Kelompok 5 - Konsep dan Konteks Keadilan Dalam Pembelajaran Sekolah Ramah Anak Landasan filosofis
landasan yuridis sekolah ramah anak uu 1945 pasal 28b
uu no 04 1979
uu no 23 2002 pasal 29 27 20 tahun 2003
35 tahun 2014
Permen pp no 5 pemenehun peserta didik Permen pp No 8 2014 kebijakan sekolah Permendikbud no 28 2015
Permendikbud no 15 tahun 2015 beban kerja
Kelompok 6-Adaptasi Kurikulum & Pengembangan Program Pembelajaran yang Diindividualisasikan (Individual Education Program)
Prinsip pengembangan Program Pembelajaran yang Diindividualisasikan Abdullah idi 2007
1. relevansi 2. fleksibilitas 3. kontuinitas 4. efektivitas 5. efisiensi
6. berorientasi pada tujuan 7. keseimbangan
kemampuan, potensi, hambatan 8. keterpaduan mutu
Akomodasi kurikulum 1. duplikasi
2. modifikasi (tujuannya) 3. subtitusi (materinya diganti) 4. omisi (dihilangkan)
independent instruction frustration high typical
diferensiasi: pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak
program pembelajaran yang terinvidualisasikan: dalam 1 kelas ada 2 kurikulum untuk klasikal (seluruhnya) dan individual
PPI: luas menyeluruh
Sistem Dukungan Resources Center:SLB Unit Layanan Disabilitas
IDUKA: Industri Dunia Kerja (memandirikan anak disabilitas) industry 1-5% di industri menyerap disabilitas
Identifikasi adalah kegiatan mengenal atau menandai sesuatu, yang dimaknai sebagai proses penjaringan secara klasikal atau proses menemukan kasus yaitu menemukan anak yang mempunyai
kelainan/masalah, atau proses pendektesian dini terhadap anak berkebutuhan khusus.
Asesmen merupakan kegiatan profesional yang dilakukan secara khusus menentukan diagnosa dari gangguan atau kelainan yang dialami seseorang.
Dimensi Inklusif 1. budaya 2. regulasi 3. filosofi
Ciri-ciri sekolah ramah anak
1. Adanya perlakuan adil bagi murid laki-laki dan perempuan 2. Proses pembelajaran yang baik sehingga anak merasa nyaman 3. Proses pembelajaran didukung media ajar
4. Adanya keterlibatan murid
5. Keterlibatan murid dalam penciptaan lingkungan sekolah 6. Tidak pernah melakukan perlakuan tidak mengenakkan.
7. Tidak ada tindakan kekerasan.
8. Tata tertib sekolah transparan dan adil.
Banyak kendala dalam upaya penerapan program pendidikan Inklusi di Indonesia. Latar belakang sekolah yang merupakan sekolah reguler pada umumnya dalam artian bukan sekolah luar biasa menjadikan beberapa sekolah dasar negeri menghadapi beberapa kendala. Berbagai kendala yang dihadapi dalam menyelenggarakan program pendidikan inklusi seperti: lingkungan sekolah masih belum ramah difabel, tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung penyelenggaraan sekolah inklusi, pendidik dan tenaga kependidikan yang masih terbatas pemahamannya dalam penerapan program pendidikan Inklusi, media dan alat pembelajaran yang sangat terbatas terutama media untuk anak berkebutuhan khusus (bisa di bilang tidak ada media dan alat pembelajaran khusus untuk anak inklusi), belum terbentuknya jaringan atau kemitraan dengan pihak yang lebih profesional dalam pendidikan Inklusi dalam hal ini bisa psikolog, SLB, atau pihak-pihak yang lebih ahli dalam bidang pendidikan Inklusi, dan kurangnya perhatian dinas dan pemerintah terkait dalam upaya penerapan program pendidikan inklusi. Peran lulusan pendidikan guru sekolah dasar dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif diharapkan memiliki dan memperdalam pemahaman mengenai perbedaan dan karakteristik anak berkebutuhan khusus melalui media informasi, diskusi, seminar serta forum-forum ilmiah lain. Guru perlu
meningkatkan perasaan, toleransi dan tindakan terhadap anak berkebutuhan khusus dalam belajar.
Serta, dapat mengimplementasikan pendidikan inklusi ini secara baik di Indonesia.
Bullying yang marak terjadi terutama di sekolah regular dapat diatasi dengan beberapa cara:
◦ Guru haruslah memberikan arahan kepada semua siswa untuk mencegah terjadinya bullying, bagaimana cara melawan pelaku bullying dan tindakan-tindakan lain.
◦ Guru harus tegas dalam mengatasi pelaku bullying dan tidak boleh menganggap enteng.
◦ Guru harus memotivasi siswa reguler agar saling membantu tanpa melihat perbedaan misalkan jika ada yang membantu siswa anak berkebutuhan khusus, diberi penghargaan atau reward yang positif sehingga dapat memperkuat sikap positif dan menghindari perilaku bullying. Karena dengan sikap positif terhadap siswa berkebutuhan khusus maka akan menciptakan kepedulian dan keharmonisan antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus.
Konferensi Internasional di Jomtien Thailand tahun 1990 yang mempersoalkan pendidikan dasar bagi semua anak. Puncak dari konferensi ini adalah lahirnya deklarasi tentang Pendidikan untuk semua (Education For All). Konferensi ini menyimpulkan antara lain:
1. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan masih terbatas atau masih banyak orang yang belum mendapat akses pendidikan.
2. Kelompok tertentu yang terpinggirkan seperti penyandang cacat (disabled), etnis minoritas, suku terasing dan sebagainya masih terdiskriminasikan dari pendidikan bersama.
Meskipun demikian inplementasi hasil dari konferensi ini belum memuaskan, khususnya yang terkait dengan para penyandang cacat.
Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah, 2007;82), pengertian pendidikan inklusi adalah sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat, berbakat. Anak- anak jalanan dan pekerja anak berasal dari populasi terpencil atau berpindah-pindah. Anak yang berasal dari populasi etnis minoritas, linguistik, atau budaya dan anak-anak dari area atau kelompok yang kurang beruntung atau termajinalisasi. Menurut saya, pendapat Hildegun Olsen ini sudah mencakup semua dan menjangkau berbagai macam peserta didik di dalamnya. Secara filosofis, pendidikan inklusif hampir sama dengan falsafah bangsa ini, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti meniadakan perbedaan dan menjadikan satu kesatuan dalam berbagai keberagaman. Hal ini berarti bahwa bangsa ini sejak dulu telah memahami dan menerapkan adanya nilai kesatuan dalam berbagai perbedaan. Di bawah ini akan dipaparkan mengenai pendidikan inklusif secara gambling dan menyeluruh.