terdiri dari paparan, rangsangan, dan gawatan. Bagian tengah terdiri dari tikaian, rumitan, dan klimaks. Sedangkan bagian akhir terdiri dari leraian, dan selesaian (Sudjiman, 1988: 30).

Stanton (via Nurgiyantoro, 1994: 103), alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan/menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Sedangkan menurut Kenny (via Nurgiyantoro, 1994: 113), alur adalah peristiwa-peristiwa yang tampil dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun cerita itu berdasarkan sebab akibat.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa dalam karya sastra fiksi (cerpen) yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan sebab akibat. Alur disebut juga jalan cerita. 3. Latar

(38)

berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh. Latar berfungsi untuk memberikan situasi (ruang, sosial, dan waktu) sebagaimana mestinya, dan sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh; latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh (Sudjiman, 1988: 46).

Hariyanto (2000: 42), latar juga disebut setting atau landasan tumpu. Istilah ini mengacu pada makna tentang segala keterangan mengenai waktu, ruang, serta suasana peristiwa dalam karya sastra drama (khususnya cerpen). Sedangkan Keraf (1984: 148), latar adalah situasi yang mendukung cerita. Latar digambarkan secara hidup dan terperinci, sketsa sesuai dengan fungsi dan perannya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah segala keadaan atau keterangan mengenai waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerita. Latar digambarkan secara terperinci dan hidup sesuai dengan fungsi dan perannya.

4. Tema

(39)

Hartoko dan Rahmanto (1988: 142), tema adalah gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra dan terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut persamaan dan perbedaan. Sedangkan Sumardjo dan Saini (1986: 56), tema adalah ide sebuah cerit a.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan dasar pengarang yang ingin disampaikan kepada pembacanya yang berupa visi pengarang terhadap dunia. Jenis tema ada tiga, yaitu tema ringan tema biasa, dan tema konflik.

2.2.3 Menulis Cerita Pendek

Pada awal pertumbuhannya, menulis cerpen bisa dikatakan sebagai menulis dongeng pendek sehingga cerpen tidak lepas dari pengaruh dongeng dalam masyarakat lama. Dongeng yang dekat dengan kehidupan nyata dan fantasi pembaca. Akan tetapi, cerpen dituntut memiliki daya pikat bagi pembacanya. Yang ditulis dalam cerpen masa itu ialah peristiwa-peristiwa kecil dalam kehidupan sehari- hari yang berisi cerita yang menarik yang mampu membuat orang tertawa.

(40)

Peristiwa makin luas dan makin kompleks sejalan dengan situasi dan realitas yang ada dalam masyarakat. Di samping isi yang mencakup berbagai bidang kehidupan, maka bentuk cerpen mengalami variasi yang beragam-ragam. Kehadiran dalam menulis cerpen sangat penting dalam masyarakat sastra Indonesia, dan minat masyarakat yang cukup besar terhadap cerpen, maka karya sastra berupa cerpen ini perlu mendapatkan perhatian dalam pendidikan, khususnya dalam pengajaran sastra di sekolah.

Berdasarkan penjelasan menulis dan cerpen di atas dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen merupakan suatu kegiatan dalam merangkai kata, kalimat serta keterampilan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata yang membentuk sebuah cerita fiktif yang relatif pendek dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca dengan tujuan untuk menghibur para pembacanya.

Dalam penciptaan suatu cerpen ada dua tahapan yang perlu dilakukan oleh guru dan siswa (Endraswara, 2003: 240). Tahapan-tahapannya sebagai berikut. 1. Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan guru

a. Guru harus menjalin komunikasi optimal kepada siswa.

b. Guru dituntut menciptakan situasi yang hangat, menyenangkan, dan mendorong agar siswa mampu berproses secara mandiri baik secara individu maupun kelompok.

c. Guru dituntut mampu mengatasi segala perbedaan pendapat pada saat dibuka forum kritik oleh siswa.

(41)

2. Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan siswa a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap pemunculan ide. Tahap ini dimulai dari pengumpulan data-data, baik pengalaman diri maupun pengalaman orang lain.

b. Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi adalah tahap pematangan dan pengolangan ide. Guru mengajak siswa mencari tempat yang strategis, tempat yang mendukung untuk perenungan ide.

c. Tahap Iluminasi

Tahap iluminasi adalah tahap mengungkapkan ide. Tugas guru adalah memperkaya kosakata para siswa, misalnya dengan menyediakan majalah atau kumpulan sastra. Kemudian siswa merenungkan idenya, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang detail. Tahap ini biasanya dilakukan dalam keadaan sepi dengan membuat situasi kelas sepi atau siswa diajak keluar kelas.

d. Tahap Verifikasi

(42)

Telah dikemukakan tahapan-tahapan di atas, maka tahapan-tahapan yang perlu dilakukan siswa adalah tahap persiapan dan tahap verifikasi. Tahap inkubasi dan tahap iluminasi tidak dilakukan siswa karena akan mengganggu kelas lain.

