• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PAUD Inklusi Berbasis Sekolah Ramah Anak (Studi Kasus: PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PAUD Inklusi Berbasis Sekolah Ramah Anak (Studi Kasus: PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PAUD Inklusi Berbasis Sekolah Ramah Anak (Studi Kasus: PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda)

1Nurul Fauziah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Indonesia

2Ucik Hidayah Binsa, Institut Agama Islam Ngawi, Indonesia

3Khamim Zarkasih Putro, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Indonesia fauziahn065@gmail.com 1, ucik@iaingawi.ac.id 2. Khamim.putro@uin-suka.ac.id 3

Received: 10 Desember 2022 Reviewed: 12 Desember 2022 Accepted: 31 Desember 2022

Abstract

Child-friendly school-based Inclusion PAUD is an institution that supports the realization of child-friendly cities. Inclusion PAUD itself consists of mixing normal children with children with special needs. The purpose of this research is to find out how child-friendly school-based Inclusion PAUD is in Aisyiyah Mutiara Bunda PAUD. The purpose of this research is to find out how PAUD Inclusion is based on child-friendly schools in PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda. The research method used is a qualitative approach, with principals, teachers and students as respondents. Data collection techniques using observation, interviews and also documentation. In analyzing the data, the researchers used triangulation techniques in order to get a credible research. The results of this study are to support child- friendly-based PAUD Inclusion in PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda applying three important components, namely: 1) facilities and infrastructure that support the operation of child-friendly-based PAUD Inclusion in PAUD, 2) supporting software in the form of curriculum, results declaration of child-friendly schools, and activity programs that improve children's skills, 3) existence of brainware or human resources that support the existence of PAUD Inclusion based on child-friendly schools, in collaboration with related parties.

Keywords: Inclusive PAUD, Child Friendly Schools, Early Childhood Abstrak

PAUD Inklusi berbasis sekolah ramah anak merupakan sebuah lembaga yang menunjang terwujudnya kota layak anak. PAUD Inklusi sendiri terdiri atas percampuran antara anak normal dengan anak yang berkebutuhan khusus. Tujuan adanya penelitian ini untuk mengetahui bagaimana PAUD Inklusi berbasis sekolah ramah anak yang berada di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif, dengan kepala sekolah, guru juga siswa sebagai responden. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara

(2)

dan juga dokumentasi. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan teknik triangulasi supaya mendapatkan penelitian yang kreadibel. Hasil dari penelitian ini adalah untuk menunjang PAUD Inklusi berbasis ramah anak di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda menerapkan tiga komponen penting, yaitu: 1) sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya PAUD Inklusi berbasis ramah anak di PAUD tersebut, 2) adanya software pendukung berupa kurikulum, hasil deklarasi sekolah ramah anak, dan program kegiatan yang meningkatkan skill anak, 3) adanya brainware atau sumber daya manusia yang menunjang adanya PAUD Inklusi berbasis sekolah ramah anak, dengan bekerjasamanya kepada pihak terkait.

Kata Kunci: PAUD Inklusi, Sekolah Ramah Anak, Anak Usia Dini.

Pendahuluan

Tahun 2020 sebanyak 45% anak menjadi korban perundungan di dunia maya, dan 20% anak Indonesia menjadi korban perundungan di sekolah, hal ini dijelaskan oleh Muhajir Effendy Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) (Ardiansyah, 2022). Fenomena tersebut menjelaskan bahwa saat ini kekerasan tidak hanya terjadi di lingkungan keluarga ataupun masyarakat saja namun juga terjadi di lingkungan pendidikan (Y. Putri & Rahaju, 2020), yang seharusnya sekolah memberikan suasana aman, nyaman dan menyenangkan tanpa adanya ancaman dan memberikan semangat untuk anak dalam belajar sehingga proses dan hasil dari pembelajaran berjalan dengan maksimal (Yulianto, 2016).

Namun pada kenyataannya siswa sering merasa tidak nyaman ketika berada di sekolah (Subur & Qosim, 2018). Hal ini menyebabkan anak rentan mendapatkan sebuah kekerasan baik secara verbal maupun secara psikis (A. Putri & Akmal, 2019).

