• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDI KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDI KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN) SKRIPSI"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLA PENDIDIKAN KELUARGA

DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK

(STUDI KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA

PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NUR ASYIYAH

111-11-157

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

POLA PENDIDIKAN KELUARGA

DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK

(STUDI KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA

PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NUR ASYIYAH

111-11-157

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

 Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

 Hai orang-orang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka (at Tahrim 6)

 “Dan kami di perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

dua orang ibu-bapaknya: ibunya yang mengandungnya dalam

keadaan lemah yang bertambah, dan menyapihnya dalam dua

tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,

hanya kepada-kulah kembalimu” (luqman 14)

 Lebih baik menyalakan satu lilin daripada mengutuk kegelapan.

 Jika tidak dapat mengubah nasib maka ubahlah sikap.

 Percaya diri adalah cara untuk meraih sukses.

 Manusia akan mati tapi bakat teteap abadi.

 „‟Dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan sombong‟‟

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, terutama Ibuku Mujiyati dan ayahku M.Ridwan

yang senantiasa mendoakan, mencurahkan kasih sayang, mengorbakan jiwa

dan raga untuk membahagiakan keluarga dan yang tak pernah putus

memberikan nasehat. Semoga selalu sehat dan selalu dilindungi Allah.

2. Adikku tersayang Nur Cholis yang senantiasa memberikan semangat serta

kebahagiaan sehingga membuatku termotivasi untuk berbuat lebih baik.

Semoga selalu sukses dan mendapat rahmat Allah.

3. Keluarga besarku, terutama kakek nenek tersayang Mbah Bati, Mbah Gito

yang selalu mendoakanku. Saudaraku Mbak Yekti, Mak Siti, Mbk Kayah,

Prihati, Ngatiyah, Abas, Sugeng, Agus, yang Selalu memotivasi.

4. Kepada beliau Bapak, Muh. Hafidz M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang

senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan penuh ketulusan

dan kesabaran.

5. Untuk semua teman-teman seperjuangan di Kampus yaitu kelas PAI D

angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, teman-teman UKM

dan Alfian Candra M yang selalu memberikan semangat dan menemaniku

(9)

ix

Alhamdulillahi robil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas

kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang

tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pola

Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak (Study Kasus Pada

Keluarga Di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda Tegalwaton Tengaran)”. Shalawat

serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para

pengikut setianya.

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulisan

skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak

yang telah membantu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak, Muh. Hafidz, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(10)

x

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah membekali

berbagai ilmu pengetahuan, dan membantu sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Ayah, Ibu dan keluarga tercinta yang telah mengasuh, mendidik,

membimbing serta memotivasi, baik moral maupun spiritual.

8. Teman sekaligus sahabatku (Enggar, Lely, Luluk, Iza, Lilis, Laila, Hamidah,

Eva, Wulan, Arip, Fatikin, Riyanto, Imam ) yang selalu membantu dan

memberi semangat.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga

amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan yang perlu

diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna perbaikan penuliasan di masa yang akan datang. Semoga hasil

penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada

umumnya.

Salatiga, 07 September 2016

Penulis

(11)

xi ABSTRAK

Asyiyah, Nur. 2016.Pola Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak

(Studi Kasus pada Keluarga di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda Tegalwaton, Tengaran ). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

Kata Kunci : Pola Pendidikan Keluarga, dan Pembentukan Akhlak Anak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh dampak lingkungan wisata pacuan kuda terhadap akhlak anak-anak dan remaja dusun Ngelo Tegalwaton, terutama pergaulan yang kurang terkontrol, serta pergaulan di lingkungan wisata kuda yang kurang efektif dalam mendorong anak-anak dan remaja dusun setempat dalam hal pendidikan. Maka dari itu keluarga harus mempunyai pola pendidikan untuk anak dalam pembentukan akhlak yang baik. Sebagai contoh, di lingkungan wisata berkuda ini terdapat dampak positif dan negatif, dampak negatifnya pada anak yang duduk di bangku SD sekolahnya teralihkan dalam pekerjaan merawat kuda, remaja yang ikut-ikutan mencoba miras dan para orangtua yang resah dengan pergaulan anak-anaknya di lingkungan yang banyak pendatang. Dampak positif dari lingkungan wisata kuda ini yaitu dalam segi perekonomian, para pengangguran warga setempat mendapat peluang pekerjaan sebagai perawat kuda, joki, peluang untuk berjualan, mendirikan warung makan dan mendirikan kandang kuda.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata pacuan kuda ini, agar anak terbekali pendidikan yang baik oleh lingkungan keluarganya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan obsevasi, wawancara dan dokumentasi dan teknik analisis data pengumpulan data, model data dan penarikan kesimpulan.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO... i

LEMBAR JUDUL ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... X DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... xi xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah... 11

C.Tujuan Penelitian ... 12

D.Kegunaan Penelitian ... 12

1. Kegunaan Teoritik ... 12

2. Kegunaan Praktik ... 12

(13)

xiii

1. Pendidikan Keluarga... 13

2. Pembentukan Akhlak... 13

F. Metode Penelitian... 14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 14

2. Kehadiran Peneliti ... 15

3. Lokasi Penelitian ... 15

4. Sumber Data ... 16

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 16

6. Analisis Data ... 17

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 18

8. Tahap-tahap Penelitian ... 19

G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 22

A. Pendidikan Keluarga... 22

1. Pengertian pendidikan... 22

2. Pengertian Keluarga... 3. Pola Asuh Orangtua 25 28 B. Pembentukan Akhlak... 32

1. Pengertian Akhlak... 32

(14)

xiv

5. Ruang Lingkup Akhlak...

6. Ciri-ciri Akhlak...

7. Fungsi Akhlak...

8. Tujuan Pembinaan Akhlak...

9. Pembentukan dan pembinaan Akhlak...

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...

34

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

1. Letak Geografis ... 42

2. Kondisi Monografi ... 43

3. Sejarah Singkat Dusun Ngelo Tegalwaton...

4. Temuan Tentang Lapangan Pacuan Kuda...

B.Gambaran Informan ...

C.Temuan Penelitian ...

1. Deskripsi Pola Pendidikan Keluarga dalam

Pembentukan Akhlak Anak (Study kasus pada keluarga

di lingkungan wisata pacuan kuda desa tegalwaton…..

47 A.Pola pendidikan Keluarga di lingkungan wisata pacuan

kuda...

