i
POLA PENDIDIKAN KELUARGA
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK
(STUDI KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA
PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NUR ASYIYAH
111-11-157
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
POLA PENDIDIKAN KELUARGA
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK
(STUDI KASUS PADA KELUARGA DI LINGKUNGAN WISATA
PACUAN KUDA TEGALWATON TENGARAN)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NUR ASYIYAH
111-11-157
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vii
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Hai orang-orang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka (at Tahrim 6)
“Dan kami di perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya: ibunya yang mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-kulah kembalimu” (luqman 14)
Lebih baik menyalakan satu lilin daripada mengutuk kegelapan.
Jika tidak dapat mengubah nasib maka ubahlah sikap.
Percaya diri adalah cara untuk meraih sukses.
Manusia akan mati tapi bakat teteap abadi.
„‟Dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan sombong‟‟
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, terutama Ibuku Mujiyati dan ayahku M.Ridwan
yang senantiasa mendoakan, mencurahkan kasih sayang, mengorbakan jiwa
dan raga untuk membahagiakan keluarga dan yang tak pernah putus
memberikan nasehat. Semoga selalu sehat dan selalu dilindungi Allah.
2. Adikku tersayang Nur Cholis yang senantiasa memberikan semangat serta
kebahagiaan sehingga membuatku termotivasi untuk berbuat lebih baik.
Semoga selalu sukses dan mendapat rahmat Allah.
3. Keluarga besarku, terutama kakek nenek tersayang Mbah Bati, Mbah Gito
yang selalu mendoakanku. Saudaraku Mbak Yekti, Mak Siti, Mbk Kayah,
Prihati, Ngatiyah, Abas, Sugeng, Agus, yang Selalu memotivasi.
4. Kepada beliau Bapak, Muh. Hafidz M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang
senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan penuh ketulusan
dan kesabaran.
5. Untuk semua teman-teman seperjuangan di Kampus yaitu kelas PAI D
angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, teman-teman UKM
dan Alfian Candra M yang selalu memberikan semangat dan menemaniku
ix
Alhamdulillahi robil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas
kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang
tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pola
Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak (Study Kasus Pada
Keluarga Di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda Tegalwaton Tengaran)”. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikut setianya.
Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulisan
skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak
yang telah membantu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak, Muh. Hafidz, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
x
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah membekali
berbagai ilmu pengetahuan, dan membantu sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Ayah, Ibu dan keluarga tercinta yang telah mengasuh, mendidik,
membimbing serta memotivasi, baik moral maupun spiritual.
8. Teman sekaligus sahabatku (Enggar, Lely, Luluk, Iza, Lilis, Laila, Hamidah,
Eva, Wulan, Arip, Fatikin, Riyanto, Imam ) yang selalu membantu dan
memberi semangat.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga
amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan penuliasan di masa yang akan datang. Semoga hasil
penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 07 September 2016
Penulis
xi ABSTRAK
Asyiyah, Nur. 2016.Pola Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak
(Studi Kasus pada Keluarga di Lingkungan Wisata Pacuan Kuda Tegalwaton, Tengaran ). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.
Kata Kunci : Pola Pendidikan Keluarga, dan Pembentukan Akhlak Anak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh dampak lingkungan wisata pacuan kuda terhadap akhlak anak-anak dan remaja dusun Ngelo Tegalwaton, terutama pergaulan yang kurang terkontrol, serta pergaulan di lingkungan wisata kuda yang kurang efektif dalam mendorong anak-anak dan remaja dusun setempat dalam hal pendidikan. Maka dari itu keluarga harus mempunyai pola pendidikan untuk anak dalam pembentukan akhlak yang baik. Sebagai contoh, di lingkungan wisata berkuda ini terdapat dampak positif dan negatif, dampak negatifnya pada anak yang duduk di bangku SD sekolahnya teralihkan dalam pekerjaan merawat kuda, remaja yang ikut-ikutan mencoba miras dan para orangtua yang resah dengan pergaulan anak-anaknya di lingkungan yang banyak pendatang. Dampak positif dari lingkungan wisata kuda ini yaitu dalam segi perekonomian, para pengangguran warga setempat mendapat peluang pekerjaan sebagai perawat kuda, joki, peluang untuk berjualan, mendirikan warung makan dan mendirikan kandang kuda.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata pacuan kuda ini, agar anak terbekali pendidikan yang baik oleh lingkungan keluarganya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan obsevasi, wawancara dan dokumentasi dan teknik analisis data pengumpulan data, model data dan penarikan kesimpulan.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO... i
LEMBAR JUDUL ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... X DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... xi xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah... 11
C.Tujuan Penelitian ... 12
D.Kegunaan Penelitian ... 12
1. Kegunaan Teoritik ... 12
2. Kegunaan Praktik ... 12
xiii
1. Pendidikan Keluarga... 13
2. Pembentukan Akhlak... 13
F. Metode Penelitian... 14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 14
2. Kehadiran Peneliti ... 15
3. Lokasi Penelitian ... 15
4. Sumber Data ... 16
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 16
6. Analisis Data ... 17
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 18
8. Tahap-tahap Penelitian ... 19
G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 22
A. Pendidikan Keluarga... 22
1. Pengertian pendidikan... 22
2. Pengertian Keluarga... 3. Pola Asuh Orangtua 25 28 B. Pembentukan Akhlak... 32
1. Pengertian Akhlak... 32
xiv
5. Ruang Lingkup Akhlak...
6. Ciri-ciri Akhlak...
7. Fungsi Akhlak...
8. Tujuan Pembinaan Akhlak...
9. Pembentukan dan pembinaan Akhlak...
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...
34
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42
1. Letak Geografis ... 42
2. Kondisi Monografi ... 43
3. Sejarah Singkat Dusun Ngelo Tegalwaton...
4. Temuan Tentang Lapangan Pacuan Kuda...
B.Gambaran Informan ...
C.Temuan Penelitian ...
1. Deskripsi Pola Pendidikan Keluarga dalam
Pembentukan Akhlak Anak (Study kasus pada keluarga
di lingkungan wisata pacuan kuda desa tegalwaton…..