Dalam menulis cerpen harus memperhatikan unsur-unsur yang akan membangun cerpen yang bagus. Unsur-unsur tersebut yang dijadikan penilaian cerpen sebagai berikut.

1. Judul

Judul merupakan pengambaran mengenai apa yang akan diuraikan dalam suatu karangan (Keraf, 1984: 18). Judul yang baik harus sesuai dengan temanya. Syarat-syarat judul yang baik sebagai berikut.

a. Judul harus relevan adalah harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut. b. Provokatif adalah judul harus dapat menimbulkan keingintahuan dari

pembacanya.

c. Singkat adalah tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. 2. Unsur Intrinsik

a. Tokoh

(43)

b. Alur

Alur adalah peristiwa-peristiwa yang dapat menjadi tulang punggung cerita. Struktur alur terdiri dari awal, tengah dan akhir.

c. Latar

Latar adalah segala ketenangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, dan suasana terjadinya suatu cerita.

d. Tema

Tema merupakan gagasan, ide yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman, 1988: 50). Biasanya tema menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa dalam suatu alur.

3. Diksi

Diksi merupakan seleksi kata-kata yang mengekspresikan ide dan perasaan. Diksi yang dikatakan baik apabila pemilihan kata-kata yang dilakukan secara efektif dan tepat di dalam makna, serta sesuai pokok masalah, audiens, dan kejadian (Achmadi, 1988: 126).

(44)

pemakaian kalimat yang panjang, dan (3) berhati- hati dalam penggunaan kata kerja “me” atau aktif, dan kebalikannya “di” atau pasif.

4. Ejaan

Ejaan merupakan aturan menulis kata-kata dengan huruf sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Penggunaan ejaan meliputi pemakaian huruf, penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca.

5. Kebersihan dan kerapian

Unsur ini sangat penting karena untuk meningkatkan sifat menarik dari sebuah tulisan cerpen. Pembaca akan merasa senang apabila kondisi dari tulisan tersebut baik. Oleh karena itu, penulis harus menjaga kerapian dan kebersihan dari tulisan.

2.2.4Langkah-Langkah Menulis Cerita Pendek

Langkah- langkah yang harus diperhatikan seorang penulis dalam menulis cerita fiksi (cerpen) sebagai berikut.

1. Banyak membaca

(45)

2. Mendapat ide/ilham

Bagi penulis yang sudah terkenal, ide akan datang begitu saja setiap saat. Sedangkan penulis baru, ide bisa didapat di mana- mana. Inspirasi berupa sebuah benda, seseorang yang membuat terkesan/peristiwa yang tidak terlupakan.

3. Rumuskan konsep cerita Anda

Apa yang ingin Anda sampaikan? Misalnya Anda ingin menyampaikan cerita tentang seseorang cowok yang jatuh cinta pada peri. Bagaimana mereka bisa bertemu? Apa menarik nya percintaan manusia dan peri? Bagaimana cara cowok itu apel? Apakah ia menceritakan kisah cintanya kepada keluarga atau teman-temannya? Apa keajaiban-keajaiban yang dialami oleh si cowok selama berpacaran dengan peri? Apakah ada yang sirik terhadap percintaan mereka? Bagaimana akhir percintaan mereka?

4. Peristiwa

Tulislah daftar peristiwa yang terjadi dalam cerita Anda dan tulislah karakter-karater yang akan menghidupkan cerita.

5. Mengetahui karakter-karakter tokoh

(46)

6. Bangunlah plot yang memikat

Dari awal, tulislah peristiwa yang akan melahirkan persoalan bagi karakter utama. Perbesar konflik selama cerita berjalan.

7. Tulislah cepat-cepat cerita Anda

Anda harus cepat menyelesaikan cerita sebelum kehilangan mood. 8. Buatlah pembuka yang baik

Pembukaan harus menarik karena Anda harus memikat pembaca dari awal hingga akhir cerita. Pelajari paragraf pertama dari banyak cerita yang Anda baca.

9. Gunakan dialog

Dialog sangat penting untuk menghidupkan cerita. Gunakan dialog untuk memperkuat cerita dan menghidupkan karakter.

10.Edit dan revisi

Cerita Anda sudah selesai. Simpan cerita itu seminggu. Tulis lagi cerita baru. Setelah kira-kira seminggu, tiba saatnya untuk mengedit cerita yang lama. Perbaiki cerita tersebut dan meminta teman untuk membaca cerita Anda. Mereka biasanya jeli melihat kesalahan. Anda jangan cemberut jika mereka mengkritik.

