• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Keluarga 1. Pengertian pendidikan

3. Pola Asuh Orangtua







































Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga memang diperlukan istri yang saleh, yang dapat menjaga diri dari kemungkinan salah dan kena fitnah dan mampu menentramkan suami apabila gelisah serta dapat mengatur keadaan rumah, sehingga tampak rapi (Darajat.1995: 47).

3. Pola Asuh Orangtua

Menurut Stewart dan Koch yang dikutip oleh Tridhonanto (2014: 12), bahwa terdiri dari 3 kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: Pola asuh Otoriter, Pola asuh Demokratis, dan Pola asuh Permisif. Pola asuh

28

Otoriter (Authoritarian Parenting) pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Ciri-ciri pola asuh ini yaitu anak tunduk dan patuh pada kehendak orang tua, pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat, orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.

Pola asuh ini lebih banyak menerapkan pola asuh dengan aspek, orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milih orang yang menjadi teman anaknya, orang tua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun diluar rumah, orang tua memberi kesempatan pada anak untuk berdialog, mengeluh mengemukakan pendapat, tapi anak harus memenuhi kehendak orang tua tanpa perduli keinginan dan kemampuan anak, orang tua melarang anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini yaitu, mudah tersinggung, penakut, pemurung dan tidak merasa bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas, dan tidak bershabat.

Pola asuh Permisif (Permissive Parenting) pola asuh orang orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat longar dan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup

29

darinya. Adapun kecenderungan orangtua tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang di berikan oleh mereka. Sifat-sikap dimiliki orang tua adalah hangat sehingga sering kali disukai oleh anak. Ciri-ciri dari pola ini yaitu, orangtua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginanya, orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak, bahkan hampir tidak menggunakan hukuman.

Pola asuh ini menerapkan pola asuhnya dengan aspek, orang tua yang tidak perduli terhadap pertemanan atau persahabatan anknya, orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya, jarang sekali melalukan dialog terlebih untuk mengeluh dan meminta pertimbangan, orangtua tidak perduli dengan masalah yang dihadapi oleh anaknya, orang tua tidak peduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas tindakan yang dilakukanya.

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini membawa pengaruh atas sikap anak, seperti: bersikap agresif, suka memberontak, kurang rasa percaya diri dan pengendalian diri.

Pola asuh Demokratis (Authoritative Parenting) pola asuh orangtua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran pemikiran. Pola ini memiliki ciri-ciri, yaitu anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal, anak diakui sebagai pribadi oleh orangtua dan turut

30

dilibatkan dalam pengambilan keputusan, memprioritaskan kepentngan anak akan tetapi tidak ragu ragu mengendalikan mereka, bersikap realitis terhadap kemampuan anak, tidak berharab berlebihan yang melampaui kemampuan anak, pendekatan kepada anak bersifat hangat.

Pola asuh ini menerapkan pola asuh dengan aspek, orangtua bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, orangtua mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, orangtua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk, orang tua menghargai disiplin anak.

Adapun dampak dari pol asuh ini bisa membuat perilaku anak, memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan berorientasi terhadap prestasi.

Menurut Thoha (1996 : 111-112) Pola asuh terbagi menjadi tiga yaitu : Pola asuh otoriter, Pola asuh demokratis dan permisive.

Pola asuh Otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar fikiran dengan orangtua, orangtua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak. Pola asuh otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras,lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan

31

dengan aturan yang ketat dan masih diberlalukan meskipun sudah menginjak usia dewasa.

Pola asuh Demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Orangtua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.

Pola asuh permisif ini ditandai dengan cara orangtua mendidik anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki, kontrol orangtua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup bagi anaknya. Semua yang telah dilakukan anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.

B. Pembentukan Akhlak