• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA AWAL PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA AWAL PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

50

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA

SEBAGAI UPAYA AWAL PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK A. Urgensi Pendidikan Akhlak dalam Keluarga terhadap Pembentukan

Kepribadian Anak

Seperti yang telah dijelaskan di bab II bahwa, akhlak adalah kehendak jiwa atau kelakukan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran dan perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu, lahirlah perasaan moral (moral sence) yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat, mana yang cantik dan mana yang buruk. Dari sana timbul bakat akhlaki yang merupakan kekuatan jiwa dari dalam yang mendorong manusia untuk melakukan yang baik dan mencegah perbuatan buruk.

Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan manusia dengan makhluk lainya. Oleh karena itu, jika manusia tanpa akhlak hilanglah derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah swt. yang paling mulia di antara makhluk yang lain. Manusia yang berbudi pekerti atau bermoral baik, pasti segala sikap dan tingkah laku perbuatannya menjadi baik. Sebab di dalam hatinya selalu tertanam ajaran moral sebagai suatu kesatuan yang mendorong ke arah kebaikan.

Dengan adanya akhlak manusia bisa berhubungan baik dengan sang khalik (Tuhannya) dan antar sesama makhluk. Untuk terciptanya hubungan yang harmonis anatara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya, maka perlu adanya pendidikan. Dan pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan akhlak.

Pendidikan akhlak memang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun keluarga. Dalam hal ini yang pertama

(2)

kali menentukan adalah pendidikan akhlak yang diterima seseorang dalam keluarga. Oleh sebab seseorang atau individu, pertama kali berkomunikasi dan mendapat rangsangan dari keluarga. Jika dalam keluarga itu, anggota keluarga tidak dapat melakukan fungsinya sebagai pendidik (pendidikan akhlak), maka keberhasilan pendidikan di luar keluargapun akan sulit tercapai. Hal ini dikarenakan pendidikan akhlak dalam keluarga, merupakan dasar dari ajaran seseorang dan merupakan faktor penting dalam pembentukan akhlak seseorang.1

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya (orang tua dan saudaranya atau anggota lain).

Sebagai pusat pendidikan pertama, keluarga mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak bagi peranannya di masa depan. Dasar-dasar perilaku, sikap hidup dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak dalam lingkungan keluarga. Semua dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pribadinya itu tidak mudah berubah. Oleh sebab itu, penting sekali diciptakan lingkungan keluarga yang baik, dalam arti menguntungkan bagi kemajuan dan perkembangan pribadi anak serta mendukung tercapainya tujuan yang dicita-citakan. Pergaulan anak sehari-hari dengan lingkungan keluarganya itu akan membentuk karakter, watak dan sikap serta kepribadian anak. 2

Oleh karena itu, keluarga harus membentuk dan menumbuhkan kepribadian anak ke arah yang kuat dengan memberikan pengalaman atau kebiasaan yang baik, nilai-nilai akhlak yang tinggi serta kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama (Islam). Nilai-nilai akhlak yang ditanamkan

1 Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 1987), hlm. 82. 2 Faried Ma’ruf Noor, Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia, (Bandung: Al-Ma’arif,

(3)

dalam keluarga sejak dini pada anak-anak dengan sendirinya akan menjadi bagian dari unsur-unsur kepribadiannya.

Apabila jiwa anak dididik untuk mengutamakan kemuliaan, mencintai kebajikan, dan membenci kejelekan, maka akan lahir darinya perbuatan-perbuatan yang lebih baik dan tidak sulit melakukan apa yang disebut akhlak baik seperti pemurah, lemah lembut, sabar, bertanggung jawab dan perbuatan yang mencerminkan kemuliaan akhlak. Sebaliknya jika jiwa ditelantarkan, tidak dibina dengan unsur yang baik dan membenci kebaikan, maka akan muncul perkataan-perkataan dan perbuatan yang hina dan cacat yang disebut akhlak buruk, seperti: hianat, berdusta, rakus dan sebagainya.

Begitu pentingnya akhlak dan penanamannya dalam jiwa anak, maka Rasulullah saw. Jauh-jauh hari telah menganjurkan kepada orang tua agar mendidik anaknya dengan akhlak mulia. Sebagaimana beliau bersabda:

!