(47)

2.2.5Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Berdasarkan penjelasan dari pengertian menulis, cerpen dan menulis cerpen di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen merupakan kesanggupan seseorang untuk menceritakan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan biasanya berupa cerita yang fiktif, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang relatif pendek.

Dalam menulis cerpen terdapat kriteria cerpen dimana kriteria tersebut menjadi aspek penilaian cerpen. Penilaian suatu karangan perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria mengarang. Menurut Nugiyantoro (1995: 303) ada beberapa aspek/kategori tertentu dalam penilaian tugas menulis dengan pendekatan analisis. Kategori tersebut mencakup (1) kualitas ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan tanda baca, kerapian dan kebersihan, dan (5) respon efektif guru terhadap karya tulis. Tabel di bawah ini merupakan penilaian karangan secara umum.

Tabel I

Penilaian Tugas Menulis

No Aspek yang Dinilai Tingkatan Skala

1. Kualitas ruang lingkup isi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2. Organisasi dan penyajian isi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3. Gaya dan bentuk bahasa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4. Mekanik: tata bahasa, ejaan tanda

baca, kerapian dan kebersihan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5. Respon efektif guru terhadap karya

tulis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(48)

Untuk menentukan penilaian tugas menulis berupa cerpen penulis menggabungkan kriteria mengarang secara umum menurut Nurgiyantoro dengan kriteria karangan yang berupa cerpen menurut Endraswara.

Menurut Endraswara (2003: 247) penulisan cerpen yang dilakukan oleh siswa dapat dikatakan baik jika telah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut. 1. Apakah cerpen yang dihasilkan telah memuat pandangan tentang kehidupan,

baik langsung maupun tidak langsung.

2. Cerpen dapat memunculkan daya tarik bagi pembaca.

3. Cerpen seharusnya singkat, padat, memuat masalah tunggal, seolah-seolah melukiskan fakta, awal dan akhir cerita memukau dan ada ketegangan.

4. Cerpen mampu menumbuhkan hempasan dan gelitik bagi pembaca.

Menurut Endraswara (2003: 249) evaluasi kegiatan penciptaan cerpen dilakukan terus menerus untuk melihat kompetensi yang optimal. Fokus evaluasi terdapat pada aspek substansi cerpen. Substansi cerpen dapat dicermati melalui berbagai unsur pembangun. Unsur yang perlu mendasari penekanan dalam evaluasi sebagai berikut.

1. Pelukisan watak/kepribadian tokoh yang tajam, seakan-akan pembaca menyusuri dunia nyata pada waktu membacanya.

2. Permainan plot yang menarik, didalamnya ada ketegangan, kejutan, pembayangan yang terjadi, serta cerita yang khas.

(49)

menulis cerpen karena penilaian mengarang cerpen tidak ada standar penilaiannya.

(50)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Secara keseluruhan diuraikan sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk memaparkan atau mendeskripsikan tentang suatu objek atau gejala yang sedang diteliti, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 1990: 309).

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta pengumpulan data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 1990: 7). Data yang diperoleh peneliti berupa cerita pendek siswa, kemudian data tersebut diteliti dan diberi skor. Skor yang telah diperoleh tersebut diolah menjadi nilai jadi yang akan digunakan sebagai hasil penelitian.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

(51)

Sumatera Selatan. Jumlah kelas X SMA PTBA tersebut memiliki 6 kelas yang terdiri atas 145 siswa. Akan tetapi, penulis akan meneliti dua kelas yaitu kelas XA dan kelas XB. Menurut Arikunto apabila jumlah populasi kurang dari 100, maka semua populasi dijadikan subjek penelitian (Arikunto, 1990: 102—103).

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipakai untuk mewakili populasi (Soewandi, 2006: 1). Sampel penelitian ini mengambil seluruh jumlah populasi. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 45 siswa.

3.3 Profil SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan

SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan berdiri tanggal 17 Juli 1982. Sekolah ini merupakan sekolah milik perusahaan batubara BUMN. Perusahaan batubara tersebut adalah Perusahaan Terbatas Bukit Asam (PTBA). Sekolah ini dibawah naungan Yayasan Pengembangan Sumber Daya dan Wilayah (YPSDW). Sekolah ini sudah terakreditasi disamakan pada tanggal 16 Maret 1997. Pada tanggal 25 Oktober 2004 yayasan berubah nama menjadi Yayasan Keluarga Besar Bukit Asam (YAKASABA).