74

B.Pembentukan Akhlak anak di Lingkungan wisata pacuan

kuda... 80

(15)

xv

A.Kesimpulan ... 81

B.Saran ... 82

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Jumlah penduduk Menurut Usia...43

2. Tabel 3.2 Jumlah penduduk menurut Agama...44

3. Tabel 3.3 Jumlah penduduk menurut pendidikan...44

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 2 SURAT TUGAS PEMBIMBING LAMPIRAN 3 SURAT IZIN PENELITIAN LAMPIRAN 4 SURAT BALASAN

LAMPIRAN 5 LEMBAR KONSULTASI LAMPIRAN 6 SKK

LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI KEGIATAN

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, baik sebagai

makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Ini berarti pendidikan

merupakan suatu kebutuhan hidup yang asasi bagi manusia yang harus

dilindungi. Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan

pendidikan atau pengajaran, tanpa ada perbedaan. Oleh sebab itu, dalam

penyelengaraan pendidikan diperlukan hukum dan peraturan yang

mengaturnya, sehingga pendidikan dapat berjalan secara baik.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa

Pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1

Ayat 1). Sementara Pendidikan Nasional dimaknai sebagai pendidikan yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2).

Sementara tujuan pendidikan kewarganegaraan sebagai bagian dari

Pendidikan Nasional adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran

bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan

(19)

2

para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan

menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu juga

bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur,

berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan

produktif serta sehat jasmani dan rohani (Ramadhan, 2011: 03).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pendidikan pada

hakekatnya dimaknai sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan

dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu

pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat

dan pemerintahan. Begitu urgennya pendidikan bagi anak tentu akan muncul

perbedaan antara anak yang mendapatkan pendidikan dan mereka yang

kurang beruntung dan tidak mendapatkan pendidikan dalam arti yang

sebenarnya.

Pendidikan dalam arti yang sebenarnya membantu mengembangkan

potensi-potensi peserta didik kearah yang baik dan lebih baik, pendidikan

tidak hanya transfer pengetahuan (transfer of knowledge), lebih dari itu

pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Dalam proses

pendidikan akan muncul proses belajar mengajar baik dalam kelas atau di luar

kelas, dan akan muncul proses komunikasi antara guru dan murid yang

intensif dan dialogis, serta penanaman nilai-nilai luhur atau mulia. Melalui

pendidikan juga murid-murid mengadopsi nilai sosial, dan diterapkan dalam

(20)

3

Oleh karena itu, pendidikan dapat pula dimaknai sebagai proses

pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang

yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan

orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak, akan tetapi bimbingan

orang tua dan keluargalah yang sangat berpengaruh. Dengan kata lain, orang

tua sangat dominan dalam proses pendidikan dalam arti yang sebenarnya

kepada anak-anaknya.

Pendidikan dalam keluaraga adalah tanggung jawab orang tua, dengan

peran ibu lebih banyak, karena ayah biasanya pergi bekerja dan tidak banyak

waktu yang tersedia dirumah. Meskipun demikian peran ayah juga sangat

penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman bagi anak-anaknya.

Jika anak sudah mendekati remaja, peran ayah sebagai penasehat juga

penting, karena bisa memberikan pelajaran atau aspek yang berbeda dari yang

diberikan oleh ibu, maka dari itu hubungan ayah dan anak terbatas karena

sibuknya bekerja, maka ayah harus sering meluangkan waktunya dalam

berbagai kesempatan.

Pendidikan dalam keluarga dapat memberi pengaruh besar terhadap

karakter dan akhlak anak, sebab itu kunci utama untuk menjadikan pribadi

anak yang saleh, lebih baik adalah peran orang tua. Dalam kenyataannya,

karakter anak berbeda-beda, ada yang mudah untuk dididik dengan baik, dan

ada juga yang susah untuk dididik dengan baik, tidak heran karena anak

mempunyai egoisme yang berbeda, akan tetapi orang tua harus berusaha

sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk anak, agar akhlaknya menjadi

(21)

4

Orang tua harus bisa memberikan pelajaran atau memberi contoh yang

baik untuk membangun akhlak anak-anaknya dalam kehidupan

sehari-hari.orang tua dapat mengambil contoh dari akhlak Nabi Muhammad SAW,

atau mungkin orang tua yang secara tidak langsung mencontohkan perilaku

baik di hadapan anak-anaknya, seperti menjalankan sholat lima waktu denga

tepat, banyak bersodaqah. Dengan demikian secara tidak langsung, anak akan

melakukan kebiasaan atau perilaku baik lainnya yang dilakukan

olehorangtuanya tersebut. Akan tetapi sebaliknya, bila dirumah orang tua

berperilaku kurang baik atau tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya,

mungkin dirumah, ibu terlalu cuek dengan anak, bertengkar didepan anak, itu

semua akan memberi pengaruh buruk untuk anak,dengan secara tidak

langsung orangtua telah memberi contoh akhlak yang tidak baik.

Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah

SAW:

ِوِناَسِّجَمُيَو ِوِناَرِّصَنُيَو ِوِناَدِّىَهُي ُهاَىَبَأَف , ِةَرْطِفْلا ًَلَع ُذَلْىُي الَِّإ ٍدىُلْىَم ْنِم اَم

)يراخبلا هاور(

Artinya:“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.”(HR

Bukhari).

Dengan ini orang tualah yang menjadi peran utama dan penanggung

jawab atas anak-anaknya. Jadi pola pendidikan keluaraga terutama orang tua

itu sangatlah penting bagi pendidikan anak-anaknya dan masa depan mereka.

Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam

kehidupan anak,karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk

(22)

5

kemudian hari. Keluarga memberikan dasar pembentukan akhlak dan

pendidikan anak yang utama.

Peran pendidikan keluarga sangat penting, dari pengertian keluarga

adalah kumpulan beberapa oranag yang karena terikat satu turunan lalu

mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, enak dan

berkehendak bersama-sama memperteguh hubungan itu. Keluarga

mempunyai peran atau tugas sebagai orang tua, peran ayah sebagai suami dari

istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan

pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarg, sebagai anggota dari kelompok

masyarakat atau sosial di lingkungannya.

Peran ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anak, ibu juga mempunyai

peran mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

sebagai pelindung dan sebagai anggota kelompok sosial di masyarakatnya.

Disamping itu, ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan.

