BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Deskripsi Penelitian 3.1.1 Tempat dan Waktu 3.1.1.1 Tempat
Tempat ataulokasi penelitian adalah Kecamatan Silahisabungan dan
Kecamatan Sidikalang, fokus penelitian ini dilakukan diSMA Negeri 1
Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi.Kabupaten Dairi
merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai
Luas 192.780 ha atau sekitar 2,69 % dari luas Propinsi Sumatera Utara (7.160.000
ha).
Adapun alasan memilih tempat penelitian adalah:
1. SMA Negeri 1 Silahisabungan merupakan SMA yang terdapat di
pinggiran Danau Toba dan telah meraih penghargaan Adiwiyata Nasional,
sehingga sangat diharapkan peranan warga sekolah untuk menjaga
kelestarian Danau Toba, sementara SMA Negeri 2 Sidikalang
merupakan SMA yang memiliki jumlah siswa-siswi yang cukup besar
sebanyak 893 orang sehingga sangat potensial menjadi duta lingkungan
dimasa yang akan datang.
2. Program Adipura telah dilaksanakan sejak tahun 2006 sehingga
siswa-siswi SMA saat ini telah mendapat pendidikan lingkungan ± 10 tahun.
3. Adanya usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah SMA Negeri 2
sampai saat ini masih tetap berupaya untuk mendapatkan Penghargaan
Adiwiyata Nasional.
4. Siswa-siswi SMA Negeri 2 Sidikalang berasal dari berbagai SMP yang
terdapat di Kabupaten Dairi.
3.1.1.2 Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dan akan dimulai
bulan Desember 2015 hingga bulan Pebruari 2016. Penelitian dimulai dengan
persiapan penelitian, survey awal dan seminar, selanjutnya pelaksanaan penelitian
dan pengumpulan data melalui pengamatan/wawancara/kuisioner, analisis data
serta penulisan tesis.
3.2. Metode Pengumpulan Data 3.2.1Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1.1Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diteliti yang
mempunyai kualitas jumlah dan karakteristik tertentu yang akan ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006).
Populasi dalam penelitian adalah Kepala Sekolah sebanyak 2 orang, Guru
sebanyak 68 orang, Pegawai Tata Usaha 12 orang, Siswa sebanyak 1198 Orang
dan komite sekolah sebanyak 8 orang, sehingga total populasi sebanyak 1288
3.2.1.2 Sampel Penelitian
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah proportional
random sampling. Sampel ditentukan dengan menggunakan pendekatan statistik
untuk tingkat kesalahan 10% dari populasi (Sarwono, 2006) dengan formula
sebagai berikut:
Dengan perhitungan sampel sebagai berikut:
Jumlah populasi siswa SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi dapat
dilihat pada Tabel 3.1. berikut :
Tabel 3.1. Jumlah Siswa di SMA Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi
No. Nama Sekolah Kelas Jumlah Responden
X XI XII
Jumlah populasi guru di SMA Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2
Sidikalang Kabupaten Dairi dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut :
Tabel 3.2. Jumlah Guru di SMA Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi
Jumlah populasi pegawai sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungandan SMA
Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut:
Tabel 3.3. Jumlah Pegawai di SMA Negeri 1 Silahisabungandan SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi
No. Nama Sekolah Status Jumlah Responden
Tetap Honor
Jumlah populasi Kepala Sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungandan SMA
Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut :
Tabel 3.4. Jumlah Kepala Sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungandan SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi
No. Nama Sekolah Jumlah Responden
1. SMA Negeri 1Silahisabugan 1 1
2. SMA Negeri 2Sidikalang 1 1
Jumlah populasi Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungandan SMA
Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut :
Tabel 3.5. Jumlah Komite Sekolahdi SMA Negeri 1 Silahisabungandan SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi
No. Nama Sekolah Jumlah Responden
1. SMA Negeri 1Silahisabugan 4 4
2. SMA Negeri 2Sidikalang 4 4
Total 8 8
3.3 Jenis Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dengan cara:
1. Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian
dengan mengunjungi lokasi yang menjadi objek penelitian dan meninjau
langsung upaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan di SMA Negeri 2
Sidikalang serta melakukan pertemuan dengan responden.
2. Kuisioner
Untuk memudahkan perolehan data, selanjutnya disebarkan kuisioner atau
angket kepada responden untuk mengetahui tentang kebijakan sekolah yang
berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan
berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan di
SMA Negeri 2 Sidikalang. Penyebaran kuisioner akan dilakukan secara
langsung kepada responden dengan menentukan secara langsung responden
3. Wawancara
Selain observasi dan kuisioner, dilakukan wawancara mendalam (depth
interview) yang dilakukan dengan cara diskusi dengan stake holder, nara
sumber (interview guite) dan komite sekolah untuk mengetahui masalah dan
kendala yang dihadapi dalam pencapaian mutu sekolah Adiwiyatadi SMA
Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi.
Data skunder didapatkan dengan cara :
Data skunder adalah data dan informasi yang diperoleh dari sumber tidak
langsung (biasanya berupa dokumen data). Data sekunder merupakan data
pendukung untuk penjelas, pemberi keterangan, atau data pelengkap data primer,
dapat berupa data teori dan konsep pembangunan didapatkan dari sumber pustaka
atau literatur berupa kebijakan, rencana dan tindakan mendorong sekolah menjadi
sekolah Adiwiyata, sedang dilaksanakan maupun rencana pembangunan masa
mendatang yang dapat diperoleh dari kantor/instansi terkait.
3.4. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: kamera,
komputer, printer, kuisioner dan alat tulis menulis. Objek penelitian, antara lain:
lingkungan SMA Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang di
Kabupaten Dairi, Siswa, Guru, Tata Usaha dan Kepala Sekolah. Data penelitian
yang dikumpulkan berbentuk data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah pengamatan lapangan dengan cara langsung mencatat
3.5. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian, peneliti menggunakan instrumen yang
diberikan kepada responden. Instrumen dalam penelitian ini terbagi atas dua
kelompok, yaitu kelompok pertama dilakukan kepada aparat pemerintah dengan
menggunakan teknik wawancara. Isi dari wawancara yang dilakukan menyangkut
kebijakan Pemerintah Daerah dalam mendorong sekolah menjadi berwawasan
lingkungan melalui Program Adiwiyata Nasional.
Instrumen kedua digunakan kepada responden yang terdiri dari Siswa,
Guru, Pegawai Sekolah, komite sekolah dan Kepala Sekolah melalui pengisian
kuisioner. Isi dari kuisioner yang diberikan kepada responden terdiri dari 4
(empat) komponen, yaitu Kebijakan Berwawasan Lingkungan, Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Lingkungan, Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif,
Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan.
3.6. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari:
1. Kebijakan berwawasan lingkungan.
2. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan.
3. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
3.7. Definisi Operasional
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka diambil definisi
operasional dari variabel adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan berwawasan lingkungan, adalah kebijakan responden untuk
mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola yang baik
untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
2. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, adalah responden telah
menuangkannya dalam KTSP, kebijakan anggaran untuk melaksanakan
kegiatan terkait, dan kebijakan tentang sarana dan prasarana yang memadai
dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan.
3. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, adalah responden terlibat dalam
menajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran.
4. Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan, adalah ketersediaan sarana
dan prasarana ramah lingkungan dan peran aktif responden dalam pengelolaan
dan memeliharanya.