(52)

kesenian, ruang OSIS, ruang serbaguna, ruang UKS, ruang ibadah, perpustakaan, laboratorium (Biologi/Kimia, Bahasa, Komputer, Fisika), lapangan (sepakbola, basket, volly), dan kegiatan ekstrakulikuler seperti marchingband, pramuka, PMR, renang, seni tari, seni musik, bengkel sastra, paskibra, olahraga (sepak bola, badminton, tenis meja, bola volly, bola basket), english club.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Berdasarkan profil mengenai SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang sudah dijelaskan di atas, penulis memilih tempat penelitian ini di SMA PTBA yang beralamat Jalan Buluran Atas Talang Jawa Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Maret 2008, pukul 10.30—12.00 WIB dan pada hari Senin tanggal 24 Maret 2008

pukul 12.30—14.00 WIB.

3.5 Instrumen Penelitian

(53)

lewat tulisan cerpen. Dua tema tersebut yaitu (1) percintaan, dan (2) persahabatan.

Percintaan ini dijadikan sebagai tema cerpen karena dilihat dari usia mereka sudah mengalami masa pubersitas, umumnya mereka sudah mengenal cinta dan mengalami jatuh cinta dengan lawan jenis. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa tema percintaan menarik bagi siswa untuk dijadikan sebagai bahan penulisan cerpen.

Kedua, tema yang dipilih adalah persahabatan. Persahabatan sudah akrab di telinga siswa dan sudah dialami siswa dari masa kecil. Secara umum, siswa sudah memiliki gambaran yang berkaitan dengan sahabat. Maka dari itu, menurut penulis tema ini relevan untuk dijadikan bahan untuk menulis cerpen. Berdasarkan kedua tema tersebut terma suk jenis cerpen remaja.

Adapun instrumen untuk melakukan tes menulis cerita pendek sebagai berikut.

1. Tulislah nama, kelas, dan nomor urut di sudut kanan atas pada lembar jawaban!

2. Buatlah cerita pendek dengan tema di bawah ini: a. Percintaan.

b. Persahabatan.

3. Anda harus membuat judul sendiri sesuai dengan tema.

(54)

6. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, perhatikan pemakaian diksi (pilihan kata) dan ejaan yang disempurnakan (EYD)!

7. Jagalah kebersihan dan kerapian!

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik tes. Tes yang diberikan berupa tugas untuk menulis cerita pendek dengan tema yang telah ditentukan. Hasil dari tes menulis cerita pendek tersebut akan diberi skor berdasarkan kriteria tertentu dalam menulis cerita pendek. Hal-hal yang dinilai didasarkan pada aspek-aspek penulisan cerita pendek dengan rentang skor penilain 0—100. Berikut ini akan diuraikan mengenai aspek penilaian dari cerita

pendek.

Tabel 2

Aspek Penilaian Cerita Pendek

No Aspek yang Dinilai Skor Maksimum

1. Judul 0—10

2. Unsur intrinsik cerita pendek: tokoh, alur, latar, dan tema

0—30

3. Diksi 0—25

4. Ejaan 0—25

5. Kebersihan dan kerapian 0—10

(55)

Hasil cerpen siswa tersebut harus memenuhi kriteria cerpen yang baik. Sebuah cerpen dapat dikatakan baik jika memuat aspek-aspek yang akan dinilai dan diberi skor sebagai berikut.

1. Judul Cerpen

Judul cerpen yang baik memuat tiga syarat, yaitu relevan, provokatif, dan singkat. Skor tertinggi untuk judul adalah 10 dan skor terendah adalah 0. Skor 10 diperoleh jika judul cerpen memuat tiga syarat. Skor 5—9 diperoleh jika

judul cerpen hanya memuat dua syarat. Skor 1—4 diperoleh jika judul cerpen

hanya memuat satu syarat. Skor terendah ini akan diberikan apabila judul cerpen tidak memuat tiga syarat.

2. Unsur Intrinsik Cerpen

Skor tertinggi untuk unsur intrinsik cerpen adalah 30 dan skor terendah adalah 0. Skor 30 diperoleh jika cerita pendek memenuhi keempat kriteria unsur intrinsik, yaitu tokoh, alur, latar dan tema. Skor 20—29 diperoleh jika

cerpen memenuhi tiga kriteria unsur intrinsik. Skor 10—19 diperoleh jika

cerpen memenuhi dua kriteria unsur intrinsik. Skor 9—1 diperoleh jika cerpen

hanya memenuhi satu kriteria unsur intrinsik. Skor terendah ini akan diberikan apabila tidak memenuhi empat unsur intrinsik.