47 A.Pola pendidikan Keluarga di lingkungan wisata pacuan
kuda...
74
B.Pembentukan Akhlak anak di Lingkungan wisata pacuan
kuda... 80
xv
A.Kesimpulan ... 81
B.Saran ... 82
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Jumlah penduduk Menurut Usia...43
2. Tabel 3.2 Jumlah penduduk menurut Agama...44
3. Tabel 3.3 Jumlah penduduk menurut pendidikan...44
xvii
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 2 SURAT TUGAS PEMBIMBING LAMPIRAN 3 SURAT IZIN PENELITIAN LAMPIRAN 4 SURAT BALASAN
LAMPIRAN 5 LEMBAR KONSULTASI LAMPIRAN 6 SKK
LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI KEGIATAN
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Ini berarti pendidikan
merupakan suatu kebutuhan hidup yang asasi bagi manusia yang harus
dilindungi. Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan atau pengajaran, tanpa ada perbedaan. Oleh sebab itu, dalam
penyelengaraan pendidikan diperlukan hukum dan peraturan yang
mengaturnya, sehingga pendidikan dapat berjalan secara baik.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa
Pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1
Ayat 1). Sementara Pendidikan Nasional dimaknai sebagai pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2).
Sementara tujuan pendidikan kewarganegaraan sebagai bagian dari
Pendidikan Nasional adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan
2
para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan
menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan
produktif serta sehat jasmani dan rohani (Ramadhan, 2011: 03).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pendidikan pada
hakekatnya dimaknai sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan didalam diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat
dan pemerintahan. Begitu urgennya pendidikan bagi anak tentu akan muncul
perbedaan antara anak yang mendapatkan pendidikan dan mereka yang
kurang beruntung dan tidak mendapatkan pendidikan dalam arti yang
sebenarnya.
Pendidikan dalam arti yang sebenarnya membantu mengembangkan
potensi-potensi peserta didik kearah yang baik dan lebih baik, pendidikan
tidak hanya transfer pengetahuan (transfer of knowledge), lebih dari itu
pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Dalam proses
pendidikan akan muncul proses belajar mengajar baik dalam kelas atau di luar
kelas, dan akan muncul proses komunikasi antara guru dan murid yang
intensif dan dialogis, serta penanaman nilai-nilai luhur atau mulia. Melalui
pendidikan juga murid-murid mengadopsi nilai sosial, dan diterapkan dalam
3
Oleh karena itu, pendidikan dapat pula dimaknai sebagai proses
pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang
yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,
pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak, akan tetapi bimbingan
orang tua dan keluargalah yang sangat berpengaruh. Dengan kata lain, orang
tua sangat dominan dalam proses pendidikan dalam arti yang sebenarnya
kepada anak-anaknya.
Pendidikan dalam keluaraga adalah tanggung jawab orang tua, dengan
peran ibu lebih banyak, karena ayah biasanya pergi bekerja dan tidak banyak
waktu yang tersedia dirumah. Meskipun demikian peran ayah juga sangat
penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman bagi anak-anaknya.
Jika anak sudah mendekati remaja, peran ayah sebagai penasehat juga
penting, karena bisa memberikan pelajaran atau aspek yang berbeda dari yang
diberikan oleh ibu, maka dari itu hubungan ayah dan anak terbatas karena
sibuknya bekerja, maka ayah harus sering meluangkan waktunya dalam
berbagai kesempatan.
Pendidikan dalam keluarga dapat memberi pengaruh besar terhadap
karakter dan akhlak anak, sebab itu kunci utama untuk menjadikan pribadi
anak yang saleh, lebih baik adalah peran orang tua. Dalam kenyataannya,
karakter anak berbeda-beda, ada yang mudah untuk dididik dengan baik, dan
ada juga yang susah untuk dididik dengan baik, tidak heran karena anak
mempunyai egoisme yang berbeda, akan tetapi orang tua harus berusaha
sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk anak, agar akhlaknya menjadi
4
Orang tua harus bisa memberikan pelajaran atau memberi contoh yang
baik untuk membangun akhlak anak-anaknya dalam kehidupan
sehari-hari.orang tua dapat mengambil contoh dari akhlak Nabi Muhammad SAW,
atau mungkin orang tua yang secara tidak langsung mencontohkan perilaku
baik di hadapan anak-anaknya, seperti menjalankan sholat lima waktu denga
tepat, banyak bersodaqah. Dengan demikian secara tidak langsung, anak akan
melakukan kebiasaan atau perilaku baik lainnya yang dilakukan
olehorangtuanya tersebut. Akan tetapi sebaliknya, bila dirumah orang tua
berperilaku kurang baik atau tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya,
mungkin dirumah, ibu terlalu cuek dengan anak, bertengkar didepan anak, itu
semua akan memberi pengaruh buruk untuk anak,dengan secara tidak
langsung orangtua telah memberi contoh akhlak yang tidak baik.
Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW:
ِوِناَسِّجَمُيَو ِوِناَرِّصَنُيَو ِوِناَدِّىَهُي ُهاَىَبَأَف , ِةَرْطِفْلا ًَلَع ُذَلْىُي الَِّإ ٍدىُلْىَم ْنِم اَم
)يراخبلا هاور(
Artinya:“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.”(HR
Bukhari).
Dengan ini orang tualah yang menjadi peran utama dan penanggung
jawab atas anak-anaknya. Jadi pola pendidikan keluaraga terutama orang tua
itu sangatlah penting bagi pendidikan anak-anaknya dan masa depan mereka.
Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam
kehidupan anak,karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk
5
kemudian hari. Keluarga memberikan dasar pembentukan akhlak dan
pendidikan anak yang utama.
Peran pendidikan keluarga sangat penting, dari pengertian keluarga
adalah kumpulan beberapa oranag yang karena terikat satu turunan lalu
mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, enak dan
berkehendak bersama-sama memperteguh hubungan itu. Keluarga
mempunyai peran atau tugas sebagai orang tua, peran ayah sebagai suami dari
istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarg, sebagai anggota dari kelompok
masyarakat atau sosial di lingkungannya.
