• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) Terhadap Volume Dan Harga Karet Alam Bentuk Smoked Sheet Ekspor Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) Terhadap Volume Dan Harga Karet Alam Bentuk Smoked Sheet Ekspor Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Tanaman Karet

Karet adalah tanaman getah yang memiliki banyak kegunaan. Karet (Havea Brazilensis) yang banyak tumbuh di Indonesia berasal dari Amerika Selatan, tepatnya dari Negara Brasil. Pada Abad ke-18, karet di bawa ke Indonesia oleh orang Inggris. Karet di Indonesia pertama kali dibudidayakan di daerah Sumatera Utara dan selanjutnya menyebar ke seluruh Indonesia (Parhusip, 2008).

(2)

1) Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna

2) Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah

3) Mempunyai daya aus yang tinggi

4) Tidak mudah panas (low heat build up)

5) Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance)

Walaupun memiliki beberapa kelemahan, karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan karet sintetis adalah 1:2. Walaupun jumlah produksi karet alam lebih rendah bahkan hanya setengah dari produksi karet sintetis, tetapi sesungguhnya jumlah produksi dan konsumsi kedua jenis karet ini hampir sama.

2.1.2 Jenis-jenis Tanaman Karet

1. Karet Alam

Jenis-jenis karet alam karet alam yang dikenal luas adalah :

a) Bahan olah karet (bokar) adalah karet yang dihasilkan oleh petani karet yang kemudian diolah menjadi berbagai bentuk :

(3)

2) Sheet angin, adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut atau asam asetat, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.

3) Slab tipis, adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut.

4) Lump segar, adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.

b) Karet alam konvensional adalah karet yang dihasilkan dan diolah oleh perkebunan swasta maupun negara menjadi karet yang memiliki jenis dan mutu yang lebih tinggi, yaitu :

1) Ribbed smoked sheet (RSS), adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.

2) White crepe dan Pale crepe, merupakan crepe yang berwarna putih atau muda. White crepe dan Pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.

3) Estate brown crepe, merupakan crepe yang berwarna coklat. Banyak dihasilkan oleh perkebunan besar atau estate.

4) Compo crepe, adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon, potongan-potongan sisa dari RSS, atau slab basah. Scrap tanah tidak boleh digunakan.

5) Thin brown crepe remills, merupakan crepe cokelat yang tipis karena digiling ulang.

(4)

7) Flat bark crepe, merupakan karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam.

8) Pure smoked blanket crepe, merupakan crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang khusus berasal dari ribbed smoked sheet,termasuk juga block sheet atau sheet bongkah, atau sisa dari potongan ribbed smoked sheet.

9) Off crepe, merupakan crepe yang tidak tergolong bentuk baku atau standar. Biasanya tidak dibuat melalui proses pembentukan langsung dari bahan lateks yang masih segar.

c) Lateks pekat

Adalah jenis lateks segar yang mempunyai kadar kering 30% dikentalkan menjadi lateks pekat dengan kadar karet kering 60%. Lateks di kebun sebelum diangkut dicampur telebih dahulu dengan larutan ammonia gas kemudian diendapkan pada bak agar kotoran dan bahan kapur / magnesium mengendap. Setelah itu dilakukan pemusingan (centrifuge) dalam mesinmesin pemusing. Dari mesin tersebut lateks pekat dialirkan ke dalam tangki penampung dan ditambah lagi gas ammonia sebelum siap dipasarkan.

d) Karet bongkah atau block rubber

Adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi potonganpotongan dengan ukuran yang telah ditentukan.

(5)

Adalah karet alam yang dibuat khusus dalam rangka meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintetis sehingga terjamin mutu teknisnya. Pengolahan TSR dari bahan lateks pada dasarnya terdiri dari proses penyaringan lateks, penggumpalan lateks, pembutiran, pengeringan, dan pembungkusan. Bahan olah karet (bokar) dari petani yang bermutu rendah dan kotor, dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pembutiran,pengeringan, dan pembungkusan.

f) Tyre rubber

Adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.

g) Karet reklim atau reclaimed rubber

Adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas. Boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir.

2. Karet Sintetis

Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Berikut ini adalah macam-macam karet sintetis :

1) Karet sintetis untuk kegunaan umum

a) SBR (styrena butadiene rubber), merupakan jenis karet sintetis yang paling banyak digunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah.

b) BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit.

(6)

2. Karet sintetis untuk kegunaan khusus

a) IIR (isobutene isoprene rubber) Sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan asap.

b) NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile butadiene rubber adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling sering digunakan.Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sekalipun didalam minyak,karet ini tidak mengembang.

c) CR (clhoroprene rubber) Memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi disbanding dengan NBR masih kalah. Memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara,bahkan juga tahan terhadap panas atau nyala api. d) EPR (ethylene propylene rubber) Keunggulan yang dimiliki EPR adalah

ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon, serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Kelemahannya pada daya lekat yang rendah (Julivanto,2009).

2.2 Proses Terjadinya ACFTA

(7)

Dalam Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (2010) dijelaskan bahwa dalam membentuk ACFTA, para Kepala Negara Anggota ASEAN dan China telah menandatangani ASEAN - China Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6 Nopember 2001 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. Sebagai titik awal proses pembentukan ACFTA para Kepala Negara kedua pihak menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People’s Republic of China di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002. Protokol perubahan Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 6 Oktober 2003, di Bali, Indonesia. Protokol perubahan kedua Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 8 Desember 2006.

Indonesia telah meratifikasi Ratifikasi Framework Agreement ASEAN-China FTA melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004. Setelah negosiasi tuntas, secara formal ACFTA pertama kali diluncurkan sejak ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan Dispute Settlement Mechanism Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos. Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan Persetujuan Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand (Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, 2010).

(8)

1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between the Associaton of Southeast Asean Antions and the People’sRepublic of China.

2) Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor 355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam rangka Early Harvest Package ASEAN-China Free Trade Area.

3) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN- China Free Trade Area.

4) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area.

5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Perpanjangan Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area.

6) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.011/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area.

(9)

2.3 Studi Terdahulu

Putra (2006) judul “Analisis Kinerja Ekspor Karet Alam Indonesia Di Negara Cina”. Indeks RCA Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki

keunggulan komparatif dalam ekspor karet alam ke Cina. Hasil dari CMS menunjukkan bahwa efek pertumbuhan impor berpengaruh lebih besar dalam pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia. Pertumbuhan ekspor karet terjadi akibat peningkatan impor karet alam oleh Cina. Nilai ekspor karet alam di Cina dalam bentuk komoditi RSS-1, SIR 20 dan RSS-3 menunjukkan nilai yang sangat kecil. Jenis olahan karet Indonesia yang diekspor ke Cina menunjukkan nilai yang tidak terlalu menguntungkan.

Harry Bowo (2012) judul “ Dampak Penerapan Asean-China Free Trade Area (ACFTA) Terhadap Nilai Perdagangan Indonesia Atas China: Studi Beberapa

Komoditas Terpilih “, menyimpulkan bahwa hubungan antara pemberlakuan

ACFTA dan ekspor komoditas terpilih Indonesia ke China adalah positif. Secara statistik, rata-rata (intersep) ekspor komoditas terpilih ke China setelah pemberlakuan ACFTA lebih besar disbanding sebelum pemberlakuan ACFTA dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Maria Gultom (2013) judul “ Analisis Dampak CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area) Terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara ,” menyimpulkan

(10)

Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volume jeruk impor Sumatera Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

2.4 Landasan Teori

2.4.1 Teori Integrasi Ekonomi

Pada dasarnya,organisasi-organisasi dapat dibedakan menurut derajat intensitas kerjasama dan tujuan pemberlakuannya.Organisasi regional dikategorikan sebagai suatu wadah kerjasama ekonomi jika tujuannya sekedar menghimpun Negara-negara anggota untuk mengadakan koordinasi dalam suatu kerjasama ekonomi tanpa secara eksplisit mencantumkan perangkat kerjasama untuk mencapai suatu integrasi ekonomi.Sementara itu integrasi ekonomi bertujuan untuk memadukan pasar dan perekonomian Negara-negara anggotanya melalui beberapa tahapan.Untuk mencapai tujuan tersebut,diperlukan suatu struktur organisasi yang bersifat “Supranasional”,dimana Negara-negara anggota bersedia melimpahkan sebagian kedaulatannya yaitu melalui pengambilan keputusan-keputusan bersama yang bersifat mengikat dan mengupayakan penghapusan hambatan-hambatan perdagangan dalam bentuk tarif dan nontarif ( Basri dan Haris 2010 ).

Adapun tingkatan integrasi ekonomi tersebut adalah:

1. Preferential Trade Arrangements. Pada tahap ini negara-negara yang sepakat bergabung menyepakati penurunan hambatan perdagangan diantara mereka dan membedakannya dengan negara luar yang bukan anggota.

(11)

sepenuhnya,namun masing-masing negara anggota masih berhak menentukan sendiri kebijakan hambatan perdagangannya dengan negara-negara diluar anggota.

3. Custom Union. Yaitu bentuk integrasi ekonomi berikutnya dimana semua negara anggota diwajibkan untuk tidak hanya menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan diantara mereka namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap negara luar yang bukan anggota.

4. Common Market. Pada bentuk integrasi ini, bukan hanya perdagangan saja yang dibebaskan namun juga arus faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal.

5. Economic union. Pada tingkatan tertinggi integrasi ekonomi ini, harmonisasi dan penyelarasan diantara negara anggota dilakukan lebih jauh hingga penyeragaman kebijakan moneter dan fiskal masing-masing negara anggota.

2.4.2 Perdagangan Bebas

(12)

2.4.3 Teori Keunggulan Komparatif

Kenggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki suatu negara dalam perdaganan internasional, jika negara tersebut dapat memproduksi suatu barang dengan biaya sumberdaya yang lebih rendah dibanding negara lain. Dalam teorinya, Ricardo menjelaskan bahwa perdaganan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja), perbedaan fungsi ini menimbulkan terjadinya perbedaan efisiensi maupun produktifitas.

J.S Mills beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila Negara itu memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang tertentu bila negara tersebut kerugian komparatif atau keunggulan komparatif terendah ( Tambunan,2004 ).

2.4.4 Teori Penawaran Ekpor

(13)

Qxt = Qt - Ct - St-1 ……….…. (2.1)

dimana :

Qxt : Jumlah ekspor pada tahun ke-t

Qt : Jumlah produksi domestik pada tahun ke-t

Ct : Jumlah konsumsi domestik pada tahun ke-t

St-1 : Jumlah stok awal tahun ke-t atau akhir tahun lalu (tahun ke t-1)

2.4.5 Analisis Statik

Teori ini mengatakan bahwa “ Negara sedang berkembang ( LDC ) hanya sedikit sekali mendapat manfaat dan dapat dirugikan dengan adanya integrasi”.Ada enam indikator untuk melihat besarnya dampak dari integrasi yaitu :

a) besarnya kawasan integrasi dan kontribusi awal dari perdagangan dalam integrasi tersebut.

b) tingkat tarif

c) tingkat awal pertumbuhan/pembangunan ekonomi masing-masing negara yang terlibat dalam integrasi misalnya pendapatan per kapita.

d) struktur komoditas yang diperdagangkan dalam kawasan integrasi e) potensi “intra-industry”

f) ongkos angkut dan kendala alam yang lain.

2.4.6 Teori Perdagangan Internasional

(14)

negara, sedangkan kegiatan impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan suatu negara terhadap suatu komoditi dari pasar internasional.

Pada dasarnya beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional suatu negara dari negara lainnya bersumber dari keinginan memperluas pasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan devisa bagi kegiatan pembangunan adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara,serta akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu (Salvatore, 1997).

Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional

(15)

dari keseimbangan di Indonesia dan keseimbangan di Uni Eropa akan terbentuk kurva ES dan ED di pasar internasional, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional yaitu sebesar P.

2.5 Kerangka Pemikiran

Globalisasi ekonomi ini menghasilkan sebuah bentuk perdagangan internasional yang hampir sama dengan keadaan dan tujuan globalisasi ekonomi yaitu free trade atau perdagangan bebas. Perdagangan bebas ini telah diberlakukan di banyak negara, khususnya negara berkembang. Perdagangan bebas pertama kali diberlakukan oleh Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa. Hal ini dilakukan untuk membuka pasar mereka dan menjual produk mereka kewilayah yang lebih luas, selain itu memberikan pilihan pada konsumen dalam negeri yang lebih beragam.

ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) merupakan sebuah kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi segala hambatan-hambatan dalam perdagangan internasional (tarif maupun non tarif), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(16)

atau highly sensitive list baru akan berlaku pada tahun 2015. Dengan pemberlakuan ACFTA ini maka produk andalan ekspor Indonesia yang oleh China dimasukkan dalam sensitive track dapat masuk ke China. Sebaliknya Indonesia juga memasukkan produk-produk unggulan ekspor China ke Indonesia.

(17)

Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dan singkat tentang pemikiran, maka dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Menyatakan Hubungan

GLOBALISASI EKONOMI

ACFTA

Sebelum Sesudah

Volume Smoked

Sh Ek

Harga smoked sheet Ek

Volume Smoked Sh t Ek

(18)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dilihat hipotesis yaitu:

1. Ada perbedaan volume ekspor karet alam bentuk smoked sheet ke ASEAN sebelum dan sesudah pelaksanaan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). 2. Ada perbedaan harga ekspor karet alam bentuk smoked sheet ke ASEAN

sebelum dan sesudah pelaksanaan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). 3. Ada perbedaan volume ekspor karet alam bentuk smoked sheet ke China

sebelum dan sesudah pelaksanaan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area). 4. Ada perbedaan harga ekspor karet alam bentuk smoked sheet ke China sebelum

Gambar

Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan

(2) Tarif Layanan Akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk mahasiswa sebelum angkatan tahun 20 14/20 15 ditetapkan dengan Keputusan Rektor Badan Layanan

Dalam proses pemesanan yang sedang terjadi, marketing di lapangan yang melakukan pencatatan dengan buku untuk menerima order /pesanan dari konsumen/klien.. Selain

1.128.347.000 (Satu Milyard Seratus Dua Puluh Delapan Juta Tiga Ratus Empat Puluh Tujuh Ribu Rupiah). Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Badan Usaha Dalam Rangka

Fahruddin,Ahmad, Komunikasi antara kepala sekolah dengan para guru di MTs Al-Fitroh Cipondoh Kota Tangerang , Jakarta: Skripsi tidak dipublikasikan, UIN

Reflection Question 7: Knowing the structure and stock images of the tarot what constraints might you isolate to try as rules for making the images talk?. Reflection Question 8:

Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari

Tulisan ini membahas secara deskriptif aplikasi-aplikasi iOS yang mendukung proses perancangan arsitektur dari tahap ke tahap, dan membandingkan potensi masing-masing app dalam