3. Diksi

(56)

dan lazim. Ketepatan maksudnya tepat arti dan katanya, seksama maksudnya serasi dengan apa yang dituturkan dan lazim maksudnya sudah menjadi ketentuan umum. Skor 17—10 diperoleh jika memenuhi dua unsur. Skor 9—1

diperoleh jika pilihan katanya hanya memenuhi satu unsur. 4. Ejaan

Ejaan yang benar harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Skor tertinggi untuk penggunaan ejaan adalah 25 dan skor terendah adalah 0. Skor 25—20 diperoleh jika penggunaannya tepat. Skor 19—14 diperoleh jika ejaan

kurang tepat dan hanya terdapat sedikit kesalahan. Skor 13—8 diperoleh jika

banyak terdapat kesalahan. Skor 7—1 diperoleh jika terdapat banyak

kesalahan namun masih bisa dipahami isi dari cerpen. Skor 0 jika ejaan sama sekali tidak tepat.

5. Kebersihan dan Kerapian

Skor tertinggi dalam unsur kebersiha n dan kerapian adalah 10 dan skor terendah adalah 0. Skor 10 diperoleh jika kondisi hasil tulisan cerpen bersih dan rapi. Skor 9—7 diperoleh jika terdapat sedikit coretan dan tulisan rapi.

Skor 6—4 diperoleh jika terdapat banyak coretan namun tulisan rapi. Skor 3—

2 diperoleh jika banyak coretan dan tulisan tidak rapi. Skor 1—0 diperoleh

(57)

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk mengolah data dari hasil tes kemampuan menulis cerita pendek ini adalah dengan teknik deskriptif. Langkah- langkah yang digunakan dalam menganalisis data sebagai berikut.

1. Hasil pekerjaan siswa yang berupa cerita pendek dikumpulkan untuk dinilai. 2. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada hasil pekerjaan siswa

sesuai dengan ketentuan yang ada.

3. Mengoreksi setiap pekerjaan siswa kemudian diberi skor sesuai dengan kriteria yang ada dengan menggunakan rentang skor 1—100.

4. Mengolah data dengan mengubah skor mentah menjadi nilai jadi.

Adapun langkah- langkah untuk mengubah skor mentah menjadi skor jadi untuk menentukan kemampuan siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan dalam menulis cerita pendek sebagai berikut.

1. Membuat tabulasi persiapan perhitungan niali rata-rata (mean). 2. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut.

N fx X =

Keterangan:

X = mean (nilai rata-rata)

ƒ = frekuensi

(58)

3. Menentukan simpangan baku dengan rumus sebagai berikut.

4. Mengetahui konversi nilai yang diubah ke dalam skala 100. Konversi nilai tersebut merupakan kemampuan rata-rata siswa dalam menulis cerita pendek.

Tabel 3

Pedoman Konversi Angka Skala Seratus

(Nurgiyantoro, 1995: 395)

(59)

5. Menentukan taraf kemampuan siswa SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan dalam menulis cerita pendek dengan menggunakan konversi nilai skala seratus. Skala ini digunakan untuk menafsirkan kemampuan rata-rata menulis cerita pendek siswa apakah baik, sedang, cukup, atau kurang, maka perhitungan ditransformasikan ke dalam perhitungan persentase dengan skala seratus.

Tabel 4

Pedoman Perhitungan Persentase Skala Seratus

(Nurgiyantoro, 1995: 394)

Interval % Tingkat penguasaan

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Data kuantitatif yang dimaksud berupa skor yang didapatkan dari tes kemampuan menulis cerita pendek. Data tersebut berjumlah 45 lembar kerja siswa kelas XA dan XB. Rincian datanya terbagi menjadi dua, yaitu 20 lembar kerja hasil menulis cerita pendek siswa kelas XA dan 25 lembar kerja hasil menulis cerita pendek siswa kelas XB. Hasil tes menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 88 dan terendah 41. Skor itu masih berupa skor mentah dan dapat dilihat dalam tabel 5 berikut ini.

Tabel 5

Data Skor Cerita Pendek

Siswa Kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan

No Skor No Skor No Skor No Skor No Skor

1 88 10 78 19 74 28 70 37 61

2 86 11 78 20 74 29 69 38 61

3 85 12 78 21 73 30 69 39 59

4 85 13 77 22 73 31 69 40 59

5 83 14 77 23 72 32 68 41 58

6 82 15 77 24 72 33 67 42 57

7 82 16 77 25 72 34 67 43 50

8 82 17 76 26 71 35 62 44 43

9 79 18 76 27 70 36 61 45 41

(61)