Peran ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anak, ibu juga mempunyai
peran mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
sebagai pelindung dan sebagai anggota kelompok sosial di masyarakatnya.
Disamping itu, ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan.
Anak melaksanakan peran sesuai dengan tinggkat perkembanganya baik
fisik,mental, sosial maupun spiritual. Jadi didalam keluarga mempunyai peran
masing-masing, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi kejiwaan anak
dan dampaknya akan terlihat sampai berusia dewasa.
Suasana yang nyaman dan penuh kasih sayang akan berdampak baik,
dan akan membuat seorang anak mampu beradaptasi dengan dirinya sendiri,
dengan keluarganya dan dengan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, proses
pendididkan memerlukan program yang terpadu dan terarah, agar tidak
menghilangkan peran orang tua terhadap pembentukan akhlak anak, maka
6
kepada anak. “Akhlak sendiri yaitu bedi pekerti, atau tingkah laku. Manusia
akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan
segala akhlak tercela” (Mansur, 2005: 221).
Akhlak juga dimaknai sebagai sebuah sistem yang lengkap yang
terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat
seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk
kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan
dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang
berbeda-beda.
Terkadang definisi akhlak atau moral sebagaimana disebut di atas
dalam batas-batas tertentu berbaur dengan definisi kepribadian, hanya saja
perbedaan yang pokok antara keduanya sebagai berikut: moral lebih terarah
pada kehendak dan diwarnai dengan nilai-nilai, kepribadian mencakup
pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku (Mahmud, 2004: 27).
Akhlak merupakan sistem nilai yang bersumber pada al-Qur‟an, sebagai wahyu Allah yang tidak diragukan keasliannya dan kebenarannya.
Pembinaan akhlak dalam keluarga akan berjalan dengan baik, apabila orang
tua sebagai pembimbing utama, sekaligus contoh memberikan tauladan
melalui pembiasaan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan seperti melaksanakan ajaran agama Islam (beribadah), berpuasa
di bulan suci Ramadhan, atau interaksi yang harmonis dalam keluarga, akan
7
Berbagai metode dapat diterapkan orang tua. Metode mendidik dapat
dilakukan dengan membuat senang dan ataupun membuat takut.
Metode-metode ini, dapat diterapkan dalam mendidik akhlak anak,bisa melalui
percakapan, bisa dengan menceritakan kisah tauladan Nabi Muhammadatau
yang lainya. Disini akhlak menjadi penting ketika dalam kehidupan bersosial
maupun individu.
Dengan demikian jelasnya bahwa yang dibuat ukuran akhlah bukanlah
perilaku seseorang semata, seseorang memberikan pertolongan kepada orang
lain belum dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik, apabila seseorang
itu terdorong oleh hati ikhlas dan rasa kasihannya terhadap bangsa, maka
dapat dikatakan berakhlak atau berbudi pekerti baik. Akan tetapi bila
mempunyai tujuan tertentu ingin mengharapkan pujian atau pamprih, maka
tidak dapat dikatakan berakhlak atau berbudi pekerti baik. Jadi akhlak adalah
masalah kejiwaan, bukan masalah perbuatan sedangkan yang nampak berupa
perbuatan itu sebagai tanda atau gejala akhlak.
Akhlak menjadi ukuran tinggi rendahnya derajat seseorang, sekalipun
orang itu pandai, namun suka melanggar norma-norma agama atau suka
melanggar peraturan-peraturan pemerintah, maka orang tersebut tidak
dikatakan orang yang mulia. Akhlak tidak hanya menentukan tinggi
rendahnya derajat seseorang, akan tetapi mencakup pula derajat masyarakat.
Tujuan orang tua mendidik akhlak anak adalah menciptakan
anak-anaknya supaya menjadi manusia yang tinggi, berderajat dan sempurna, agar
8
masyarakat dan agar membedakan dari seseorang yang lain yang tidak
mendapat pendidikan akhlak. Orang tua pasti ingin melihat anaknya berbakti.
Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam membudayakan
manusia. Melalui pendidikan, kepribadian dibentuk dan diarahkan sehingga
dapat membentuk derajat kemanusiaan sebagai makhluk berbudaya yang
berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.
Demikian pula peran pendidikan dikalangan umat islam merupakan salah satu
bentuk manifestasi cita-cita hidup untuk melestarikan, mengalihkan dan
menampilkan nilai-nilai kultural religius yg dicita-citakan dapat berfungsi dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi (Uhbiyati,
1997: 4).
Pendidikan pertama dilakukan di lingkungan keluarga, pada tahap ini
peran orang tua sangat menentukan proses masa depan anak. Orangtua bisa
mendidiknya mengenai cara makan, cara berpakaian, berbicara atau mungkin
mendidik ilmu-ilmu agama misalnya tentang akhlak yaitu cara bertamu
dengan mengucapkan salam dan sebagainya. Yang terpenting harus di ajarkan
tentang cara-cara beragama, agar menjadi generasi penerus muslim yang
dibanggakan.
Jika kita lihat catatan sejarah pra abad ke 19 tentang Pendidikan
Agama Islam tingkat dasar yang menginformasikan bahwa sebagian keluarga
muslim melaksanakanya sendiri pendidikan agama dasar untuk anak anak
mereka yang diajarkan oleh orang tua, kakak laki-laki, atau kakak
9
Sementara itu menurut Snouck Hurgronje yang dikutip oleh Saerozi
(2013: 22) bahwa keluarga yang kurang memiliki kompetensi agama,
menyerahkan anak-anaknya untuk mempelajari dasar-dasar agama kepada
orang lain, seperti tetangga, kiai, modin, atau lebih yang biasanya membuka
pengajian di langgar, serambi masjid, atau rumahnya sendiri.
Berdasarkan pendapat Hurgronje tersebut, maka pendidikan sudah
tidak di keluarga lagi. Untuk itu pendidikan yang kedua setelah di keluarga
yaitu di sekolah. Pada tahap ini yang berperan aktif dalam mendidik anak
adalah pendidik atau guru. Guru sebagai pengganti orang tua di sekolah yang
akan membantu menentukan perkembangan anak.