Anak melaksanakan peran sesuai dengan tinggkat perkembanganya baik

fisik,mental, sosial maupun spiritual. Jadi didalam keluarga mempunyai peran

masing-masing, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi kejiwaan anak

dan dampaknya akan terlihat sampai berusia dewasa.

Suasana yang nyaman dan penuh kasih sayang akan berdampak baik,

dan akan membuat seorang anak mampu beradaptasi dengan dirinya sendiri,

dengan keluarganya dan dengan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, proses

pendididkan memerlukan program yang terpadu dan terarah, agar tidak

menghilangkan peran orang tua terhadap pembentukan akhlak anak, maka

(23)

6

kepada anak. “Akhlak sendiri yaitu bedi pekerti, atau tingkah laku. Manusia

akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan

segala akhlak tercela” (Mansur, 2005: 221).

Akhlak juga dimaknai sebagai sebuah sistem yang lengkap yang

terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat

seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk

kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan

dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang

berbeda-beda.

Terkadang definisi akhlak atau moral sebagaimana disebut di atas

dalam batas-batas tertentu berbaur dengan definisi kepribadian, hanya saja

perbedaan yang pokok antara keduanya sebagai berikut: moral lebih terarah

pada kehendak dan diwarnai dengan nilai-nilai, kepribadian mencakup

pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku (Mahmud, 2004: 27).

Akhlak merupakan sistem nilai yang bersumber pada al-Qur‟an, sebagai wahyu Allah yang tidak diragukan keasliannya dan kebenarannya.

Pembinaan akhlak dalam keluarga akan berjalan dengan baik, apabila orang

tua sebagai pembimbing utama, sekaligus contoh memberikan tauladan

melalui pembiasaan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Pembiasaan seperti melaksanakan ajaran agama Islam (beribadah), berpuasa

di bulan suci Ramadhan, atau interaksi yang harmonis dalam keluarga, akan

(24)

7

Berbagai metode dapat diterapkan orang tua. Metode mendidik dapat

dilakukan dengan membuat senang dan ataupun membuat takut.

Metode-metode ini, dapat diterapkan dalam mendidik akhlak anak,bisa melalui

percakapan, bisa dengan menceritakan kisah tauladan Nabi Muhammadatau

yang lainya. Disini akhlak menjadi penting ketika dalam kehidupan bersosial

maupun individu.

Dengan demikian jelasnya bahwa yang dibuat ukuran akhlah bukanlah

perilaku seseorang semata, seseorang memberikan pertolongan kepada orang

lain belum dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik, apabila seseorang

itu terdorong oleh hati ikhlas dan rasa kasihannya terhadap bangsa, maka

dapat dikatakan berakhlak atau berbudi pekerti baik. Akan tetapi bila

mempunyai tujuan tertentu ingin mengharapkan pujian atau pamprih, maka

tidak dapat dikatakan berakhlak atau berbudi pekerti baik. Jadi akhlak adalah

masalah kejiwaan, bukan masalah perbuatan sedangkan yang nampak berupa

perbuatan itu sebagai tanda atau gejala akhlak.

Akhlak menjadi ukuran tinggi rendahnya derajat seseorang, sekalipun

orang itu pandai, namun suka melanggar norma-norma agama atau suka

melanggar peraturan-peraturan pemerintah, maka orang tersebut tidak

dikatakan orang yang mulia. Akhlak tidak hanya menentukan tinggi

rendahnya derajat seseorang, akan tetapi mencakup pula derajat masyarakat.

Tujuan orang tua mendidik akhlak anak adalah menciptakan

anak-anaknya supaya menjadi manusia yang tinggi, berderajat dan sempurna, agar

(25)

8

masyarakat dan agar membedakan dari seseorang yang lain yang tidak

mendapat pendidikan akhlak. Orang tua pasti ingin melihat anaknya berbakti.

Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam membudayakan

manusia. Melalui pendidikan, kepribadian dibentuk dan diarahkan sehingga

dapat membentuk derajat kemanusiaan sebagai makhluk berbudaya yang

berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.

Demikian pula peran pendidikan dikalangan umat islam merupakan salah satu

bentuk manifestasi cita-cita hidup untuk melestarikan, mengalihkan dan

menampilkan nilai-nilai kultural religius yg dicita-citakan dapat berfungsi dan

berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi (Uhbiyati,

1997: 4).

Pendidikan pertama dilakukan di lingkungan keluarga, pada tahap ini

peran orang tua sangat menentukan proses masa depan anak. Orangtua bisa

mendidiknya mengenai cara makan, cara berpakaian, berbicara atau mungkin

mendidik ilmu-ilmu agama misalnya tentang akhlak yaitu cara bertamu

dengan mengucapkan salam dan sebagainya. Yang terpenting harus di ajarkan

tentang cara-cara beragama, agar menjadi generasi penerus muslim yang

dibanggakan.

Jika kita lihat catatan sejarah pra abad ke 19 tentang Pendidikan

Agama Islam tingkat dasar yang menginformasikan bahwa sebagian keluarga

muslim melaksanakanya sendiri pendidikan agama dasar untuk anak anak

mereka yang diajarkan oleh orang tua, kakak laki-laki, atau kakak

(26)

9

Sementara itu menurut Snouck Hurgronje yang dikutip oleh Saerozi

(2013: 22) bahwa keluarga yang kurang memiliki kompetensi agama,

menyerahkan anak-anaknya untuk mempelajari dasar-dasar agama kepada

orang lain, seperti tetangga, kiai, modin, atau lebih yang biasanya membuka

pengajian di langgar, serambi masjid, atau rumahnya sendiri.

Berdasarkan pendapat Hurgronje tersebut, maka pendidikan sudah

tidak di keluarga lagi. Untuk itu pendidikan yang kedua setelah di keluarga

yaitu di sekolah. Pada tahap ini yang berperan aktif dalam mendidik anak

adalah pendidik atau guru. Guru sebagai pengganti orang tua di sekolah yang

akan membantu menentukan perkembangan anak.

Selain pendidikan keluarga dari orang tua yang diberikan untuk

mendidik akhlak anak dan sangat berpengaruh sekali terhadap pendidikan di

luar contoh lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap akhlak anak, maka

sebagai orang tua harus selalu memantau dalam pergaulan dan perkembangan

anak. Bermacam-macam problem di zaman sekarang tentang pola asuh orang

tua, yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat. Artinya setelah melalui

kedua proses pendidikan tersebut diharap dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Masyarakat yang baik, maju dan berpendidikan pasti akan

berpengaruh baik juga terhadap orang disekelilingnya baik anak-anak, remaja

dan orang tua. Sebaliknya lingkungan masyarakat yang kurang efektif, yang

lingkunganya mayoritas penduduk banyak pengangguran, hobi bermaksiat

dan sering membuat kekacauan pasti dampaknya ke semuanya, walaupun

(27)

10

akan berdampak kepada penduduk entah itu anak-anak, remaja maupun orang

tua.

Jadi orang tua harus mempunyai pola pendidikan sendiri agar anak

tidak mudah terpengaruh lingkungan sekitar. Jangan terlalu dikekang dan

jangan terlalu dibebaskan. Orang tua harus mengetahui karakter anaknya

terlebih dulu, karena setiap individu mampunyai karakter dan pikiran yang

berbeda-beda agar mudah orang tua dalam mendidik.

Dalam kenyataan di dusun Ngelo Rt.22/06 dan Rt.23/06 desa

Tegalwaton, pendidikan anak masih kurang karena lingkungan yang

didominasi oleh pemuda pendatang, mempengaruhi penduduk sekitar dusun

Ngelo Rt.22/06 dan Rt.23/07 desa Tegalwaton yang mempunyai kebiasaan

merawat kuda, dan menjadi joki kuda, disamping itu pemuda-pemuda desa

setempat terpengaruh oleh peluang kerja untuk merawat kuda dan menjadi

joki kuda tersebut, bahkan anak-anak yang duduk di bangku SD ikut serta

bergaul dan sedikit lebih tahu dalam pekerjaan sebagai perawat kuda tersebut,

sehingga mereka ikut terbiasa membantu merawat kuda, dan menjadi

pekerjaan sehingga melupakan akan kewajiban sekolahnya melainkan lebih

mengutamakan bekerja untuk merawat kuda tersebut.

Mereka tidak sadar akan pergaulan pemuda yang biasa merawat kuda

tersebut kurang baik untuk anak-anak yang seharusnya baru mengenyam

pendidikan, karena jelas menggangu waktu belajarnya. Ada kelebihan dan ada

kekurangan dalam lingkungan wisata berkuda tersebut, dari segi positifnya

cenderung keperekonomian yaitu tercipta lapangan pekerjaan bagi

(28)

11

seharusnya masih sekolah terganggu dengan pekerjaan, pendidikan akhlak

menjadi kurang di dapatkan.

Dari segi pola pendidikan keluarga dusun setempat bermacam-macam,

untuk mengarahkan anak-anaknya pada pergaulan dan pembentukan akhlak

yang didominasi oleh pemuda pendatang yang kurang mengutamakan

pendidikan akhlaknya, yang otomatis mempengaruhi pergaulan dan akhlak

pemuda-pemudi dan anak-anak di dusun Ngelo Rt.22/06 sampai Rt.23/06.

Dusun Ngelo ini termasuk dusun yang kecil, ada 2 RT, 1 RW dan

Bayan 1 ikut dengan dusun Rekesan. Jumlah KK dusun Ngelo hanya 97, dan

jumlah KK Se bayan Ngelo-Rekesan ada 200an KK, jadi saya fokuskan ke

dusun Ngelo saja yang nanti saya akan wawancara dengan keluarga

dilingkungan wisata pacuan kuda ini, dan saya akan krucutkan jawaban dan

hasinya menjadi beberapa orang saja untuk mewakili hasil penelitian saya,

dengan memilih informan tokoh masyarakat dan para orang tua dikeluarga

tertentu.

Dari uraian dan pemikiran tersebut, penulis terdorong untuk meneliti

seberapa jauh pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak yang

penulis rangkum dengan judul: POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM

PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA

DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON

(29)

12 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola pendidikan keluarga pada lingkungan wisata pacuan

kuda?

2. Bagaimana peran pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di

lingkungan pacuan wisata kuda?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola pendidikan keluarga pada lingkungan wisata

pacuan kuda.

2. Untuk mengetahui peran pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak

anak di lingkungan wisata pacuan kuda.

C. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat diambil manfaatnya,

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan, kasusnya dunia penelitian serta

memberikan teori tentang pentingnya pola pendidikan keluarga dalam

pembentukan akhlak anak.

2. Secara praktis

a. Untuk masyarakat

1) Sebagai informasi bagi masyarakat, calon mahasiswa, calon orang

(30)

13

2) Sebagai penyadaran untuk para orang tua dalam hal mendidik

anak.

D. Penegasan Istilah

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam skripsi ini, maka

perlu kiranya peneliti menjelaskan kata-kata yang terkandung di dalam

penelitian ini, adapun kata-kata yang terdapat dalam skripsi ini, sebagai

berikut:

1. Pendidikan Keluarga

Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam diluar sekolah dan

berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung

jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan.

Keluarga

Dari pengertian keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang

karena terikat satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu

gabunagn yang hakiki, enak dan berkehendak bersama-sama

memperteguh hubungan itu. Keluarga terdiri dari kepala keluarga (Ayah),

Ibu dan Anak.

2. Pembentukan Akhlak

Pembentukan akhlak yaitu usaha sungguh-sungguh dalam rangka

membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan

yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan konsisten (Nata.

(31)

14

Jadi pengertian judul secara keseluruhan, pola pendidikan

keluargadalam pembentukan akhlak anak, pencapaian tujuan secara tepat

dengan model atau cara dalam pendidikan usaha sadar yang dilakukan

keluarga khususnya ibu dan bapak, dalam pembentukan budi pekerti, tingkah

laku yang baik untuk anak. Pada intinya yaitu, pola pendidikan yang diberikan

keluarga dalam pembentukan akhlak anak.

E. Metode Penelitian

Metodologi penelitian ialah ilmu tentang metode-metode yang akan

digunakan dalam melakukan suatu penelitian. Adapun metode yang

digunakan dalam pengumpulan data ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,

dengan maksud menafsirkan fenomenan yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian

ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan

maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan

yang dimanfaatkan untuk peneliti kualitatif adalah berbagai macam

metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya

dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen

(Moleong, 2009: 5).

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif,

(32)

15

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu

keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan

(Arikunto, 2005: 234).