Dari hasil kerja me nulis cerita pendek siswa setelah dianalisis diperoleh data skor yang ditabulasikan dalam tabel 6, 7, dan tabel 8. Data yang ditabulasikan dalam tabel 6 digunakan sebagai persiapan untuk menghitung kemampuan menulis cerpen kelas XA. Tabel 7 digunakan sebagai persiapan untuk menghitung kemampuan menulis cerpen kelas XB. Tabel 8 digunakan sebagai persiapan untuk menghitung kemampuan menulis cerpen kelasX. Data-data yang diperoleh tersebut juga digunakan untuk menghitung kemampuan cerpen kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Tabel 6

Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat Sebagai Persiapan

Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Cerpen

(62)

Tabel 7

Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat Sebagai Persiapan

Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Cerpen

Siswa Kelas XB SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan

(63)

Tabel 8

Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat Sebagai

Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Cerpen

Siswa Kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan

(64)

25. 41 1 41 1681

Jumlah

f =45

fX =3188

(f)X =230902

Keterangan: X = skor siswa

ƒ= frekuensi siswa

ƒX= skor yang dikalikan frekuensi

(ƒ) X2 = skor yang dikuadratkan dengan frekuensi

4.2 Analisis Data

Berdasarkan penelitian terhadap 45 cerita pendek siswa yang dijadikan sampel penelitian maka, dapat dideskripsikan kemampuan menulis cerita pendek. Data penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis. Hasil dari analisis data penelitian yang berupa skor mentah, maka skor tersebut harus diubah menjadi nilai jadi dengan menghitung nilai rata-rata (mean) dan simpangan bakunya.

(65)

4.2.1 Perhitungan Analisis Cerita Pendek Karya Siswa Kelas XA

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa

fX =1482danN= 20. Rata-rata (mean) kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XA SMA PTBA Tanjung Enim dapat diketahui dengan menghitung:

Jadi, rata-rata kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XA adalah 76,7. Keterangan:

X = mean (nilai rata-rata)

fx= jumlah skor N = jumlah siswa

(66)

S = 9,73

Jadi simpangan bakunya sebesar 9,73.

Setelah mengetahui skor rata-rata dan simpangan bakunya, maka dapat diketahui konversi skor kemampuan menulis cerpen siswa kelas XA SMA PTBA berdasarkan tabel 9.

Tabel 9

Konversi Skor Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Siswa Kelas XA

Skala Sigma Skala Angka Skala Seratus

+ 2,25 74,1+ 2,25 (9,73) = 95,99 100 + 1,75 74,1+ 1,75 (9,73) = 91,13 90 + 1,25 74,1+ 1,25 (9,73) = 86,26 80 + 0,75 74,1+ 0,75 (9,73) = 81,39 70 + 0,25 74,1+ 0,25 (9,73) = 76,53 60 - 0,25 74,1– 0,25 (9,73) = 71,67 50 - 0,75 74,1– 0,75 (9,73) = 66,81 40 - 1,25 74,1– 1,25 (9,73) = 61,94 30 - 1,75 74,1– 1,75 (9,73) = 57,07 20 - 2,25 74,1- 2,25 (9,73) = 52,21 10

Jadi, skor rata-rata kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XA SMA PTBA sebesar 74,1, sedangkan simpangan bakunya sebesar 9,73. Berdasarkan tabel 4 pedoman perhitungan persentase skala seratus (Nurgiyantoro, 1995: 394), maka kemampuan menulis cerpen siswa kelas XA SMA berada pada tingkat penguasaan 46%—55%. Dengan demikian, kemampuan

(67)

4.2.2 Perhitungan Analisis Cerita Pendek Karya Siswa Kelas XB

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa

fX =1706danN= 25. Rata-rata (mean) kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XB SMA PTBA Tanjung Enim dapat diketahui dengan menghitung:

N

Jadi, rata-rata kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XB SMA PTBA adalah 68,24.

Untuk mencari konversi nilai siswa perlu diketahui simpangan bakunya dengan menghitung:

Jadi simpangan bakunya sebesar 10,53. 99

, 110

=

(68)

Setelah mengetahui skor rata-rata dan simpangan bakunya, maka dapat diketahui konversi skor kemampuan menulis cerpen siswa kelas XB SMA PTBA berdasarkan tabel 10.