Selain pendidikan keluarga dari orang tua yang diberikan untuk
mendidik akhlak anak dan sangat berpengaruh sekali terhadap pendidikan di
luar contoh lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap akhlak anak, maka
sebagai orang tua harus selalu memantau dalam pergaulan dan perkembangan
anak. Bermacam-macam problem di zaman sekarang tentang pola asuh orang
tua, yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat. Artinya setelah melalui
kedua proses pendidikan tersebut diharap dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Masyarakat yang baik, maju dan berpendidikan pasti akan
berpengaruh baik juga terhadap orang disekelilingnya baik anak-anak, remaja
dan orang tua. Sebaliknya lingkungan masyarakat yang kurang efektif, yang
lingkunganya mayoritas penduduk banyak pengangguran, hobi bermaksiat
dan sering membuat kekacauan pasti dampaknya ke semuanya, walaupun
10
akan berdampak kepada penduduk entah itu anak-anak, remaja maupun orang
tua.
Jadi orang tua harus mempunyai pola pendidikan sendiri agar anak
tidak mudah terpengaruh lingkungan sekitar. Jangan terlalu dikekang dan
jangan terlalu dibebaskan. Orang tua harus mengetahui karakter anaknya
terlebih dulu, karena setiap individu mampunyai karakter dan pikiran yang
berbeda-beda agar mudah orang tua dalam mendidik.
Dalam kenyataan di dusun Ngelo Rt.22/06 dan Rt.23/06 desa
Tegalwaton, pendidikan anak masih kurang karena lingkungan yang
didominasi oleh pemuda pendatang, mempengaruhi penduduk sekitar dusun
Ngelo Rt.22/06 dan Rt.23/07 desa Tegalwaton yang mempunyai kebiasaan
merawat kuda, dan menjadi joki kuda, disamping itu pemuda-pemuda desa
setempat terpengaruh oleh peluang kerja untuk merawat kuda dan menjadi
joki kuda tersebut, bahkan anak-anak yang duduk di bangku SD ikut serta
bergaul dan sedikit lebih tahu dalam pekerjaan sebagai perawat kuda tersebut,
sehingga mereka ikut terbiasa membantu merawat kuda, dan menjadi
pekerjaan sehingga melupakan akan kewajiban sekolahnya melainkan lebih
mengutamakan bekerja untuk merawat kuda tersebut.
Mereka tidak sadar akan pergaulan pemuda yang biasa merawat kuda
tersebut kurang baik untuk anak-anak yang seharusnya baru mengenyam
pendidikan, karena jelas menggangu waktu belajarnya. Ada kelebihan dan ada
kekurangan dalam lingkungan wisata berkuda tersebut, dari segi positifnya
cenderung keperekonomian yaitu tercipta lapangan pekerjaan bagi
11
seharusnya masih sekolah terganggu dengan pekerjaan, pendidikan akhlak
menjadi kurang di dapatkan.
Dari segi pola pendidikan keluarga dusun setempat bermacam-macam,
untuk mengarahkan anak-anaknya pada pergaulan dan pembentukan akhlak
yang didominasi oleh pemuda pendatang yang kurang mengutamakan
pendidikan akhlaknya, yang otomatis mempengaruhi pergaulan dan akhlak
pemuda-pemudi dan anak-anak di dusun Ngelo Rt.22/06 sampai Rt.23/06.
Dusun Ngelo ini termasuk dusun yang kecil, ada 2 RT, 1 RW dan
Bayan 1 ikut dengan dusun Rekesan. Jumlah KK dusun Ngelo hanya 97, dan
jumlah KK Se bayan Ngelo-Rekesan ada 200an KK, jadi saya fokuskan ke
dusun Ngelo saja yang nanti saya akan wawancara dengan keluarga
dilingkungan wisata pacuan kuda ini, dan saya akan krucutkan jawaban dan
hasinya menjadi beberapa orang saja untuk mewakili hasil penelitian saya,
dengan memilih informan tokoh masyarakat dan para orang tua dikeluarga
tertentu.
Dari uraian dan pemikiran tersebut, penulis terdorong untuk meneliti
seberapa jauh pola pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak yang
penulis rangkum dengan judul: POLA PENDIDIKAN KELUARGA DALAM
PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK (STUDY KASUS PADA KELUARGA
DI LINGKUNGAN WISATA PACUAN KUDA TEGALWATON
12 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola pendidikan keluarga pada lingkungan wisata pacuan
kuda?
2. Bagaimana peran pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak anak di
lingkungan pacuan wisata kuda?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola pendidikan keluarga pada lingkungan wisata
pacuan kuda.
2. Untuk mengetahui peran pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak
anak di lingkungan wisata pacuan kuda.
C. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat diambil manfaatnya,
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, kasusnya dunia penelitian serta
memberikan teori tentang pentingnya pola pendidikan keluarga dalam
pembentukan akhlak anak.
2. Secara praktis
a. Untuk masyarakat
1) Sebagai informasi bagi masyarakat, calon mahasiswa, calon orang
13
2) Sebagai penyadaran untuk para orang tua dalam hal mendidik
anak.
D. Penegasan Istilah
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam skripsi ini, maka
perlu kiranya peneliti menjelaskan kata-kata yang terkandung di dalam
penelitian ini, adapun kata-kata yang terdapat dalam skripsi ini, sebagai
berikut:
1. Pendidikan Keluarga
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan.
Keluarga
Dari pengertian keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang
karena terikat satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu
gabunagn yang hakiki, enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh hubungan itu. Keluarga terdiri dari kepala keluarga (Ayah),
Ibu dan Anak.
2. Pembentukan Akhlak
Pembentukan akhlak yaitu usaha sungguh-sungguh dalam rangka
membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan
yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan konsisten (Nata.
14
Jadi pengertian judul secara keseluruhan, pola pendidikan
keluargadalam pembentukan akhlak anak, pencapaian tujuan secara tepat
dengan model atau cara dalam pendidikan usaha sadar yang dilakukan
keluarga khususnya ibu dan bapak, dalam pembentukan budi pekerti, tingkah
laku yang baik untuk anak. Pada intinya yaitu, pola pendidikan yang diberikan
keluarga dalam pembentukan akhlak anak.