Adanya kasus anak menjadi korban kekerasan fisik dan/atau psikis di Indonesia dilatar belakangi oleh berbagai factor diantaranya pengaruh negative teknologi dan informasi, permisifitas lingkungan social-bud aya, lemahnya kualitas pengasuhan, kemiskinan keluarga, tingginya angka pengangguran, hingga kondisi perumahan atau tempat tinggal yang tidak ramah anak. Kasus kekerasan fisik dan psikis, anak korban penganiayaan mencapai 574 kasus, anak korban kekerasan psikis 515 kasus, anak korban pembunuhan 35 kasus, dan anak korban tawuran terdapat 14 kasus (KPAI, 2022).

Berdasarkan tingginya angka kekerasan pada anak, menjadi perhatian khusus pemerintah. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia ini adalah berupa kebijakan Sekolah Ramah Anak (KEMEN PPPA, 2014). Adanya sekolah berbasis ramah anak merupakan salah satu indicator pendukung program kota layak anak (Artadianti, Kiki & Subowo, 2019).

(3)

Selain itu sekolah berbasis ramah anak juga merupakan sebuah kebutuhan masyarakat dalam melindungi dan memenuhi hak asasi manusia dalam bidang pendidikan (Akmal, 2015) juga untuk mengurangi kasus kekerasan yang terjadi terhadap anak, terutama anak yang berkebutuhan khsuus. Prinsip utama dari sekolah ramah anak adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan terhadap anak (Ndari, 2018). Sehingga hakekat dari pendidikan yaitu memanusiakan manusia, megembangkan potensi dasar peserta didik agar berani dan mampu menghadari problema yang dihadapi tanpa adanya rasa tertekan, mampu dan senang mengaktualisasikan potensi yang dimiliki dapat terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan karena anak berkebutuhan khusus selalu ditemukan disetiap sekolah walaupun dengan jenis dan tingkat gangguan yang berbeda (Indira, 2019).

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan istilah pengganti kata Anak Luar Biasa (ALB) yang berarti anak memiliki kelainan khusus (Dermawan, 2018).

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang berbeda dari anak biasanya dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, komunikasi, tingkah laku social, ataupun ciri secara fisik (Zaitun, 2017). Perbedaan ini tentu memerlukan sebuah modifikasi dalam aktifitas baik pembelajaran maupun bermain ketika di sekolah supaya anak yang berkebutuhan khusus mampu tumbuh dan berkembang dengan kapasitas maksimal. Sejalan dengan modifikasi pembelajaran pada anak yang memiliki kemampuan berbeda ini muncul sebuah konsep pendidikan inklusi. Kesepakatan internasional yang mendorong terwujudnya pendidikan inklusi yaitu Convention on the Rights of Person with Disabilities and Optional Protocol juga menjelaskan, setiap negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan inklusi di tiap tingkat pendidikan (Madyawati & Zubaidi, 2020). Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Hastari & Sujana, 2020) bahwa harapan dari adanya PAUD Inklusi supaya mampu melayani anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam hal pendidikan supaya mereka dapat merasakan pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya.

PAUD Inklusi berbasis sekolah ramah anak merupakan sebuah lembaga yang mengenal dan menghargai anak untuk memperoleh sebuah pendidikan, kesehatan, bermain, terlindungi dari kekerasan dan diskriminasi, mengungkapkan pendapat dengan bebas, dan berperan serta dalam mengambil sebuah keputusan (Wuryandani

& Senen, 2018). Fasilitas untuk menjadikan sekolah itu ramah anak dan sekolah inklusi harus memiliki ruang UKS, kamar mandi yang terpisah antara laki-laki dengan perempuan, kantin sehat, ruang kegiatan belajar mengajar (KBM) yang mampu menunjang ABK, dan infrastuktur yang aman dan dehat juga ruang konseling anak (Alfina & Anwar, 2020).

PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda merupakan salah satu PAUD Inklusi berbasis sekolah ramah anak yang berada di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul, D.I.

Yogyakarta. PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda telah resmi mendeklarasikan sebagai sekolah ramah anak pada tanggal 21 Februari 2022. Selain itu peserta didik yang

(4)

bersekolah di PAUD tersebut tidak hanya tergolong dari anak-anak normal. Namun terdapat 4 orang anak yang memiliki kebutuhan khusus, sehingga PAUD tersebut terintegrasi sebagai PAUD Inklusi dengan basis sekolah ramah anak.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran dan juga kebijakan yang dilaksanakan di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda dalam rangka memberikan hak penuh kepada anak yang berkebutuhan khusus. Sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji terkait upaya yang dilakukan oleh sekolahan tersebut.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif fenomenologis yang bertujuan untuk memaparkan fakta-fakta yang diperoleh dari haril pengamatan dan dokumentasi serta ditunjang sengan wawancara guna mendapatkan pemaknaan yang tepat dari subyek penelitian (Yusuf, 1384). Metode penelitian ini dipilih karena data yang dikumpulkan berupa fakta yang terjadi di lapangan dan jelas terlihat. Data tersebut berupa hasil pengamatan terhadap perilaku social yang muncul ketika anak menggunakan bahan lepasan. Subjek penelitian atau informan terdiri dari kepala sekolah, guru dan juga siswa PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda. Peneliti menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi dalam menggali informasi, sedangkan untuk teknik pengumpulan data, juga untuk menghasilkan data yang relevan, peneliti menggunakan triangulasi dalam analisis data.

Hasil Dan Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda telah menerapkan sekolah ramah anak yang dimana sekolah tersebut terdapat beberapa jumlah anak yang berkebutuhan khusus. Pada dasarnya PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda merupakan PAUD Inklusi yang meskipun predikat inklusi tersebut belum dikeluarkan secara resmi oleh Dinas setempat, namun berdasarkan hasil wawancara dari kepala sekolah menjelaskan bahwa PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda setiap tahun pasti mendapatkan anak yang berkebutuhan khusus, jadi penerapan pembelajaran juga menyeseuaikan kebutuhan anak tersebut. Apalagi PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda sudah mendeklarasikan lembaganya sebagai lembaga yang ramah anak.

Sekolah ramah anak sebenarnya sudah dilaksanakan oleh semua lembaga PAUD, baik nonformal maupun formal, namun secara resmi dari pinak kedinasan meminta untuk semua lembaga mulai dari jenjang PAUD sampai jenjang SMA Sederajat juga ikut mendeklarasikan sekolah yang ramah anak. Supaya deskriminasi terhadap anak yang berkebutuhan khusus ataupun anak yang lama berpikir (bodoh) tidak lagi merasa tertekan dengan pendidik yang selalu menuntut hasil sempurna.

PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda sebagai PAUD Inklusi dalam menerapkan sekolah ramah anak memiliki beberapa tahapan, diantaranya.

(5)

Pemenuhan sarana dan prasarana

Menujunya sekolah yang ramah anak tentu memiliki kualifikasi yamg berbeda dibanding sebelum dideklarasikannya hal tersebut. hal ini dijelaskan juga oleh Kepala Sekolah dari PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda yang menyatakan bahwa,

“Perlu beberapa perombakan dalam mewujudkannya sekolah yang ramah anah, contohnya di lingkungan sekolah tidak diperbolehkan ada lubang atau bagian yang dapat membahayakan anak, sehingga PAUD di sini juga sedang mengusahakan supaya hal-hal yang perlu dilengkapi pelan-pelan kami lengkapi.”

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa selain untuk mewujudkannya sekolah yang ramah anak, tentu juga sebagai pemerhati kepada anak yang berkebutuhan khusus. Dalam cerita yang diberikan oleh kepala sekolah PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda, menjelaskan bahwa selama beberapa tahun terakhir selalu mendapatkan anak yang berkebutuhan khusus, namun berkebutuhan khusus ini lebih ke seperti lambat berbicara, hiperaktif dan lambat dalam berpikir. Belum sampai ke anak yang memiliki kelebihan luar biasa yang berhubungan dengan perubahan fisik. Meskipun demikian, sarana dan juga prasarana yang diberikan sebisa mungkin nyaman ketika digunakan oleh anak normal maupun anak yang berkebutuhan khusus.

Selain itu sarana prasarana yang memenuhi sebagai sekolah yang ramah anak yaitu adanya kamar mandi, dimana indikatir dari kamar mandi terpisah antara laki- laki dan perempuan ini sudah diterapkan di PAUD ini. Jumlah kamar mandi di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda terdapat 6, yang 2 kamar mandi untuk TPA, 2 kamar mandi untuk KB dan juga 2 kamar mandi untuk TK.

PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda ini merupakan program sekolah yang menerapkan full day school. Namun dalam penerapan full day school ini ada beberapa kualifikasi yang diberikan kepada orang tua. Contohnya dalam pemilihan lama belajar juga diberikan kebebasan kepada orang tua untuk memilih. Hal ini dijelaskan pada table 1. di bawah ini

Tabel 1. Pembagian waktu belajar

No. Fasilitas Waktu

1. Half Day 06.30 – 11.00 WIB

2. Half Day Plus 1 06.30 – 12.00 WIB 3. Half Day Plus 2 06.30 – 14.00 WIB

4. Full Day 06.30 – 16.00 WIB

Fasilitas lain yang diberikan oleh PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda yaitu berupa ruang pembelajarannya, dimana jumlah siswa yang berada dalam satu ruangan sudah disesuaikan dengan Permendikbdt. Setiap ruangan memiliki satu guru

(6)

dengan jumlah anak yaitu 12-15 anak. Hal ini meskipun sudah disesuaikan oleh Permendikbud, namun untuk Anak yang berkebutuhan khusus tentu seharusnya memiliki guru pendamping sendiri, dikarenakan anak yang berkebutuhan khusus memerlukan perhatian lebih. Hal ini juga dijelaskan oleh kepala sekolah dari PAUD tersebut bahwa

“Guru kami belum ada yang mengikuti pelatihan secara khusus terkait anak ABK atau PAUD Inklusi mbak, namun karena semua guru kami linear S1nya dari PAUD, maka sedikit demi sedikit tau ilmu yang harus diterapkan.”

Penjelasan yang diberikan oleh kepala sekolah PAUD tersebut, meskipun pendidik belum melakukan diklat atau pelatihan secara khusus, namun pendidik juga berusaha untuk memahami keadaan anak berkebutuhan khusus, dimana anak tersebut diberikan pendampingan lebih ketika kegiatan pembelajaran. Selain itu ketika anak normal diberikan beban kegiatan sebanyak 4 kegiatan, anak yang berkebutuhan khusus diberikan beban sedikit, seperti 2 kegiatan namun terselesaikan dengan tuntas.

Selain itu desain sekolah yang dibuat di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda ini berbeda dengan desain-desain PAUD lainnya. Dimana desain yang dibuat hanya seperti rumah atau tidak adanya gambar-gambar menarik seperti hewan, tumbuhan atau lainyya yang biasa disukai oleh anak. Hal ini dimaksudkan supaya anak beranggapan bahwa sekolah merupakan rumah mereka, sehingga anak akan merasa nyaman ketika belajar di sekolah. Penjelasan tersebut juga diperkuat oleh hasil wawancara dari Kepala Sekolah PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda:

“Desain sekolah kami berbda dengan sekolah TK lain pada umumnya mbak, karena sekolah itu merupakan rumah ke dua, maka kami berkeinginan supaya anak juga memiliki anggapan tersebut. Jadi ketika anak berangkat ke sekolah itu pikirannya anak akan ke rumah. Sehingga anak merasa nyaman ketika anak berpikiran ia sedang di rumahnya, selain itu untuk seragam juga ada yang kami bebaskan, supaya anak tidak monoton dengan belajar menggunakan seragam.”

PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda ini memiliki keunikan yang beragam, sehingga terdapat banyak sekali program-program yang tidak biasa diterapkan di PAUD lain, namun diterapakan di PAUD Aiysiyah Mutiara Bunda ini. Hal ini merupakan bentuk inovasi lembaga yang baik guna meningkatkan kualitas lembaga tersebut juga.

Brainware atau Sumber Daya Manusia

Brainware merupakan para pelaku atau sumber daya manusia yang terlibat, seperti guru, PTT, kepala sekolah, siswa, orang tua siswa, organisasi sekolah, dan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah. Sebagai kunci utama dalam sebuh pembelajaran, guru tentunya harus memiliki ide-ide kreatifnya untuk dapat dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran. Salah satu ide kreatif yang diterapkan di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda yaitu salah satu kegiatan yang diberikan

(7)

menggunakan model pembelajaran STEAM, dikarenakan PAUD Aisyiyah ini masih menggunakan model kelompok, sehingga model pembelajaran STEAM ini baik ketika dapat diterapakn di PAUD tersebut meskipun hanya 1 kegiatan. Hal tersebut bertujuan sebagai tahap awal pengenalan model pembelajaran STEAM. Sehingga sejalan dengan visi dan juga misi dari PAUD Aiysyiyah Mutiara Bunda, dimana isi dari visi dan misi tersebut berupa

VISI: Terwujudnya generasi yang beriman dan bertaqwa, cerdas, mandiri, selalu ceria, serta ramah tamah.

MISI: 1) membiasakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama islam, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukundengan pemeluk agama lain. 2) membangun kemandirian sejak usia dini. 3) menumbuhkan keunggulan secara intensif dengan penuh keceriaan. 4) menumbuhkan sikap dan perilaku ramah tamah agar menjadi pribadi yang berkualitas.

Pembelajaran yang diberikan tak lain supaya anak mampu menjadi mandiri sejak ia berusia dini. Namun tentunya juga terdapat beberapa hambatan yang dialami guru salah satunya tidak adanya guru pendamping ABK yang khusus memahami bidang tersebut, hal tersebut dapat menjadi sangat fatal dikarenakan dalam menerapkan sekolah yang berbasis ramah anak, tentu tidak adanya diskriminasi antara anak yang normal dengan anak yang berkebutuhan khusus, sehingga dengan segenap tenaga guru harus mampu adil dalam memberikan pendampingan.

Pelaksanaan pembelajaran di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda ini sudah dapat dikatakan friendly untuk anak yang berkebutuhan khusus. Dikarenakan dalam proses pembelajaran guru sudah tidak menggunakan meja dan kursi, artinya guru hanya menggunakan karpet dalam berinteraksi oleh anak, sehingga anak memiliki kebebasan dalam belajar. Selain itu, pihak sekolah juga memiliki program dimana setiap hari sabtu kegiatan pembelajaran dilaksanakan di luar ruangan. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan skill anak. Biasanya dalam melaksanakan kegiatan luar sudah ada penanggung jawab dari setiap jenjang lembaga, misalnya untuk minggu pertama yang memiliki tanggung jawab dan juga yang mempersiapakn kegiatan yaitu dari gruru-guru TPA, kemudian untuk minggu ke dua dari guru-guru KB, dan untuk minggu ketiga dari guru-guru TK, dan begitu seterusnya, kecuali apabila dalam satu bulan terdapat 5 minggu, maka untuk minggu ke lima diisi dengan kegiaatn jalan-jalan di sekeliling sekolah.

Brainware lain yang turut andil dalam terlaksananya sekolah ramah anak yaitu pihak lembaga swasta yang sudah melakukan kejasama dengan sekolah. Salah satunya yaitu lembaga kesehatan yang ditangani langsung oleh RS PKU Muhammadiyah Berbah. Kerjasama yang dilakukan biasanya berupa pemeriksaan rutin secara gratis yang dilaksanakan di sekolahan. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini tumbuh kembang anak. Sehingga ketika anak mengalami

(8)

keterlambatan atau kekurangan maka dapat menemukan solusi dengan cepat dan tepat.

Komponen pendukung sekolah ramah anak (SRA)

Selain sarana dan prasana yang mendukung berlakunya sekolah ramah anak, komponen yang berbentuk software juga diperlukan dalam merealisasikan adanya sekolah ramah anak. Pertama yaitu kurikulum di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda yang dibuat mengutamakan kenyamanan anak dan juga meningkatkan kemandirian anak. Hal ini dibuktikan dengan program-program sekolah yang membebaskan anak untuk bereksplorasi, diantaranya kegiatan outing class setiap tahun, outbond kids setiap hari sabtu dengan kegiatan yang bervariasi, kegiatan tengah semester berupa perlombaan, dan kegiatan tutup tahun yang bermacam-macam. Adanya berbagai program yang turut serta melibatkan anak secara langsung ini tentu membuat hati anak merasa senang, karena anak dibebaskan dalam menggali ilmu secara langsung menggunakan lingkungan yang ada di sekitarnya. hal ini juga dijelaskan oleh Kepala sekolah PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda:

“Biasanya kami ada kegiatan rutin setiap sabtu, yang kegiatannya itu outdoor mbak, sehingga anak tidak bosa, kegiatanya itu bertujuan untuk meningkatkan skill anak, berupa gardering, cooking, dan jalan-jalan.”

Namun kurikulum yang dibuat oleh lembaga PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda ini belum memenuhi untuk dapat dikatakan PAUD Inklusi, hal ini dikarenakan isis dari kurikulum tersebut belum ada program ataupun kegiatan yang dikhususkan untuk anak yang berkebutuhan khusus, sehingga kebanyakan anak berkebutuhan khusus mengikuti kegiatan dari anak normal, dan belum ada kegiatan anak normal mengikuti kegiatan khusus dari anak berkebutuhan khusus. Sehingga perlu adanya evaluasi kurikulum dari PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda mengingat setiap tahun PAUD tersebut selalu menerima ABK.

Selain kurikulum, PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda juga telah menandatangani deklarasi sekolah ramah anak yang berisikan dimana setiap warga sekolah wajib melaksanakan isi dari deklarasi tersebut, diantaranya: meningkatkan keimanan dan ketaqwaan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap, mewujudkan sekolah aman, nyaman, bersih, sehat, hijau, dan inklusif bagi perkembangan pesera didik, menghargai hak-hak anak, menjadi motivator, fasilitator sekaligus sahabat bagi peserta didik, menciptakan sekolah bebas dari kekerasan fisik dan non fisik, menciptakan lingkungan sekolah bebas rokok, minuman keras dan napsa, membangun suasana sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan tempat pendidikan setelah keluarga, menciptakan lingkungan sekolah bebas vandalism, pronografi, dan pornoaksi. (Pemerintah Pundong, 2022).

Berdasarkan deklarasi tersebut, dapat dianalisis bahwa dalam mewujudkan PAUD Inklusi memang sejalan dengan adanya sekolah yang ramah anak, dimana dalam pemberian hak kepada anak diharapkan dapat adil. Karena tidak sedikit orang

(9)

tua yang mengetahui anaknya memiliki kebutuhan khusus merasa khawatir apabila anaknya tidak diberikan hak yang sama. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maftuhin, 2018) bahwa kebanyakan orang tua merasa khawatir apabila anaknya tidak dapat berinteraksi dengan baik dengan teman yang lain.

Sangat wajar apabila orang tua memiliki rasa khawatir kepada anaknya dikarenakan anak memiliki kebutuhan khusus, namun di PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda telah menerapkan system terbuka kepada semua orang tua, terutama ketika sekolah tersebut memiliki anak yang berkebutuhan khusus. Hal ini dilakukan supaya orang tua dari anak yang normal dapat memaklumi anak-anak yang berperilaku aneh, dan juga harapannya orang tua dari anak yang normal juga mampu memberikan penjelasan kepada anaknya supaya anaknya mampu menerima keadaan temannya yang memiliki kelebihan tersebut. Penjelasan adanya anak yang berkebutuhan khusus ini biasanya disampaikan ketika ada kegiatan parenting, baik melalui zoom meeting atau secara langsung. Selain itu, pihak sekolah juga melakukan pendekatan yang lebih kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, dikarenakan masih ada orang tua yang belum mau menerima keadaan anaknya, dan bahkan memaksakan anaknya supaya dapat seperti anak yang lain. Hal ini dijelaskan oleh kepala sekolah PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda:

“Memang masih ada satu, dua orang tua yang belum mau menerima keadaan anaknya mbak, tetapi ada juga orang tua yang sudah menyadari keadaan anaknya.

Biasanya orang tua yang sudah menyadari tersebut sering bertanya-tanya kepada pihak sekolah dalam memecahkan sebuah masalah, jadi ada keterkaitan antara pihak sekolah dengan orang tua.”

Sebagai brainware yang berpengaruh dalam penerapan PAUD Inklusi yang berbasis sekolah ramah anak, orang tua memang diharapkan untuk tidak memandang sebelah mata anak yang berkebutuhan khusus, sehingga dalam kegiatan yang berkontribusi dengan orang tua, pihak sekolah selalu menekankan untuk memberikan penyetaraan perlakuan kepada anak yang berkebutuhan khusus, supaya orang tua tidak beranggapan bahwa anak yang berkebutuhan khusus biasa dikategorikan ‘sakit’ atau ‘cacat’, maka perlakuan yang diberikan adalah

‘menormalkan’ atau ‘menyembuhkan’ anak yang berkebuthan khusus (Maftuhin, 2017).

Sekolah ramah anak (SRA) di PAUD Inklusi merupakan perpaduan dari deklarasi SRA, dan juga kebijakan PAUD Inklusi. Untuk terwujudnya sekolah yang ramah anak menurut (Alfina & Anwar, 2020) lembaga pendidikan setidaknya harus memenuhi enam komponen persyaratan diantaranya: 1) komitmen tertulis sebagai sekolah yang ramah anak, 2) pembelajaran yang friendly, 3) tenaga pendidik dan pendidik memiliki pemahaman dalam kebijakan sekolah yang ramah anak, 4) sarana dan prasarana yang mendukung sekolah ramah anak, 5) partisipasi anak, dan 6) partisipasi dari semua pihak. Untuk itu harapannya PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda

(10)

setelah mendeklarasikan sebagai sekolah yang ramah anak, juga mampu melaksanakan PAUD Inklusi yang sejalan dengan kebijakan sekolah ramah anak.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa PAUD Aisyiyah Mutiara Bunda dalam membentuk PAUD Inklusi yang berbasis ramah anak sudah memenuhi beberapa ketentuan yang harus dilaksanakan, diantaranya adanya sarana dan prasarana yang mendukung untuk anak normal dan anak berkebuthan khusus. Hal ini patut menjadi contoh bagi PAUD Inklusi lain dalam menerapkan sekolah yang ramah anak. Selain itu sarana prasarana, keterlibatan sumber daya manusia juga merupakan komponen penting dalam terlaksananya PAUD Inklusi yang berbasis sekolah ramah anak. Karena sekolah ramah anak memiliki tujuan yang sama dengan PAUD Inklusi, yaitu penyetaraan hak anak dan juga pemberian perlakuan yang sama antara anak berkebutuhan khusus dengan anak yang normal.

Daftar Pustaka

Akmal. (2015). HAK ASASI MANUSIA. UNP Press Padang. %0APelaksanai%0AStujenbnu tlleoty di Indo-esia suda’~ c’.imuIzi rnelalui peratur;%0AKe tetapan MPRS Nc. X?:/

MI’RS/ 1996, yang diperkua ! dengi%0Adengan ketetapan MPX selanjutnya,ycdtu:

Undang - Lnd.~ng Das%0A1945, Ketetay an MPR, Yndang-Undan g dan Perpu

Alfina, A., & Anwar, R. N. (2020). Manajemen Sekolah Ramah Anak Paud Inklusi. AL- TANZIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(1), 36–47.

https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v4i1.975

Ardiansyah. (2022). Mengkhawatirkan, 45% Anak Indonesia Jadi Korban Cyber Bullying.

Kabar Jakarta. https://www.kabarjakarta.com/posts/view/2768/mengkhawatirkan-45- anak-indonesia-jadi-korban-cyber-bullying.html

Artadianti, Kiki, R., & Subowo, A. (2019). Implementasi Sekolah Ramah Anka (SRA) Pada Sekolah Percontohan Di SD Pekunden 01 Kota Semarang Sebagai Upaya Untuk Mendukung Program Kota Layak Anak (KLA). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. DOI: 10.14710/jppmr.v6i3.16683

Dermawan, O. (2018). Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di Slb.

Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(2), 886–897.

https://doi.org/10.15575/psy.v6i2.2206

Hastari, Y. N., & Sujana, I. W. (2020). Pelaksanaan Program Paud Inklusi Berbasis Pendidikan Islam: Studi Kasus Di Ra Anak Emas Kota Denpasar. Journal for Lesson

and Learning …, 3(3), 469–476.

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JLLS/article/view/29419.

DOI: https://doi.org/10.23887/jlls.v3i3.29419

Indira, E. W. M. (2019). Kurikulum PAUD Inklusi dalam Menghadapi Era Industri 4 . 0.

Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana 2019 UNNES, 575–578.

(11)

KEMEN PPPA. (2014). PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA ر. In KEMEN PPPA (Vol. 8, Issue 33, p. 44).

KPAI. (2022, January 24). Catatan Pelanggaran Hak Anak Tahun 2021 dan Proyeksi Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Anak Tahun 2022 | Komisi Perlindungan

Anak Indonesia (KPAI). Publikasi, Siaran Pers.

https://www.kpai.go.id/publikasi/catatan-pelanggaran-hak-anak-tahun-2021-dan- proyeksi-pengawasan-penyelenggaraan-perlindungan-anak-tahun-2022

Madyawati, L., & Zubaidi, H. (2020). Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus di PAUD Inklusi. Insania: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 25(1), 1–13.

http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/3291

Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif: Asal-Usul, Teori Dan Indikator.

Tataloka, 19(2), 93. https://doi.org/10.14710/tataloka.19.2.93-103

Maftuhin, A. (2018). Hambatan Inklusi Mahasiswa Difabel Dalam Kuliah Kerja Nyata (Kkn) Di Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 12(2), 331. https://doi.org/10.21043/edukasia.v12i2.2735

Ndari, S. S. (2018). Peran Guru Dan Orangtua Dalam Implementasi. 1, 480–496.

Pemerintah Pundong. (2022). Deklarasi Sekolah Ramah Anak SD MI Maulana Magribi - Website Kalurahan Panjangrejo. https://panjangrejo-bantul.desa.id/first/artikel/2516- Deklarasi-Sekolah-Ramah-Anak-SD-MI-Maulana-Magribi

Putri, A., & Akmal, A. (2019). Sekolah Ramah Anak: Tantangan dan Implikasinya Terhadap Pemenuhan Hak Anak. Journal of Civic Education, 2(4), 228–235.

https://doi.org/10.24036/jce.v2i4.190

Putri, Y., & Rahaju, T. (2020). Implementasikebijakan Sekolah Ramah Anak Di Sma Negeri

3 Kota Kediri. Publika.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/32042%0Ahttps://ejournal.un esa.ac.id/index.php/publika/article/download/32042/29063.

DOI: https://doi.org/10.26740/publika.v8n1.p%25p

Subur, & Qosim, M. . (2018). Implementasi sekolah ramah anak dalam membentuk budaya sekolah di SDN Geger Tegalrejo. (pp. 353–357). Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA).

Wuryandani, W., & Senen, A. (2018). Implementasi pemenuhan hak anak melalui sekolah ramah anak Informasi artikel ABSTRAK Sejarah artikel: Diterima Revisi Dipublikasikan. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 15(1), 86–94.

https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/index. Doi :10.21831/jc.v15i1.19789

Yulianto, A. (2016). Pendidikan Ramah Anak: Studi Kasus SDIT Nur Hidayah Surakarta. At- Tarbawi: Jurnal Kajian Kependidikan Islam, 1(2), 137–156.

Yusuf, M. (1384). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.

Kencana.

Zaitun. (2017). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Kreasi Edukasi.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata

(3) Pada kurun waktu 2004-2008, Indonesia mempunyai daya saing yang kuat atau Indonesia cenderung sebagai negara pengekspor dari komoditas kopi robusta (suplai

Suhu vulkanisasi dan bahan pengisi pati singkong modifikasi berpengaruh terhadap sifat mekanik vulkanisat seal radiator , meliputi kekerasan, tegangan putus,

Tradisi dalam konsep Bali berkaitan dengan teks mitos bulu geles disebut Nandaka (kidung Nandaka Harana). Keunikan dari teks mitos bulu geles ini adalah dalam era

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 100 orang mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, didapatkan adanya hubungan yang positif sedang dan

Dapat dilihat dari tabel anava nilai signifikansi 0,042<0,05 artinya signifikan pengaruhnya terhadap konsumsi bahan

lakukan terutama dari segi las listrik bisa juga K-.tapi tujuan sa$a bukan han$a dalam bidang sa$a saja, melainkan semuan$a $ang akan sa$a pelajari... Karna tujuan sa$a

Struktur tugas yang melibatkan semua anggota dengan baik, maka struktur kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat..