KATA PENGANTAR
Rasa syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 dapat diselesaikan dan diterbitkan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaga dalam penyusunan profil kesehatan ini diucapkan terima kasih.
Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah adalah sarana sumber data dan informasi mengenai Program Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah dalam periode satu tahun. Profil kesehatan ini menyajikan data dan informasi kesehatan yang meliputi situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, data umum serta lingkungan yang terkait dengan kesehatan. Profil kesehatan ini tentu tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk peningkatan mutu diharapkan saran dan kritik yang membangun serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan.
Harapan kami mudah-mudahan Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 dapat bermanfaat dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam bidang kesehatan maupun bidang lainnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...ii
DAFTAR GRAFIK ...v
BAB I. PENDAHULUAN ...1
BAB II. GAMBARAN UMUM DAERAH ...2
1. KEADAAN GEOGRAFIS KAB. ACEH TENGAH ...2
2. JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR ... ...4
3. KEPADATAN PENDUDUK ...6
4. RASIO BEBAN TANGGUNGAN ...6
BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN ...7
A. MORTALITAS (Angka Kematian) ...7
1. Angka Kematian Neonatus (AKN) ...8
2. Angka Kematian Bayi...8
2. Angka Kematian Balita (AKABA) ...9
3. Angka Kematian Ibu ... 11
B. MORBIDITAS (Angka Kesakitan) ... 12
1. Case Notification Rate (CNR) Tuberkulosis ... 12
2. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA +(Cure Rate) Kelengkapan Pengobatan (Complate Rate) &Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR) ... 13
3. Persentase Balita dengan Pneumonia ditangani ... 13
4. Jumlah Kasus HIV/AIDS ... 13
5. Cakupan Penanganan Kasus Diare ... 14
6. Prevalensi Penyakit Kusta ... 15
8. Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 18
9. Angka Kesakitan Malaria ... 19
10. Cakupan Penanganan Filariasis ... 19
BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 21
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ... 21
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ... 22
2. Pelayanan Keluarga Berencana ... 31
3. Pelayanan Imunisasi ... 33
B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT ... 34
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita ... 35
2. Pemberian Kapsul Vitamin A ... 36
C. PROGRAM KESEHATAN JIWA MASYARAKAT ... 38
D. KESEHATAN USILA ... 39
E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN...39
F. PERILAKU HIDUP SEHAT ... 40
G. KEADAAN LINGKUNGAN... 41
1. Persentase Rumah Sehat ... 41
2. Persentase Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak ... 42
3. Persentase Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ... 42
5. Persentase TTU dan TPM Sehat ... 43
BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 44
A. SARANA KESEHATAN ... 44
1. Ketersediaan Farmasi dan Alat Kesehatan ... 44
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan... ... 45
B. TENAGA KESEHATAN ... 47
1. Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan ... 47
2. Rasio Tenaga Keperawatan (Bidan ,Perawat) di Sarkes... 48
3. Rasio Tenaga Kefarmasian dan Tenaga Gizi di Sarkes ... 49
4. Rasio Tenaga Kesehatan dan Sanitasi di Sarkes... 50
5. Rasio Tenaga Tekhnisi Medis dan Fisioterapis di Sarkes ... 51
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN... 52
D. PENUTUP ... 53
R E S U M E ... 54 LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Piramida Penduduk Kabupaten Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2015...5 Grafik 2.2 Jumlah Penduduk per Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2015...6 Grafik 2.3 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2015 ... 7 Grafik 3.1 Angka Kematian Bayi ( AKB ) Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2011-2015 ... 10 Grafik 3.2 Angka Kematian balita ( AKABA ) Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2011 - 2015 ...11 Grafik 3.3 Jumlah Kematian Ibu Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011
-Tahun 2015 ... 13 Grafik 3.4 Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani Kabupaten Aceh
TengahTahun 2015 ... 17 Grafik 3.5 Incidence Rate DBD Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2011 - 2015 ... 21 Grafik 4.1 Tren Cakupan K1 dan K4 Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2011 s/d 2015... 25 Grafik 4.2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Nakes Kabupaten
Aceh Tengah Tahun 2011 - 2015... 26 Grafik 4.3 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2011 s/d 2015... 27 Grafik 4.4 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Kabupaten
Aceh Tengah Tahun 2015 ... 29 Grafik 4.5 Persentase Penggunaan Fe1 dan Fe3 Kabupaten
Aceh Tengah Tahun 2012 s/d 2015 ... 30 Grafik 4.6 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal
Kab. Aceh Tengah Tahun 2013 - 2015 ... 31 Grafik 4.7 Cakupan Kunjungan Neonatal Kabupaten Aceh Tengah
Grafik 4.8 Cakupan Peserta KB Aktif Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2015 ... 35 Grafik 4.9 Cakupan Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 ... 36 Grafik 4.10 Cakupan Desa UCI Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011
s/d 2015 ... 38 Grafik 4.11 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita dan
Ibu Nifas Kab. Aceh Tengah Tahun 2014 s/d 2015... 41 Grafik 4.12 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Kabupaten Aceh
Tengah Tahun 2011 s/d 2015... 42 Grafik 5.1 Persentase Posyandu Menurut Strata Kabupaten Aceh
TengahTahun 2015 ... 52 Grafik 5.2 Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Kabupaten Aceh
Tengah Tahun 2015 ... 54 Grafik 5.3 Rasio Tenaga Keperawatan (Bidan, Perawat) di Sarana
Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 ... 55 Grafik 5.4 Rasio Tenaga Kefarmasian dan Tenaga Gizi di Sarana
Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 ... 56 Grafik 5.5 Rasio Tenaga kesmas dan Sanitasi Di Sarana Kesehatan
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015... 57 Grafik 5.6 Rasio Tenaga Tekhnisi Medis dan Keterapian Fisik
PENDAHULUAN
Kebutuhan data dan informasi dari hari ke hari semakin meningkat. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah terutama terhadap masalah – masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka, sebab kesehatan menyangkut hajat hidup masyarakat luas. Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri.
Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah adalah buku statistik kesehatan Kabupaten Aceh Tengah untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah yang diterbitkan setahun sekali. Dalam setiap terbitan profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah berisi data/informasi yang menggambarkan derajat kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan di Kabupaten Aceh Tengah.
Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi maupun tampilan fisiknya, sesuai masukan dari berbagai pihak walaupun masih dijumpai kendala sehingga data dan informasi dari setiap puskesmas, masing-masing program ataupun dari instansi terkait lainnya masih belum terisi secara lengkap, namun demikian diharapkan profil ini dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi ( Evidence Based ) serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.
Sebagaimana diamanatkan dalam undang – undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap ketersediaan akses informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi –
tingginya. Selain itu pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan,yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerja sama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan peraturan pemerintah. Sedangkan pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Profil Kesehatan adalah salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan. Metodologi Penyusunan Profil Kesehatan Aceh Tengah 2015 ini dilakukan dengan pengumpulan data, memvalidasi data, analisis data dan korelasi antar tabel serta check and balance dari seluruh kegiatan program yang dihimpun dari seluruh Puskesmas/Kecamatan. Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah 2015 ini terdiri atas 5 (lima) bab yaitu :
Bab I_ Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang maksud dibuatnya profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah ini dan sistimatika ( Uraian ringkas isi bab demi bab ) dari penyajiannya.
Bab II_ Gambaran Umum Daerah, Bab ini menyajikan tentang keadaan Geografi,cuaca, penduduk,serta informasi umum lainnya.
Bab III_ Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang mencakup tentang angka kematian dan angka kesakitan serta hasil – hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2015.
Bab IV_ Situasi Upaya Kesehatan, Bab ini menyajikan tentang upaya – upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2015, untuk tercapai dan berhasilnya program – program pembangunan di bidang kesehatan.
Bab V_ Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan , pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
GAMBARAN UMUM DAERAH
1. KEADAAN GEOGRAFIS KABUPATEN ACEH TENGAH
Daerah Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di tengah Provinsi Aceh dengan luas wilayah 4.318,39 km2, terletak antara 4,1033° sampai 5,5750° Lintang Utara dan 95,1540° sampai 97,20250 Bujur Timur dengan ketinggian bervariasi antara 200 meter sampai dengan 2.600 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Aceh Tengah memiliki iklim tropis, di mana musim kemarau biasanya jatuh pada Bulan Januari sampai dengan Juli, Musim hujan berlangsung dari Bulan Agustus sampai Bulan Desember. Rata-rata curah hujan berkisar antara 1.082 sampai dengan 2.409 Milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan antara 113 sampai dengan 160 hari per tahun (sumber data: BPS). Suhu udara maksimum rata – rata adalah 260 C dan minimum 150 C. Keadaan udara tidak terlalu lembab dengan rata – rata kelembaban nisbi 80 %.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Tengah adalah : Utara : Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Bireuen Selatan : Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Gayo Lues Timur : Kabupaten Aceh Timur
Barat : Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Barat
Kabupaten Aceh Tengah memiliki topografi wilayah yang bervariasi, mulai dari datar, lembah, bergelombang, berbukit sampai bergunung dengan kemiringan permukaan tanah mulai dari landai sampai curam. Kabupaten Aceh Tengah memiliki 14 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 295 desa.
Kabupaten Aceh Tengah mempunyai sebuah danau yang diberi nama Danau Laut Tawar. Seluruh badan danau ini dikelilingi bukit yang ditumbuhi pohon pinus merkusi, sebagaimana pegunungan dan bukit lainnya yang banyak terdapat di kabupaten ini. Luas danau sekitar 3.858.2 ha, airnya jernih, dan bersih yang bersumber dari sejumlah mata air dengan 21 sungai kecil. Danau ini memberi panorama indah bagi Kabupaten Aceh Tengah dan merupakan objek pariwisata yang membanggakan bagi masyarakat Kabupaten Aceh Tengah.
Danau laut tawar, Takengon
2. JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
Hasil estimasi jumlah penduduk Kab. Aceh Tengah keadaan tahun 2015 adalah 196.090 jiwa, dengan perbandingan laki-laki sebanyak 99.011 jiwa dan perempuan 97.079 jiwa. Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk yang telah dilakukan, dapat disusun sebuah piramida penduduk tahun 2015. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida bagian kanan menunjukkan banyaknya
penduduk laki – laki dan badan piramida bagian kiri menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Dilihat dari grafik 2.1 jumlah penduduk menurut kelompok umur Kabupaten Aceh Tengah jumlah terbesar terdapat pada range usia 0 - 4 tahun sebesar 23.082.
Grafik 2.1
Piramida Penduduk Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015
Berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Aceh Tengah terdapat di Kecamatan Silih Nara dengan penduduk sebesar 22.030 jiwa dan jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Atu Lintang sebesar 6.315 jiwa.
Grafik 2.2
Jumlah Penduduk per Kecamatan Kab. Aceh Tengah Tahun 2015
22030 19800 19334 16453 13613 10048 9925 8012 7650 7383 6315 9695 9608 0 5000 10000 15000 20000 25000 Silih Nara Pegasing Lut Tawar Kebayakan Ketol Linge Jagong Jeget Celala Bintang Kute Panang Bies Rusip Antara Atu Lintang 3. KEPADATAN PENDUDUK
Kepadatan penduduk di tiap Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 tidak merata, Kecamatan Bebesen adalah yang terpadat penduduknya yaitu 767.62 jiwa/Km2 dan yang terjarang penduduknya adalah kecamatan Rusip Antara yaitu 11.04 jiwa/km2. Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh besarnya wilayah pada masing – masing kecamatan. Kepadatan penduduk dari sektor kesehatan merupakan indikator dalam melihat beberapa kondisi kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan ketersediaan air minum, air bersih, sistem pembuangan air limbah dan sampah keluarga.