"#

$ % &'( #

)

*

+

,

-“Dari Anas bin Malik sesungguhnya ia telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan akhlak yang baik”. (H.R. Ibnu Majah).

Hadits di atas merupakan peringatan langsung dari Rasulullah saw. Jika anak tidak pernah disayangi dan dididik akhlak yang baik, maka dampaknya akan bisa dirasakan langsung oleh orang tua. Tepat sekali kalau Rasulullah saw menganjurkan kepada orang tua agar memberi contoh tingkah laku yang baik pada anaknya, seperti berbakti kepada orang tua. Memberikan pendidikan akhlak kepada anak harus diajarkan sejak kecil, agar mereka terbiasa berlaku sopan dan punya kepribadian luhur. Penanaman akhlakul karimah sejak kanak-kanak merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian anak.

3Al- Hafidz Abi Abdillah Muhammad Ibnu Yazid Al-Quzwin, Sunan Ibnu Majah, Jilid II,

(4)

Oleh karena itu, Islam menekankan akhlak baik dan menyeru kaum muslimin untuk senantiasa membinanya serta menanamkannya di dalam jiwa anak dan akhlak menempati posisi yang paling penting setelah orang beriman. Ajaran Islam sangat mengutamakan terbinanya akhlak yang baik pada manusia. Setiap orang Islam wajib membentuk pribadinya dengan hiasan akhlak al-karimah.

Berhubungan dengan hal tersebut, maka apabila manusia khususnya keluarga dapat menanamkan sifat-sifat yang terpuji dalam kehidupan masyarakat, maka akan terbentuk kepribadian yang harmonis dengan memperhatikan unsur-unsur pendidikan akhlak yang sesuai dengan dasar, tujuan, materi dan metode pendidikan akhlak.

Dengan menanamkan pendidikan serta menumbuhkan akhlak pada pribadi anak secara umum seorang anak adalah sosok individu yang cinta damai, bertutur kata yang lemah lembut, tidak menyinggung, tidak menyakiti dan menghujat orang lain. Lebih dari itu hatinyapun senantiasa dipelihara agar tidak tumbuh rasa iri, hasad, dengki, dendam dan sebagainya. Dengan menjaga diri untuk tidak melakukan hal-hal yang demikian, diharapkan seorang anak dan manusia lain disekitarnya akan terpelihara. Tidak terusik oleh gangguan tangan kata-kata maupun hatinya.

Sehingga pendidikan akhlak dalam keluarga mempunyai arti penting bagi pembentukan kepribadian anak, yaitu merupakan kebutuhan ideal sebagai pedoman dan pegangan dalam mengarungi kehidupannya mencapai tingkat kedewasaan yang Islami. Karenanya pendidikan akhlak harus diberikan kepada anak sedini mungkin untuk dapat dipahami, dihayati dan diamalkan. Sebab permasalahan-permasalahan yang dihadapinya sangatlah kompleks sehingga persiapan mental spiritual harus dipersiapkan. Tanpa landasan mental spiritual ini manusia tidak mampu mewujudkan keseimbangan antara dua kekuatan yang saling bertentangan yaitu kekuatan kebaikan dan kejahatan.

(5)

B. Peranan orang tua dan saudara dalam pendidikan akhlak terhadap pembentukan kepribadian anak.

1. Peranan orang tua.

Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kodrat bertugas mendidik anak. Sejak kecil, anak hidup, tumbuh dan berkembang di dalam keluarga. Seluruh isi keluarga yang mula-mula mengisi pribadi anak. Orang tua dengan secara tidak direncanakan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi nenek moyang dan pengaruh-pengaruh lain yang diterima dari masyarakat. Orang tua memiliki kedudukan tersendiri dimata anak, bagi anak keduanya merupakan rujukan pertama di saat anak sedang menghadapi persoalan. Dilain pihak karena orang tua dituntut pertanggungjawabannya dalam mendidik dan membimbing anak. Orang tua wajib mengarahkan masa depan anak yang harus disesuaikan dengan masing-masing kepribadian anak tersebut, karena arahan dan motivasi orang tua sangatlah penting untuk masa depan anak. Karena tanpa itu semua dikhawatirkan anak akan salah dalam menentukan masa depannya. Sehingga berakibat tidak baik terhadap masa depan anak itu sendiri.