3.8. Analisis Data
Penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif yaitu berusaha mengungkapkan bagaimana implementasi kebijakan
sekolah berwawasan lingkungan diSMA Negeri 1Silahisabungan dan SMA
yang telah terkumpul diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah penelitian
dan hipotesis penelitian. Data yang diperoleh diorganisasikan sesuai dengan
tuntutan penyajian/pengolahan statistik yang akan digunakan dalam bentuk tabel
frekuensi atau persentase.
Pada tahap pengolahan data dilakukan analisis data untuk memastikan
kesempurnaan pengisian dari setiap instrument pengumpulan data. Selanjutnya
dilakukan pengkodean (coding) yang digunakan dalam tabulasi data. Atas
pentabulasian data tersebut kemudian dilakukan interpretasi atau penyimpulan
terhadap pencapaian mutu sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 1Silahisabungandan
SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupaten Dairi.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan
dalam catatan lapangan, dokumen Negara, gambar, foto dan sebagainya. Langkah
berikutnya adalah berupa reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi
merupakan usaha membuat rangkuman untuk disusun dalam satuan-satuan hingga
diperoleh kategorisasi sambil dibuat coding. Tahap akhir analisis adalah
mengadakan pemeriksaan keabsahan data sehingga dapat dibuat penafsiran dan
3.9. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian di bagi atas:
1. Tahap Pra-Lapangan yaitu:
- Melakukan pendalaman terhadap masalah yang sudah dirumuskan
dengan cara studi literatur.
- Menyiapkan instrumen penelitian berupa kegiatan pengumpulan data
untuk tahap pekerjaan lapangan.
2. Tahap Pengumpulan Data.
- Melaksanakan pengumpulan data primer.
dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian, melakukan
pertemuan dengan responden, wawancara mendalam (depth interview)
yang dilakukan dengan cara diskusi dengan stake holder, nara sumber
(interview guite) dan komite sekolah.
- Melaksanakan pengumpulan data skunder
dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung untuk penjelas,
pemberi keterangan, atau data pelengkap data primer, dapat berupa
data teori dan konsep pembangunan didapatkan dari sumber pustaka
atau literatur berupa kebijakan, rencana dan tindakan mendorong
sekolah menjadi sekolah Adiwiyata, sedang dilaksanakan maupun
rencana pembangunan masa mendatang yang dapat diperoleh dari
kantor/instansi terkait.
3. Tahap Analisis Data.
- Menarik kesimpulan awal dari hasil penelitian.
- Melakukan pengujian kesimpulan awal dengan mengajukan hasilnya
kepada responden dan pihak terkait.
- Menarik kesimpulan akhir.
BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitan adalah Kabupaten Dairi tepatnya daerah Kecamatan
Silahisabungan dengan luas wilayah 7.562 Km2 atau 756.200 ha dan Kecamatan
Sidikalang dengan luas wilayah 70,67 Km2 atau 7.067 Ha, yang merupakan dua
dari 15 Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Dairi. Daftar Sekolah
Menengah Atas di Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi terdiri dari 13 Sekolah
Menengah Atas Negeri dan 11 Sekolah Menengah Atas Swasta, dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Jumlah SMA Negeri Di Kabupaten Dairi Tahun 2016
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SMA Negeri 1 Sidikalang 1.082
2 SMA Negeri 2 Sidikalang 893
3 SMA Negeri 1Pegagan Hilir 600
4 SMA Negeri 1 Silima Pungga-Pungga 686
5 SMA Negeri 1 Parbuluan 590 13 SMA Negeri 1 Silahisabungan 305
Tabel 4.2. Jumlah SMA Swasta di Kabupaten Dairi Tahun 2016
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SMA Swasta Bukit Cahaya
Sidikalang
382
2 SMA Swasta Bukit Cahaya Sumbul 122
3 SMA Swasta Santo Petrus 618
4 SMA Swasta Perguruan Nasional Sidikalang
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi, 2016 (Data Diolah)
Sesuai dengan Judul tesis ini Implementasi Kebijakan Program Adiwiyata
Nasional di SMA Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang
Kabupaten Dairi, maka sekolah yang menjadi sampel penelitian merupakan
sekolah yang sudah meraih Adiwiyata Kabupaten dan Adiwiyata Provinsi namun
belum meraih Adiwiyata Nasional, yaitu SMA Negeri 2 Sidikalang, dan sebagai
pembanding yang menjadi sampel, yaitu SMA Negeri 1 Silahisabungan. SMA
Negeri 1 Silahisabungan merupakan satu-satunya sekolah di Kabupaten Dairi
yang telah berhasil meraih Penghargaan Adiwiyata Nasional pada tahun 2014,
sehingga kedua Sekolah Menengah Atas tersebut menjadi populasi penelitian,
yaitu SMA Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalangdi Kabupaten
4.1.2 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah sejumlah warga sekolah dari SMA Negeri 1
Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang. Responden adalah Siswa, Guru, Pegawai
Sekolah, Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, komposisi responden adalah sebagai berikut
:
Tabel 4.3. Jumlah Responden Siswa
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SMA Negeri 1Silahisabungan 31
2 SMA Negeri 2Sidikalang 90
Total 121
Tabel 4.4. Jumlah Responden Guru
No Nama Sekolah Jumlah Guru
1 SMA Negeri 1Silahisabungan 17
2 SMA Negeri 2Sidikalang 51
Total 68
Tabel 4.5. Jumlah Responden Pegawai Sekolah Sekolah
No Nama Sekolah Jumlah Pegawai Sekolah
1 SMA Negeri 1Silahisabungan 4
2 SMA Negeri 2Sidikalang 8
Tabel 4.6. Jumlah Responden Kepala Sekolah
No Nama Sekolah Jumlah Kepala Sekolah
1 SMA Negeri 1Silahisabungan 1
2 SMA Negeri 2Sidikalang 1
Total 2
Tabel 4.7. Jumlah Responden Komite Sekolah
No Nama Sekolah Jumlah Komite Sekolah
1 SMA Negeri 1Silahisabungan 4
2 SMA Negeri 2Sidikalang 4
Total 8
Tabel 4.8. Distribusi Responden Menurut Kategorinya
No Jenis Responden Frekuensi Persen (%)
1 Siswa 121 57
2 Guru 68 32
3 Pegawai Sekolah 12 6
4 Kepala Sekolah 2 1
5 Komite Sekolah 8 4
Total 211 100
Dari tabel 4.8 terlihat bahwa total keseluruhan responden yang mengisi
4.1.3 Tanggapan Responden terhadapImplementasi Program Adiwiyata Nasional di SMA Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang di Kabupaten Dairi
4.1.3.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup, salah satunya dapat dimulai
dari lingkungan pendidikan atau sekolah. Oleh sebab itu pihak sekolah perlu membuat
suatu kebijakan yang sifatnya berwawasan lingkungan hidup. Kebijakan berwawasan
lingkungan terdiri atas komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) (KLH 2014).
4.1.3.1.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Visi, Misi dan Tujuan sekolah yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan telah mencantumkan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, upayapelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran, dan
kerusakan lingkungan hidup, mata pelajaran wajib dan/atau mulok yang terkait PLH
dilengkapi dengan ketuntasan minimal belajar Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan,
Tabel4.9.Distribusi jawaban responden tentang telah mencantumkan kebijakan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Sangat
Kurang Total
1 Guru SMA Negeri 1
Silahisabungan 13 4 0 0 0 17
SMA Negeri 2 Sidikalang
2 Kepala
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Apakah Visi, Misi dan Tujuan sekolah yang tertuang dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup untuk responden guru di SMA Negeri 1 Silahisabungan diperoleh data
bahwa 13 responden menjawab telah dilaksanakan dengan sangat baik, dan 4 responden
menjawab baik, responden kepala sekolah menjawab sangat baik, responden Pegawai
Sekolah 2 sangat baik dan 2 responden baik, untuk responden komite sekolah 4 responden
menjawab baik, sedangkan untuk responden siswa tidak dilakukan kuisioner.