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian,

artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan

pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah:

Pertama, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak bersetruktur,

dengan pemahaman tentang sikap sosial yang dimiliki oleh peneliti,

sehingga memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan untuk

wawancara secara mendalam. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi

dengan obyek dengan menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab

dan mudah di pahami, sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti

dan informan. Ketiga, peneliti menggumpulkan dan mencatat data secara

terperinci dengan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti (Sugiyono, 2006:12).

3. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah di lingkungan wisata pacuan kuda

khususnya dusun Ngelo Rt.22 dan Rt 23 desa Tegalwaton Tengaran,

yang beralamatkan di dusun Ngelo, Rt22/Rw06, desa Tegalwaton, Kec.

Tengaran, Kab. Semarang. Desa ini terkenal dengan desa koboy, atau

desa wisata pacuan kuda, dari mulai tahun 2005-sekarang masih aktif

(33)

16 4. Sumber Data

a. Sumberdata primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data

primer dapat diperoleh dari ibu, bapak, keluarga, ketua RT di

lingkungan pacuan kuda Tegalwaton Tengaran.

b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misal melalui orang lain

atau melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data

sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah

atau koran serta hasil penelitian lainya. Sumber data sekunder dalam

penelitian ini yaitu berupa foto dan arsip.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

a. Observasi

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data

dimana peneliti atau kalaboratornya mencatat informasi sebagaimana

yang mereka saksikan selama penelitian. Peneliti mengadakan

pengamatan secara langsung datang ke lokasi penelitian untuk

mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaiatan dengan pola

pendidikan keluaraga dalam pembentukan akhlak anak yang ada di

(34)

17

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti

dan responden. Komukasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab

dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden

merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.

c. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau

peristiwa pada waktu yag lalu. Semua kategori dokumen yang

mendukung penelitian. Semua dokumen yang berhubungan dengan

penelitian yang bersangkutan perlu dicatat sebagai sumber informasi.

6. Analisis Data

Secara umum penelitian dengan metode kualitatif merupakan

penelitian non hipotesis, maka proses analisis datanya seperti yang

dikemukakan Lexy J. Moleong adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan susunan uraian dasar,

sehingga dapat menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data

(Sukandarrumidi, 2004: 101).

Secara prosedural, data yang digunakan direduksi

mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan direduksi, disajikan,

disimpulkan dan diverbalkan serta dipilah-pilah menurut kategori data.

Dimana sebelumnya dipersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan

reduksi data serta merumuskan konsep.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

(35)

18

perlu dan kemudian mengorganisasikan data sehingga dapat mengarah

pada simpulan akhir. Tahapan berikutnya adalah penyajian data dilakukan

dalam rangka upaya penanaman terhadap sekumpulan informasi yang

tersusun, sehingga dapat tersaji rapi dan sistematis. Sesudah data tersaji,

maka proses penarikan kesimpulan-kesimpulan dilakukan sejak penelitian

bermula sampai berakhir, diteliti dan tinjauan ulang sehingga dapat teruji

validitasnya.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu

triangulasi (keabsahan). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.

Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan

mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini

dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan anak dengan apa yang dikatakan

orangtua.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

terkait.

(36)

19 8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh

peneliti, antara lain :

a. Kegiatan administratif yang meliputi pengajuan ijin operasional untuk

melakukan penelitian dari rektor IAIN Salatiga selaku penanggung

jawab, kemudian menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta

melakukan administratif lainya.

b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan.

c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung

mendapat data.

d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan

data penelitian.

e. Penyajian data dengan susunan dan urutan-urutan yang

memungkinkan dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan.

f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau

menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai

akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan

data.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi

:Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian,

(37)

20 Bab II : Kajian Pustaka

Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang melingkupi teori

dalam skripsi ini, meliputi; pengertian pendidikan, pengertian

keluarga, pembentukan dan pembinaan akhlak, tujuan pembinaan

akhlak, dan pola asuh orang tua.

Bab III : Paparan Data

Pada bab ini akan dibahas, mengenai: gambaran umum

lingkungan wisata pacuan kuda tegalwaton tengaran, pola

pendidikan keluarga, bentuk pendidikan keluarga dalam

pembentukan akhlak anak, dan deskripsi hasil temuan penelitian.

Bab IV : Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas 3 sub pokok yaitu: pola

pendidikan keluarga, pembentukan akhlak anak serta cara

menerapkan dan mengatasi problematika pola pendidikan

keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata

pacuan kuda khususnya dusun Ngelo Rt.22 dan Rt 23

Tegalwaton Tengaran

Bab V : Penutup

(38)

21 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Keluarga

1. Pengertian pendidikan

a. Menurut Bahasa

Pendidikan menurut bahasa , pendidikan berasal dari kata

didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti

“proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan latihan ( Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2007: 263). Istilah pendidikan sepadan dengan bahasa

yunani paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang

berarti “pergaulan” dengan anak-anak.

b. Menurut Istilah

Menurut John Dewey (1950: 371) dalam Suwarno (2006: 20)

mengartikan pendidikan sebagai sebuah rekontruksi atau reorganisasi

pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat

mengarahkan pengalaman yang akan di dapat berikutnya. Secara

etimiologi, pengertian pendidikan, menyatakan bahwa proses tersebut

berupa pengajaran dan bimbingan, bukan paksaan, yang terjadi di

(39)

22

Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya sadar yang

dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek

perkembangan kepribadian, baik jasmani dan rohani, secara formal,

informal dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai

kebahagiaan dan nilai yang tinggi baik nilai insaniah maupun ilahiyah.

Pendidikan ialah tindakan yang sadar tujuan untuk memelihara

dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju

kesempurnaan insani (insan kamil). Pendidikan adalah proses kegiatan

yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama

dengan perkembangan anak. Surat Al-insyiqoq 19:

Dalam GBHN 1988 (BP7pusat,1990: 105) dijelaskan bahwa

pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia

dan berdasarkan pancasila serta undang-undang dasar 1945 diarahkan

untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,

mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan

bertakwa terhadap tuhan yanag maha esa, berkualitas, dan mandiri

sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya

serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan

(40)

23

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang

baik luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu

tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada

segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin

dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen

pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara

komponen-komponen pendidikan lainnya (Tirtarahardja, 2008: 36).

Pendidikan menurut Richey yang dikutip oleh Baharuddin

(2007: 138) bahwa istilah pendidikan itu berkenaan dengan fungsi luas

dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat yang

masih baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggung

jawab di dalam masyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut,maka ciri-ciri atau unsur

dalam pendidikan yaitu: pertama, Pendidikan mengandung tujuan

yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampun-kemampuan

dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya

sebagai seorang individu. Kedua, Untuk mencapai tujuan tersebut,

pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan berencana

dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian

yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat,pendidikan formal dan pendidikan

non formal. Ruang lingkup pendidikan yaitu meliputi pendidikan

(41)

24

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seorang

dirumah dalam lingkungan keluarga, Sedangkan pendidikan formal

adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu,

seperti di sekolah.

Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang di

selenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan

juga dewasa yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak

berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki

pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan.

Menurut Thoha (1996: 59) ditinjau dari sudut pandang

sosiologis dan antropologi, fungsi utama pendidikan yaitu untuk

menumbuhkan kreativitas peserta didik dan menanamkan nilai yang

baik, karena itu tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan

potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia yang baik, menurut

pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena

ikatan perkawinan. Di dalamnya hidup bersama pasangan suami-istri

secara sah karena pernikahan. Mereka hidup bersama sehidup semati

ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan

suatu tekat dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera

(42)

25

Dalam pengertian sempit keluarga mencakup kedua orangtua,

saudara, kerabat, dan sanak famili. Dalam pengertian luas keluarga

mencakup tetangga, teman dan masyarakatsecara keseluruhan. Tidak

diragukan lagi bahwa institut keluarga ini mempunyai pengaruh efektif

bagi orang-orang yang hidup di dalamnya (Mahmud, 2004: 26).

Keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan

suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainya.

Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat di bedakan

menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Keluarga adalah kelompok

primer yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan dalam dimensi

hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh

adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara

satu dengan yang lainnya. Walaupun diantara mereka tidak terdapat

hubungan darah.

Sifat-sifat keluarga yang terpenting adalah hubungan suami-istri

bentuk perkawinan dimana suami-istri diadakan dan dipelihara, susunan

nama-nama dan istilah termasuk cara menghitung keturunan, milik atau

harta benda keluarga, dan pada umumnya keluarga itu mempunyai tempat

(43)

26 a. Fungsi Keluarga

Konsep keluarga telah banyak diuraikan pada bagian

terdahulu, di mana keluarga pada hakikatnya adalah unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan

anaknya, atau ayah dan anaknya.

Dalam rangka membangun keluarga yang berkualitas tidak

terlepas dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga

yang berkualitas yang diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga

yang bercirikan kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga.

Sedangkan penyelengara pengembangan keluarga yang berkualitas

ditujukan agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan sepiritual dan

materil sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal.

Sedangkan fungsi keluarga itu sendiri berkaitan langsung dengan

aspek-aspek keagamaan, budaya cinta kasih, melindungi, reproduksi,

sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.

b. Peran ibu dalam keluarga

Peran ibu adalah sangat penting dalam keluarga dan anak.

“Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan

pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan

menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak,

tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peran ibu dalam

keluarga amat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah

(44)

27

yang saling menyayangi dengan suaminya. Sebagai istri hendaknya ia

bijaksana, tahu han dan kewajibannya yang telah ditentukan oleh

agamanya. Sebagaimana telah kita utarakan terdahulu, dalam Al

Qur‟an disebutkan bahwa diantara tanda-tanda kebesaran Allah adalah

diciptakanya pasangan hidup suami-istri yang saling menyenagi (surat

Ar Ruum ayat 21): menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam

keluarga memang diperlukan istri yang saleh, yang dapat menjaga diri

dari kemungkinan salah dan kena fitnah dan mampu menentramkan

suami apabila gelisah serta dapat mengatur keadaan rumah, sehingga

tampak rapi (Darajat.1995: 47).

3. Pola Asuh Orangtua

Menurut Stewart dan Koch yang dikutip oleh Tridhonanto (2014:

12), bahwa terdiri dari 3 kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: Pola

(45)

28

Otoriter (Authoritarian Parenting) pola asuh orang tua yang lebih

mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan

standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan

ancaman-ancaman. Ciri-ciri pola asuh ini yaitu anak tunduk dan patuh pada

kehendak orang tua, pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat

ketat, orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya

bersifat satu arah.

Pola asuh ini lebih banyak menerapkan pola asuh dengan aspek,

orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milih orang yang

menjadi teman anaknya, orang tua menentukan aturan bagi anak dalam

berinteraksi baik di rumah maupun diluar rumah, orang tua memberi

kesempatan pada anak untuk berdialog, mengeluh mengemukakan

pendapat, tapi anak harus memenuhi kehendak orang tua tanpa perduli

keinginan dan kemampuan anak, orang tua melarang anaknya untuk

berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini yaitu, mudah

tersinggung, penakut, pemurung dan tidak merasa bahagia, mudah

terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas,

dan tidak bershabat.

Pola asuh Permisif (Permissive Parenting) pola asuh orang orang

tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara

memberikan pengawasan yang sangat longar dan memberikan kesempatan

(46)

29

darinya. Adapun kecenderungan orangtua tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat

sedikit bimbingan yang di berikan oleh mereka. Sifat-sikap dimiliki orang

tua adalah hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Ciri-ciri dari pola

ini yaitu, orangtua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan

dorongan atau keinginanya, orang tua kurang menerapkan hukuman pada

anak, bahkan hampir tidak menggunakan hukuman.

Pola asuh ini menerapkan pola asuhnya dengan aspek, orang tua

yang tidak perduli terhadap pertemanan atau persahabatan anknya, orang

tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya, jarang

sekali melalukan dialog terlebih untuk mengeluh dan meminta

pertimbangan, orangtua tidak perduli dengan masalah yang dihadapi oleh

anaknya, orang tua tidak peduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas

tindakan yang dilakukanya.

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini membawa pengaruh

atas sikap anak, seperti: bersikap agresif, suka memberontak, kurang rasa

percaya diri dan pengendalian diri.

Pola asuh Demokratis (Authoritative Parenting) pola asuh

orangtua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka

membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan

anak yang bersikap rasional atau pemikiran pemikiran. Pola ini memiliki

ciri-ciri, yaitu anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan

(47)

30

dilibatkan dalam pengambilan keputusan, memprioritaskan kepentngan

anak akan tetapi tidak ragu ragu mengendalikan mereka, bersikap realitis

terhadap kemampuan anak, tidak berharab berlebihan yang melampaui

kemampuan anak, pendekatan kepada anak bersifat hangat.

Pola asuh ini menerapkan pola asuh dengan aspek, orangtua

bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, orangtua mendorong anak

untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, orangtua memberikan

penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk, orang tua

menghargai disiplin anak.

Adapun dampak dari pol asuh ini bisa membuat perilaku anak,

memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, mampu mengendalikan

diri, bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi, dan berorientasi terhadap prestasi.

Menurut Thoha (1996 : 111-112) Pola asuh terbagi menjadi tiga

yaitu : Pola asuh otoriter, Pola asuh demokratis dan permisive.

Pola asuh Otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan

aturan-aturan yang ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku

seperti dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri

sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar fikiran

dengan orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah

benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak. Pola asuh

otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras,lebih

(48)

31

dengan aturan yang ketat dan masih diberlalukan meskipun sudah

menginjak usia dewasa.

Pola asuh Demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang

tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu

tergantung kepada orang tua. Orangtua sedikit memberi kebebasan kepada

anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan

pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut

dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk

mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih

untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi

kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.

Pola asuh permisif ini ditandai dengan cara orangtua mendidik

anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, diberi

kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki,

kontrol orangtua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan

bimbingan yang cukup bagi anaknya. Semua yang telah dilakukan anak

adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.

B. Pembentukan Akhlak 1. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan

perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan

(49)

32

Akhlak menurut al-Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa manusia, yang darinya muncul perbuatan yang mudah

dikerjakan tanpa melalui pertimbangan akal pikiran (Mustofa, 2007: 45).

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia

akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan

pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan

dorongan dari luar.

Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari

karakteristik-karakteristik akal dan tingkah laku yang membuat seseorang

menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka

psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya

dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yangberbeda-beda

(50)

33 2. Jenis-jenis Akhlak

Sesuai dengan ajaran agama tentang adanya perbedaan manusia

dalam segala seginya, maka menurut Ibnu Qoyyim ada dua jenis akhlah

yaitu: pertama, Akhlak Dlarury. Yaitu akhlak yang asli, otomatis yang

merupakan pemberian Allah secara langsung, tanpa memerlukan latihan,

kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh

manusia-manusia pilihan Allah.

Kedua, Akhlak Mukhtasabah. Yaitu akhlak atau budi pekerti yang

harus di cari dengan jalan melatih, mendidik dan membiasakan kebiasaan

yang baik serta cara berpikir yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan

dibiasakan akhlak ini tidak akan terwuud. Akhlak ini yang dimiliki oleh

sebagian besar manusia.

3. Macam-Macam Akhlak

a. Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan

dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu di bagi menjadi

tiga bagian yaitu:Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri

dan akhlak terhadap sesama manusia.

b. Akhlak Al-Mazmumah

Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai

lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut

(51)

34

Dari contoh akhlak tercela di atas yaitu diantaranya yaitu,

berbohong, takabur (sombong), dengki, bakhlil atau kikir dan lainya.

Seseorang tentunya mempunyai akhlak masing-masing, tergantung

pada pribadi sendiri, akhlak sebagai gambaran tingkah laku seseorang

yang mencerminkan diri dan kepribadian seseorang. Mari kita

membiasakan diri dari hal-hal yang baik agar kita mempunyai

perilaku dan tinggkah laku yang baik pula.

4. Sumber Akhlak

Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau

mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak

adalah Al-Qur‟an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula

karena baik dan buruk dengan sendirinya (Ilyas, 1999: 4).

5. Ruang Lingkup Akhlak

Menurut Muhammad Abdulloh Draz, dalam bukunya Dastur Al

Akhlaq Fi‟al Islam. (Ilyas, 1999: 5) membagi Ruang lingkup akhlak

dibagi lima bagian, yaitu : pertama, Akhlak pribadi (akhlaq

al-fardiyah), meliputi : yang diperintahkan (al-awamir), yang dilarang (

al-nawahi), yang dibolehkan (al-mubahat), Akhlak dalam keadaan darurat

(al-mukhalafah bi al-idhthirar). Kedua, Akhlak berkeluarga (al-akhlaq

al-usariyah), meliputi: kewajiban timbal balik orang tua dan anak

(wajibat nahwa al-ushul wa al-furu’), Kewajiban suami isteri (wajibat

(52)

al-35

qarib). Ketiga, Akhlak bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtima’iyyah),

meliputi: yang dilarang (al-mahzhurat), yang diperintahkan (al-awamir),

kaedah-kaedah adab (qawa’id al-adab).Keempat, Akhlak bernegara

(akhlaq ad-daulah), meliputi: Hubungan antara pemimpin dan rakyat (

al-alaqah baina ar-ras wa as-sya’b), hubungan luar negri (alaqat

al-kharijiyyah). Kelima, Akhlak beragama (al-akhlaq ad-dinniyah) yaitu

kewajiban terhadap Allah SWT.

Selain ruang lingkup di atas, ada beberapa bagian yang menjadi

ruang lingkup akhlak diantaranya adalah sebagai berikut: pertama,

Akhlak terhadap Allah Swt. Akhlak manusia kepada Tuhan-Nya bisa

dengan cara di bawah ini, antara lain (Humaidi, 1980: 20): Beriman

kepada Allah, Beribadah dan mengabdi kepada Allah, tidak

mempersekutukan Allah dengan apapun juga, takut kepada Allah, Cinta

kepada Allah, Ridha dan Ikhlas terhadap Qadha dan Qadar, Bertaubat

kepada Allah.

Kedua, Akhlak terhadap Rasulullah Saw, meliputi : Mencintai

dan memuliakan Rasul, Mengikuti dan Menaati Rasul, Mengungkapkan

Shalawat dalam Salam. Ketiga, Akhlak pribadi. Shidiq, Amanah,

Istiqomah, Iffah, Mujahadah, Syaja‟ah, Tawadhu‟, Malu, Sabar, Pemaaf. Keempat, Akhlak dalam keluarga. Birrul walidain Istilah birul walidain

berasal darikata birru dan al-walidain. Birru atau al-birru artinya

kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul

(53)

36

Bentuk-bentuk Birrul Walidain: Mengikuti keinginan dan saran

orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan,

pekerjaan, jodoh maupun masalah lainnya, menghormati dan

memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih

sayang atas jasa-jasa keduanya yang tak mungkin bisa dinilai dengan

apapun, membantu bapak-ibu secara fisik dan materil, mendoakan ibu

dan bapak semoga diberi oleh Allah Swt ampunan, rahmat dan lain

sebagainya.

Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di

teruskan dengan cara antara lain: Menyelenggarakan jenazahnya dengan

sebaik-baiknya, melunasi hutang-hutangnya, melaksanakan wasiatnya,

meneruskan silaturrahim yang dibinanya waktu hidup, memuliakan

sahabat-sahabatnya, mendo‟akanya.

Kelima, Akhlak Bermasyarakat. Bertamu dan menerima tamu,

berhubungan baik dengan tetangga, berhubungan baik dengan

masyarakat. Ada 5 kewajiban muslim terhadap muslim lainya: Menjawab

salam, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, mengabulkan

undangan, menyahuti orang bersin.

Keenam, Pergaulan muda-mudi. Dalam pergaulan sehari-hari dan

di tengah-tengah masyarakat, terutama antara muda-mudi. Ada beberapa

hal yaitu: menjawab salam, berjabat tangan dan khalwah. Ketujuh,

Ukhwah Islamiyah. Ukhwah Islamiyah adalah sebuah istilah yang

(54)

37

melihat perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa,dan

kewarganegaraan. Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan

keyakinan atau iman kepada Allah SWT dan Rasulullah sebagai

utusan-Nya.

Kedelapan, Akhlak Bernegara. Musyawarah, Menegakkan

keadilan, Amar ma‟ruf nahi munkar, Hubungan pemimpin dan yang di

pimpin.

6. Ciri-ciri Akhlak

Dalam Islam akhlak memiliki ciri khas meliputi: pertama, Akhlak

Rabbani. Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Illahi yang

terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Kedua, Akhlak Manusiawi. Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah

manusia. Yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai

makhluk terhormat, sesuai denganfitrahnya. Ketiga, Akhlak Universal.

Ajaran akhlaq dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal

dan mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang dimensinya

vertikal maupun horizontal. Keempat, Akhlak Keseimbangan: Ajaran

akhlak dalam Islam berada ditengah antara yang mengkhayalkan manusia

sebagai malaikat yang menitik beratkan segi kebaikanya dan

mengkhayalkan manusia seperti hewan yang menitik beratkan

keburukanya saja. Kelima, Akhlak Realistik. Ajaran akhlak Islam

memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah

(55)

38

makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia memiliki

kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam

kebutuhan material dan spiritual.

Menurut Zainuddin Achmad Busyra, dalam buku pintar Aqidah

Akhlak, ciri-ciri akhlak sebagai berikut: pertama, Ekspresi sifat dasar

manusia yang konstan dan tetap. Kedua, Kebiasaan manusia yang

dilakukan berulang-ulang. Ketiga, Siap menerima pengaruh pembinaan

yang baik.

7. Fungsi Akhlak

Akhlak memiliki manfaat dan peranya tersendiri dalam

kehidupan seorang muslim, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya

sendiri, juga bagi masyarakat luas (Wahid, 2004: 20). Fungsi akhlak

tersebut antara lain: pertama, Akhlak bukti nyata keimanan. Iman dan

taqwa adalah masalah hati, sehingga bagaimana proses ketaqwaan terjadi

sulit dijelaskan. Untuk itu hanya perilaku, perbuatan dan akhlak yang

baik yang bisa menggambarkan keimanan.

Kedua, Akhlak hiasan orang yang beriman. Akhlak yang Islami

bagi seorang muslim bisa di ibaratkan hiasan yang memperindah

penampilanya. Ketaatan pada Allah dan Rasulullah yang tulus, jika tidak

di barengi dengan perilaku yang baik kepada orang lain, bisa di ibaratkan

sebuah benda yang tidak bermotif. Ketiga, Akhlak adalah amalan yang

paling berat timbanganya. Amal manusia yang paling mulia di hadapan

(56)

39

akhlak adalah salah satu perilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah

Saw.Keempat, Akhlak mulia simbol segenap kebaikan. Kelima, Akhlak

merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang di idam-idamkan.

Keenam, Akhlak adalah tujuan akhir diturunkanya Islam.

8. Tujuan Pembinaan Akhlak

Tujuan utama dari pembinaan akhlak adalah agar manusia

berada dalam kebenaran dan senantiasa di jalan yang lurus, jalan yang

telah di gariskan oleh Allah Swt. Inilah yang akan mengantarka manusia

kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Ali Abdul, 2004: 159). Dan

pembinaan akhlak mempunyai tujuan antara lain:

a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal

saleh.

b. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani

kehidupannya sesuai dengan ajaran islam, melaksanakan apa yang

diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang diharamkan,

menikmati hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi segala

sesuatu yang dilarang, keji, hina, buruk, tercela dan munkar.

c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara

baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun

nonmuslim.

d. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau

mengajak orang lain ke jalan Allah, melaksanakan amar ma‟ruf nahi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang pola asuh orangtua dalam membina akhlak anak (studi kasus 5 keluarga di Dusun Tanawasa Desa Mario Kecamatan Libureng Kabupaten

Sehingga peranan saudara dalam mendidik akhlak terhadap pembentukan kepribadian anak sangat penting juga yaitu membimbing anak dengan membiasakan anak untuk

Pada dasarnya pola asuh anak dalam keluarga di lingkungan lokalisasi, orang tua lebih banyak menekankan nilai- nilai moralitas kepada anak untuk menjaga dan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah perencanaan pembinaan akhlak siswa di SMK Karya Nugraha Boyolali?, (2) Bagaimanakah

Dengan hasil penelitian tentang pola pembentukan karakter anak melalui pendidikan ramah anak secara umum kemudian dalam perspkektif pendidikan agama Islam mulai dari

Penelitian tentang Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Di Lingkungan Lokalisasi Padang Bulan ini, menggunakan 7 (tujuh) informan pokok orang tua yaitu para mucikari yang memiliki anak

Dewantara Iringmulyo Kota Metro Telpon 0725 47296 PENGESAHAN UJIAN Skripsi dengan judul: PENGARUH POLA PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DESA KOTA GAJAH KABUPATEN LAMPUNG

Pola komunikasi keluarga dalam membentuk karakter anak pada keluarga DY adalah pola komunikasi persamaan, tak seimbang dan monopoli yang berhubungan dengan metode pembentukan karakter