• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

4. Temuan tentang Lapangan Pacuan Kuda Desa Tegalwaton

hanya keluarganya mbah Joyo saja sekarang banyak penduduknya, dan sekarang menjadi tempat wisata berkuda.

4. Temuan tentang Lapangan Pacuan Kuda Desa Tegalwaton

Dusun Ngelo ini terletak sebelah Selatan sendiri dari berbagai dusun di Desa Tegalwaton, di dusun ini terdapat Lapangan Pacuan Kuda. Desa Tegalwaton ini terkenal dengan adanya Lapangan Pacuan Kuda, dan bernilai berdampak positif, bukan hanya untuk perkembangan prestasi olahraga berkudanya di Jawa Tengah akan tetapi masyarakat sekitar arena turut kecipratan, terutama manfaat secara ekonomi, bahkan dikampung ini

dijuluki dengan Sebutan „‟Kampung Cowboy‟‟.

Sejarah kemunculan nama kampung cowboy ini dimulai dari ide mbah Prio, panggilan akrap Supriono. Ide itu muncul sejak tahun 1965 silam karena dia melihat banyak potensi di kampung ini yang belum tergarap, saat ini saja ada sekitar 250 kuda yang di titipkan di dusun ngelo ini Ngelo Desa Tegalwaton.

Awal mulanya pada tahun 1969 an, lahan yang sekarang jadi Lapangan pacuan kuda di tumbuhi pohon Rami, 5 tahun kemudian lahan diganti ditanami pohon tebu yang kira-kira 15 hektaran luasnya, dan pada tahun 2000 an di rombak total di jadikan Lapangan Pacuan Kuda tersebut, pada masa Kepala Desa nya masih Pak. Supriono. Awal tahun 2005 Lapangan sudah digunakan untuk perlombaan kuda, lama kemudian selain ada pacuan kuda lapangan yang digarap sedemikian indahnya dibuat juga acara lainya, seperti Gastrek, Offroad, dan event kuda lompat, dan sampai

49

sekarang ini lapangan aktif di gunakan untuk pacuan kuda hingga tingkat Nasional.

Hampir setiap tahun lapangan yang tepatnya di dusun Ngelo ini digunakan untuk menggelar kejurnas pacuan kuda. Keikut sertaan masyarakat untuk menyaksikan lomba cukup tinggi, menarikanya bukan hanya masyarakat sekitar yang menyaksikan pacuan kuda, tetapi dari berbagai daerah di Indonesia karena kejuaraan itu bertaraf Nasional. Dengan banyak orang datang ke Dusun Ngelo Desa Tegalwaton ini, disitulah nilai Ekonomi yang bisa didapat warga seperti jasa parkir meningkat, warga menjadi punya pekerjaan seperti jasa keamanan atau menjual makanan, dan lainya. Belim lagi penginapan-penginapan juga merasakan dampaknya.

Dusun Ngelo Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran ini juga terkenal dengan Sekolah berkudanya yang berdiri sejak tahun 2010 dengan nama sekolah berkuda Arrowhead Hores Riding School. Di sekolah itu terdapat sekitar 40 kuda tunggang atau ecostrian dan 10 poni atau kuda kecil yang cocok untuk anak-anak, tempat ini menawarkan beberapa pilihan wisata berkuda di antaranya, menunggang kuda (horse ride), menunggang poni (pony ride), dan pelajaran naik kuda (riding lesson). Karena tarifnya terjangkau dan satu-satunya di jawa tengah, peminat

wisata berkuda cukup banyak. „‟Ekspatrian juga banyak yang mengemari

50

Lapangan pacuan kuda di dusun Ngelo Desa Tegalwaton ini termasuk memiliki arena terbaik, karena memilili luas dan panjang lintasan yang memenuhi Standar Nasional serta landasan pacuan berupa pasir yang Reperesentatif sehingga tidak gampang membuat kuda cedera. Maka dari itu tidak dipungkiri peminat wisata berkuda dari berbagai kota seindonesia membanjiri Dusun Ngelo Desa Tegalwaton ini.

Dari sejak adanya lapangan pacuan kuda ini banyak pendatang yang berdomisili di Dusun Ngelo Desa Tegalwaton ini, kini banyak pendatang dari Semarang, Solo, Kudus, Magelang, Yogjakarta dan berbagi kota lainya yang membeli tanah di daerah Dusun Ngelo Desa Tegalwaton untuk membuat kandang kuda pacu. Selain itu warga Belanda, Jerman dan Manca Negara Lainya sering berkunjung untuk berlatih berkuda, bahkan ada warga Belanda yang menetap di Desa Tegalwaton.

Sementara itu seiring dengan perkembangan kampung Cowboy disini, kesejahteraan warga juga ikut terangkat karena banyak bermunculan warung makan dan usaha jasa lainya. Pada hari sabtu dan minggu pagi banyak pengunjung yang berwisata di lapangan Tegalwaton, sehingga menjadikan keberadaan desa Tegalwaton semakin terkenal dengan aura Kampung Cowboynya.

Dari warga sendiri yang tadinya belum mendapat peluang bekerja sekarang menjadi banyak peluang membuka usaha warung makan, menyewakan kandang buat kuda pacu, menjadi satpam, menjadi joki kuda dan banyak juga yang kerja merawat kudanya. Bukan dari kalangan kepala

51

keluarga, remaja, maupun anak-anak yang masih duduk di bangku SD, SMP, mereka juga terpengaruh dalam peluang kerja di dalam merawat

kuda atau disebut dengan nama „‟pekatik‟‟.

Bekerja menjadi perawat kuda yang jadwalnya dikeseharianya dari pagi sehabis subuh membersihkan kuda, mengajak jalan-jalan, hinga dilatih dilapangan, diajak jalan lagi kemudian dibawa pulang kandang dibersihkan dan dimasukkan kandang di beri makan. Sore hari di bersihkan lagi, diajak jalan-jalan diberi makan, malam juga masih memberi makan, terkadang juga harus mencari rumput buat makanan tambahan selain makan bren, kacang hijau dan yang lainya.

Kebanyakan perawat kuda adalah pendatang dari berbagai daerah, ada yang dari manado, purbalingga, sunda, bandung jakarta, sumbawa, yogjakarta, semarang, magelang, solo, jawa timur, ampel boyolali, dan sebagainya. Banyaknya pendatang yang berada di lingkungan warga Ngelo Tegalwaton membuat banyaknya perbedaan dari segi bahasa khas, agama dan adat lainya. Beradaptasi pasti dilakukan oleh pendatang ke warga sekitar dan sebaliknya, sosialnya ada yang mudah kenal, ramah, sopan dan ada juga yang kurang sopan, tidak ramah justru malah membuat masalah di dusun ngelo, pastinya menganggu dan meresahkan warga.

Banyaknya pendatang mempengaruhi lingkungan sekitar dusun Ngelo desa Tegalwaton dalam pergaulan, tingkah laku, kebiasaan dan banyak hal lainya. Banyak kasus terjadi dalam lingkungan perawat kuda yang orang-orangnya sudah tua, remaja hingga bisa dikatakan masih

anak-52

anakpun berada di lingkungan tersebut yang selalu mempunyai kebiasaan kurang baik untuk anak-anak yang masih berada di bangku SD, SMP yaitu merokok, minum-minuman keras (miras), memakan makanan yang tidak diperbolehkan oleh agama Islam, dan bayak juga perkelahian antar sesama warga ngelo dan pendatang.