Berdasarkan jawaban responden pada SMA Negeri 1 Silahisabungan telah
mencantumkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam KTSP sudah
dengan sangat baik dimana sebanyak 61,54 % responden menjawab sangat baik dan
38,46% menjawab baik sebagaimana terlihat pada tabel 4.9. Untuk responden guru di SMA
dengan baik, dan 31 responden menjawab cukup, responden kepala sekolah menjawab
sangat baik, responden Pegawai Sekolah 5 responden sangat baik, 2 responden baik, 1
responden cukup, komite sekolah 3 responden menjawab baik 1 responden menjawab
cukup, sedangkan untuk responden siswa tidak siswa menjawab karena tidak diajukan
pertanyaan. Berdasarkan persentase jawaban responden 9,38% menjawab sangat baik,
37,50% baik, 51,56% menjawab cukup dan 1,56 menjawab kurang.
Tabel4.10. Distribusi jawaban responden tentang struktur kurikulum telah mencantumkanupayapelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup
No Responden Sekolah Sangat
Struktur kurikulum memuat pelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sebagaimana terlihat pada tabel 4.10 jelas
memperlihatkan bahwa SMA Negeri 1 Silahisabungan telah melaksanakannya dengan
sangat baik, dimana 17 responden menjawab sangat baik (65,38%), 8 responden baik
(30,77%) dan 1 responden menjawab cukup (3,85%). Sementara untuk responden guru di
SMA Negeri 2 Sidikalang 18 responden menjawab telah dilaksanakan dengan sangat baik,
8 responden baik, 22 responden menjawab cukup, dan 3 responden menjawab kurang,
responden kepala sekolah menjawab sangat baik, responden Pegawai Sekolah 2 responden
sangat baik, 5 responden baik, 1 responden cukup, komite sekolah 4 responden menjawab
cukup, sedangkan untuk responden siswa tidak menjawab karena tidak diajukan
pertanyaan.
Berdasarkan jawaban responden yang tertuang dalam tabel 4.10 jelas terlihat bahwa
struktur kurikulum memuat pelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya
pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup di SMA Negeri 2 Sidikalang masih dalam
kategori cukup. Jawaban responden sebanyak 32,81% menjawab sangat baik, 20,31%
Tabel4.11. Distribusi jawaban responden tentang mata pelajaran wajib dan/atau mulok yang terkait PLH dilengkapi dengan ketuntasan minimal belajar
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Sangat
Kurang Total
1 Guru SMA Negeri 1
Silahisabungan
11 5 1 0 0 17
SMA Negeri 2 Sidikalang
18 8 22 3 0 51
2 Kepala
Sekolah
SMA Negeri 1 Silahisabungan
1 0 0 0 0 1
SMA Negeri 2 Sidikalang
3 Pegawai
Jawaban responden bahwa mata pelajaran wajib dan/atau mulok yang terkait PLH
dilengkapi dengan ketuntasan minimal belajar di SMA Negeri 1 Silahisabungan sudah
sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden, dimana 15 responden (57,69%)
menjawab sangat baik, 10 responden menjawab baik (38,46%) dan hanya1 responden
(3,85%) yang menjawab cukup. Sementara responden di SMA Negeri 2 Sidikalang
sebanyak 28 responden (43,75%) menjawab masih cukup.
4.1.3.1.2 Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) harus mencantumkan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, meliputi : Kesiswaan, kurikulum dan
kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan,
Tersedianya sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat
dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu (Permen LH No. 05 Tahun 2013).
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, maka diperoleh sebaran jawaban
Tabel4.12.Distribusi jawaban responden tentang telah mencantumkanprogram dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Tidak hanya terkait dengan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), Program
Adiwiyata juga harus didukung oleh Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), di
SMA Negeri 1 Silahisabungan telah memiliki rencana kegiatan dan anggaran sekolahyang
baik.Sesuai dengan hasil kuisioner dimana 10 responden (38,46%) menjawab sangat baik,
14 responden (53,85%) baik, dan hanya 2 responden (7,69%) yang menjawab cukup,
sehingga dapat disimpulkan bahwa, implementasinya di SMA Negeri 1 Silahisabungan
Sementara itu, di SMA Negeri 2 Sidikalang tidak sedikit responden yang menjawab
cukup sebanyak 22 responden (34,38%) terhadap rencana kegiatan dan anggaran sekolah,
26 responden (40,63%) baik, 3 responden (4,69%) cukup bahkan 13 responden (20,31%)
menjawab sangat kurang. Data ini menunjukkan responden berpendapat bahwa
pengalokasian dana masih <20% dan belum dialokasikan secara proporsional dalam upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan, untuk kesiswaan, kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan,
peningkatan dan pengembangan mutu.
4.1.3.2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan hidup sebagai strategi pembelajaran
perlu dilakukan untuk membentuk sikap perduli lingkungan dikalangan siswa-siswa, dalam
penelitian ini siswa SMA Negeri 1 Silahisabungan dan SMA Negeri 2 Sidikalang. Tujuan
mengetahui pengaruh faktor kebijakan kurikulum dan strategi pembelajaran dalam
mendukung pencapaian mutu sekolah tentang lingkungan hidup adalah dapat digunakan
untuk mengevaluasi kemungkinan program pembelajaran afektif yang dapat dilakukan oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan terdiri atas
komponen Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup dan Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran
4.1.3.2.1 Tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungansangat ditentukan oleh
Tenaga pendidik yang harus memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran lingkungan hidup. Tenaga pendidik harus mampu menerapkan pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran (belajar aktif/ partisipatif), mengembangkan isu lokal dan atau isu global
sebagai materi pembelajaran LH sesuai dengan jenjang pendidikan, mengembangkan
indikator dan instrumen penilaian pembelajaran LH, menyusun rancangan pembelajaran
yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di luar
kelas,mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran LH, mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran LH, mengkaitkan
pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan masalah LH, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari (KLH, 2014).
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, maka diperoleh sebaran jawaban
Tabel4.13.Distribusi jawaban responden tentangmenerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (belajar aktif/ partisipatif)
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Silahisabungan
sudah dilaksanakan dengan sangat baik dalam hal; menerapkan pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pembelajarandinyatakan 11 responden (42,31%), baik14 responden (53,85%) dan cukup 1
responden (3,85%).
Data pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan hidup di SMA Negeri 2 Sidikalang dalam hal menerapkan pendekatan, strategi,
pembelajaranhanya 13 responden (20,31%) yang menyatakan sangat baik, 15 responden
(23,44%) baik, 28 responden (43,75%) cukup, bahkan 8 responden (12,50%) menyatakan
sangat kurang.
Tabel4.14. Distribusi jawaban responden tentang mengembangkan isu lokal dan atau isu global sebagai materi pembelajaran LH sesuai dengan jenjang pendidikan
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Sangat
Kurang Total
1 Guru SMA Negeri 1
Silahisabungan
11 6 0 0 0 17
SMA Negeri 2 Sidikalang
2 Kepala
Upaya pengembangan isu lokal yang ada diwilayah sekitar telah dilakukan oleh
kedua sekolahdan atau bahkan isu global untuk lebih menumbuhkan keperdulian siswa
terhadap lingkungan. Jumlah responden di SMA Negeri 1 Silahisabungan sebanyak11
responden (42,31%)menjawab telah dilaksanakan dengan sangat baik,13 responden
(50,00%) baik dan 2 responden (7,69%) menjawab cukup.
Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang sebanyak 17 responden (26,56%)
menjawab sangat baik, 15 responden (23,44%) baik, 27 responden (42,19%) cukup,1
(1,56%) responden kurang dan 4 responden (6,25%) menjawab sangat kurang. Hasil
kuisioner seperti yang terlihat pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa dibutuhkan peningkatan
kompetensi dari tenaga pendidik untuk lebih mengembangkan kemampuan dalam
menyampaikan pembelajaran tentang upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
Tabel4.15.Distribusi jawaban responden tentang mengembangkan indikator dan instrumen penilaian pembelajaran LH
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Responden SMA Negeri 1 Silahisabungan,sebanyak 14 responden
(53,85%)menjawab bahwa tenaga pendidik telah memiliki kompetensi dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup dalam hal pengembangan
indikator dan instrumen penilaian pembelajaran LH dengan sangat baik dan 12 responden
(46,15%) menjawab baik.
Sedangkan hasil kuisionerdi SMAN 2 Sidikalang telah dilakukanupaya untuk
(21,88%) menjawab sangat baik, 14 responden (21,88%) baik, 29 responden (45,31%)
cukup, 1 responden (1,56%) kurang dan 6 responden (9,38%) menjawab sangat kurang.
Tabel4.16.Distribusi jawaban responden tentang menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di luar kelas
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Jawaban responden tentang tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Silahisabungan
apakah telah mampu menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan
di dalam kelas, laboratorium, maupun di luar kelas. Sesuai dengan hasil penelitian 14
responden (53,86%) menjawab sangat baik, 11 responden (42,31%) baik dan hanya 1
responden (3,85%) yang menjawab cukup. Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang
responden (39,06%) cukup, 1 responden (1,56%) kurang dan 6 responden (9,38%)
menjawab masih sangat kurang.
Tabel4.17. Distribusi jawaban responden tentang mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran LH
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Kompetensi tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Silahisabungan yang
mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran LH
sebanyak14 responden (53,85%) menjawab sangat baik, 11 responden (42,31%) baik dan 1
responden (3,85%) menjawab cukup. Hasil pengamatan dilapangan jelas terlihat besarnya
pembelajaran lingkungan hidup, diantaranya banyaknya bantuan sarana dan prasarana yang
diberikan secara swadaya.
Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang hanya 9responden (14,06%) yang
menyatakan sangat baik, 9 responden (14,06%) baik, 36 responden (56,25%) cukup, 3
responden (4,69%) kurang dan 7 responden (10,94%) menjawab sangat kurang. Hasil
kuisioner tabel 4.17 terlihat jelas bahwa hubungan yang terjalin antara tenaga pendidik
dengan orang tua peserta didik dan masyarakat di SMA Negeri 2 Sidikalang masih harus
lebih ditingkatkan, karena tanpa dukungan semua pihak dengan keterbatasan yang dimiliki
maka akan sangat sulit untuk meraih penghargaan Adiwiyata Nasional.
Tabel4.18.Distribusi jawaban responden tentang mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran LH
No Responden Sekolah Sangat
Kompetensi tenaga pendidik untuk mengkomunikasikan hasil-hasil pembelajaran
lingkungan hidup baik melalui majalah, dinding, buletin sekolah, pameran, web-site, radio,
TV, surat kabar dan jurnal di SMA Negeri 1 Silahisabungan 8 responden (30,77%)
menjawab sangat baik, 6 responden (23,08%) baik dan 12 responden (46,15%) menjawab
cukup. Data ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkan pengembangan kompetensi tenaga
pendidik sehingga mampu malakukan inovasi-inovasi dengan harapan peserta didik akan
lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan.
Sedangkan di SMA Negeri 2 Sidikalang tidak ada responden yang menjawab sangat
baik, 19 responden (29,69%) baik, 33 responden (51,56%) cukup, 2 responden (3,13%)
kurang dan 10 responden (15,63%) menjawab sangat kurang.
Tabel4.19. Distribusi jawaban responden tentang mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan masalah LH, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
No Responden Sekolah Sangat
Silahisabungan SMA Negeri 2 Sidikalang
0 0 0 0 0 0
Total
8 25 45 2 10 90
Kompetensi tenaga pendidikdi SMA Negeri 1 Silahisabungan dalam mengkaitkan
pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan masalah LH, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari sudah relatif baik terlihat dari jawaban responden, dimana 11
responden (42,31%) menjawab sangat baik, 13 responden (50,00%) baik dan 2 responden
(7,69%) menjawab cukup.
Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang 15 responden (23,44%) yang menjawab
sangat baik, 13 responden (20,31%) baik, 28 responden (43,75%) cukup serta 6 responden
(9,38%) menjawab sangat kurang.
4.1.3.2.2 Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungandapat dilihat juga dari
kemampuan Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.Peserta didik akan mengimplementasikannya dengan
menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian fungsi LH, mencegah
terjadinya pencemaran dan kerusakan LH, menerapkan pengetahuan LH yang diperoleh
untuk memecahkan masalah LH dalam kehidupan sehari-hari dan mengkomunikasikan
hasil pembelajaran LH dengan berbagai cara dan media (KLH, 2014). Berdasarkan
kuesioner yang telah disebarkan, maka diperoleh sebaran jawaban seperti yang terlihat
Tabel4.20.Distribusi jawaban responden tentang menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian fungsi LH, mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan LH
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Jawaban responden di SMA Negeri 1 Silahisabungan tentang peserta didik apakah
telah menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian fungsi LH, mencegah
terjadinya pencemaran dan kerusakan LH. Terdapat 23 responden (40,35%) menjawab
sangat baik, 23 responden (40,35%) baik dan 11 responden (19,30%) menjawab cukup.
Sementara itu, di SMA Negeri 2 Sidikalang, terdapat 27 responden (17,53%)
menjawab sangat baik, 44 responden (28,57%) baik, 62 responden (40,26%) cukup, 1
Tabel 4.21. Distribusi jawaban responden tentang menerapkan pengetahuan LH yang diperoleh untuk memecahkan masalah LH dalam kehidupan sehari-hari
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Data pada tabel 4.21 menunjukkan bahwa peserta didik di SMA Negeri 1
Silahisabungan telah mampu menerapkan pengetahuan lingkungan hidup yang diperoleh
untuk memecahkan masalah lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
jawaban responden sebanyak 22 responden (38,60%) menjawab sangat baik, 20 responden
(35,09%) baik, 14 responden (24,56%) cukup dan hanya 1 responden (1,75%) yang
menjawab sangat kurang.
Sementara menurut responden peserta didik di SMA Negeri 2 Sidikalang, apakah
memecahkan masalah lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari, sebanyak 11
responden (7,14%) menjawab sangat baik, 49 responden (31,82%) baik, 68 responden
(44,16%) cukup, 2 responden (1,30%) kurang dan 24 responden (15,58%) yang menjawab
sangat kurang. Banyaknya jumlah responden yang menjawab sangat kurang menunjukkan
bahwa masih banyak peserta didik yang belum mampu memecahkan masalah lingkungan
hidup dalam kehidupan sehari-hari. Pihak sekolah harus melakukan inovasi dan terobosan
baru sehingga pengetahuan lingkungan hidup yang diperoleh dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah lingkungan hidup yang dialamiwarga sekolah dalam kehidupan
sehari-hari.
Tabel 4.22. Distribusi jawaban responden tentang mengkomunikasikan hasil pembelajaran LH dengan berbagai cara dan media
No Responden Sekolah Sangat
Menurut responden di SMA Negeri 1 Silahisabungan peserta didik mampu
mengkomunikasikan hasil pembelajaran lingkungan hidup,sebanyak 16 responden
(28,07%) menjawab sangat baik, 20 responden (35,09%) baik, 17 responden (29,82%)
cukup, 2 responden (3,51%) kurang dan 2 responden (3,51%) menjawab sangat kurang.
Jumlah responden di SMA Negeri 2 Sidikalang yang menjawab sangat kurang,
kuisioner tentang peserta didik mengkomunikasikan hasil pembelajaran lingkungan hidup
dengan berbagai cara dan media cukup besar sebanyak 35 responden (22,73%), ini
menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang belum memanfaatkan cara atau
media. Sebanyak 18 responden (11,69%) menjawab sangat baik, 59 responden (38,31%)
menjawab baik, 38 responden (24,68%) cukup dan 4 responden (2,60%) menjawab kurang.
4.1.3.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Komponen lain yang kiranya juga penting diketahui dalam penelitian ini adalah
menyangkut aspek kegiatan lingkungan berbasis partisipatif. Pihak sekolah telah
melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana
bagi warga sekolah dan menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah
lain)(KLH, 2014).
4.1.3.3.1 Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah
Implementasi pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
lingkungan sekolah oleh warga sekolah, memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai
kaidah-kaidah perlindungan dan pengelolaan LH (dampak yang diakibatkan oleh aktivitas
sekolah), mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Adanya kreativitas dan inovasi warga
sekolah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupdan mengikuti
kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar. (KLH, 2014).
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, maka diperoleh sebaran jawaban
seperti yang terlihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 4.23.Distribusi jawaban responden tentang Memelihara dan merawat gedung dan lingkungan sekolah oleh warga sekolah
No Responden Sekolah Sangat
Kesadaran warga sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungan dalam memelihara,
merawat gedung dan lingkungan sekolah sudah sangat baik, terlihat dari hasil kuisioner
dimana 44 responden (77,19%) menjawab sangat baik, 12 responden (21,05%) baik dan
hanya 1 responden (1,75%) yang menjawab cukup. Pada lokasi penelitian tidak ditemukan
adanya sarana dan prasarana yang tidak terawat, lingkungan sekolah sangat rapi, bersih dan
terutus dengan baik. Warga sekolah terlibat dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan
sekolah , antara lain; piket kebersihan kelas, Jumat Bersih, lomba kebersihan kelas,
kegiatan pemeliharaan taman oleh masing masing kelas.
Sedangkan responden di SMA Negeri 2 Sidikalang, sebanyak74 responden
(48,05%) menjawab sangat baik, 41 responden (26,62%) baik, 34 responden (22,08%)
cukup, 1 responden (0,65%) kurang dan 4 responden (2,60%) menjawab sangat kurang.
Keterlibatan warga sekolah antara lain dapat berupa; piket kebersihan kelas, Jumat Bersih,
lomba kebersihan kelas, kegiatan pemeliharaan taman oleh masing masing kelas. Jumlah
responden yang menjawab cukup relatif banyak, hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran
warga sekolah untuk terlibat dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah harus
lebih ditingkatkan.
Tabel 4.24.Distribusi jawaban responden tentang memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah-kaidah perlindungan dan pengelolaan LH (dampak yang diakibatkan oleh aktivitas sekolah)
No Responden Sekolah Sangat
SMA Negeri
Warga sekolah SMA Negeri 1 Silahisabungan telah memanfaatkan lahan dan
fasilitas sekolah sesuai kaidah-kaidah perlindungan dan pengelolaan LH antara lain
pemeliharaan taman, toga, rumah kaca (green house), hutan sekolah, pembibitan, kolam,
pengelolaan sampah dengan sangat baik. Setiap kelas memiliki taman dan pembibitan
sendiri yang menjadi tanggung jawab bersama dari masing-masing kelas. Tabel 4.24 telah
menunjukkan implementasi Program Adiwiyata Nasional untuk indikator sekolah telah
memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah-kaidah perlindungan dan
pengelolaan LH sudah sangat berhasil. Sebanyak 41 responden (71,93%) menjawab sangat
baik, 14 responden (24,56%) baik, dan hanya 2 responden (3,51%) yang menjawab cukup.
Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang, terdapat 65 responden (42,21%) menjawab
sangat baik, 48 responden (31,17%) baik, 34 responden (22,08%) cukup, 2 responden
menunjukkan bahwa masih terdapat lahan dan fasilitas sekolah yang belum dimanfaatkan
sesuai dengan kaidah-kaidah perlindungan dan pengelolaan LH.
Tabel 4.25. Distribusi jawaban responden tentang mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Untuk indikator pengembangan kegiatan ekstrakulikuler atau kulikuleryang sesuai
dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di SMA Negeri 1
Silahisabungan, sebanyak 32 responden (56,14%) menjawab sangat baik, 18 responden
Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang, sebanyak 65 responden (42,21%)
menjawab sangat baik, 32 responden (20,78%) baik dan 48 responden (31,17%) menjawab
cukup, 3 responden (1,95%) kurang dan 6 responden (3,90%) menjawab sangat kurang.
Tabel 4.26.Distribusi jawaban responden tentang Adanya kreativitas dan inovasi warga sekolah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Gambaran kreativitas dan inovasi warga sekolah dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Silahisabungan dapat terlihat dari data
tabel 4.26, dimana 22 responden (38,60%) menjawab sangat baik, 29 responden (50,88%)
Jawaban responden di SMA Negeri 2 Sidikalang, sebanyak 47 responden (30,52%)
menjawab sangat baik, 40 responden (25,97%) baik, 52 responden (33,77%) cukup, 5
responden (3,25%) kurang dan 10 responden (6,49%) sangat kurang.
Tabel 4.27. Distribusi jawaban responden tentang mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Indikator yang terkait dengan mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang
dilakukan oleh pihak luar yang diikuti sekolah, menunjukkan bahwa SMA Negeri 1
Silahisabungan cenderung memiliki keterlibatan yang relatif baik, sebagaimana
responden (42,11%) baik, 14 responden (24,56%) cukup dan 1 responden (1,75%)
menjawab kurang.
Sedangkan di SMA Negeri 2 Sidikalang, masihbanyak responden menjawab sangat
kurang meski tidak sedikit yang menjawab baik. Sebanyak 9 responden (5,84%) menjawab
sangat baik, 63 responden (40,91%) baik, 54 responden (35,06%) cukup, 10 responden
(6,49%) kurang dan 18 responden (11,69%) menjawab sangat kurang. Berdasarkan
jawaban responden terlihat bakwa pihak sekolah telah terlibat dalam kegiatan lingkungan
yang diprakarsai oleh pihak luar namun kualitas dan kuantitasnya masih rendah.
4.1.3.3.2 Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak
Pihak sekolah harus menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dengan memanfaatkan nara sumber untuk meningkatkan
pembelajaran lingkungan hidup, untuk mendapatkan dukungan dari kalangan yang terkait
dengan sekolah untuk meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di sekolah, untuk meningkatkan peran komite sekolah dalam membangun kemitraan
untuk pembelajaran lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, menjadi nara sumber dalam rangka pembelajaran lingkungan hidup danmemberi
Tabel 4.28.Distribusi jawaban responden tentang menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan memanfaatkan nara sumber untuk meningkatkan pembelajaran lingkungan hidup
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Secara jelas tabel 4.28 memperlihatkan bahwa pihak sekolah di SMA Negeri 1
Silahisabungan telahmemanfaatkan nara sumber untuk meningkatkan pembelajaran
lingkungan hidup sudah terjalin. Sebanyak 27 responden (47,37%) menjawab sangat baik,
19 responden (33,33%) baik dan 11 responden (19,30%) menjawab cukup. Sesuai dengan
hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa bentuk kerjasama yang paling
umum dilakukan oleh sekolah dengan pihak luar adalah kegiatan pengembangan kapasitas
dan pengetahuan warga sekolah tentang lingkungan. Kegiatan jenis ini bisa berupa seminar,
lingkungan hidup yang pernah diundang pihak sekolah atau secara sukarela memberikan
pembelajaran antara lain : orang tua siswa, alumni, LSM, Media (pers), dunia usaha,
Konsultan, dan instansi pemerintah daerah terkait khususnya Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Dairi.
Pihak sekolah SMA Negeri 2 Sidikalang juga telahmemanfaatkan nara sumber
untuk meningkatkan pembelajaran lingkungan hidup, namun dari segi kualitas dan
kuantitas masih sangat terbatas. Hasil kuisioner sebanyak 35 responden (22,73%)
menjawab sangat baik, 35 responden (22,73%) baik, 47 responden (30,52%) cukup, 8
responden (5,19%) kurang dan 29 responden (18,83%) menjawab sangat kurang. Beberapa
nara sumber yang pernah memberikan pembelajaran antara lain : orang tua siswa, alumni,
LSM, Media (pers), dunia usaha, instansi pemerintah daerah terkait dan sekolah lain.
Tabel 4.29. Distribusi jawaban responden tentang mendapatkan dukungan dari kalangan yang terkait dengan sekolah untuk meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah
No Responden Sekolah Sangat
5 Siswa SMA Negeri 1
Jawaban responden terkait pihak sekolah mendapatkan dukungan dari kalangan
yang terkait dengan sekolah untuk meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di sekolah, sebanyak 36 responden (63,16%) menjawab sangat baik, 17
responden (29,82%) baik dan 4 responden (7,02%) menjawab cukup.
Pihak sekolah SMA Negeri 2 Sidikalang juga telah menjadin kemitraan dengan
berbagai pihak, diantaranya : orang tua, alumni, Media (pers), dunia usaha, pemerintah,
LSM, Perguruan tinggi, sekolah lain untuk meningkatkan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di sekolah. Namun, seperti terlihat dari data hasil kuisioner,
36 responden (23,38%) menjawab sangat baik, 43 responden (27,92%) baik dan 42
responden 27,72%) cukup, 8 responden (5,19%) kurang, bahkan terdapat 25 responden
(16,23%) yang menjawab sangat kurang. Data pada tabel 4.29 menunjukkan masih kurang
optimalnya kerjasama yang dijalin dengan pihak mitra.
Tabel 4.30. Distribusi jawaban responden tentang meningkatkan peran komite sekolah dalam membangun kemitraan untuk pembelajaran lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
No Responden Sekolah Sangat
SMA Negeri
Komite sekolah merupakan mitra yang sangat strategis untuk meningkatkan
pembelajaran lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Hasil kuisioner 23 responden (40,35%) menjawab sangat baik, 28 responden (49,12%) baik
dan 6 responden (10,53%) menjawab cukup. Berdasarkan jawaban responden, pihak
sekolah masih memiliki peluang untuk lebih meningkatkan kemitraan dengan pihak komite
sekolah, meski secara khusus responden komite sekolah menjawab sudah baik. Hasil
wawancara diperoleh informasi bahwa banyaknya mitra yang bersedia bekerjasama untuk
membantu sekolah tidak terlepas dari dukungan yang telah diberikan oleh pihak komite
sekolah.
Tabel 4.30 memperlihatkan bahwa peranan komite sekolah untuk meningkatkan
pembelajaran lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
di SMA Negeri 2 Sidikalang hanya 33 responden (21,43%) menjawab sangat baik, 48
Tabel 4.31. Distribusi jawaban responden tentang menjadi nara sumber dalam rangka pembelajaran lingkungan hidup
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Kemitraan dengan berbagai pihak telah dijalin denganbaik, diantaranya menjadi
nara sumber dalam rangka pembelajaran lingkungan hidup di sekolah lain, seminar,
pemerintah daerah dan provinsi sumatera utara, sebanyak 30 responden (52,63%)
menjawab sangat baik, 20 responden (35,09%) baik dan 7 responden (12,28%) menjawab
cukup.
Sementara itu, jawaban responden di SMA Negeri 2 Sidikalang, sebanyak 27
responden (17,53%) menjawab sangat baik, 25 responden (16,23%) baik, 69 responden
Tabel 4.32. Distribusi jawaban responden tentang memberi dukungan untuk meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan LH
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Tabel 4.32 terlihat bahwa pihak sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungan telah
memberikan dukungan untuk meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan LH
dengan sangat baik, dimana 35 responden (61,40%) menjawab sangat baik, 16 responden
(28,07%) baik dan 6 responden (10,53%) menjawab cukup. Hasil wawancara dan
pengamatan dilapangan bentuk dukungan yang diberikan pihak sekolah seperti : bimbingan
teknis pembuatan biopori, pengelolaan sampah dan pertanian organik.
(1,95%) kurang dan hanya 3 responden (1,95%) yang menjawab sangat kurang. Hasil
wawancara dan pengamatan dilokasi penelitian bentuk dukungan yang diberikan pihak
sekolah seperti : bimbingan teknis pembuatan biopori, pengelolaan sampah dan pertanian
organik kepada seluruh warga sekolah.
4.1.3.4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Sebagaimana disebutkan bahwa lingkup kajian penelitian ini meliputi empat
komponen/ varibel pokok yang salah satunya adalah Pengelolaan Sarana Pendukung
Sekolah yang Ramah Lingkungan. Keberadaan komponen/ variabel ini memiliki arti yang
sama pentingnya dengan komponen/ varibel lainnya. Untuk mengetahui kondisi variabel/
komponen ini di lokasi penelitian, maka dirumuskanlah beberapa indikator yang akan
digunakan sebagai alat ukur.
Beberapa indikator yang termasukdalam variabel Pengembangan dan atau
Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah yang Ramah Lingkungan ini adalah menyediakan
sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan, dan peningkatan kualitas pengelolaan
dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan memelihara sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan. Lebih lanjut tentang kondisi ini dari setiap lokasi
penelitian dapat dilihat pada tabel –tabel berikut:
4.1.3.4.1 Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan
Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah yang Ramah Lingkungan harus didukung
dengan ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan. Pihak sekolah
harus menyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di
hidup di sekolah. Lebih lanjut tentang kondisi ini dari setiap lokasi penelitian dapat dilihat
pada tabel–tabel berikut:
Tabel 4.33. Distribusi jawaban responden tentang menyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Indikator ketersedian sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan
hidup di sekolah sudah sangat baik, diperoleh dari hasil kuisioner di SMA Negeri 1
Silahisabungan sebanyak 35 responden (61,40%) menjawab sangat baik, 18 responden
(31,58%) baik dan hanya 4 responden (7,02%) yang menjawab cukup. Sesuai dengan hasil
prasarana Permendiknas No 24 tahun 2007, seperti : air bersih, sampah (penyediaan tempat
sampah terpisah, komposter), tinja, air limbah/drainase dan ruang terbuka hijau.
Sementara daalam rangka mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah
pihak sekolah SMA Negeri 2 Sidikalang telah menyediakan berbagai sarana prasarana yang
ramah lingkungan, meskipun masih dibutuhkan penyempurnaan baik dari kuantitas maupun
kualitas karena jumlah warga sekolah yang sangat banyak. Sejalan dengan jawaban
responden dimana 34 responden (22,08%) menjawab sangat baik, 59 responden (38,31%)
baik, 42 responden (27,27%) cukup, 6 responden (3,90) kurang dan 13 responden (8,44%)
menjawab sangat kurang. Adapun sarna dan prasarana yang terdapat di lokasi penelitian
antara lain : air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah, komposter), tinja, air
limbah/drainase dan ruang terbuka hijau.
Tabel 4.34.Distribusi jawaban responden tentang menyediakan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah
No Responden Sekolah Sangat
Silahisabungan SMA Negeri 2 Sidikalang
18 6 7 0 0 31
Total
100 51 47 4 9 211
Sarana prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup di SMA Negeri 1
Silahisabungan, antara lain; pengomposan, pemanfaatan dan pengolahan air,
hutan/taman/kebun sekolah, green house, toga, kolam ikan, biopori dan sumur resapan
sudah tersedia dengan sangat baik, sebanyak 38 responden (66,67%) menjawab sangat baik
dan 19 responden (33,33%) menjawab baik. Berdasarkan wawancara dan pengamatan
dilapangan hasil pengomposan banyak dipergunakan warga sekolah untuk mengomposi
tanaman yang terdapat dilingkungan sekolah, hasil dari hutan/taman/kebun sekolah akan
dijual oleh siswa dan jadi kas OSIS yang nantinya akan dimanfaatkan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan lingkungan hidup. Para siswa telah mampu membuat biopori
dilingkungan sekolah bahkan dilingkungan masyarakat sekitar. Sehingga secara berlahan
dapat terlihat perubahan paradigma masyarakat di Kecamatan Silahisabungan tentang
manfaat dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Sementara di di SMA Negeri 2 Sidikalang menurut responden upaya pihak sekolah
dalam menyediakan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup di
sekolah, sebanyak 64 responden (41,56%) menjawab sangat baik, 37 responden (24,03%)
baik, 40 responden (25,97%) cukup, 4 responden (2,60%) kurang dan 9 responden (5,84%)
menjawab sangat kurang. Sarana prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup
4.1.3.4.2 Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan
Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah yang Ramah Lingkungan disamping harus
didukung dengan ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan, juga
harus dilakukan peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
yang ramah lingkungan. Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, maka diperoleh
sebaran jawaban seperti yang terlihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 4.35.Distribusi jawaban responden tentang memelihara sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan
No Responden Sekolah Sangat
Tabel 4.35 memperlihatkan bahwa warga sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungan
telah memelihara sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan dengan sangat baik,
dimana 36 responden (63,16%) menjawab sangat baik, 14 responden (24,56%) baik dan 7
responden (12,28%) menjawab cukup. Sarana dan prasarana yang tersedia dan ramah
lingkungan telah sesuai fungsinya, seperti :ruang memiliki pengaturan cahaya dan ventilasi
udara secara alami, pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan penghijauan serta
menggunakan paving block dan rumput.
Sedangkan di SMA Negeri 2 Sidikalang hanya 44 responden (28,57%) menjawab
sangat baik, 51 responden (33,12%) baik, 49 responden (31,82%) cukup, 2 responden
(1,30%) kurang dan 8 responden (5,19%) menjawab sangat kurang.
Tabel 4.36. Distribusi jawaban responden tentang meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah
No Responden Sekolah Sangat
2 Sidikalang Total
85 75 49 1 1 211
Indikator berikutnya yang juga perlu dibahas adalah upaya meningkatkan
pengelolaan fasilitas sanitasi. Sejauh pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 1
Silahisabugan, keberadaan sanitasi sekolah sudah ada dan semua sanitasi di seluruh bagian
sekolah berfungsi dengan baik. Faktor keperdualian warga sekolah menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan sekolah sudah relatif baik sehingga menyebabkan sarana sanitasi
yang ada dapat berfungsi.Pihak sekolah telah menyusun dan membentuk penanggung
jawab, tata tertib, pelaksana (daftar piket dan pengawas terkait dalam kegiatan penyediaan
dan pemakaian sarana fasilitas sanitasi sekolah. Secara umum kondisi indikatorberdasarkan
jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.36. Berdasarkan jawaban responden sebanyak
30 responden (52,63%) menjawab sangat baik, 25 responden (48,86%) baik dan hanya 2
responden (3,51%) yang menjawab cukup.
Tabel 4.36 jelas menunjukkan bahwa pihak sekolah SMA Negeri 2 Sidikalang telah
berupaya meningkatkan pengelolaan fasilitas sanitasi. Meskipun dari hasil pengamatan dan
informasi yang diperoleh masih belum optimal, namun berbagai upaya telah dilakukan
diantaranya menjalin kerjasama dengan pihak alumni, orang tua siswa, LSM dan
pemerintah daerah. Pihak sekolah telah menyusun dan memembentuk penanggung jawab,
tata tertib, pelaksana (daftar piket dan pengawas terkait dalam kegiatan penyediaan dan
pemakaian sarana fasilitas sanitasi sekolah. Menurut jawaban responden sebanyak 55
(30,52%) cukup, 1 responden (0,65%) kurang dan 1 responden (0,65%) menjawab sangat
kurang.
Tabel 4.37. Distribusi jawaban responden tentang memanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien
No Responden Sekolah Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa
pola efesiensi telah dilakukan oleh pihak sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungan. Hal ini
juga dapat dilihat dari jawaban responden dimana 28 responden (49,12%) menjawab sangat
baik, 18 responden (31,58) baik, 9 responden (15,79%) cukup, 1 responden (1,75%) kurang
melakukan kampanye menutup kran jika sudah selesai dipakai atau jika bak sudah penuh.
Demikian pula halnya dengan pola penghematan listrik, alat tulis, plastik dan barang
keperluan lainnya khususnya barang dengan sifat sekali pakai harus secara rutin dilakukan
sosialisasi terhadap seluruh warga sekolah.
Sementaradi SMA Negeri 2 Sidikalang yang menjawab sangat baik sebanyak 20
responden (12,99%), 46 responden (29,87%) baik,73 responden (47,40%) cukup, 3
responden (1,95%) kurang dan 12 responden (7,79%) menjawab sangat kurang. Jawaban
responden menunjukkan bahwa pihak sekolah masih kurang melakukan sosialisasi tentang
penghematan pemakaian listrik, air dan ATK secara efisien. Hasil wawancara dan
pengamatan dilapangan, masih ditemukan listrik yang menyala disiang hari dan sarana air
yang masih mengalir meskipun bak penampungnya telah penuh.
Tabel 4.38. Distribusi jawaban responden tentang meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan
No Responden Sekolah Sangat
Silahisabungan SMA Negeri 2 Sidikalang
65 16 6 2 1 90
Total
140 46 19 2 4 211
Indikator untukmeningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Silahisabungan, sebanyak 47 responden (82,46%) menjawab
sangat baik dan 10 responden (17,54%) menjawab baik. Berdasarkan data, hasil
wawancara dan pengamatan dilapangan kantin sekolah telah melakukan pelayanan yang
sehat dan ramah lingkungan. Kantin tidak menjual makanan/minuman yang mengandung
bahan pengawet/pengenyal, pewarna, perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan,
kantin tidak menjual makanan yang tercemar/terkontaminasi, kedaluarsa, dan kantin tidak
menjual makanan yang dikemas tidak ramah lingkungan, seperti : plastik, styrofoam,
aluminium foil.
SMA Negeri 2 Sidkalang juga telah meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat
dan ramah lingkungan. Sebanyak 93 responden (60,39%) menjawab sangat baik dan 10
responden (23,38%) baik, 19 responden (12,34%) cukup, 2 responden (1,30%) kurang dan
hanya 4 responden (2,60%) yang menjawab sangat kurang.Upaya yang dilakukan antara
lain : kantin tidak menjual makanan/minuman yang mengandung bahan
pengawet/pengenyal, pewarna, perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, kantin
tidak menjual makanan yang tercemar/terkontaminasi, kadaluarsa, dan kantin tidak menjual
makanan yang dikemas tidak ramah lingkungan, seperti : plastik, styrofoam, aluminium
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup, salah satunya dapat dimulai
dari lingkungan pendidikan atau sekolah. Oleh sebab itu pihak sekolah perlu membuat
suatu kebijakan yang sifatnya berwawasan lingkungan hidup. Kebijakan berwawasan
lingkungan terdiri atas komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) (KLH 2014).
Kebijakan peduli dan berwawasan lingkungan di SMA Negeri 1 Silahisabungan
sudah dimasukkan dalam visi, misi, dan tujuan. SMA Negeri 1 Silahisabungan memiliki
visi “Berprestasi, Berdisiplin, Bermoral dan Beriman serta Cinta Alam Berbudaya
Lingkungan” dengan salah satu misinya “Membekali siswa dengan Iman dan Kepercayaannya, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Cinta Lingkungan Hidup
sehingga memiliki Culture, pola pikir/kemampuan dan mampu proaktif menjawab isu
global”. Visi misi tersebut memberikan motivasi bagi semua warga SMA Negeri 1
Silahisabungan untuk mewujudkan sekolah yang berwawasan lingkungan. Pelaksanaaan
visi dan misi terlihat pada kegiatan pemeliharaan taman, toga, rumah kaca (green house),
hutan sekolah, pembibitan, kolam, pengelolaan sampah, setiap kelas memiliki taman dan
pembibitan sendiri yang menjadi tanggung jawab bersama dari masing-masing kelas,karya
nyata yang dihasilkan siswa-siswa di SMA Negeri 1 Silahisabungan antara lain: makalah,
Puisi/ Sajak, Artikel, Lagu, gambar, seni tari dan produk daur ulang dan mengikuti aksi
oleh Pemerintah Kabupaten Dairi, Go Green, Gerakan Sejuta Pohon, aksi gotong royong
Yayasan Cinta Danau Toba, Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia dan kegiatan
menuju Geopark kaldera Danau Toba.
Selaras dengan visi misinya, SMA Negeri 1 Silahisabungan juga memiliki tujuan
sekolah yaitu Terciptanya Kepedulian dan Cinta Terhadap Lingkungan Hidup serta
terciptanya lingkungan sekolah yang sehat, bersih, indah dan nyaman.
Kebijakan peduli dan berwawasan lingkungan juga telah dimasukkan dalam visi,
misi, dan tujuan SMA Negeri 2 Sidikalang. SMA Negeri 2 Sidikalang memiliki visi
“Unggul Dalam Prestasi, Berdisiplin, Bermoral serta Cinta Lingkungan Hidup” dengan
salah satu misinya “Menciptakan Lingkungan Sekolah sebagai tempat belajar yang hijau,
asri dan menyenangkan”. Visi misi tersebut memberikanmotivasi bagi semua warga SMA
Negeri 2 Sidikalang untuk berperan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Struktur kurikulum memuat pelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Silahisabungan telah
dilaksanakan dengan sangat baik, dimana 65,38% responden menjawab sangat baik,
30,77% responden baik dan 3,85% responden menjawab cukup. Sedangkan di SMU Negeri
2 Sidikalang masih dalam kategori cukup. sebanyak 32,81% menjawab sangat baik,
20,31% menjawab baik, 42,19% menjawab cukup dan 4,69% menjawab kurang. Hal ini
menunjukkan bahwa Kepala sekolah di SMA Negeri 2 Sidikalang sebagai pemangku
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dalam struktur kurikulum yang
akan disusun.
Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lainnya adalah mata
pelajaran wajib dan/atau mulok yang terkait PLH dilengkapi dengan ketuntasan minimal
belajar. SMA Negeri 1 Silahisabungan telah melaksanakanya dengan sangat baik, dimana
57,69% responden menjawab sangat baik, 38,46% responden menjawab baik dan hanya
3,85% responden yang menjawab cukup. Sementara responden di SMA Negeri 2
Sidikalang sebanyak 43,75% responden menjawab masih cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa guru yang mengajarkan PLH belum mempunyai kemampuan yang cukup untuk
menyusun kurikulum yang terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Kemampuan tenaga pendidik harus ditingkatkan dengan mengikutsertakan dalam
kegiatan-kegiatan dan pelatihan lingkungan baik tingkat kabupaten, provinsi maupun
tingkat nasional.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) di SMA Negeri 1 Silahisabungan
telah mencantumkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, meliputi :
Kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan
tenaga kependidikan, Tersedianya sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah,
peran serta masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu. Perencanaan
kegiatan dan pengalokasian dana untuk kegiatan-kegiatan dalam upaya perlindungan
pengelolaan lingkungan hidup masih kategori baik, dimana dari hasil kuisioner dana
38,46% responden menjawab sangat baik, 53,85% responden baik, dan 7,69% responden
Sementara itu, di SMA Negeri 2 Sidikalang tidak sedikit responden yang menjawab
cukup yaitu sebanyak 34,38% responden, 40,63% responden baik, 4,69%responden cukup
bahkan 20,31% responden menjawab sangat kurang. Data ini menunjukkan responden
berpendapat bahwa pengalokasian dana di SMA Negeri 2 Sidikalang masih <20% dan
belum dialokasikan secara proporsional dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan, untuk kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah,
peran serta masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hungerford dan Volk (1990), bahwa pendidik
dapat merubah perilaku siswa bila siswa: (1) Diajarkan tentang konsep-konsep
kebermaknaan lingkungan secara ekologi dan saling keterkaitan diantaranya; (2)
Menyediakan rancangan yang cermat dan kesempatan yang luas bagi pelajar untuk
mencapai tingkat kepekaan tertentu terhadap lingkungan yang terwujud dalam keinginan
untuk bertindak secara benar terhadap lingkungan; (3) Menyediakan kurikulum yang akan
menghasilkan pengetahuan tentang isu-isu lingkungan yang lebih luas; (4) Menyediakan
kurikulum yang akan membelajarkan peserta didik terampil dalam menganalisis isu
lingkungan dan melakukan penyelidikan serta memberikan waktu untuk mengaplikasikan
keterampilannya; (5) Menyediakan kurikulum yang mengajarkan keterampilan yang
dibutuhkan oleh peserta didik selaku warga negara untuk menangani isu-isu lingkungan dan