Tabel 10

Konversi Skor Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Siswa Kelas XB

Skala Sigma Skala Angka Skala Seratus

+ 2,25 68,24+ 2,25 (10,53) = 91,93 100 + 1,75 68,24+ 1,75 (10,53) = 86,66 90 + 1,25 68,24+ 1,25 (10,53) = 81,40 80 + 0,75 68,24+ 0,75 (10,53) = 76,13 70 + 0,25 68,24+ 0,25 (10,53) = 70,87 60 - 0,25 68,24– 0,25 (10,53) = 65,61 50 - 0,75 68,24– 0,75 (10,53) = 60,35 40 - 1,25 68,24– 1,25 (10,53) = 55,08 30 - 1,75 68,24– 1,75 (10,53) = 49,82 20 - 2,25 68,24- 2,25 (10,53) = 44,55 10

Jadi, skor rata-rata kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XB SMA PTBA sebesar 68,24, sedangkan simpangan bakunya sebesar 10,53. Berdasarkan tabel 4 pedoman perhitungan persentase skala seratus (Nurgiantoro, 1995: 394), maka kemampuan menulis cerpen siswa kelas XB SMA berada pada tingkat penguasaan 46%—55%. Dengan demikian, kemampuan menulis cerita

(69)

4.2.3 Perhitungan Analisis Cerita Pendek Karya Siswa Kelas X SMA PTBA

Tanjung Enim, Sumatera Selatan

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa

fX =3188danN= 45. Rata-rata (mean) kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim dapat diketahui dengan menghitung:

N

Jadi, rata-rata kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XB SMA PTBA adalah 70,84.

Untuk mencari konversi nilai siswa perlu diketahui simpangan bakunya dengan menghitung:

Jadi simpangan bakunya sebesar 10,59. 22

, 112

=

(70)

Setelah mengetahui skor rata-rata dan simpangan bakunya, maka dapat diketahui konversi skor kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA PTBA berdasarkan tabel 11.

Tabel 11

Konversi Skor Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Siswa Kelas X SMA PTBA

Skala Sigma Skala Angka Skala Seratus

+ 2,25 70,84+ 2,25 (10,59) = 94,66 100 + 1,75 70,84+ 1,75 (10,59) = 89,37 90 + 1,25 70,84+ 1,25 (10,59) = 84,07 80 + 0,75 70,84+ 0,75 (10,59) = 78,78 70 + 0,25 70,84+ 0,25 (10,59) = 73,48 60 - 0,25 70,84– 0,25 (10,59) = 68,20 50 - 0,75 70,84– 0,75 (10,59) = 62,90 40 - 1,25 70,84– 1,25 (10,59) = 57,61 30 - 1,75 70,84– 1,75 (10,59) = 52,31 20 - 2,25 70,84- 2,25 (10,59) = 47,02 10

Jadi, skor rata-rata kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA sebesar 70,84, sedangkan simpangan bakunya sebesar 10,59. Berdasarkan tabel 4 pedoman perhitungan persentase skala seratus (Nurgiyantoro, 1995: 394), maka kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA PTBA berada pada tingkat penguasaan 46%—55%. Dengan demikian, kemampuan menulis cerita pendek

siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan adalah hampir sedang.

(71)

4.3 Pembahasan

Penelitian yang berjudul Analisis Cerita Pendek Karya Siswa Kelas X SMA PTBA Ta njung Enim Sumatera Selatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim Sumatera Selatan. Dari analisis data yang sudah diperoleh, maka dapat diketahui kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X khususnya kelas XA dan kelas XB, dan kelas X.

1. Kemampuan rata-rata menulis cerita pendek kelas X khususnya kelas XA adalah 74,1 dan simpangan bakunya sebesar 9,73. Setelah ditransformasikan ke dalam skala seratus diperoleh skor yang berada pada interval 46%-55%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerpen kelas X khususnya kelas XA adalah hampir sedang. Termasuk dalam kategori hampir sedang karena siswa dalam menulis cerpen masih kurang penulisan kata dan tanda baca (EYD), pemakaian diksinya kurang baik, namun dari segi pemakaian unsur-unsur intrinsik sudah cukup baik. 2. Kemampuan rata-rata menulis cerita pendek kelas X khususnya kelas XB

(72)

3. Kemampuan rata-rata menulis cerita pendek kelas X adalah 70,84 dan simpangan bakunya sebesar 10,59. Setelah ditransformasikan ke dalam skala seratus diperoleh skor yang berada pada interval 46%-55%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerpen kelas X adalah hampir sedang. Termasuk dalam kategori hampir sedang karena siswa dalam menulis cerpen masih kurang penulisan kata tanda baca (EYD), pemakaian diksinya kurang baik, namun dari segi pemakaian unsur-unsur intrinsik sudah cukup baik dan pembuatan judul cerpen sudah sesuai dengan tema yang ditentukan.

Dari data penelitian tentang aspek-aspek dalam sebuah cerpen, yaitu judul, unsur intrinsik cerita pendek: tokoh, alur, latar, dan tema, diksi, ejaan, serta kebersihan dan kerapian sudah dapat dikerjakan dengan baik oleh siswa. Namun, dalam hal ejaan dan pemakaian diksi masih sangat kurang dikuasai. Kebersihan dan kerapian masih kurang diperhatikan antara lain tulisan yang tidak terbaca, pena yang tidak terang, menggunakan tip-ex. Dalam hal ejaan yang masih banyak salah misalnya penulisan huruf besar yang tidak pada tempatnya, penulisan nama orang menggunakan huruf kecil, penulisan awal kalimat menggunakan huruf kecil, dan penulisan kata dan tanda baca yang salah. Pemakaian diksi masih kurang tepat masih menggunakan bahasa daerah maupun bahasa gaul (seperti lu, gue, tak).

(73)

diceritakan dan pernah dialami oleh seseorang. Sedangkan tema persahabatan sulit untuk diceritakan melalui tulisan. Dari tema persahabatan tersebut ada yang membuat judul persahabatan yang berujung cinta.

Dalam hal unsur- unsur intrinsik mereka sudah menerapkan semuanya antara lain tokoh, alur, dan latar. Akan tetapi, para siswa tidak menuliskan kembali tema apa yang hendak dipilih pada hasil karya cerita pendeknya.

(74)

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan, implementasi, dan saran-saran. Secara keseluruhan akan diuraikan sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan deskripsi data, hasil penelitian terhadap 45 cerpen siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan: pertama, kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X khususnya kelas XA SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan adalah hampir sedang. Hal itu terbukti dari perhitungan skor rata-rata, kemampuan menulis dan simpangan bakunya. Kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X khususnya kelas XA SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan berada dalam interval persentase 46%—55% dengan rata-rata 74,1 dan simpangan bakunya 9,71.

Kedua, kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X khususnya kelas XB SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan adalah hampir sedang. Hal itu terbukti dari perhitungan skor rata-rata, kemampuan menulis dan simpangan bakunya. Kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X khususnya kelas XB SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan berada dalam interval persentase 46%—55% dengan rata-rata 68,24 dan simpangan bakunya 10,53.

Ketiga, kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan adalah hampir sedang. Hal itu terbukti dari perhitungan skor rata-rata, kemampuan menulis dan simpangan bakunya.

(75)

Kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan berada dalam interval persentase 46%—55% dengan rata-rata

70,84 dan simpangan bakunya 10,59.

5.2 Implementasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim, Sumatera Selatan termasuk dalam kategori sedang. Kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas X SMA PTBA Tanjung Enim berada dalam interval persentase 56%-65% disebabkan sebagian besar siswa tidak menguasai teknik mengarang yang baik khususnya cerit a pendek, siswa belum berpengalaman menulis cerita pendek di dalam kelas. Mereka hanya menulis cerita pendek di luar kelas (di rumah) berdasarkan pengalamannya sendiri. Motivasi mereka mengarang atau menulis sekedar mengerjakan tugas dari guru dan untuk mendapatkan nilai.

Guru sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis cerita pendek. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru lebih sering memberikan latihan menulis baik dikerjakan di sekolah maupun di rumah, khususnya menulis cerita pendek. Dengan demikian diharapkan motivasi siswa dapat tambah dan tertarik untuk mengembangkan kemampuan menulis khususnya menulis ceita pendek. Kesalahan siswa dalam diksi dan ejaan diharapkan juga dapat teratasi dengan seringnya adanya latihan menulis.

Gambar

Tabel I Penilaian Tugas Menulis
Tabel 2 Aspek Penilaian Cerita Pendek
Tabel 3 Pedoman Konversi Angka Skala Seratus
Tabel 4 Pedoman Perhitungan Persentase Skala Seratus
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA MELALUI METODE TUGAS DALAM PEMBELAJARAN IPS: (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 3 Tanjungsari Kelas VIII A).. Universitas

Memahami Perilaku Pemilih Pada Pemilu 2004 di Indonesia. Jurnal Demokrasi

Instrumen penelitian yang digunakan ialah tes keseimbangan dinamis (Dinamic Test Of Positional Balance) dan tes kelentukan sendi panggul ( Pront Split ). Sedangkan

Seperti pada tahun 2017, Dana non halal BAZNAS Kota Yogyakarta pada tahun 2018 diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan pada bagian Ikhtisar Kebijakan

PENGARUH PERMAINAN EGRANG TERHADAP KESEIMBANGAN DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJAS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

dari program Adiwiyata, sarana dan prasarana sekolah tersebut harus dapat. dimanfaatkan seoptimal mungkin dan dikelola secara ramah lingkungan

Dengan ini diumumkan peserta pengadaan langsung yang ditetapkan sebagai pemenang pengadaan langsung untuk kegiatan tersebut di atas :.

1) Pdt. Daniel Nuhamara, M.Th., Ed.D selaku pembimbing dan penguji II. Terimakasih untuk waktu, kesabaran, dan pengertiannya. Kiranya Tuhan selalu memberkati bapak sekeluarga.