Grafik 2.3
Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015
4. RASIO BEBAN TANGGUNGAN
Rasio beban tanggungan adalah perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif (usia kurang dari 15 tahun) dan tidak produktif lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (15-64 tahun). Rasio beban tanggungan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 adalah 56 yaitu setiap 100 orang usia produktif harus menanggung 56 orang usia non produktif.
a
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan . Indikator – indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bagian ini derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu dan angka morbiditas beberapa penyakit .
A. MORTALITAS ( Angka Kematian)
Kejadian kematian dalam suatu kelompok populasi dapat mencerminkan kondisi kesehatan masyarakat. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada. Pada bab ini kita dapat melihat gambaran angka kematian di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015.
Salah satu tujuan Milenium tahun 2015 adalah menurunkan jumlah kematian Anak dengan menghitung Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di suatu negara. Upaya ini dilakukan dengan kegiatan program yang fokus, terintegrasi secara sektoral dan berkesinambungan sehingga berdampak ungkit besar terhadap penurunan AKB dan AKABA.
Dalam profil ini juga akan disampaikan angka kejadian lahir mati, oleh karena banyak terjadi kematian pada janin dalam kandungan sebelum dilahirkan. Untuk perhitungan indikator ini digunakan defenisi operasional yang standar dengan kategori masing – masing yaitu Angka Lahir Mati, AKB, dan AKABA. Pengertian lahir hidup adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi menunjukkan
a
tanda – tanda kehidupan, misalnya : bernafas, ada denyut jantung atau gerakan otot. Sementara yang dimaksud dengan lahir mati adalah suatu kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda – tanda kehidupan.
1. Angka Kematian Neonatus (AKN)
Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah jumlah bayi (usia 0 – 28 hari) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Dari seluruh kematian balita tahun 2015 sebanyak 52 jiwa, proporsi kematian bayi 90,4 persen yaitu sebanyak 47 jiwa dan anak balita 5 jiwa atau sebesar 9,6 persen. Angka kematian neonatal di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup.
Sebagian besar kematian bayi didominasi oleh kematian neonatus. Perhatian terhadap upaya penurunan angka neonatal menjadi lebih penting karena kematian neonatal memberi kontribusi lebih separuh terhadap jumlah kematian bayi. Untuk mencapai target penurunan kematian bayi, maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir menjadi prioritas utama.
2. Angka Kematian Bayi
Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. AKB yaitu banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai
a
usia 1 tahun pada tahun yang sama yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup.
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap penyakit infeksi.
Pada tahun 2015 di Kabupaten Aceh Tengah terdapat 47 kematian bayi dari 3998 jumlah kelahiran.
Grafik 3.1
Angka Kematian Bayi (AKB)
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 - 2015
17 12 12.6 12 9.8 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2011 2012 2013 2014 2015
Angka Kematian Bayi
Berdasarkan data diatas AKB Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 menurun kembali yaitu sebesar 12 /1000KH setelah pada tahun sebelumnya meningkat sebesar 17/1000 KH.
a
3. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun pada periode waktu tertentu dalam 1000 lahir hidup. Pada Tahun 2015 AKABA Kabupaten Aceh Tengah 13 KH. Artinya dari 1000 balita lahir hidup terdapat 13 balita yang meninggal dalam setahun.
Kematian balita terbanyak terdapat di Kecamatan Silih Nara sebanyak 9 kasus dan Pegasing sebanyak 7 kasus.
Grafik 3.2
Angka Kematian Balita (AKABA) Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011 – 2015
14,4 12,1 13 17 13 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2011 2012 2013 2014 2015 AKABA
Proporsi kematian bayi mencapai 90 persen dari seluruh kematian balita. Sebagian besar kematian bayi dikontribusi pada periode neonatal, sehingga upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir menjadi sangat strategis dalam percepatan pencapaian target MDGs.
Pnyebab terbanyak kematian bayi dan balita adalah maslah pada neonatal seperti BBLR, asfiksia dan sepsis, penyakit infeksi terutama diare dan pneumonia serta masalah kekurangan gizi. Intervensi penurunan angka
a
kematian bayi/balita diprioritaskan pada masa neonatal terutama dalam pencegahan dan penanganan penyebab kematian terbanyak neonatal.
Pencegahan dan perlindungan bayi dan balita dari pneumonia dan diare dapat dilakukan melalui penyediaan air minum yang bersih dan aman, sanitasi yang baik, cuci tangan pakai sabun, mencegah polusi dalam rumah (indoor pollution), pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, pemberian vaksin DPT, HiB, pnumokokus dan rotavirus, pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP ASI yang benar, serta pemberian vitamin A.
4. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian wanita pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan. Kematian yang dihitung dapat terjadi karena kehamilannya, persalinannya dan masa nifas bukan karena sebab – sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll.
Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah AKI. Perhitungan AKI di kabupaten sulit dilakukan, karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran. Upaya efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional di fasilitas kesehatan, meningkatkan penggunaan kontrasepsi paska persalinan dan penanganan komplikasi maternal.
Jumlah kematian ibu di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 sebanyak 7 orang
Kematian terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Kematian ibu tertinggi juga terjadi pada usia 20 – 34 tahun (5 kasus). Karakteristik usia ibu, merupakan salah satu faktor risiko tinggi kematian maternal. Bahwa usia <20
a
tahun dan >35 tahun dikategorikan sebagai usia risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan yang berdampak terhadap kematian maternal.