E. Metode Penelitian
Metodologi penelitian ialah ilmu tentang metode-metode yang akan
digunakan dalam melakukan suatu penelitian. Adapun metode yang
digunakan dalam pengumpulan data ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomenan yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian
ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan
maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan
yang dimanfaatkan untuk peneliti kualitatif adalah berbagai macam
metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya
dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen
(Moleong, 2009: 5).
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
15
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan
(Arikunto, 2005: 234).
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian,
artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan
pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah:
Pertama, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak bersetruktur,
dengan pemahaman tentang sikap sosial yang dimiliki oleh peneliti,
sehingga memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan untuk
wawancara secara mendalam. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi
dengan obyek dengan menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab
dan mudah di pahami, sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti
dan informan. Ketiga, peneliti menggumpulkan dan mencatat data secara
terperinci dengan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti (Sugiyono, 2006:12).
3. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah di lingkungan wisata pacuan kuda
khususnya dusun Ngelo Rt.22 dan Rt 23 desa Tegalwaton Tengaran,
yang beralamatkan di dusun Ngelo, Rt22/Rw06, desa Tegalwaton, Kec.
Tengaran, Kab. Semarang. Desa ini terkenal dengan desa koboy, atau
desa wisata pacuan kuda, dari mulai tahun 2005-sekarang masih aktif
16 4. Sumber Data
a. Sumberdata primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data
primer dapat diperoleh dari ibu, bapak, keluarga, ketua RT di
lingkungan pacuan kuda Tegalwaton Tengaran.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misal melalui orang lain
atau melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data
sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah
atau koran serta hasil penelitian lainya. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini yaitu berupa foto dan arsip.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Observasi
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data
dimana peneliti atau kalaboratornya mencatat informasi sebagaimana
yang mereka saksikan selama penelitian. Peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung datang ke lokasi penelitian untuk
mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaiatan dengan pola
pendidikan keluaraga dalam pembentukan akhlak anak yang ada di
17
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dan responden. Komukasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab
dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.
c. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yag lalu. Semua kategori dokumen yang
mendukung penelitian. Semua dokumen yang berhubungan dengan
penelitian yang bersangkutan perlu dicatat sebagai sumber informasi.
6. Analisis Data
Secara umum penelitian dengan metode kualitatif merupakan
penelitian non hipotesis, maka proses analisis datanya seperti yang
dikemukakan Lexy J. Moleong adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan susunan uraian dasar,
sehingga dapat menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data
(Sukandarrumidi, 2004: 101).
Secara prosedural, data yang digunakan direduksi
mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan direduksi, disajikan,
disimpulkan dan diverbalkan serta dipilah-pilah menurut kategori data.
Dimana sebelumnya dipersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan
reduksi data serta merumuskan konsep.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
18
perlu dan kemudian mengorganisasikan data sehingga dapat mengarah
pada simpulan akhir. Tahapan berikutnya adalah penyajian data dilakukan
dalam rangka upaya penanaman terhadap sekumpulan informasi yang
tersusun, sehingga dapat tersaji rapi dan sistematis. Sesudah data tersaji,
maka proses penarikan kesimpulan-kesimpulan dilakukan sejak penelitian
bermula sampai berakhir, diteliti dan tinjauan ulang sehingga dapat teruji
validitasnya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu
triangulasi (keabsahan). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan
mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini
dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan anak dengan apa yang dikatakan
orangtua.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
terkait.
19 8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh
peneliti, antara lain :
a. Kegiatan administratif yang meliputi pengajuan ijin operasional untuk
melakukan penelitian dari rektor IAIN Salatiga selaku penanggung
jawab, kemudian menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta
melakukan administratif lainya.
b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan.
c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung
mendapat data.
d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan
data penelitian.
e. Penyajian data dengan susunan dan urutan-urutan yang
memungkinkan dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan.
f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau
menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai
akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan
data.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi
:Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian,
20 Bab II : Kajian Pustaka
Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang melingkupi teori
dalam skripsi ini, meliputi; pengertian pendidikan, pengertian
keluarga, pembentukan dan pembinaan akhlak, tujuan pembinaan
akhlak, dan pola asuh orang tua.
Bab III : Paparan Data
Pada bab ini akan dibahas, mengenai: gambaran umum
lingkungan wisata pacuan kuda tegalwaton tengaran, pola
pendidikan keluarga, bentuk pendidikan keluarga dalam
pembentukan akhlak anak, dan deskripsi hasil temuan penelitian.
Bab IV : Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas 3 sub pokok yaitu: pola
pendidikan keluarga, pembentukan akhlak anak serta cara
menerapkan dan mengatasi problematika pola pendidikan
keluarga dalam pembentukan akhlak anak di lingkungan wisata
pacuan kuda khususnya dusun Ngelo Rt.22 dan Rt 23
Tegalwaton Tengaran
Bab V : Penutup
21 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Keluarga
1. Pengertian pendidikan
a. Menurut Bahasa
Pendidikan menurut bahasa , pendidikan berasal dari kata
didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti
“proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan ( Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2007: 263). Istilah pendidikan sepadan dengan bahasa
yunani paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang
berarti “pergaulan” dengan anak-anak.
b. Menurut Istilah
Menurut John Dewey (1950: 371) dalam Suwarno (2006: 20)
mengartikan pendidikan sebagai sebuah rekontruksi atau reorganisasi
pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat
mengarahkan pengalaman yang akan di dapat berikutnya. Secara
etimiologi, pengertian pendidikan, menyatakan bahwa proses tersebut
berupa pengajaran dan bimbingan, bukan paksaan, yang terjadi di
22
Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya sadar yang
dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek
perkembangan kepribadian, baik jasmani dan rohani, secara formal,
informal dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai
kebahagiaan dan nilai yang tinggi baik nilai insaniah maupun ilahiyah.
Pendidikan ialah tindakan yang sadar tujuan untuk memelihara
dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju
kesempurnaan insani (insan kamil). Pendidikan adalah proses kegiatan
yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama
dengan perkembangan anak. Surat Al-insyiqoq 19:
Dalam GBHN 1988 (BP7pusat,1990: 105) dijelaskan bahwa
pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan berdasarkan pancasila serta undang-undang dasar 1945 diarahkan
untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,
mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertakwa terhadap tuhan yanag maha esa, berkualitas, dan mandiri
sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya
serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
23
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang
baik luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu
tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen
pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara
komponen-komponen pendidikan lainnya (Tirtarahardja, 2008: 36).
Pendidikan menurut Richey yang dikutip oleh Baharuddin
(2007: 138) bahwa istilah pendidikan itu berkenaan dengan fungsi luas
dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat yang
masih baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggung
jawab di dalam masyarakat.
Berdasarkan penjelasan tersebut,maka ciri-ciri atau unsur
dalam pendidikan yaitu: pertama, Pendidikan mengandung tujuan
yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampun-kemampuan
dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya
sebagai seorang individu. Kedua, Untuk mencapai tujuan tersebut,
pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan berencana
dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian
yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat,pendidikan formal dan pendidikan
non formal. Ruang lingkup pendidikan yaitu meliputi pendidikan
24
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seorang
dirumah dalam lingkungan keluarga, Sedangkan pendidikan formal
adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu,
seperti di sekolah.
Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang di
selenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan
juga dewasa yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki
pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan.
Menurut Thoha (1996: 59) ditinjau dari sudut pandang
sosiologis dan antropologi, fungsi utama pendidikan yaitu untuk
menumbuhkan kreativitas peserta didik dan menanamkan nilai yang
baik, karena itu tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan
potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia yang baik, menurut
pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena
ikatan perkawinan. Di dalamnya hidup bersama pasangan suami-istri
secara sah karena pernikahan. Mereka hidup bersama sehidup semati
ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan
suatu tekat dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera
25
Dalam pengertian sempit keluarga mencakup kedua orangtua,
saudara, kerabat, dan sanak famili. Dalam pengertian luas keluarga
mencakup tetangga, teman dan masyarakatsecara keseluruhan. Tidak
diragukan lagi bahwa institut keluarga ini mempunyai pengaruh efektif
bagi orang-orang yang hidup di dalamnya (Mahmud, 2004: 26).
Keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan
hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan
suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainya.
Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat di bedakan
menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Keluarga adalah kelompok
primer yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan dalam dimensi
hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh
adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara
satu dengan yang lainnya. Walaupun diantara mereka tidak terdapat
hubungan darah.
Sifat-sifat keluarga yang terpenting adalah hubungan suami-istri
bentuk perkawinan dimana suami-istri diadakan dan dipelihara, susunan
nama-nama dan istilah termasuk cara menghitung keturunan, milik atau
harta benda keluarga, dan pada umumnya keluarga itu mempunyai tempat
26 a. Fungsi Keluarga
Konsep keluarga telah banyak diuraikan pada bagian
terdahulu, di mana keluarga pada hakikatnya adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya.
Dalam rangka membangun keluarga yang berkualitas tidak
terlepas dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga
yang berkualitas yang diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga
yang bercirikan kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga.
Sedangkan penyelengara pengembangan keluarga yang berkualitas
ditujukan agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan sepiritual dan
materil sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal.
Sedangkan fungsi keluarga itu sendiri berkaitan langsung dengan
aspek-aspek keagamaan, budaya cinta kasih, melindungi, reproduksi,
sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.
b. Peran ibu dalam keluarga
Peran ibu adalah sangat penting dalam keluarga dan anak.
“Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak,
tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peran ibu dalam
keluarga amat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah
27
yang saling menyayangi dengan suaminya. Sebagai istri hendaknya ia
bijaksana, tahu han dan kewajibannya yang telah ditentukan oleh
agamanya. Sebagaimana telah kita utarakan terdahulu, dalam Al
Qur‟an disebutkan bahwa diantara tanda-tanda kebesaran Allah adalah
diciptakanya pasangan hidup suami-istri yang saling menyenagi (surat
Ar Ruum ayat 21): menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam
keluarga memang diperlukan istri yang saleh, yang dapat menjaga diri
dari kemungkinan salah dan kena fitnah dan mampu menentramkan
suami apabila gelisah serta dapat mengatur keadaan rumah, sehingga
tampak rapi (Darajat.1995: 47).
3. Pola Asuh Orangtua
Menurut Stewart dan Koch yang dikutip oleh Tridhonanto (2014:
12), bahwa terdiri dari 3 kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: Pola
28
Otoriter (Authoritarian Parenting) pola asuh orang tua yang lebih
mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan
standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan
ancaman-ancaman. Ciri-ciri pola asuh ini yaitu anak tunduk dan patuh pada
kehendak orang tua, pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat
ketat, orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya
bersifat satu arah.
Pola asuh ini lebih banyak menerapkan pola asuh dengan aspek,
orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milih orang yang
menjadi teman anaknya, orang tua menentukan aturan bagi anak dalam
berinteraksi baik di rumah maupun diluar rumah, orang tua memberi
kesempatan pada anak untuk berdialog, mengeluh mengemukakan
pendapat, tapi anak harus memenuhi kehendak orang tua tanpa perduli
keinginan dan kemampuan anak, orang tua melarang anaknya untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini yaitu, mudah
tersinggung, penakut, pemurung dan tidak merasa bahagia, mudah
terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas,
dan tidak bershabat.
Pola asuh Permisif (Permissive Parenting) pola asuh orang orang
tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara
memberikan pengawasan yang sangat longar dan memberikan kesempatan
29
darinya. Adapun kecenderungan orangtua tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat
sedikit bimbingan yang di berikan oleh mereka. Sifat-sikap dimiliki orang
tua adalah hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Ciri-ciri dari pola
ini yaitu, orangtua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan
dorongan atau keinginanya, orang tua kurang menerapkan hukuman pada
anak, bahkan hampir tidak menggunakan hukuman.
Pola asuh ini menerapkan pola asuhnya dengan aspek, orang tua
yang tidak perduli terhadap pertemanan atau persahabatan anknya, orang
tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya, jarang
sekali melalukan dialog terlebih untuk mengeluh dan meminta
pertimbangan, orangtua tidak perduli dengan masalah yang dihadapi oleh
anaknya, orang tua tidak peduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas
tindakan yang dilakukanya.
Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini membawa pengaruh
atas sikap anak, seperti: bersikap agresif, suka memberontak, kurang rasa
percaya diri dan pengendalian diri.
Pola asuh Demokratis (Authoritative Parenting) pola asuh
orangtua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka
membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan
anak yang bersikap rasional atau pemikiran pemikiran. Pola ini memiliki
ciri-ciri, yaitu anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan
30
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, memprioritaskan kepentngan
anak akan tetapi tidak ragu ragu mengendalikan mereka, bersikap realitis
terhadap kemampuan anak, tidak berharab berlebihan yang melampaui
kemampuan anak, pendekatan kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh ini menerapkan pola asuh dengan aspek, orangtua
bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, orangtua mendorong anak
untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, orangtua memberikan
penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk, orang tua
menghargai disiplin anak.
Adapun dampak dari pol asuh ini bisa membuat perilaku anak,
memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, mampu mengendalikan
diri, bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, dan berorientasi terhadap prestasi.
Menurut Thoha (1996 : 111-112) Pola asuh terbagi menjadi tiga
yaitu : Pola asuh otoriter, Pola asuh demokratis dan permisive.
Pola asuh Otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan
aturan-aturan yang ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku
seperti dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri
sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar fikiran
dengan orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah
benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak. Pola asuh
otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras,lebih
31
dengan aturan yang ketat dan masih diberlalukan meskipun sudah
menginjak usia dewasa.
Pola asuh Demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang
tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu
tergantung kepada orang tua. Orangtua sedikit memberi kebebasan kepada
anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan
pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut
dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk
mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih
untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.
Pola asuh permisif ini ditandai dengan cara orangtua mendidik
anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, diberi
kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki,
kontrol orangtua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan
bimbingan yang cukup bagi anaknya. Semua yang telah dilakukan anak
adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.
B. Pembentukan Akhlak 1. Pengertian Akhlak
Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan
32
Akhlak menurut al-Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia, yang darinya muncul perbuatan yang mudah
dikerjakan tanpa melalui pertimbangan akal pikiran (Mustofa, 2007: 45).
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia
akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan
pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan
dorongan dari luar.
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari
karakteristik-karakteristik akal dan tingkah laku yang membuat seseorang
menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka
psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya
dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yangberbeda-beda
33 2. Jenis-jenis Akhlak
Sesuai dengan ajaran agama tentang adanya perbedaan manusia
dalam segala seginya, maka menurut Ibnu Qoyyim ada dua jenis akhlah
yaitu: pertama, Akhlak Dlarury. Yaitu akhlak yang asli, otomatis yang
merupakan pemberian Allah secara langsung, tanpa memerlukan latihan,
kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh
manusia-manusia pilihan Allah.
Kedua, Akhlak Mukhtasabah. Yaitu akhlak atau budi pekerti yang
harus di cari dengan jalan melatih, mendidik dan membiasakan kebiasaan
yang baik serta cara berpikir yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan
dibiasakan akhlak ini tidak akan terwuud. Akhlak ini yang dimiliki oleh
sebagian besar manusia.
3. Macam-Macam Akhlak
a. Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat
jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan
dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu di bagi menjadi
tiga bagian yaitu:Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri
dan akhlak terhadap sesama manusia.
b. Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai
lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut
34
Dari contoh akhlak tercela di atas yaitu diantaranya yaitu,
berbohong, takabur (sombong), dengki, bakhlil atau kikir dan lainya.
Seseorang tentunya mempunyai akhlak masing-masing, tergantung
pada pribadi sendiri, akhlak sebagai gambaran tingkah laku seseorang
yang mencerminkan diri dan kepribadian seseorang. Mari kita
membiasakan diri dari hal-hal yang baik agar kita mempunyai
perilaku dan tinggkah laku yang baik pula.
4. Sumber Akhlak
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau
mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak
adalah Al-Qur‟an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula
karena baik dan buruk dengan sendirinya (Ilyas, 1999: 4).
5. Ruang Lingkup Akhlak
Menurut Muhammad Abdulloh Draz, dalam bukunya Dastur Al
Akhlaq Fi‟al Islam. (Ilyas, 1999: 5) membagi Ruang lingkup akhlak
dibagi lima bagian, yaitu : pertama, Akhlak pribadi (akhlaq
al-fardiyah), meliputi : yang diperintahkan (al-awamir), yang dilarang (
al-nawahi), yang dibolehkan (al-mubahat), Akhlak dalam keadaan darurat
(al-mukhalafah bi al-idhthirar). Kedua, Akhlak berkeluarga (al-akhlaq
al-usariyah), meliputi: kewajiban timbal balik orang tua dan anak
(wajibat nahwa al-ushul wa al-furu’), Kewajiban suami isteri (wajibat
al-35
qarib). Ketiga, Akhlak bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtima’iyyah),
meliputi: yang dilarang (al-mahzhurat), yang diperintahkan (al-awamir),
kaedah-kaedah adab (qawa’id al-adab).Keempat, Akhlak bernegara
(akhlaq ad-daulah), meliputi: Hubungan antara pemimpin dan rakyat (
al-alaqah baina ar-ras wa as-sya’b), hubungan luar negri (alaqat
al-kharijiyyah). Kelima, Akhlak beragama (al-akhlaq ad-dinniyah) yaitu
kewajiban terhadap Allah SWT.
Selain ruang lingkup di atas, ada beberapa bagian yang menjadi
ruang lingkup akhlak diantaranya adalah sebagai berikut: pertama,
Akhlak terhadap Allah Swt. Akhlak manusia kepada Tuhan-Nya bisa
dengan cara di bawah ini, antara lain (Humaidi, 1980: 20): Beriman
kepada Allah, Beribadah dan mengabdi kepada Allah, tidak
mempersekutukan Allah dengan apapun juga, takut kepada Allah, Cinta
kepada Allah, Ridha dan Ikhlas terhadap Qadha dan Qadar, Bertaubat
kepada Allah.
Kedua, Akhlak terhadap Rasulullah Saw, meliputi : Mencintai
dan memuliakan Rasul, Mengikuti dan Menaati Rasul, Mengungkapkan
Shalawat dalam Salam. Ketiga, Akhlak pribadi. Shidiq, Amanah,
Istiqomah, Iffah, Mujahadah, Syaja‟ah, Tawadhu‟, Malu, Sabar, Pemaaf. Keempat, Akhlak dalam keluarga. Birrul walidain Istilah birul walidain
berasal darikata birru dan al-walidain. Birru atau al-birru artinya
kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul
36
Bentuk-bentuk Birrul Walidain: Mengikuti keinginan dan saran
orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan,
pekerjaan, jodoh maupun masalah lainnya, menghormati dan
memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih
sayang atas jasa-jasa keduanya yang tak mungkin bisa dinilai dengan
apapun, membantu bapak-ibu secara fisik dan materil, mendoakan ibu
dan bapak semoga diberi oleh Allah Swt ampunan, rahmat dan lain
sebagainya.
Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di
teruskan dengan cara antara lain: Menyelenggarakan jenazahnya dengan
sebaik-baiknya, melunasi hutang-hutangnya, melaksanakan wasiatnya,
meneruskan silaturrahim yang dibinanya waktu hidup, memuliakan
sahabat-sahabatnya, mendo‟akanya.
Kelima, Akhlak Bermasyarakat. Bertamu dan menerima tamu,
berhubungan baik dengan tetangga, berhubungan baik dengan
masyarakat. Ada 5 kewajiban muslim terhadap muslim lainya: Menjawab
salam, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, mengabulkan
undangan, menyahuti orang bersin.
Keenam, Pergaulan muda-mudi. Dalam pergaulan sehari-hari dan
di tengah-tengah masyarakat, terutama antara muda-mudi. Ada beberapa
hal yaitu: menjawab salam, berjabat tangan dan khalwah. Ketujuh,
Ukhwah Islamiyah. Ukhwah Islamiyah adalah sebuah istilah yang
37
melihat perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa,dan
kewarganegaraan. Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan
keyakinan atau iman kepada Allah SWT dan Rasulullah sebagai
utusan-Nya.
Kedelapan, Akhlak Bernegara. Musyawarah, Menegakkan
keadilan, Amar ma‟ruf nahi munkar, Hubungan pemimpin dan yang di
pimpin.
6. Ciri-ciri Akhlak
Dalam Islam akhlak memiliki ciri khas meliputi: pertama, Akhlak
Rabbani. Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Illahi yang
terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Kedua, Akhlak Manusiawi. Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah
manusia. Yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai
makhluk terhormat, sesuai denganfitrahnya. Ketiga, Akhlak Universal.
Ajaran akhlaq dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal
dan mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang dimensinya
vertikal maupun horizontal. Keempat, Akhlak Keseimbangan: Ajaran
akhlak dalam Islam berada ditengah antara yang mengkhayalkan manusia
sebagai malaikat yang menitik beratkan segi kebaikanya dan
mengkhayalkan manusia seperti hewan yang menitik beratkan
keburukanya saja. Kelima, Akhlak Realistik. Ajaran akhlak Islam
memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia telah
38
makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia memiliki
kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam
kebutuhan material dan spiritual.
Menurut Zainuddin Achmad Busyra, dalam buku pintar Aqidah
Akhlak, ciri-ciri akhlak sebagai berikut: pertama, Ekspresi sifat dasar
manusia yang konstan dan tetap. Kedua, Kebiasaan manusia yang
dilakukan berulang-ulang. Ketiga, Siap menerima pengaruh pembinaan
yang baik.
7. Fungsi Akhlak
Akhlak memiliki manfaat dan peranya tersendiri dalam
kehidupan seorang muslim, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya
sendiri, juga bagi masyarakat luas (Wahid, 2004: 20). Fungsi akhlak
tersebut antara lain: pertama, Akhlak bukti nyata keimanan. Iman dan
taqwa adalah masalah hati, sehingga bagaimana proses ketaqwaan terjadi
sulit dijelaskan. Untuk itu hanya perilaku, perbuatan dan akhlak yang
baik yang bisa menggambarkan keimanan.
Kedua, Akhlak hiasan orang yang beriman. Akhlak yang Islami
bagi seorang muslim bisa di ibaratkan hiasan yang memperindah
penampilanya. Ketaatan pada Allah dan Rasulullah yang tulus, jika tidak
di barengi dengan perilaku yang baik kepada orang lain, bisa di ibaratkan
sebuah benda yang tidak bermotif. Ketiga, Akhlak adalah amalan yang
paling berat timbanganya. Amal manusia yang paling mulia di hadapan
39
akhlak adalah salah satu perilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah
Saw.Keempat, Akhlak mulia simbol segenap kebaikan. Kelima, Akhlak
merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang di idam-idamkan.
Keenam, Akhlak adalah tujuan akhir diturunkanya Islam.
8. Tujuan Pembinaan Akhlak
Tujuan utama dari pembinaan akhlak adalah agar manusia
berada dalam kebenaran dan senantiasa di jalan yang lurus, jalan yang
telah di gariskan oleh Allah Swt. Inilah yang akan mengantarka manusia
kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Ali Abdul, 2004: 159). Dan
pembinaan akhlak mempunyai tujuan antara lain:
a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal
saleh.
b. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani
kehidupannya sesuai dengan ajaran islam, melaksanakan apa yang
diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang diharamkan,
menikmati hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi segala
sesuatu yang dilarang, keji, hina, buruk, tercela dan munkar.
c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara
baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun
nonmuslim.
d. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau
mengajak orang lain ke jalan Allah, melaksanakan amar ma‟ruf nahi