Dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup, salah satunya dapat dimulai dari lingkungan pendidikan atau sekolah. Oleh sebab itu pihak sekolah perlu membuat suatu kebijakan yang sifatnya berwawasan lingkungan hidup. Kebijakan berwawasan lingkungan terdiri atas komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) (KLH 2014).
Kebijakan peduli dan berwawasan lingkungan di SMA Negeri 1 Silahisabungan sudah dimasukkan dalam visi, misi, dan tujuan. SMA Negeri 1 Silahisabungan memiliki visi “Berprestasi, Berdisiplin, Bermoral dan Beriman serta Cinta Alam Berbudaya Lingkungan” dengan salah satu misinya “Membekali siswa dengan Iman dan Kepercayaannya, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Cinta Lingkungan Hidup sehingga memiliki Culture, pola pikir/kemampuan dan mampu proaktif menjawab isu global”. Visi misi tersebut memberikan motivasi bagi semua warga SMA Negeri 1 Silahisabungan untuk mewujudkan sekolah yang berwawasan lingkungan. Pelaksanaaan visi dan misi terlihat pada kegiatan pemeliharaan taman, toga, rumah kaca (green house), hutan sekolah, pembibitan, kolam, pengelolaan sampah, setiap kelas memiliki taman dan pembibitan sendiri yang menjadi tanggung jawab bersama dari masing-masing kelas,karya nyata yang dihasilkan siswa-siswa di SMA Negeri 1 Silahisabungan antara lain: makalah, Puisi/ Sajak, Artikel, Lagu, gambar, seni tari dan produk daur ulang dan mengikuti aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar antara lain; Gerakan bersih Danau Toba
oleh Pemerintah Kabupaten Dairi, Go Green, Gerakan Sejuta Pohon, aksi gotong royong Yayasan Cinta Danau Toba, Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia dan kegiatan menuju Geopark kaldera Danau Toba.
Selaras dengan visi misinya, SMA Negeri 1 Silahisabungan juga memiliki tujuan sekolah yaitu Terciptanya Kepedulian dan Cinta Terhadap Lingkungan Hidup serta terciptanya lingkungan sekolah yang sehat, bersih, indah dan nyaman.
Kebijakan peduli dan berwawasan lingkungan juga telah dimasukkan dalam visi, misi, dan tujuan SMA Negeri 2 Sidikalang. SMA Negeri 2 Sidikalang memiliki visi “Unggul Dalam Prestasi, Berdisiplin, Bermoral serta Cinta Lingkungan Hidup” dengan salah satu misinya “Menciptakan Lingkungan Sekolah sebagai tempat belajar yang hijau, asri dan menyenangkan”. Visi misi tersebut memberikanmotivasi bagi semua warga SMA Negeri 2 Sidikalang untuk berperan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Struktur kurikulum memuat pelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Silahisabungan telah dilaksanakan dengan sangat baik, dimana 65,38% responden menjawab sangat baik, 30,77% responden baik dan 3,85% responden menjawab cukup. Sedangkan di SMU Negeri 2 Sidikalang masih dalam kategori cukup. sebanyak 32,81% menjawab sangat baik, 20,31% menjawab baik, 42,19% menjawab cukup dan 4,69% menjawab kurang. Hal ini menunjukkan bahwa Kepala sekolah di SMA Negeri 2 Sidikalang sebagai pemangku kebijakan tidak optimal melakukanevaluasi kurikulum saat pembelajaran, menekankan
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dalam struktur kurikulum yang akan disusun.
Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lainnya adalah mata pelajaran wajib dan/atau mulok yang terkait PLH dilengkapi dengan ketuntasan minimal belajar. SMA Negeri 1 Silahisabungan telah melaksanakanya dengan sangat baik, dimana 57,69% responden menjawab sangat baik, 38,46% responden menjawab baik dan hanya 3,85% responden yang menjawab cukup. Sementara responden di SMA Negeri 2 Sidikalang sebanyak 43,75% responden menjawab masih cukup. Hal ini menunjukkan bahwa guru yang mengajarkan PLH belum mempunyai kemampuan yang cukup untuk menyusun kurikulum yang terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kemampuan tenaga pendidik harus ditingkatkan dengan mengikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan dan pelatihan lingkungan baik tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) di SMA Negeri 1 Silahisabungan telah mencantumkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, meliputi : Kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, Tersedianya sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu. Perencanaan kegiatan dan pengalokasian dana untuk kegiatan-kegiatan dalam upaya perlindungan pengelolaan lingkungan hidup masih kategori baik, dimana dari hasil kuisioner dana 38,46% responden menjawab sangat baik, 53,85% responden baik, dan 7,69% responden menjawab cukup, sehingga dapat disimpulkan bahwa, sehingga harus lebih ditingkatkan.
Sementara itu, di SMA Negeri 2 Sidikalang tidak sedikit responden yang menjawab cukup yaitu sebanyak 34,38% responden, 40,63% responden baik, 4,69%responden cukup bahkan 20,31% responden menjawab sangat kurang. Data ini menunjukkan responden berpendapat bahwa pengalokasian dana di SMA Negeri 2 Sidikalang masih <20% dan belum dialokasikan secara proporsional dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan, untuk kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hungerford dan Volk (1990), bahwa pendidik dapat merubah perilaku siswa bila siswa: (1) Diajarkan tentang konsep-konsep kebermaknaan lingkungan secara ekologi dan saling keterkaitan diantaranya; (2) Menyediakan rancangan yang cermat dan kesempatan yang luas bagi pelajar untuk mencapai tingkat kepekaan tertentu terhadap lingkungan yang terwujud dalam keinginan untuk bertindak secara benar terhadap lingkungan; (3) Menyediakan kurikulum yang akan menghasilkan pengetahuan tentang isu-isu lingkungan yang lebih luas; (4) Menyediakan kurikulum yang akan membelajarkan peserta didik terampil dalam menganalisis isu lingkungan dan melakukan penyelidikan serta memberikan waktu untuk mengaplikasikan keterampilannya; (5) Menyediakan kurikulum yang mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta didik selaku warga negara untuk menangani isu-isu lingkungan dan diberikan pada waktu untuk mengaplikasikan keterampilanya; dan (6) Menyediakan suatu
seting pembelajaran yang dapat meningkatkan harapan terhadap penguatan terwujudnya tindakan yang bertanggung jawab pada diri peserta didik.
4.2.2Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan hidup sebagai strategi pembelajaran perlu dilakukan untuk membentuk sikap perduli lingkungan dikalangan siswa- siswa.Keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungansangat ditentukan oleh Tenaga pendidik yang harus memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup. SMA Negeri 1 Silahisabungantelahmelaksanakannya dengan sangat baik dalam hal; menerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran masih dalam kriteria baik.Berdasarkan hasil kuisioner 42,31% responden menjawab sangat baik, 53,85% responden baikdan 3,85% cukup. Tenaga pendidik yang menerapkan metode pelibatan peserta didik secara aktif seperti kegiatan; demonstrasi, diskusi (FGD), simulasi (bermain peran), pengalaman lapangan, curah pendapat, debat, simposium, laboratorium (praktek langsung), penugasan, observasi dan project percontohan harus lebih ditingkatkan kemampuannya baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Jawaban responden di SMA Negeri 2 Sidikalang sebanyak20,31% respondenmenyatakan sangat baik, 23,44% responden baik, 43,75% responden cukup, bahkan 12,50% responden menyatakan sangat kurang. Kompetensi Tenaga Pendidik di SMA Negeri 2 Sidikalang dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup masih cukup, sehingga diharapkan Tenaga pendidik harus lebih melibatkan peserta didik
secara aktif seperti dalam kegiatan; demonstrasi, diskusi (FGD), simulasi (bermain peran), pengalaman lapangan, curah pendapat, debat, simposium, laboratorium (praktek langsung), penugasan, observasi dan project percontohan yang dilaksanakan dalam sekolah maupun pihak luar sekolah.
Upaya pengembangan isu lokal yang ada diwilayah sekitar telah dilakukan oleh kedua sekolahdan atau bahkan isu global untuk lebih menumbuhkan keperdulian siswa terhadap lingkungan. Responden di SMA Negeri 1 Silahisabungan sebanyak42,31% menjawab telah dilaksanakan dengan sangat baik,50,00% responden baik dan 7,69% responden menjawab cukup. Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang sebanyak 26,56% responden menjawab sangat baik, 23,44% respondenbaik, 42,19% responden cukup, 1,56% responden kurang dan 6,25% responden menjawab sangat kurang. Hasil kuisioner ini menunjukkan bahwa dibutuhkan peningkatan kompetensi dari tenaga pendidik untuk lebih mengembangkan kemampuan dalam menyampaikan pembelajaran tentang upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sehingga akan lebih mudah dipahami oleh para peserta didik khususnya di SMA Negeri 2 Sidikalang.
Sementara untuk kriteria tenaga pendidik telah memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup dalam hal pengembangan indikator dan instrumen penilaian pembelajaran LH di SMA Negeri 1 Silahisabungan sebanyak53,85% responden menjawab sangat baik dan 46,15% responden menjawab baik. Sedangkan hasil kuisionerdi SMAN 2 Sidikalang hanya 21,88% responden menjawab sangat baik, 21,88% responden baik, 45,31% responden cukup, 1,56% responden kurang
pengamatan dilapangan pembelajaran lingkungan hidup baik secara integrasi maupun monolitik di SMA Negeri 1 Silahisabungan telah dilengkapi dengan indikator penilaian tingkat keberhasilan dengan sangat baik sedangkan di SMA Negeri 2 Sidikalang kalang masih kriteria cukup.
Kriteria Tenaga pendidik mampu menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di luar kelas. Sesuai dengan hasil penelitian 14 responden (53,86%) menjawab sangat baik, 11 responden (42,31%) baik dan hanya 1 responden (3,85%) yang menjawab cukup. Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang sebanyak 15 responden (23,44%) menjawab sangat baik, 17 responden (26,56%) baik, 25 responden (39,06%) cukup, 1 responden (1,56%) kurang dan 6 responden (9,38%) menjawab masih sangat kurang. Data diatas menunjukkan bahwa Tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Silahisabungan telah mampu menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di luar kelas dengan sangat baik sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang masih kriteria cukup, hal ini dapat disebabkan tidak maksimalnya pembinaan dan pendampingan yang diberikan kepada Tenaga pendidik oleh Kepala sekolah maupun instansi yang membidangi lingkungan hidup.
Kompetensi tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Silahisabungan yang mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran LH sebanyak14 responden (53,85%) menjawab sangat baik, 11 responden (42,31%) baik dan 1 responden (3,85%) menjawab cukup. Hasil pengamatan dilapangan jelas terlihat besarnya peran yang diberikan oleh masyarakat sekitar terhadap pengembangan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup, diantaranya banyaknya bantuan sarana dan prasarana yang
diberikan secara swadaya antara lain; tong sampah, drainase, kamar mandi, komputer, jaringan internet dan taman.
Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang hanya 9responden (14,06%) yang menyatakan sangat baik, 9 responden (14,06%) baik, 36 responden (56,25%) cukup, 3 responden (4,69%) kurang dan 7 responden (10,94%) menjawab sangat kurang. Hasil kuisioner terlihat jelas bahwa hubungan yang terjalin antara tenaga pendidik dengan orang tua peserta didik dan masyarakat di SMA Negeri 2 Sidikalang masih harus lebih ditingkatkan, karena tanpa dukungan semua pihak dengan keterbatasan yang dimiliki maka akan sangat sulit untuk meraih penghargaan Adiwiyata Nasional. Sesuai dengan hasil kuisioner dan pengamatan dilapangan masih minimnya sarana dan prasarana dibandingkan jumlah warga sekolah antara lain; kurangnya tong sampah, kamar mandi, taman dan peralatan kebersihan.
Kompetensi tenaga pendidik untuk mengkomunikasikan hasil-hasil pembelajaran lingkungan hidupdi SMA Negeri 1 Silahisabungan 8 responden (30,77%) menjawab sangat baik, 6 responden (23,08%) baik dan 12 responden (46,15%) menjawab cukup. Data ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkan pengembangan kompetensi tenaga pendidik sehingga mampu malakukan inovasi-inovasi dengan harapan peserta didik akan lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan. Sedangkan di SMA Negeri 2 Sidikalang tidak ada responden yang menjawab sangat baik, 19 responden (29,69%) baik, 33 responden (51,56%) cukup, 2 responden (3,13%) kurang dan 10 responden (15,63%) menjawab sangat kurang.
Hasil kuisioner dari kedua sekolah masih dalam kriteria cukup, meskipun hasil- hasil pembelajaran lingkungan hidup telah coba dikomunikasikan baik melalui majalah, dinding, buletin sekolah, pameran, web-site, radio dansurat kabar. Hal ini dapat diakibatkan karena minimnya pembinaan dan pelatihan untuk mengembangkan kemampuan Tenaga pendidik dari pihak sekolah dan instansi terkait khususnya yang membidangi lingkungan hidup pada Pemerintahan Kabupaten Dairi. Meskipun berdasarkan hasil wawancara dengan instansi Pendidikan Pemerintahan Kabupaten Dairi dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi telah dilaksanakan pelatihan dan pembinaan secara rutin kepada sekolah- sekolah di Kabupaten Dairi khususnya kedua sekolah yang menjadi lokasi penelitian.
Kompetensi tenaga pendidikdalam mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan masalah LH, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di SMA Negeri 1 Silahisabungansudah relatif baik terlihat dari jawaban responden, dimana 11 responden (42,31%) menjawab sangat baik, 13 responden (50,00%) baik dan 2 responden (7,69%) menjawab cukup. Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang 15 responden (23,44%) yang menjawab sangat baik, 13 responden (20,31%) baik, 28 responden (43,75%) cukup serta 6 responden (9,38%) menjawab sangat kurang.
Pendidikan lingkungan sebagai pendidikan yang bersifat multidisiplin yang pembelajarannya dilaksanakan secara terintegratif, tentulah meminta seluruh kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang guru terpenuhi secara optimal. Sejalan dengan itu, maka seorang pendidik lingkungan hidup sudah seharusnya dilaksanakan oleh guru-guru yang sudah terlatih untuk melaksanakan pendidikan tersebut. Seorang pendidik lingkungan tidaklah cukup hanya dengan latar belakang pendidikan guru yang telah dimilikinya semata
(Hamzah, 2013). Tercapainya tujuan pendidikan lingkungan hidup sangat tergantung pada kemampuan dan sikap guru, yani kemampuan memahami isi program pendidikan lingkungan dan kurikulum (Yusuf, 2000).
Kemampuan Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian fungsi LH di SMA Negeri 1 Silahisabungansebanyak 23 responden (40,35%) menjawab sangat baik, 23 responden (40,35%) baik dan 11 responden (19,30%) menjawab cukup. Sementara itu, di SMA Negeri 2 Sidikalang, terdapat 27 responden (17,53%) menjawab sangat baik, 44 responden (28,57%) baik, 62 responden (40,26%) cukup, 1 responden (0,65%) kurang dan 20 responden (12,99%) menjawab sangat kurang. Hasil pengamatan dan wawancara dilapangan, karya nyata yang dihasilkan siswa-siswa di SMA Negeri 1 Silahisabungan antara lain: makalah, Puisi/ Sajak, Artikel, Lagu, gambar, seni tari dan produk daur ulang yang telah banyak ditampilkan dalam kegiatan-kegiatan Pemerintah Kabupaten Dairi maupun Provinsi Sumatera Utara. Sementara itu, siswa-siswa di SMA Negeri 2 Sidikalang juga telah menghasilkan karya nyata seperti Puisi/ Sajak, Lagu, gambar, dan produk daur ulang namun, masih dalam kriteria cukup.
Peserta didik mampu menerapkan pengetahuan LH yang diperoleh untuk memecahkan masalah LH dalam kehidupan sehari-hari di SMA Negeri 1 Silahisabungan sebanyak 22 responden (38,60%) menjawab sangat baik, 20 responden (35,09%) baik, 14 responden (24,56%) cukup dan hanya 1 responden (1,75%) yang menjawab sangat kurang.Sementara menurut responden peserta didik di SMA Negeri 2 Sidikalangsebanyak
(44,16%) cukup, 2 responden (1,30%) kurang dan 24 responden (15,58%) yang menjawab sangat kurang. Banyaknya jumlah responden yang menjawab sangat kurang menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang belum mampu memecahkan masalah lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Pihak sekolah harus melakukan inovasi dan terobosan baru sehingga pengetahuan lingkungan hidup yang diperoleh dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah lingkungan hidup yang dialamiwarga sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik di SMA Negeri 1 Silahisabungan telah mengkomunikasikan hasil pembelajaran LH dengan berbagai cara dan media, sebanyak 16 responden (28,07%) menjawab sangat baik, 20 responden (35,09%) baik, 17 responden (29,82%) cukup, 2 responden (3,51%) kurang dan 2 responden (3,51%) menjawab sangat kurang. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan hasil pembelajaran dikomunikasikan melalui majalah dingding, buletin sekolah, pameran, web-site, radio dan surat kabar. Sementara di SMA Negeri 2 Sidikakang sebanyak 35 responden (22,73%) menjawab sangat kurang, ini menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang belum memanfaatkan cara atau media. Sebanyak 18 responden (11,69%) menjawab sangat baik, 59 responden (38,31%) menjawab baik, 38 responden (24,68%) cukup dan 4 responden (2,60%) menjawab kurang. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan hasil pembelajaran dikomunikasikan melalui majalah dingding, buletin sekolah, pameran, web-site, radio dan surat kabar.
Keating, (1993) menyatakan bahwa pemerintah hendaknya menyediakan pendidikan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan bagi semua usia, pekerjaan
lingkungan dakam konsep pembangunan, di dalamnya hendaknya memasukkan program pendidikan dengan persoalan utama lingkungan menganalisis berbagai penyebab krisis lingkungan, melibatkan peserta didik disekolah dalam studi regional dan lokal terhadap kesehatan lingkungan, mencakup penyelamatan air minum, penjagaan kesehatan, makanan, lingkungan dan dampak penggunaan sumber daya ekonomi.
4.2.3Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif ditandai dengan Pihak sekolah telah melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah dan menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak diantaranya; masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain (KLH, 2014).
Kesadaran warga sekolah di SMA Negeri 1 Silahisabungan dalam memelihara, merawat gedung dan lingkungan sekolah sudah sangat baik, terlihat dari hasil kuisioner dimana 44 responden (77,19%) menjawab sangat baik, 12 responden (21,05%) baik dan hanya 1 responden (1,75%) yang menjawab cukup. Pada lokasi penelitian tidak ditemukan adanya sarana dan prasarana yang tidak terawat, lingkungan sekolah sangat rapi, bersih dan terutus dengan baik. Warga sekolah terlibat dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah , antara lain; piket kebersihan kelas, Jumat Bersih, lomba kebersihan kelas, kegiatan pemeliharaan taman oleh masing masing kelas serta kegiatan rutin tiap pagi secara bergiliran.
Hasil optimal yang diperoleh di SMA Negeri 1 Silahisabungan dapat juga didukung akibat faktor warga sekolah hampir 90% merupakan putra daerah atau memiliki hubungan kekerabatan dengan masyarakat di Kecamatan Silahisabungan. Sehingga rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap kelestarian alam di Kecamatan Silahisabungan khususnya kawasan Danau Toba sangat tinggi.
Sedangkan di SMA Negeri 2 Sidikalang, sebanyak74 responden (48,05%) menjawab sangat baik, 41 responden (26,62%) baik, 34 responden (22,08%) cukup, 1 responden (0,65%) kurang dan 4 responden (2,60%) menjawab sangat kurang. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan keterlibatan warga sekolah antara lain berupa; piket kebersihan kelas, Jumat Bersih, lomba kebersihan kelas, kegiatan pemeliharaan taman oleh masing masing kelas. Jumlah responden yang menjawab cukup relatif banyak, hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran warga sekolah untuk terlibat dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah harus lebih ditingkatkan.
Pemangku kepentingan di SMA Negeri 2 Sidikalang telah melakukan sosialisasi kepada warga sekolah, baik melalui rapat, upacara, di kelas atau kesempatan lain di lingkungan sekolah. Pihak yang mensosialisasikan terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik, tenaga kepandidikan dan instansi lingkungan sesuai dengan kewenangannya.
Sosialiasi bukan hanya kepada pihak sekolah tetapi juga kepada pihak lain yang terkait dengan sekolah seperti komite sekolah, orang tua dan pihak lain. Namun, hasil yang optimal belum juga diperoleh hal ini dapat disebabkan oleh karena warga sekolah di SMA Negeri 2 Sidikalang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik asal sekolah,
suku, dan tingkatan sosial. Sehingga sangat memungkinkan minimnya rasa memiliki dan tanggung jawab yang tumbuh akibat kesadaran dari masing-masing warga sekolah.
Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan atau aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah mengenai yang harus dijalankan oleh individuhal penting yang harus dilakukan sebagaimana dikemukakan Wikipedia (diakses 23 Mei 2016).
Warga sekolah SMA Negeri 1 Silahisabungan telah memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah-kaidah perlindungan dan pengelolaan LH antara lain pemeliharaan taman, toga, rumah kaca (green house), hutan sekolah, pembibitan, kolam, pengelolaan sampah dengan sangat baik. Setiap kelas memiliki taman dan pembibitan sendiri yang menjadi tanggung jawab bersama dari masing-masing kelas. Implementasi Program Adiwiyata Nasional untuk indikator sekolah telah memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah-kaidah perlindungan dan pengelolaan LH sudah sangat berhasil. Berdasarkan jawaban responden dimana sebanyak 41 responden (71,93%) menjawab sangat baik, 14 responden (24,56%) baik, dan hanya 2 responden (3,51%) yang menjawab cukup. Sementara itu, di SMA Negeri 2 Sidikalang, terdapat 65 responden (42,21%) menjawab sangat baik, 48 responden (31,17%) baik, 34 responden (22,08%) cukup, 2 responden (1,30%) kurang, dan 5 responden (3,25%) menjawab sangat kurang. Jawaban responden menunjukkan bahwa lahan dan fasilitas sekolah telah dimanfaatkan
wawancara dan pengamatan dilapanganlahan dan fasilitas sekolah telah dimanfaatkan untuk pemeliharaan taman, toga, rumah kaca (green house), pembibitan, kolam, pengelolaan sampah dengan sangat baik. Namun belum ditemukan setiap kelas memiliki taman dan pembibitan sendiri yang menjadi tanggung jawab bersama dari masing-masing kelas seperti halnya di SMA Negeri 1 Silahisabungan.
Untuk indikator pengembangan kegiatan ekstrakulikuler atau kulikuleryang sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Silahisabungan, sebanyak 32 responden (56,14%) menjawab sangat baik, 18 responden (31,58%) baik dan 7 responden (12,28%) menjawab cukup.Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Silahisabungan telah dikembangkan dengan sangat baik, antara lain; pramuka, Karya Ilmiah Remaja, dokter kecil, Palang Merah Remaja dan Pecinta Alam serta yang dimanfaatkan untuk pembelajaran terkait dengan PPLH seperti : pengomposan, tanaman toga, biopori, daur ulang dan pertanian organik.Sementara di SMA Negeri 2 Sidikalang, sebanyak 65 responden (42,21%) menjawab sangat baik, 32 responden (20,78%) baik dan 48 responden (31,17%) menjawab cukup, 3 responden (1,95%) kurang dan 6 responden (3,90%) menjawab sangat kurang.Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Sidikalang antara lain; pramuka, Karya Ilmiah Remaja, Palang Merah Remaja dan Pecinta Alam dan yang dimanfaatkan untuk pembelajaran terkait dengan PPLH seperti : pengomposan, tanaman toga, biopori, daur ulang dan pertanian organik juga telah dikembangkan dengan sangat baik.
Gambaran kreativitas dan inovasi warga sekolah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Silahisabungan masih dalam kriteria baik,
diperoleh dari jawaban responden dimana 22 responden (38,60%) menjawab sangat baik, 29 responden (50,88%) baik dan 6 responden (10,53%) menjawab cukup. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilokasi penelitian bentuk kreativitas dan inovasi dari warga sekolah dalam upaya PPLH di SMU Negeri 1 Silahisabungan, sebagai berikut : daur ulang sampah, pemanfaatan dan pengolahan air, karya seni dan hemat energi, sementara untuk karya ilmiah dan menghasilkan energi alternatif belum mampu dilakukan oleh warga sekolah.Sedangkan responden di SMA Negeri 2 Sidikalang, sebanyak 47 responden (30,52%) menjawab sangat baik, 40 responden (25,97%) baik, 52 responden (33,77%) cukup, 5 responden (3,25%) kurang dan 10 responden (6,49%) sangat kurang. Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara di SMA Negeri 2 Sidikalang masih dalam kriteria cukup. Bentuk kreativitas dan inovasi dari warga sekolah SMU Negeri 2 Sidikalang, antara lain; daur ulang sampah, pemanfaatan dan pengolahan air, karya seni dan hemat energi, sementara untuk karya ilmiah dan menghasilkan energi alternatif juga belum mampu dilakukan oleh warga sekolah.
Indikator yang terkait dengan mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar yang diikuti sekolah, menunjukkan bahwa SMA Negeri 1 Silahisabungan cenderung memiliki keterlibatan yang relatif baik, sebagaimana digambarkan dari jawaban responden, dimana sebanyak 18 responden (31,58%) menjawab sangat baik, 24 responden (42,11%) baik, 14 responden (24,56%) cukup dan 1 responden (1,75%) menjawab kurang. Kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar dan warga sekolah mengkutinya antara lain; Gerakan bersih Danau Toba oleh Pemerintah
Danau Toba, Peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia dan kegiatan menuju Geopark kaldera Danau Toba. Sementara itu, di SMA Negeri 2 Sidikalang, masihbanyak responden menjawab sangat kurang meski tidak sedikit yang menjawab baik. Sebanyak 9 responden