Penyebab medis kematian ibu tertinggi disebabkan oleh kelompok kasus hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan kasus perdarahan Post Partum (PPP). Kedua kelompok kasus ini mempunyai Case Fatality Rate yang masih tinggi. Artinya bila ibu mengalami komplikasi HDK dan PPP ini sulit diselamatkan bila penanganan tidak cepat dan adekuat. Periode kematian ibu tahun 2015 di Kabupaten Aceh Tengah tertinggi pada masa nifas sebesar 71,4%, Pada saat persalinan 14,3% dan pada masa kehamilan sebesar 14,3%.
Grafik 3.3 Jumlah Kematian Ibu
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 s/d 2015
3 5 9 6 7 0 2 4 6 8 10 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kematian ibu
B. MORBIDITAS ( Angka Kesakitan)
Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) suatu penyakit yang terjadi pada suatu populasi dalam kurun waktu tertentu.
a
Gambaran morbiditas penyakit – penyakit menular dan tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah.
1. Case Notification Rate (CNR) Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberculosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case notification rate (CNR) dan prevalensi (didefenisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan mortalitas (didefenisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
Case Notification Rate (CNR) Tuberkulosis adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Pada tahun 2015 jumlah kasus baru TB BTA+ adalah 102 kasus termasuk kasus di Rumah Sakit. Angka Case Notification Rate (CNR) Tuberkulosis adalah 52,02/100.000 penduduk. Sementara CNR seluruh kasus TB Paru BTA positif tahun 2015 berjumlah 68,85/100.000.
2. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+( cure rate), Kelengkapan Pengobatan (Complate Rate) dan Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR)
Salah satu upaya untuk mengendalikan TB Paru yaitu dengan pengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Jumlah BTA+ yang diobati di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 berjumlah 102 kasus dengan angka kesembuhan 30,39 persen karena di tahun
a
2015 mereka belum menyelesaikan pengobatan. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) sebesar 38,24%.
3. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Cakupan penemuan pneumonia pada balita 0,42 dengan jumlah kasus ditemukan sebanyak 9 kasus. Kasus terbanyak terdapat di kecamatan Ketol sebanyak 6 kasus dan Kecamatan Celala sebanyak 3 kasus. Adapun perkiraan pneumonia pada balita di Kabupaten Aceh Tengah berjumlah 1.895. Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita yaitu 10 persen dari jumlah balita pada wilayah dan kurun waktu yang sama
4. Jumlah kasus HIV/AIDS
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus Human Immunodefiency Virus (HIV). Perkembangan Penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) melalui suntikan secara simultan telah memperbesar resiko tingkat penyebaran HIV/AIDS. Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic), yaitu adanya prevalensi lebih dari 5 % pada sub populasi tertentu misalnya pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan seperti “Fenomena Gunung Es” (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada
a
jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti.
Menurut jenis kelamin , persentase kasus baru AIDS tahun 2015 pada kelompok laki – laki lebih besar daripada kelompok perempuan. Proporsi penderita AIDS laki – laki sebesar 88,89% dan perempuan 11,1%. Penderita terbanyak terdapat pada kelompok umur 25 – 49 tahun. Jumlah penderita AIDS tahun 2015 di Kabupaten Aceh Tengah sebanyak 9 kasus. Dan kasus HIV di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 sebanyak 2 kasus.
Untuk penyakit syphilis,menurut jenis kelamin terdapat 1 kasus pada laki – laki di kelompok umur 20 – 24 tahun.
5. Cakupan Penanganan Kasus Diare
Penyakit diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Penderita diare yang ditangani adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan adalah 10 persen dari angka kesakitan dikali dengan jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Sementara angka kesakitan adalah angka kesakitan nasional yaitu sebesar 411/1000 penduduk. Jumlah target penemuan kasus diare laki – laki di Kab. Aceh Tengah Tahun 2015 berjumlah 4069 dan perempuan berjumlah 3990 , penderita diare yang ditangani sebesar 60,4%
a
Grafik 3.4
Kasus Diare ditemukan dan di tangani Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015
2352 4069 2516 3990 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 Laki - Laki Perempuan
Grafik diatas menunjukkan cakupan penemuan kasus diare dan ditangani tahun 2015 pada laki – laki berjumlah 2.352 (57,8%) dan pada perempuan berjumlah 2.516 (63,1%).
6. Prevalensi Penyakit Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut :
a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa ati
a
c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA positif).
Kusta terbagi 2 yaitu Pausibasiler (PB) dan Multibasiler(MB). Tingkat kecacatan kusta : Tingkat 0, normal. Tingkat I, mati rasa pada telapak tangan dan atau telapak kaki. Tingkat II, kelopak mata tidak menutup, jari tangan maupun jari kaki memendek, bengkok dan luka.
Penderita PB adalah penderita kusta dengan hasil BTA (-) pada pemeriksaan kerokan kulit, yaitu TT dan BT. Penderita MB adalah semua penderita kusta tipe BB, BL dan LL atau apapun klasifikasi klinisnya dengan BTA (+). NCDR (New Case Detection Rate) Kasus kusta yang baru ditemukan pada kurun waktu tertentu per 100.000 penduduk.
Tahun 2015 penderita kusta di Kabupaten Aceh Tengah berjumlah 1 orang pada kasus kusta MB . Dengan angka penemuan kasus new case detection rate (NCDR) sebesar 1.03/100.000 penduduk.