Seorang anak pertama kali bertemu dengan manusia lain adalah dengan orang tuanya. Ayah dan ibu secara bersama memberikan dasar didikan akhlak kepada mereka. Perilaku keseharian orang tua yang disaksikan dan dirasakan anak mempunyai pengaruh tersendiri di dalam jiwa dan kepribadian anak.

Oleh karena itu, orang tua harus menyadari , bahwa dari interaksi sehari-hari antara orang tua anak itulah terjadi proses peneladanan (modelling). Akhlak, perilaku dan kepribadian orang tua seperti pemurah, jujur, pemberani, teguh, mengemban dan menjalankan amanah, menghormati yang lebih tua, mengasihi yang lebih muda, dan seterusnya, akan berdampak positif terhadap pembentukan kepribadian anak.

Pengalaman anak dalam keluarganya akan tetap melekat dalam jiwanya sehingga membentuk suatu watak dan kepribadian yang tidak

(6)

terhapuskan. Dengan demikian wajib bagi orang tua mendidik akhlak anaknya. Pendidikan akhlak ini bertujuan menciptakan sosok yang berakhlakul karimah adalah “menuju dan menghampiri diri seseorang dan umat kepada Allah swt Yang Maha Karim atau istilah akhlakul karimah menuju pribadi taqwa”.4

Ada beberapa kewajiban keluarga terutama orang tua dalam memberikan pendidikan akhlak kepada anak, yaitu:

a. Memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh pada akhlak yang mulia.

b. Menyediakan peluang-peluang dan suasana praktis dimana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya.

c. Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak tanduknya.

d. Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana.

e. Menjaga mereka dari teman-temannya yang nyeleweng dari tempat-tempat kerusakan, dan lain-lain lagi cara dimana keluarga dapat mendidik akhlak anak-anaknya.5

Upaya pendidikan akhlak terhadap anak tersebut harus mendapatkan perhatian, karena mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan. Dan akhlak merupakan dasar pembentukan sikap dan watak yang baik bagi anak yang sedang masa pertumbuhan. Orang tua harus benar-benar memperhatikan, membimbing dan mengarahkan pendidikan akhlak anak-anaknya agar mereka mempunyai budi pekerti yang mulia dalam kehidupannya. Sebab orang tua merupakan pembina pribadi pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung yang

4Ashadi Falih dan Cahyo Yusuf, Akhlak Membentuk Pribadi Muslim, (Semarang: Aneka

Ilmu, , 1973), hlm. 119.

5 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Husna Zikra, 1995), hlm.

(7)

dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh.6

Oleh karena itu, orang tua mempunyai peran penting dalam memberikan pengajaran kepada anak dalam hal akhlak, dimana keluarga sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya, dengan interaksi itu, anak-anak memperoleh pengaruh dari orang tua atas segala tingkah lakunya. Orang tua harus mengajari mereka akhlak mulia yang sesuai dengan ajaran agama Islam, melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kepada kedua orang tua, bertinglah laku yang sopan baik dalam perilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.

Apabila sikap hidup dan perilaku seperti itu dikembangkan sejak dini akan sangat membekas pada diri anak dan merupakan landasan kepribadian yang kokoh untuk menuju terbentuknya kepribadian anak yang memiliki kepribadian anak yang utuh.

Kepribadian anak yang utuh itulah yang nantinya akan membentuk kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku, kegiatan-kegiatan jiwanya maupun filsafat hidupnya dan kepercayaan menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepadanya.

Peran orang tua dalam menumbuhkan perangai akhlak mulia bukanlah tugas ringan. Pertumbuhan fisik, intelektual, emosi dan sikap sosial anak harus diukur dengan kesesuaian nilai-nilai agama melaui jalan yang diridloi oleh Allah swt. Oleh sebab itu, orang tua perlu menumbuhkan kepribadian anak dengan memfokuskan sifat akhlak mulia, sebagai khalifah dimuka bumi ini, bukan anak bangsa yang liar, bebas tanpa ikatan kepada hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, peranan orang tua dalam pendidikan akhlak untuk pembentukan kepribadian anak adalah:

(8)

a). Sebagai orang tua, mereka membesarkan, merawat, memelihara, dan memberikan kesempatan berkembang menuju terbentuknya kepribadian anak.

Suatu kenyataan bahwa manusia diusia kecilnya sangat membutuhkan pertolongan dari kelangsungan hidupnya. Orang tualah yang mempunyai hubungan fitri dengan anak untuk memelihara dan melindunginya, sudah merupakan naluri sejak pertama dengan seluruh potensinya sangat terkait dengan orang tuanya.

Islam mengajarkan agar manusia mengingatkan kewaspadaannya untuk memelihara diri dan meningkatkan langkah-langkah potensinya sangat terkait dengan orang tuanya. Jadi jelaslah bahwa memelihara dan melindungi keluarga sangat penting sekali dengan jalan membekali mereka dengan iman yang kokoh untuk berbuat yang baik dan meninggalkan yang dilarang Allah.

b). Sebagai pendidik, mengajarkan ketangkasan motorik, ketrampilan melalui latihan-latihan, mengajarkan peraturan-peraturan, tata cara keluarga, tatanan lingkungan masyarakat, menanamkan pedoman hidup bermasyarakat.

Di sepanjang waktu orang tua selalu dituntut untuk bertanggung jawab atas pendidikan anaknya tetutama pendidikan akhlak. Hari depan seorang anak apakah akan bahagia atau menderita, apakah ia menjadi orang yang taat beramal atau tidak orang tualah yang berperan penting dalam hal ini.

c). Sebagai tokoh teladan, orang tua sebagai tokoh yang ditiru pola tingkah lakunya, cara berekspresi, cara berbicara dan sebagainya. d). Sebagai pengawas, orang tua memperhatikan, mengamati kelakuan,

tingkah laku anak. Mereka mengawasi anak agar anak tidak melanggar peraturan di rumah maupun di luar lingkungan keluarga. e). Orang tua sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak

(9)

Anak berakar dalam diri orang tuanya, sedangkan orang tua merupakan faktor pendidik bagi anak dan memainkan peranan paling utama dalam pertumbuhan kepribadiannya. Dengan kata lain, disatu sisi orang tua memberikan faktor lingkungan. Mereka adalah faktor dimana ciri-ciri khas, baik fisik maupun mental nenek moyangnya diwariskan kepada anak. Juga menyangkut sisi lingkungan, maka dipangkuan orang tualah anak diberikan pendidikan pertama dan tempat bagi pertumbuhan kepribadiannya. Dengan menanamkan nilai-nilai akhlak yang mulia , tingkah laku yang baik, kepedulian terhadap orang lain, akan terbentuklah kepribadian anak yang berakhlakul karimah.

2. Peranan saudara

Anak tumbuh, semenjak awal belajar berinteraksi dengan orang lain, setelah dengan orang tua, ia melangkah lebih jauh, pertama interaksi dengan kakak, nenek, tante, paman, dan saudaranya yang lain di dalam rumah. Semua interaksi awal ini merupakan tahap awal bagi anak mengenal dunia sekitarnya.

Pada dasarnya setiap anak secara tidak sengaja akan menyerap pendidikan dari saudara-saudaranya. Anak belajar dalam keluarga saling tukar menukar pengalaman, sehingga semakin banyaklah hal-hal yang diketahui tentang mana ynag baik dan mana yang buruk, tentang mana yang hak dan mana yang kewajiban, saling menyayangi dan sebagainya.

Pergaulan semacam ini terjadi di antara sesama saudara yang hidup dilingkungan keluarganya. Antara seorang kakak dengan adiknya dan sebaliknya antara adik dengan kakaknya dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari antara adik dan kakak akan selalu ada hubungan dan kerjasama dalam pergaulan untuk melaksanakan keperluan keluarga.

Dari interaksi tersebut, seorang anak akan selalu meniru apa yang dilakukan oleh saudara-saudaranya, karena pada masa ini, anak

(10)

senang meniru apa yang dilihat di dalam lingkungannya. Meniru terlihat jelas pada anak-anak dalam ibadah, akhlak juga tingkah laku. Karena meniru adalah cara mendidik yang paling efektif untuk anak kecil terhadap orang tua atau orang lain di sekelilingnya. Seorang anak mula-mula hanya meniru orang tuanya atau saudaranya pada saat ia kecil, ia akan berusaha meniru mereka dalam hal yang kecil maupun besar dan mengambil jalan hidupnya dengan mengikuti perilaku, kebiasaan serta sifat orang yang disukainya. Sehingga kepribadiannya akan diwarnai kepribadian orang yang menguasai pikiran dan perasaannya.7

Setiap anak yang akan menjalani proses kehidupannya., mereka memerlukan keteladanan yang baik dan saleh. Keteladanan dari saudara dan semua anggota keluarga yang lain, mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak. Anak akan meniru tingkah laku mereka, baik secara sadar ataupun tidak. Karena manusia itu memiliki kebutuhan psokologis untuk menyerupai dan mencontoh orang yang dicintai dan dihargainya. Apabila anak dibesarkan dengan bimbingan akhlak yang baik dari saudaranya dan semua anggota keluarga yang lain serta lingkungan muslim yang baik, maka ia akan mendapat banyak contoh atau keteladanan yang baik untuk perkembangan jiwanya. Yang berarti bahwa saudaranya dan semua anggota keluarga yang lain haruslah dapat memberi contoh yang baik, mengajari mereka akhlak yang mulia sesuai dengan ajaran agama Islam seperti kejujuran, keberanian, keikhlasan, kesabaaran, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan sebagainya. Dalam hal ini Al-Ghazali mengatakan:

“Apabila anak dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa yang baik, diberi pendidikan ke arah itu, pastilah ia akan tumbuh di atas kebaikan tadi akibat positifnya ia akan selamat sentosa di

7 Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, terj. Arum Titisari,

(11)

dunia dan akhirat. Kedua orang tua dan semua pendidik, pengajar serta pengasuhnya ikut serta memperoleh pahalanya, Sebaliknya jika anak itu sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan keburukan dan dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidikan dan pengajarannya, yakni sebagaimana halnya seorang yang memeliahara binatang, maka akibatnya anak itupun akan celaka dan rusak binasa akhlaknya. Sedang dosanya yang utama tentulah dipikulkan kepada orang ( orang tua, pendidik) yang bertanggung jawab untuk memelihara dan mengasuhnya.8

Dengan demikian anggota keluarga harus menyadari bahwa dalam pembentukan kepribadian anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.

Dalam ikatan keluarga yang akrab dan hangat, seorang anak akan memperoleh pengertian tentang hak dan kewajiban, tanggung jawab yang diharapkan. Anak belajar bekerjasama, membagi rasa kepada yang lainnya, selalu ingat akan adanya saudara-saudaranya sehingga membentuk sikap sosial yang memudahkan hubungan sosial. Seorang anak dalam keluarga dimana terlihat ikatan keluarga yang diwarnai kehangatan dan keakraban akan membentuk azas hidup berkelompok yang baik sebagai landasan hidupnya di masyarakat.

Untuk dapat melaksanakan pergaulan sesama saudara, antara saudara yang satu dengan saudara yang lainnya haruslah memperhatikan hal-hal yang ada di antaranya:

a. Hak dalam harta

8 Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

(12)

Bahwa antara saudara hendaklah saling memberi apa yang dipunyainya. Jika hal ini dapat terjadi, maka saudara itu akan dapat terjalin ikatan persaudaraan yang sangat baik, karena mereka merasa saling membutuhkan dan merasa bahwa dirinya itu adalah satu badan.

b. Hak dalam memberikan pertolongan

Dalam persaudaraan, ada hak-hak sebagimana tersebut di atas, yakni dalam upaya memenuhi segala macam keperluan saudaranya dan ikut mengusahakan apa-apa yang dibutuhkan sebelum saudaranya itu meminta bantuannya.

c. Hak dalam mendo’akan

Mendo’akan itu maksudnya adalah sewaktu saudara-saudaranya itu masih hidup ataupun sesudah meninggal dunia.

d. Hak dalam memenuhi kecintaan dan keikhlasan

Buah dari adanya saling mencintai ini dilakukan semata-mata karena Allah ta’ala adalah tidak adanya kedengkian yang mendalam baik dalam soal agama maupun masalah dunia. Sebab sebagimana seseorang akan dengki dan iri hati kepada saudarnya, padahal segala sesuatu yang menjadi milik saudaranya itu faedahnya akan kembali pula kepada dirinya sendiri.

e. Hak dalam lidah dan hati

Ada dua macam cara dalam melaksanakan hak-hak di atas, yakni yang pertama dengan cara berdiam diri dan yang kedua adalah dengan cara berkata-kata.

f. Hak memberikan pengampunan

Memaafkan itu merupakan sikap yang terpuji. Memaafkan dari kesalahan saudara-saudaranya baik yang dilakukan dengan sengaja maupun yang tidak sengaja. Dalam hal ini ada dua macam, yaitu yang ada hubungan dengan persoalan agama dan yang berhubungan dengan hak diri sendiri. Kasalahan saudara apabila ada hubungan

(13)

dengan keagamaan, maka wajiblah hatinya dengan ramah dan lemah lembut untuk memohon ampun kepada Allah. 9

Hak tersebut harus menjadi perhatian dalam pergaulan keluarga. Kesemuanya itu dilakukan berdasarkan pendidikan akhlak yang ada dalam keluarga. Jika pendidikan akhlak itu berjalan dengan baik, maka pergaulan dalam keluarga juga akan berjalan sesuai dengan akhlak yang baik. Pergaulan yang diwarnai dengan akhlak yang baik dalam keluarga dapat menimbulkan sikap saling menghormati dan saling mengasihi antara sesama anggota keluarga.

Sehingga peranan saudara dalam mendidik akhlak terhadap pembentukan kepribadian anak sangat penting juga yaitu membimbing anak dengan membiasakan anak untuk melakukan akhlak yang terpuji yang nantinya terbentuklah kepribadian anak sebagai pribadi yang berakhlakul karimah, sebagai teladan bagi anak-anak setelah orang tua, saudara dan anggota keluarga yang lain juga sebagai tokoh yang ditiru pola tingkah lakunya, cara berbicara, cara menghormati yang lebih tua, dan cara berbakti kepada kedua orang tuanya, dan sebagainya.

Berangkat dari uraian di atas, jelas bahwa pendidikan akhlak dalam keluarga mempunyai peranan yang penting bagi kepribadian anak, yaitu: sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian anak, dengan pemberian pendidikan akhlak dalam keluarga sejak dini akan terbentuklah kepribadian anak yang utuh yang nantinya akan membentuk kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni, tingkah laku, kegiatan-kegiatan jiwanya maupun filsafat hidupnya dan kepercayaan menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepadanya.

9 M. Al-Ghazali, Etika Bergaul, Terj. A. Soeharto, (Jakarta: Pustaka Amin, 1990), hlm.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk menentukan besarnya daya hambat perasan buah belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L) terhadap

(9) Dalam hal Dana Desa yang telah digunakan untuk pembayaran BLT Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (8) masih terdapat sisa, kepala desa dapat menggunakan sisa Dana

Upaya pemberantasan penyakit tuberkulosis merupakan suatu usaha cukup berat, karena menyangkut permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang akhir-akhir ini mengalami

According to the developments in the archipelago despite songket gold thread was. found in the ruins of the site of Srivijaya in Sumatra, along with rubies

bidang tertentu, Selain hal istimewa sebagai karakteristik anak gifted, dalam kehidupan empiris anak gifted juga mengalami masalah justru terkait dengan karakteristik yang

Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi maupun tampilan fisiknya, sesuai

Dengan telah berakhirnya pelaksanaan kinerja tahun anggaran 2010, Mahkamah Syar’iyah Aceh merasa bertanggungjawab untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja