• Tidak ada hasil yang ditemukan

D IPS 1302897 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "D IPS 1302897 Chapter5"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

157 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan permasalahan yang dikaji pada penelitian ini, dikaitkan dengan

temuan penelitian dan pembahasannya, maka secara garis besar dapat dirumuskan delapan

simpulan sebagai berikut:

1. Secara umum implementasi program Adiwiyata di Kota Banda Aceh masih belum

efektif. Penyebab utamanya berdasarkan temuan penelitian adalah rendahnya

komitmen kepala sekolah dalam implementasi kebijakan Adiwiyata. Rendahnya

komitmen dari kepala sekolah berimbas juga kepada guru, yang berdasarkan temuan

penelitian secara umum guru juga memiliki komitmen yang rendah terutama dalam

implementasi kurikulum berbasis lingkungan dan dalam memperkuat budaya sekolah

ramah lingkungan. Guru secara umum belum menerapkan pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran, belum mengembangkan isu

lokal sebagai materi pembelajaran lingkungan hidup dalam setiap pembelajaran dan

guru belum mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan

masalah lingkungan hidup dalam setiap pembelajaran. Terlalu banyaknya beban

mengajar juga menjadi alasan guru mengapa implementasi kurikulum dan

pengembangan budaya sekolah belum efektif. Selain itu, semua guru belum pernah

menjadi narasumber dalam rangka pembelajaran lingkungan hidup, seperti seminar,

workshop atau lokakarya serta belum pernah mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi

pembelajaran lingkungan hidup, baik melalui media cetak, seminar atau jurnal.

Beberapa hal inilah yang menjadi kelemahan dalam implementasi program Adiwiyata

di Kota Banda Aceh sehingga menyebabkan jumlah sekolah Adiwiyata Nasional di

Kota Banda Aceh hingga saat ini masih sedikit. Tingkat literasi ekologis siswa secara

umum masuk kategori sedang. Literasi ekologis pada aspek sikap dan partisipasi,

secara umum bahkan dapat dikategorikan rendah. Hal ini terutama karena

(2)

158

komponen Adiwiyata tidak dapat diimplementasikan secara parsial, tetapi harus

diimplementasikan secara bersama-sama secara optimal yang merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan sebagai perwujudan dari sekolah peduli dan berbudaya

lingkungan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa keberhasilan sekolah dalam

membangun literasi ekologis peserta didik sangat ditentukan oleh implementasi

keempat komponen ini secara bersama-sama.

2. Komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap implementasi kurikulum berbasis lingkungan. Sekolah yang telah

berkomitmen untuk mengikuti Program Adiwiyata, struktur kurikulum harus memuat

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang diimplementasikan pada

mata pelajaran wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri. Dalam implementasi

kebijakan berwawasan lingkungan di tingkat sekolah, unsur pelaksana utama yang

paling menentukan adalah kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah berperan besar

dalam merumuskan dan menetapkan kebjakan, guru berperan besar implementasi

kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, terutama dalam implementasi kurikulum.

Karena itu komitmen kepala sekolah terhadap permasalahan lingkungan hidup akan

berpengaruh terhadap kinerja guru dalam implementasi kurikulum berbasis

lingkungan.

3. Komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap budaya sekolah ramah lingkungan. Budaya sekolah dibentuk dan

dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan

pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya. Berdasarkan hal ini,

pengembangan budaya sekolah secara umum sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan

oleh suatu sekolah, yang dalam hal ini berupa visi, misi dan tujuan sekolah. Karena itu

tindakan-tindakan dari warga sekolah akan mencerminkan bagaimana visi, misi dan

tujuan dari sekolah tersebut. Faktor komitmen dan kepemimpinan kepala sekolah

berperan besar dalam pembentukan budaya sekolah peduli dan ramah lingkungan oleh

seluruh warga sekolah.

4. Komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan. Pengelolaan

sarana prasarana sekolah merupakan salah satu bagian penting dari kebijakan

(3)

159

merupakan landasan bagi pimpinan dan warga sekolah dalam pengadaan dan

pengelolaan fasilitas sekolah secara efektif dan efisien. Karena itu kebijakan sekolah

yang memuat tentang pengelolaan sarana prasarana sekolah secara jelas dan tegas akan

menentukan efektif tidaknya pengelolaan sarana prasarana sekolah. Dalam hal ini

kepala sekolah selaku perumus kebijakan berkaitan dengan sarana prasarana berperan

besar terutama dalam penyediaan sarana prasarana ramah lingkungan yang sesuai

dengan kebutuhan sekolah dan memastikan serta mengawasi agar sarana prasarana

tersebut dikelola dan dimanfaatkan secara ramah lingkungan.

5. Komponen implementasi kurikulum berbasis lingkungan berpengaruh posistif dan

signifikan terhadap literasi ekologis peserta didik. Akan tetapi angka koefisien

korelasinya relatif kecil, yaitu hanya sebesar 0,629 (R2 = 0,395), yang artinya bahwa

literasi ekologis peserta didik hanya sebesar 39,5 % dipengaruhi oleh implementasi

kurikulum. Hal ini disebabkan karena guru Karena itu guna meningkatkan literasi

ekologis peserta didik, guru harus lebih meningkatkan komitmen dan kepedulian

terhadap persoalan lingkungan hidup, sehingga dalam pembelajaran berkaitan dengan

lingkungan hidup guru dapat menerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik

pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran serta

dapat mengembangkan isu lokal dan/atau isu global sebagai materi pembelajaran

lingkungan hidup.

6. Komponen budaya sekolah ramah lingkungan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap literasi ekologis peserta didik. Faktor sosial dan budaya memiliki peran yang

vital terhadap perilaku lingkungan masyarakat. Karenanya untuk menanamkan literasi

ekologis pada siswa, tidak cukup hanya memberi pengetahuan melalui pembelajaran di

kelas saja, tetapi harus didukung juga oleh pembentukan budaya yang ramah

lingkungan di sekolah. Dalam sekolah Adiwiyata diupayakan untuk diciptakan situasi

dan kondisi serta penguatan yang memungkinkan siswa di lingkungan sekolah untuk

membiasakan diri berperilaku sesuai nilai yang dianut sekolah, yaitu sekolah yang

peduli dan ramah lingkungan. Nilai ini selanjutnya diharapkan akan mengakar kuat

pada diri siswa dan akan dibawa kapan dan dimanapun ia berada.

7. Komponen pengelolaan sarana prasarana ramah lingkungan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap literasi ekologis peserta didik. Sarana prasarana merupakan

(4)

160

selain sekolah harus didukung sarana prasarana yang memadai guna mencapai tujuan

dari program Adiwiyata, sarana dan prasarana sekolah tersebut harus dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin dan dikelola secara ramah lingkungan dengan

melibatkan seluruh warga sekolah. Ketersediaan sarana prasarana sekolah di Kota

Banda Aceh secara umum sudah cukup memadai, Akan tetapi keberadaan sarana

prasarana tersebut belum dapat dikelola secara efektif dan pemanfaatannya belum

optimal untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup.

8. Komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap literasi ekologis peserta didik. Akan tetapi besarnya nilai koefisien

korelasinya relatif kecil, yaitu hanya sebesar 0,660 (R2 = 0,435), yang artinya bahwa

literasi ekologis peserta didik hanya sebesar 43,5 % dipengaruhi oleh kebijakan

sekolah. Hal ini karena masih kurangnya pemahaman warga sekolah terhadap Program

Adiwiyata serta terhadap visi, misi dan tujuan sekolah yang disebabkan karena

sosialisasi visi, misi dan tujuan sekolah kepada seluruh warga sekolah masih belum

optimal dilaksanakan. Selain itu implementasi kebijakan kurikulum yang memuat

materi berkaitan dengan lingkungan hidup belum optimal diimplementasikan, yang

disebakan karena kurangnya komunikasi dan koordinasi antar kepala sekolah,

koordinator Aiwiyata, dan tenaga pendidik. karena itu dalam mewujudkan program

Adiwiyata di sekolah perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh antar semua

komponen diantaranya upaya kepala sekolah, peran aktif seluruh warga sekolah serta

dukungan masyarakat dan pemerintah guna membentuk individu yang memiliki

literasi ekologis dan terciptanya kondisi lingkungan yang tertib, bersih, indah, nyaman

dan sehat.

B. Rekomendasi

Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk orang tua atau keluarga, sebagai lingkungan pertama dan utama bagi

perkembangan sosial anak. Orang tua atau keluarga semestinya dapat menjadi teladan

dan model yang dapat ditiru oleh anak, terutama dalam hal yang berkaitan dengan

(5)

161

dimaksudkan agar sikap peduli dan ramah lingkungan dapat menjadi bagian dari

kebiasaan dan menjadi kepribadiannya.

2. Untuk lembaga pendidikan atau sekolah, sebagai rumah kedua bagi peserta didik.

Sekolah berfungsi sebagai tempat transformasi pengetahuan, nilai-nilai budaya, norma

diharapkan menjadi landasan tumbuh dan berkembangnya sikap peduli dan ramah

lingkungan pada peserta didik. Pada sekolah yang telah masuk kategori tinggi, agar

dapat lebih meningkatkan sinergisitas antar seluruh komponen sekolah, terutama yang

paling penting adalah sinergisitas antara kepala sekolah dengan tenaga pendidik,

sehingga program-program sekolah dapat diimplementasikan secara optimal oleh guru

sebagai penggerak utama program Adiwiyata di tingkat sekolah. Kemudian kepada

sekolah yang masih masuk kategori sedang, kepala sekolah harus memiliki komitmen

yang tinggi untuk mewujudkan Sekolah Adiwiyata dan agar senantiasa mengajak dan

memotivasi seluruh warga sekolah untuk lebih meningkatkan kesadaran dan

kepedulian terhadap permasalahan lingkungan hidup. Sekolah dapat membuat

kebijakan-kebijakan praktis guna mengajak siswa untuk lebih peduli lingkungan,

misalnya menghemat penggunaan kertas, mengajak siswa untuk berjalan kaki,

bersepeda atau menggunakan angkutan umum ke sekolah, dan menganjurkan siswa

membawa bekal makanan dan minuman dari rumah dalam kotak makanan dan botol

minuman yang dapat digunakan berulang-ulang guna mengurangi jumlah sampah di

sekolah. Selanjutnya sekolah diharapkan dapat lebih memperkuat Tim Adiwiyata

Sekolah baik kualitas maupun kuantitas guna dapat mengimplementasikan secara

maksimal keempat komponen Adiwiyata di tingkat sekolah.

3. Untuk tenaga pendidik, dalam pembelajaran guru selain sebagai sumber dan fasilitator,

juga berperan penting dalam pembentukan sikap dan kepribadian pada siswa. Guru

harus dapat menjadi model bagi siswa dalam bersikap dan berperilaku terhadap

lingkungan. Dalam pembelajaran, guru harus meningkatkan komitmen dan

kepeduliannya terhadap permasalahan lingkungan hidup dan senantiasa meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat berkontribusi maksimal dalam upaya

mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan dan mewujudkan peserta didik

yang melek ekologis. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber

pembelajaran, misalnya dengan membawa siswa untuk melihat langsung kehidupan

(6)

162

4. Untuk pemerintah, agar dapat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas bimbingan

teknis implementasi Program Adiwiyata kepada sekolah yang akan/sedang mengikuti

Program Adiwiyata dan agar dapat mensosialisasikan Program Adiwiyata ke seluruh

pelosok Indonesia dan mendorong semua sekolah pada seluruh jenjang pendidikan

untuk berpartisipasi dalam Program Adiwiyata. Selanjutnya perlu dilakukan evaluasi

secara berkala minimal setiap enam bulan sekali pada sekolah-sekolah yang telah

mengimplementasikan Program Adiwiyata yang bertujuan untuk menjaga konsistensi

dalam pelaksanaan program.

5. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan ruang lingkup dalam setiap komponen/variabel

baik itu kebijakan sekolah, implementasi kurikulum, budaya sekolah, pengelolaan

sarana prasarana sekolah, dan literasi ekologis dapat diungkapkan secara lebih

komprehensif dan optimal. Kemudian juga disarankan temuan penelitian ini dilengkapi

dan dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif, untuk mendeskripsikan secara

komprehensif implementasi Program Adiwiyata. Terakhir, ruang lingkup wilayah

penelitian, jumlah sekolah sampel dan juga jumlah responden perlu lebih diperluas dan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengemasan ideologi dilakukan dengan framing bahwa seseorang yang hijrah harus tercermin dalam sikap beragama yang ramah, yang

Seperti yang diperlihatkan Gambar 11 fluktuasi yang terjadi pada data temperature gas nitrogen dan hidrogen serta temperature air pendingin diakibatkan oleh

Pada praktikum ini akan       mencoba mengajak anda untuk mengamati pertukaran data yang terjadi di antara keduanya.. Buka terminal anda dan login

Berdasarkan Hasil Evaluasi Evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis (Sampul I) Seleksi Umum dan Penetapan Peringkat Teknis oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Non Fisik di

Brand Image (Citra merek) merupakan serangkaian asosiasi (persepsi) dalam fikiran konsumen terhadap suatu merek Aaker (1991: 2) image adalah salah satu bentuk

fasilitas publik yang sesuai dengan yang di butuhkan masyarakat dan mendukung lingkungan yang hijau, maka menarik untuk diteliti melalui persepsi masyarakat ditinjau

cerevisiae pada hari ke-8 fermentasi dengan konsentrasi 10 5 cfu/ml merupakan waktu yang optimum dalam menghasilkan pigmen merah dan kadar lovastatin.. cerevisiae

membentuk panitia pusat yang terdiri dari unsur yang ada di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Merencanakan penyelenggaraan UAMBN. Melakukan sosialisasi