Penderita kusta yang selesai berobat RFT (Release From Treament) adalah penderita kusta yang mnyelesaikan pengobatan tepat waktu disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Pada RFT PB sasarannya adalah penderita kusta yang diobati pada tahun lalu, sedangkan pada RFT MB yang diobati adalah penderita kusta MB yang diobati 2 tahun sebelumnya.
Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh dan tanda-tanda penyakit jadi kurang aktif sampai akhirnya hilang. Dengan hancurnya kuman maka sumber penularan dari penderita terutama multi basiler (MB) ke orang lain terputus.Bila penderita kusta tidak minumobat secara teratur maka kuman kusta akan aktif kembali sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit dan saraf yang dapat memburuk keadaan.
RFT MB untuk Kabupaten Aceh Tengah berjumlah 1 orang sedangkan RFT PB tidak ada.
a
7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di Negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Kasus TN tidak ditemukan di Kabupaten Aceh Tengah.
b. Campak
Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak – anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh secret orang yang telah terinfeksi. Kasus campak di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 berjumlah 42 kasus.
c. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae yang menyerang system pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri kerap ditandai dengan tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan.
a
d. Polio dan AFP
Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang system saraf hinggapenderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0 – 3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah , sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat kepada kelumpuhan.
Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015 tidak ditemukan kasus polio dan AFP
e. Pertusis
Pertusis adalah penyakit membrane mukosa pernafasan dengan gejala demam ringan , bersin, hidung berair dan batuk kering
f. Hepatitis B
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis (A, B, C, D dan E). Tahun 2015 tidak terdapat kasus Hepatitis B di Kabupaten Aceh Tengah.
8. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Kasus DBD di Kabupaten Aceh Tengah mulai bulan Januari sampai Desember 2015 sebanyak 211 kasus. Kasus terbanyak terdapat pada wilayah kerja puskesmas Bebesen (96 kasus). Dari grafik di bawah ini menunjukkan IR (Insidens Rate) kasus DBD di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 sebesar
a
107,6 /100.000 penduduk. Artinya terdapat 107 penderita DBD per 100.000 penduduk.
Grafik 3.5 Incidence Rate DBD
Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011 s/d 2015
27,85 37,4 16,7 178,5 107,6 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2011 2012 2013 2014 2015 IR DBD
9. Angka kesakitan Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina, dapat menyerang semua orang baik laki- laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak – anak dan orang dewasa.
Target angka kesakitan malaria yang diukur dengan angka API (Annual Parasite Incidence). Angka kesakitan Malaria di Kabupaten Aceh tengah tahun 2015 sebesar 0,41 per 1000 penduduk beresiko. Pada tahun 2015 telah dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 625 atau 100 persen terhadap penderita klinis malaria. Tingginya cakupan pemeriksaan sediaan darah di laboratorium tersebut merupakan pelaksanaan kebijakan nasional pengendalian
a
malariadalam mencapai eliminasi malaria, yaitu semua malaria klinis harus dikonfirmasi laboratorium. Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat harus benar dan cara meminumnya harus tepat waktu yang sesuai dengan acuan program pengendalian malaria. Pengobatan yang efektif adalah pemberian ACT ( Artemicin- based Combination Therapy ) pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum habis dalam 3 hari.
Pada tahun 2015 di Kabupaten Aceh Tengah terdapat kasus malaria sebanyak 12 kasus. Kasus terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Ketol yaitu sebanyak 7 kasus, hal ini mengakibatkan Kejadian Luar Biasa di wilayah tersebut karena dari tahun sebelumnya tidak memiliki kasus malaria di tahun 2015 menjadi 7 kasus dan sebanyak 5 desa yang ditangani <24 jam di wilayah Kecamatan Ketol.
10. Cakupan Penanganan Penyakit Filariasis
Penyakit kaki gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki – laki. Penyakit kaki gajah pada umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis.
Di Kabupaten Aceh Tengah terdapat 5 kasus filariasis dari seluruh kasus lama yang dilaporkan.
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya – upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit sertamemulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya – upaya promosi kesehatan , pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Berikut diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir, khususnya untuk tahun 2015.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat telah dapat diatasi.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil dapat berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi serta anak.
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kuantitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Dari grafik di bawah ini
Cakupan K1 dan K4 pada tahun 2015 menurun dari tahun sebelumnya, tetapi cakupan K4 telah mencapai target nasional yaitu sebesar 72%.
Grafik 4.1
Tren Cakupan K1 dan K4
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 s/d 2015
85 93,2 92,3 90 91 80 86,7 85,9 82,11 81,43 70 75 80 85 90 95 2011 2012 2013 2014 2015 K1 K4
b. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih serta diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.
Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat menurunkan risiko kematian ibu saat persalinan karena di tempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan.Pn). Indikator ini memperlihatkan diantaranya tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Dari data yang didapatkan di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 80,6%. Hal ini telah mencapai target nasional yaitu sebesar 75%.
Grafik 4.2
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Nakes Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 s/d 2015
80,6 86,8 88,8 87,88 84,19 76 78 80 82 84 86 88 90 2011 2012 2013 2014 2015 Persalinan ditolong nakes
Dari grafik diatas menunjukkan penurunan cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan dari tahun – tahun sebelumnya. Peningkatan cakupan persalinan perlu dilakukan melalui upaya pelaksanaan program unggulan kesehatan ibu, di antaranya adalah kemitraan bidan dan dukun, peningkatan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan melalui jaminan program persalinan, model rumah tunggu di Kabupaten dengan puskesmas di daerah terpencil untuk pencegahan terhadap komplikasi yang terjadi selama persalinan, revitalisasi
bidan koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalinan, serta peningkatan kualitas surveilans kesehatan ibu melalui pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
c. Cakupan Pelayanan Nifas
Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas minimal 3 kali yaitu 1 kali pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari; 1 kali pada minggu ke II, dan 1 kali pada minggu ke IV termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan atau pemasangan KB pasca persalinan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas ( cakupan KF3). Indikator ini menilai kemampuan daerah dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.
Grafik 4.3
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 s/d 2015
75,7 83,3 79,4 81,45 85,67 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 2011 2012 2013 2014 2015 KF3
Pada tahun 2015 pelayanan kesehatan ibu nifas dan mendapat pelayanan kesehatan (KF3) adalah 75,7%. Cakupan KF3 tertinggi di Kec. Rusip Antara 94,7% dan terendah di Kec. Bintang 55%. Selebihnya data cakupan KF3 berkisar antara 60 – 80 persen. Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah pemberian vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah pemberian vitamin A 2 kali pada ibu bersalin saat periode nifas yaitu 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan.
Pemberian kapsul vitamin A ibu nifas (melahirkan) memiliki manfaat penting bagi ibu dan bayi yag disusuinya. Tambahan vitamin A melalui suplementasi dapat menigkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh, dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak. Dari cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 adalah 61,2 %.
d. Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil
Imunisasi Toksoid Tetanus (TT) ibu hamil adalah pemberian vaksin TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) dengan tujuan memberikan kekebalan seumur hidup. Pemberian TT2 adalah jeda waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun. Pemberian TT3 adalah jeda waktu pemberian minimal bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun. Pemberian TT4 adalah jeda waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun. Pemberian TT5 adalah jeda waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun. Pemberian TT2+ adalah imunisasi tetanus yang diberikan minimal 2 kali saat kehamilan yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan.
Imunisasi TT perlu dilakukan oleh wanita sebelum menikah dan pada ibu hamil, karena imunisasi TT dapat memberikan kekebalan tubuh pada ibu hamil agar janin terhindar dari Tetanus Neonatarum . Sebagian besar bayi yang terkena tetanus biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT dan persalinan yang dilakukan tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) misalnya kurang steril. Grafik dibawah ini memberi informasi cakupan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015.
Grafik 4.4
Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015
3.5 4.3 5.7 6.9 7.4 24.3 0 5 10 15 20 25 TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+ Ibu Hamil
e. Pemberian Tablet Besi (Fe)
Pelayanan pemberian tablet besi (Fe) dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami oleh ibu hamil. Pemberian Tablet Fe (suplement) merupakan salah satu upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan Anemia, karena jenis Anemia yang terbanyak di Indonesia adalah Anemia Gizi Besi. Anemia pada ibu hamil mendapat prioritas utama karena kelompok ini
berisiko dan cenderung akan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), resiko pendarahan sebelum dan pada saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi bilamana ibu hamil tersebut menderita Anemia Berat.Pemberian Fe dianggap cukup apabila diberikan sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Gambaran cakupan pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil (Fe1 dan Fe3) pada tahun 2015 dapat dilihat grafik berikut ini .
GRAFIK 4.5
Persentase Penggunaan Fe1 dan Fe3 Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 s/d 2015
81,45 92,51 91,08 75,58 85,09 77,9 0 20 40 60 80 100 2013 2014 2015 Fe1 Fe3
e. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi baru lahir. Cakupan komplikasi kebidanan adalah jumlah kasus komplikasi ibu hamil, bersalin dan ibu nifas yang mendapat pelayanan sesuai standar di fasilitas pelayanan dasar mampu PONED dan fasilitas rujukan RSUD dan swasta. Penanganan defenitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Neonatus komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan
dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hiportemia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) < 2500gr, sindroma gangguan pernafasan, kelainan congetal. Neonatus komplikasi yag ditangani adalah neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan.
Grafik 4.6
Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal Kabupaten Aceh Tengah tahun 2013 s/d 2015
49,94 74,64 74,4 38,7 70,5 67,5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2013 2014 2015 Penanganan Komplikasi Kebidanan Penanganan Komplikasi Neonatal
Dari grafik diatas cakupan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatal tahun 2015 menurun. Rendahnya penanganan kebidanan dan neonatal komplikasi ini perlu mendapat perhatian karena langkah ini merupakan salah satu strategi untuk menurunkan angka kematian bayi.
f. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah
Bayi lahir ditimbang adalah jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang. BBLR adalah Bayi dengan berat lahir kurang 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Kasus BBLR di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 sebanyak 20 kasus (0,5%).
Bayi berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastro intestinal, ginjal, termoregulasi.
g. Cakupan Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada Neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir (umur 6 jam – 48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan kunjungan neonatal minimal 3 kali sesuai standar di satu wilayah kerja pada satu tahun.
Cakupan Kunjungan Neonatal (KN1) Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 sebesar 77,8 %, hal ini telah mencapai target nasional yaitu sebesar 75% dan Kunjungan neonatal yang ke 3 kali (KN Lengkap) 75,4%.
Grafik 4.7
Cakupan Kunjungan Neonatal
Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011 s/d 2015
77.8 90.3 65.85 87.71 97.19 75.4 87.7 85.29 92.92 58.48 0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013 2014 2015 Kunj. Neonatus 1 (KN 1) Kunj. Neonatus 3 kali (KN Lengkap)
h. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Cakupan kunjungan bayi adalah jumlah kunjungan bayi umur 29 hari sampai 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin, dan rumah sakit). Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi penimbangan berat badan pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT, HB1-3, Polia 1-4, campak). Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi : konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6 – 11 bulan.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam meningkatkan akses bayi untuk memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Persentase cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 sebesar 85.00%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Cakupan Pelayanan KB Aktif dan KB Baru
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yaitu gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Pembatasan kelahiran dapat dilakukan dengan penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom, spiral, IUD dan lainnya. Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui kelompok sasaran program yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Pada tahun 2015 Cakupan peserta KB Aktif dan baru di Kabupaten Aceh Tengah masing – masing sebesar 84.53% dan 14,96 %. Cakupan pelayanan KB aktif Kabupaten Aceh Tengah telah melebihi target nasional (70%)
b. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi
Pencapaian peserta KB aktif merupakan salah satu indikator kuantitatif keberhasilan pelaksanaan program KB. Berdasarkan jenis kelamin , metode kontrasepsi yang digunakan oleh peserta laki – laki adalah MOP dan Kondom ( dengan mengasumsikan bahwa kondom sebagian besar digunakan oleh laki – laki ). Sedangkan metode kontrasepsi yang digunakan perempuan adalah suntik, pil , IUD, Implant dan MOW. Dengan demikian sebagian peserta KB aktif adalah perempuan yaitu sebesar 92.90% dan 7.09% lainnya adalah laki – laki. Terdapatnya kesenjangan yang tinggi antara laki – laki dan perempuan dalam
partisipasi terhadap penggunaan metode / alat KB. Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan partisipasi laki – laki terhadap penggunaan metode/alat KB.
Berdasarkan metode kontrasepsi yang di pakai di Kabupaten Aceh Tengah,pemakaian KB Pil adalah yang terbanyak yaitu sebesar 40.9% dan suntik sebesar 40,6% dan terendah MOW (1,7%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.8
Cakupan Peserta KB Aktif Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015
3.6 0.03 1.7 7 6.2 40.6 40.9 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 IUD MOP MO W Impl ant Kond om Sunt ik Pil Oba t Vag ina Cakupan Peserta KB Aktif
c. Cakupan Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi
Peserta KB baru adalah Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali alat kontrasepsi setelah berakhir masa kehamilannya.
Dari grafik dibawah ini menggambarkan bahwa penggunaan metode suntik dan pil masih menunjukkan persentase terbanyak. Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya, sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan dan jumlah anak yang diinginkan. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor memilih suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor memilih suatu alat kontrasepsi. Di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 cakupan peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi yang tertinggi adalah yang memakai suntik sebesar 51,3% dan yang memakai pil sebesar 27,9%.
Grafik 4.9
Cakupan Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015
5.7 0 1.8 8.2 5.1 51.3 27.9 0 0 10 20 30 40 50 60 IUD MOP MOW Impl ant Kond om Sunt ik Pil Obat Vag ina Cakupan KB Baru 3. Pelayanan Imunisasi
Suatu penyakit dengan memasukkan vaksin sehingga bila kelak terpapar hanya akan sakit ringan. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah atau
dimatikan. Maka dengan imunisasi dapat mencegah penyakit Dipteri, Pertusis, Tetanus, TBC dan Campak.
a. Imunisasi Pada Bayi
Program imunisasi pada bayi dikelompokkan menjadi beberapa jenis imunisasi yaitu BCG, DPT+HB1, DPT+HB3, Polio dan Campak. Adanya penurunan jumlah imunisasi pada bayi perlu mendapat perhatian dari peleksana program, mengingat peningkatan status kesehatan bayi sangat dipengaruhi dari kekebalan bayi terhadap penyakit yang akan dimunculkan, akibat ketidaklengkapan dari imunisasinya. Pelayanan imunisasi bayi dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Cakupan imunisasi bayi di Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2015 adalah Hb<7 hari mencapai 67,55%, BCG mencapai 77,56%, DPT3+HB3 mencapai 86%, Campak mencapai 85,3%, polio4 mencapai 83,8%. Dan capaian imunisasi dasar lengkap mencapai 85,11%.
c. Desa UCI
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah Universal Child Immunization atau disingkat UCI. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini pemerintah mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/kelurahan. Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80 % bayi di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Di Kabupaten Aceh Tengah hampir seluruh wilayah kerja puskesmas dimana desa/kelurahan telah mencapai target UCI. Cakupan desa UCI Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 sebesar 97,3%
Grafik 4.10
Cakupan Desa UCI Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 s/d 2015 88.8 92.3 99.3 89.3 97.3 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 2011 2012 2013 2014 2015
B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa masalah gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah Kekurangan Kalori Protein, Kekurangan Vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dan Anemia Gizi Besi. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator–indikator antara lain Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronis (KEK) dan Gangguan Kekurangan Yodium (GAKY) serta Pemantauan Berat Badan Balita secara teratur.
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui
kegiatan penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan serta pengamatan langsung terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan.Hal ini diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita termasuk deteksi dini gangguan tumbuh kembangnya.Setelah balita ditimbang , hasilnya dicatat di buku KIA atau KMS. Pada buku tersebut akan terlihat berat badannya naik atau tidak.
Tanda – tanda balita yang naik berat badannya :
Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna KMS
Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna diatasnya Tanda – tanda Berat Badan (BB) tidak naik:
Garis pertumbuhannya menurun
Garis pertumbuhannya mendatar
Garis pertumbuhannya naik tetapi pindah ke pita warna lebih muda Tanda – tanda balita kurang gizi:
BB tidak naik selama 3 bulan berturut – turut, badannya kurus
Mudah sakit dan tampak lesu dan lemah, mudah menangis/rewel.
Kondisi gizi buruk pada balita dibagi 3 kategori yaitu : Kwashiorkor , marasmus dan marasmus-kwashiorkor.
1. Tanda - tanda balita kwashiorkor
Edeme seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki), wajah bulat dan sembab, cengeng/rewel/apatis, perut buncit, rambut kusam dan mudah dicabut, bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.
2. Tanda – tanda Marasmus
Tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, apatis, perut cekung , otot pantat mengendur, pengeriputan otot lengan dan tungkai.
Indikator program yang dihitung untuk penimbangan balita adalah D/S dimana D adalah jumlah balita yang ditimbang berat badannya di sarana pelayanan kesehatan dan S adalah semua balita yang ada di unit tersebut. Pada tahun 2015 cakupan D/S balita ditimbang sebesar 78,8%. Dari jumlah tersebut terdapat 1,5% balita dengan BGM.
a. Persentase Balita dan Baduta Dengan Gizi Kurang
Banyak faktor yang mempengaruhi seorang anak atau bayi mengalami kurang gizi, beberapa diantaranya adalah karena kurangnya asupan gizi seimbang pada anak dan adanya penyakit penyerta. Sebagai tanda awal kurang gizi yang bila tidak ditanggulangi akan menjadi gizi buruk. Beberapa tanda awalnya yaitu berat badan anak tidak naik selama 3 bulan , posisi hasil penimbangan di bawah garis merah atau BGM.
Di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 terdapat balita gizi kurang (BGM) sebesar 220 kasus atau 1,5% dari jumlah balita yang ditimbang. Sedangkan pada baduta di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 terdapat Baduta BGM sebanyak 98 kasus atau 1,3%
b. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk
Balita dengan gizi buruk berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya. Gejala awal sering tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badananak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Adapun ciri – ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain : kenaikan berat badan berkurang, terhenti atau bahkan menurun, ukuran lingkaran lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun, tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.
Di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 jumlah balita gizi buruk sebanyak 4 kasus terdapat diwilayah Kecamatan linge 3 kasus dan Kecamatan Pegasing 1 kasus , dan semua penderita 100% mendapat perawatan.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi bayi dan anak balita karena zat gizi ini sangat penting agar proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal, termasuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan. Vitamin A juga membantu mencegah perkembangan sel – sel kanker. Cakupan bayi mendapat kapsul vit.A adalah jumlah bayi 6-11 bln mendapat kapsul vitamin A dosis 100µA 1 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A yang rutin dilakukan setahun dua kali, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 adalah 95,92% dan pada anak balita sebesar 82,34%.
Grafik 4.11
Cakupan Pemberian Vitamin A pada bayi, Anak Balita dan Balita Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014 s/d 2015
95.92 51.32 82.34 95.63 92.16 83.74 0 20 40 60 80 100 120 2014 2015 Bayi Anak Balita Balita
b. Cakupan Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif
Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI (Air Susu Ibu) saja sejak lahir sampai 6 bulan. ASI merupakan makanan khusus
bayi supaya kebutuhan nutrisinya akan kalori, asam lemak, laktosa dan asam amino dapat terpenuhi dalam proporsi yang tepat. ASI juga memberikan perlindungan pada bayi baru lahir karena kaya akan imunoglobulin (antibodi yang diperlukan untuk kekebalan tubuhnya). Pemberian ASI ekslusif harus dilakukan selama 6 bulan, persentase bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2015 mencapai 74,2%. Hal ini telah melampau target nasional sebesar 39%.
Grafik 4.12
Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 s/d 2015
41.53 63.71 63.93 74.2 66.15 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2011 2012 2013 2014 2015
Cakupan ASI Ekslusif
C. PROGRAM KESEHATAN JIWA MASYARAKAT
Masalah kesehatan jiwa di masyarakat demikian luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Secara garis besar masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi : masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas hidup, masalah gangguan jiwa, serta masalah psikososial. Dampak perubahan yang sangat cepat pada kesehatan jiwa masyarakat antara lain dapat terlihat dengan adanya : putus
sekolah, tindak kekerasan dan tindak kriminal, pengangguran, gangguan psikosomatik, depresi, cemas serta masalah kesehatan jiwa lainnya.
Salah satu kebijakan dalam pelayanan kesehatan jiwa dasar adalah meningkatkan kemampuan puskesmas dalam deteksi dini gangguan jiwa, karena masalah psikososial berpotensi menjadi gangguan jiwa, maka pengenalan dini masalah psikososial akan bermanfaat.
Sasaran Program Kesehatan Jiwa secara langsung adalah :
Anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak – anak, remaja, dewasa dan usia lanjut;
Anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa;
Anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa; Keluarga dari penderita yang mengalami gangguan jiwa.
Jumlah kunjungan gangguan jiwa pada tahun 2015 sebanyak 11.710 kunjungan.
D. KESEHATAN USILA
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan salah satunya adalah peningkatan Usia Harapan Hidup, dengan peningkatan UHH maka akan meningkatlah jumlah usia lanjut. Pada Tahun 2015 jumlah penduduk usia lanjut atau 60 tahun keatas di Kabupaten Aceh Tengah mencapai 13348 jiwa, yang tersebar pada 14 wilayah kerja puskesmas, jumlah usia lanjut yang tergolong besar tersebut membawa konsekuensi terhadap aspek kehidupan baik fisik, mental, psikososial dan ekonomi.
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di Aceh Tengah Tahun 2015 sebesar 100%.
E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana pelayanan puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan, sedangkan rumah sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas disamping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan.
1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Salah satu upaya dalam menjalankan pembangunan bidang kesehatan adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Pra Bayar. Di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2015 jumlah penduduk yang mempunyai jaminan/asuransi kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berjumlah 177.723 jiwa (90,63%).
2. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit
Gross Death Rate (GDR) merupakan salah satu indikator mutu pelayanan di fasilitas rujukan (RSUD). GDR adalah angka kematian umum di Rumah Sakit untuk tiap 1000 penderita keluar. Sedangkan NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian ≥48 jam setelah dirawat di Rumah Sakit untuk tiap 1000 penderita keluar persentase GDR tahun 2015 adalah 35, 2 persen dan persentase NDR 14,5 persen.
3. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi