ABDUL GOFAR SASTRODININGRAT
NEUROSURGERY
USU Press
Art Design, Publishing & Printing Gedung F
Jl. Universitas No. 9, Kampus USU Medan, Indonesia
Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737
Kunjungi kami di:
http://usupress.usu.ac.id
¤ USU Press 2012
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak, menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN: 979 458 641 2
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Abdul Gofar Sastrodiningrat
Neurosurgery Lecture Notes / Abdul Gofar Sastrodiningrat – Medan: USU Press, 2012
Chief Editor :
Prof. Dr. Abdul Gofar Sastrodiningrat, SpBS(K)
Ilustrator : Donny Luis Ahmad Brata Rosa A Tok
Cover Designer : Gatot Aji Prihartomo
xiii, 928 p.: ilus. ; 29 cm. Bibliografi, Indeks.
ISBN: 979-458-641-2
Percetakan: USU PRESS - MEDAN
Isi buku diluar tanggung jawab percetakan
DAFTAR ISI
PART I: ADVANCED TOPICS IN NEUROSURGERY
Neurotransmitter
Beny Atmadja Wiryomartani ... 3
Excitatory Amino Acid Excitotoxicity
Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 19
Endoscopic Third Ventriculostomy
Sri Maliawan ... 31
Neuroendoscopy
Julius July ... 37
Epilepsy Surgery in Indonesia: Achieving Better Result with Limited Resources
Zainal Muttaqin ... 54
Indications and Presurgical Evaluation For Epilepsy Surgery
Zainal Muttaqin ... 62
Neuroimaging in Epilepsy : MRI evaluation in Refractory Complex Partial Epilepsy
Zainal Muttaqin ... 72
Overview Meningioma: Histology and Molecular Biology
Iskandar Japardi ... 80
Supraclavicular Approach on Brachial Plexus Injury
Adril Arsyad Hakim ... 103
Cerebral Revascularization. Extracranial – Intracranial by-pass Surgery
Rr.Suzy Indharty ... 109
PART II: BASIC NEUROSURGERY
CEREBRAL TRAUMA
Traumatic Brain Injury : Primary Brain Damage, Secondary Brain Damage, Management and Neuro Critical Care
Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 125
Chronic Subdural Hemorrhage
SPINE
SPINE TRAUMA
SPINE TRAUMA : Arguments toward better care and patients safety
Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 205
Cervical Spine Trauma
Donny Luis, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 210
Thoracolumbar Trauma
Donny Luis, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 243
SPINE TUMOR Spine Tumors
Donny Luis, Sabri Ibrahim ... 267
Extradural Benign Tumor
Donny Luis, Gatot Aji Prihartomo ... 271
Epidural Malignant Tumors
Donny Luis, Abdul Gofar Sastrodiningart ... 278
Intradural Extramedullary Benign Tumors
Donny Luis, Sabri Ibrahim ... 293
Intradural Extramedullary Malignant Tumors
Donny Luis, Gatot Aji Prihartomo ... 319
Intramedullary Tumors
Donny Luis, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 312
DEGENERATIVE DISEASE OF THE SPINE
Concept of Disc Degeneration and Regeneration
Donny Luis, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 327
Ossification Of The Posterior Longitudinal Ligament
Donny Luis, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 345
Cauda Equina Syndrome
Sonny G. R Saragih, Gatot Aji Prihartomo, Michael Norman Jusman ... 353
Degenerative Disorder of the Cervical Spine
Donny Luis, Sabri Ibrahim, Michael Norman Jusman, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 368
Degenerative Disorders of the Thoracic Spine
Donny Luis, Sabri Ibrahim, Michael Norman Jusman, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 396
Degenerative Disorder of The Lumbar Spine
CEREBRAL TUMOR
En Plaque Meningioma
Sonny G.R.Saragih ... 439
Parasagital and Falx Meningioma
Sonny G.R.Saragih, Iskandar Japardi ... 447
Petroclival Meningioma
Sonny G. R. Saragih, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 459
Tentorial Meningioma
Sonny G. R Saragih, Iskandar Japardi ... 480
Low Grade Glioma
Andre Marolop Siahaan, Sony G.R.Saragih, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 488
High Grade Glioma
Andre Marolop Siahaan, Adril Arsyad Hakim ... 497
Fibrous Dysplasia
Ahmad Brata Rosa, Iskandar Japardi ... 505
Medulloblastoma
Sabri Ibrahim, Donny Luis, Muhammad Fadhli, Adril Arsyad Hakim ... 511
Oligodendroglioma
Ahmad Brata, Sonny G.R.Saragih, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 523
Ependymoma
Thomas Tommy, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 528
Pontine Glioma
Sonny G.R.Saragih, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 537
Metastatic Cerebral Tumor
Sabri Ibrahim, Iskandar Japardi ... 586
Histiocytosis X
Sonny G. R. Saragih, Abdul Gofar Sasrodiningrat, ... 598
CEREBRAL INFECTION
Cerebral Abscess
Cerebral Tuberculoma
Sabri Ibrahim, Sonny G.R.Saragih, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 619
Toxoplasmosis
Michel Norman Jusman, Sonny G.R.Saragih, Rr.Suzy Indharty ... 638
Cerebral Aspergillosis
Donny Luis, Muhammad Fadhli, Alvin Abrar Harahap, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 649
Neurocysticercosis
Michael Norman Jusman, T. Yose Mahmuddin Akbar, Rr.Suzy Indharty ... 660
PEDIATRIC NEUROSURGERY
Hydrocephalus In Children
Sabri Ibrahim, Ahmad Brata Rosa, Ade Ricky Harahap ... 671
Hydrancephaly
Gatot Aji Prihartomo,Disfahan Sinulingga ... 683
Porencephaly
Thomas Tommy, Rr.Suzy Indharty ... 687
Dandy Walker Malformation
Andre MP.Siahaan,Thomas Tommy, Disfahan Sinulingga, Adril Arsyad Hakim ... 691
Chiari Malformation
Donny Luis, Disfahan Sinulingga, Adril Arsyad Hakim ... 704
Craniosynostosis
Ahmad Brata Rosa, Sonny G.R. Saragih, Adril Arsyad Hakim ... 721
Neural Tube Defect: Schizencephaly, Lissencephaly, Holoprosencephaly
Thomas Tommy, Donny Luis, Iskandar Japardi ... 735
Encephalocele, Myelomeningocele, Spina Bifida Oculta
Thomas Tommy, Rr.Suzy Indharty ... 740
Occult Spinal Dysraphism
Sonny G. R Saragih, Donny Luis, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 747
NEUROVASCULAR
Carotid-Cavernous Fistula
Arterio Venous Malformation
Sabri Ibrahim, Sonny G.R. Saragih, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 773
Intracranial Aneurysm
Muhammad Chairul, Sabri Ibrahim, Rr.Suzy Indharty ... 807
Spontaneous Intracerebral Hemorrhage
Michael Norman Jusman, Muhammad Fadhli, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 820
PERIPHERAL NERVE
Carpal Tunnel Syndrome
Disfahan Sinulingga, Adril Arsyad Hakim ... 833
Peripheral Nerve Injury
Marsal Risfandi, Ade Ricky Harahap, Adril Arsyad Hakim... 846
Peripheral Nerve Tumor
Sonny G.R.Saragih, Ahmad Brata Rosa, Andre Marolop Siahaan, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 855
MISCELLANEOUS
Intracranial Pressure
Donny Luis, Michael Norman Jusman ... 887
Normal Pressure Hydrocephalus
Gatot Aji Prihartomo ... 896
Pain Syndrome
Marshal Risfandi, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 908
Neurocutaneous Syndrome (Phakomatoses)
Sonny R. G. Saragih, Donny Luis, Michael Norman Jusman, Abdul Gofar Sastrodiningrat ... 922
Neurosurgery Lecture Notes
ENCEPHALOCELE, MYELOMENINGOCELE, SPINA BIFIDA OCULTA
Thomas Tommy, Rr.Suzy Indharty
1. ENCEPHALOCELE
Definisi
Encephalocele adalah suatu bentuk eu al
tu e defe ts , (selain dari anencephali dan spina bifida) yang disertai dengan penonjolan isi
(meninges, jaringan otak, cairan)1 dari rongga
tengkorak melewati batas-batas yang seharusnya dari sebuah tengkorak2. Keadaan ini disebut juga cranium bifidum. Spektrum dari encephalocele
memiliki terminasi yang meliputi isi dari ele ,
sehingga menjadi: Meningocele,
Encephalo-meningocele, Hidroencephalomeningocele.
Epidemiologi
Encephalocele memiliki angka insiden
sebesar 10% hingga 20% dari semua disrafisme craniospinal, dan prevalensinya tergantung dari ras
dan geografi. Beberapa penelitian telah
menyatakan prevalensi dari kejadian
encephalocele adalah 0,8-4 : 10.000 kelahiran hidup2.
Lokasi encephalocele, dipengaruhi oleh faktor ras. Pada keturunan asia, encephalocele lebih sering dijumpai di daerah anterior dan pada kaukasia lebih sering dijumpai encephalocele posterior.
Karena kejadian encephalocele adalah suatu proses kelainan kongenital, keadaan ini seringkali dijumpai bersamaan dengan anomali kongenital lainnya membentuk suatu spektrum dari sindrom. Beberapa sindrom yang berhubungan dengan encephalocele adalah Sindrom Meckel-Gruber,
Sindrom K o lo h, “i d o A ioti Ba d ,
Sindrom Chemke, Sindrom Kriptopthalmus,
Sindrom von Voss, Sindrom Warfarin.
Etiologi dan Patogenesis
Penyebab pasti encephalocele sampai saat ini belum diketahui, namun sudah terdapat dua pendapat yang dominan dalam menjelaskan proses patofisiologi dari suatu encephalocele. Pendapat tersebut adalah terjadinya daerah yang mengalami kelemahan tulang wajah (locus minoris), sedangkan
pendapat kedua adalah terjadinya penutupan
eu al tu e a g te la at. Ka e a pe dapat
kedua tersebut encephalocel seringkali
dihubungkan dengan suatu neural tube defect fase
neurulasi.
Encephalocele kongenital dipostulasikan
telah disebabkan oleh eu al tu e defe t dengan
beragam etiologi, walaupun sampai saat ini belum
dapat dipastikan etiologi penyebabnya4. Beberapa
penemuan menjelaskan adanya sisa jaringan neural
di sepanjang daerah penutupan eu al tu e yang
mendukung postulat kedua dari patogenesis encephalocele. Akan tetapi, adanya fakta bahwa ensefalokel anterior tertutup oleh kulit normal mengindikasikan bahwa kelainan yang terjadi
bukan hanya akibat kegagalan neurulasi5.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa faktor lingkungan adalah suatu faktor
penyebab yang potensial1, namun belum ada bukti
yang kuat untuk mendukungnya. Sampai saat ini,
hanya aflatoxin yang telah diusulkan menjadi agen
teratogenik yang dapat menyebabkan terjadinya anomali ini. Defisiensi folat juga dapat menyeabkan encephalocele, tetapi belum ada bukti secara langsung yang menghubungkan kadar folat aternal
dengan insiden encephalocele1. Kasus-kasus
encephalocele juga dijumpai pada golongan ekonomi menengah ke bawah, sehingga dapat
dicurigai bahwa encephalocele berhubungan
secara tidak langsung dengan keadaan gizi maternal.
Teori yang paling luas diterima adalah teori
dari Geoffrey St. Hillaire (1872)2, yang mengusulkan
bahwa neuroschizis terjadi setelah penutupan
tabung neural. Ketika fisura mengalami perbaikan, terjadi perlekatan antara neuroektoderm dan ektoderm kutaneus, oleh karena itu mencegah terjadinya interposisi mesoderm yang seharusnya membentuk kranium. Pandangan dari penelitian
molekuler sudah banyak bermunculan.
Neurosurgery Lecture Notes
sampai saat ini, seperti gen sonic hedgehog, yang diekspresikan pada notokord dan menginduksi pembentukan sitoarsitektur spinal cord ventral.
Klasifikasi
Encephalocele dapat dibedakan menjadi
proses primer dan sekunder.5 Proses primer adalah
suatu spektrum encephalocele yang terjadi
kongenital. Sedangkan proses sekunder adalah kejadian encephalocele yang terjadi akibat trauma atau iatrogenik.
Tabel 1. Encephalocele berdasarkan lokasi anatomis. Dikutip dari : Lumenta CB, Rocco CD, Haase J, Mooij JJA. Neurosurgery. New York, Springer. 2009.p.97-111.6
Occipital Supratentorial
Temporal Anterolateral fontanelle (Pterion) Posterolateral fontanelle (Asterion) Sincipital (Frontal) Frontoethmoidal
Nasofrontal
Gambar 1. Basioccipital meningocele.
Dikutip dari : Azizkhan RG, Cuenca RE, Powers SK. Transoral Repair of a Rare Basioccipital Meningocele in a Neonate: Case
7
Penjajakan
Diagnosis Prenatal
Diagnosis prenatal dari encephalocele saat ini telah dapat dilakukan melalui pemeriksaan
amniocentesis dan USG2. Amniocentesis dapat
menentukan kadar alfa fetoprotein dan
acetylcholine esterase. USG telah menjadi
pemeriksaan rutin selama kehamilan yang dapat menyingkirkan malformasi mayor susunan saraf pusat. Perkembangan dari USG seperti rekonstruksi tiga dimensi telah meningkatkan ketepatan diagnostik pemeriksaan. Penelitian terhadap MRI fetal telah dilakukan dan memberikan hasil pemeriksaan yang lebih jernih dan detil.
Penjajakan Klinis
Modalitas pencitraan adalah suatu yang
penting dalam manajemen dan diagnosis
encephalocele. CT Scan dan MRI dengan resolusi tinggi saat ini telah dapat dilakukan, walaupun masih ada beberapa argumentasi yang berlainan
sebagai gold standard untuk mengidentifikasi lesi
dari kantung dan hubungannya dengan struktur vaskular dan neuronal yang berdekatan. MRA dan MRV seringkali bermanfaat untuk mengetahui letak sinus venosus, suatu informasi yang penting diketahui sebelum dilakukan pembedahan. Fakta lain yang dapat diambil dari pemerikaan pencitraan adalah mengenai malformasi intrakranial dan ekstrakranial lainnya yang mungkin berhubungan dengan sindrom klinis yang berlainan. Keberadaaan hidrosefalus adalah suatu faktor prognostik yang
buruk. CT dan MRI juga mungkin dapat
menunjukkan agenesis korpus kalosum, kista, agenesis vermis, agyria, heteropia substansia
grisea, dan anomali aliran drainase vena3.
Terapi dan Hasil Akhir
Pembedahan rekonstruksi akan memberikan hasil yang baik, kecuali jika volume jaringan di luar lebih besar daripada volume otak di dalam kranium. Operasi dilakukan dengan eksisi kantong dan isi dengan penutupan dura secara kedap air8. Jika terjadi hidrosefalus, dapat diterapi dengan protokol hidrosefalus.
Neurosurgery Lecture Notes
dalam kantung melebihi jaringan otak di kranium, akan memberikan hasil akhir yang buruk. Dalam
situasi ini, pilihan untuk tidak menutup
encephalocele dapat dipertimbangkan setelah berdiskusi dengan keluarga dan penyedia layanan kesehatan yang merawat pasien secara langsung.
Tujuan umum dari pembedahan adalah untuk mengangkat kantung, mempertahankan fungsi dari jaringan saraf, dan menutup luka dengan jaringan kulit non-displastik. Perencanaan pembedahan dapat difasilitasi dengan menelaah modalitas pencitraan, khususnya MRI. Keberadaan CSF di dalam encephalocele adalah suatu faktor yang baik, karena mengartikan lebih sedikit jaringan otak yang terherniasi per volume kantung.
Encephalocele posterior biasanya diperbaiki dengan pasien pada posisi tengkurap atau kadang-kadang lateral dekubitus. Neonatus diletakkan dengan wajak menghadap ke bawah dengan alas kepala tapal kuda. Wajah dialaskan dengan busa lembut. Untuk lesi yang besar dengan jumlah kulit yang kendur, dapat digunakan alat pengait yang dikaitkan ke atas selama dilakukan diseksi.
Perbaikan secara pembedahan dimulai dengan insisi kulit, yang dapat berupa horizontal atau vertikal, tergantung dari konfigurasi kantung dan ukurannya. Lebih baik mengangkat sedikit kulit
dibandingkan pengangkatan yang berlebihan
karena sisa kulit dapat selalu dibuang setelahnya. Kulit sebaiknya diinsisi secara sirkumferensial di atas dasar encephalocel. Penampang antara jaringan lunak kulit kepala dan dura mater kemudian diidentifikasi dengan diseksi tumpul.
Diseksi kemudian dilanjutkan secara
sirkumferensial. Kantung kemudian dibuka dan CSF dikeluarkan. Isi kantung kemudian diinspeksi. Jika terdapat jaringan saraf dan tampak displastik dapat dilakukan reseksi. Akan tetapi, keputusan untuk mereseksi jaringan tersebut hanya dilakukan setelah pertimbangan yang matang dengan
memperhatikan fakta dan informasi yang
didapatkan dari MRI. Dura yang berlebih dapat dieksisi dan ditutup dengan jahitan kontinyu secara kedap air. Setelah dilakukan penutupan, terjadi
pembentukkan tulang baru yang seringkali
diinduksi oleh dura mater, dan kelainan tulang biasanya mengecil seiring dengan waktu.
Gambar 2. a. Contoh kasus encephalocele anterior nasoethmoid. Dikutip dari: Kumplan kasus Departemen Ilmu Bedah Saraf FK.USU-RSUP.H.Adam Malik
Gambar 2. b. Contoh kasus encephalocele anterior nasoethmoid. Dikutip dari: Kumplan kasus Departemen Ilmu Bedah Saraf FK.USU-RSUP.H.Adam Malik
Gambar 2. c. Contoh kasus encephalocele anterior tipe frontoethmoid. Dikutip dari: Kumplan kasus Departemen Ilmu Bedah Saraf FK.USU-RSUP.H.Adam Malik
Neurosurgery Lecture Notes
shunt sampai dinilai perlu. Kebocoran CSF dari encephalocele yang diperbaiki sesuai prosedur
biasanya menunjukkan diagnosis suatu
hidrosefalus, terapi drainase ventrikuler dalam jangka waktu singkat dan terapi antibiotia dapat diberikan pada situasi ini untuk menghindari infeksi shunt.
Gambar 2. d. Contoh kasus repair cele direct approach. Dikutip dari: Kumplan kasus Departemen Ilmu Bedah Saraf FK.USU-RSUP.H.Adam Malik
Gambar 2. e. Contoh kasus posterior encephalocele disertai dengan mikrosefali. Dikutip dari: Kumplan kasus Departemen Ilmu Bedah Saraf FK.USU-RSUP.H.Adam Malik
2. MYELOMENINGOCELE
Definisi
Kecacatan yang melibatkan suatu herniasi jaringan meningeal dengan atau tanpa jaringan susunan saraf pusat melalui suatu kecacatan pada vertebra spinalis.
Gangguan dalam proses neurulasi akan
e i ulka neural tube defects a g
mencakup perkembangan yang tidak sempurna
dari neuropore anterior (anencephaly) dan
neuropore posterior (spina bifida). Disrafisme spinal mengacu kepada semua bentuk spina bifida. Spina bifida aperta adalah lesi spinal pada garis
tengah yang berhubungan dengan lingkungan eksternal. Spina bifida cystica adalah tipe spina bifida aperta yang lebih spesifik yang merujuk suatu myelomeningocele atau meningocele.
Epidemiologi
Myelomeningocele hanyalah salah satu manifestasi malformasi yang terjadi pada seluruh sistem saraf pusat pada 2500 sampai 6000 bayi baru lahir di Amerika Serikat9.
Pathologi
Pada myelomeningocele, terjadi kegagalan proses neurulasi primer pada hari ke-18 hingga 27
embriogenesis manusia, meninggalkan suatu
dataran jaringan saraf yang dinamakan neural
placode. Pada meningocele, spi al o d
terbentuk normal, tetapi dura gagal menyatu ke arah dorsal. Sehingga terbentuk suatu lesi kistik yang melibatkan jaringan saraf. Kedua lesi tersebut
penting untuk dibedakan karena
myelomeningocele berhubungan dengan
malformasi Chiari tipe II dan manifestasi kranialnya dan hidrosefalus tetapi tidak sebaliknya.
Myelomeningocele mungkin terjadi sebagai lesi tandem dengan spina bifida okulta. Pada
keadaan tertentu, malformasi split o d dijumpai
pada sekitar 36% hingga 50% pasien dengan myelomeningocele. Pada hemimyelomeningocele, satu dari sisi spi al o d adalah neural placode, dan sisi lainnya berada di bawah placode dan sebuah septum yang melintang miring.
Beberapa bentuk dari spina bifida okulta
lainnya adalah lipomyelomeningocele dan
myelocystocele terminal. Lipomyelomeningocele adalah menyatunya conus medularis pada lipoma
yang menyebabkan tethe ed o d . Sebuah
myelocystocele terminalis adalah sebuah masa pada garis tengah yang tertutup kulit dengan
kanalis sentralis spi al o d berdilatasi seperti
trompet.
Myelomeningocele berhubungan dengan asupan folat, konsumsi obat anti kejang, diabetes melitus, dan obsesitas.
Tampilan Klinis
Pasien dengan myelomeningocele dapat mengalami gangguan sensorik dan motorik yang
Neurosurgery Lecture Notes
terjadi lebih distal dari tingkat kelainan anatomis. Kelainan yang terjadi dapat berupa kelemahan, anestesia, inkontinensia urin dan alvi dalam berbagai derajat.
Penjajakan
a. Laboratorium :
x AFP serum maternal
AFP serum maternal dapat
diperiksa pada tahap awal trimester kedua untuk pemeriksaan penyaring
pertama untuk neural tube defects.
Pada cairan amnion, konsentrasi AFP 100 kali lebih sedikit dibandingkan CSF fetal. Waktu yang optimal untuk mengambil sampel adalah minggu ke-16 hingga 18, walaupun AFP serum maternal dapat ditentukan antara minggu ke-14 hingga 21 masa gestasi. Jika skrining kadar AFP serum maternal meningkat, tes tersebut dapat diulang. Pada 40% kasus, pemeriksaan ulang akan menghasilkan kadar yang normal.
b. Radiologi dan Imejing :
x Foto polos
x CT Scan
x MRI
x USG
Sensitifitas USG fetal dengan
resolusi tinggi mendekati 100% pada
pemeriksaan skrining neural tube
defects. Prediksi yang akurat dari
ti gkat a ato is da i kelai a spi al
o d didapat pada 64% kasus. USG
dengan resolusi tinggi juga dapat memvisualisasikan dua kelainan kranial yang merupakan suatu karakteristik untuk hidrosefalus dan malformasi Chiari tipe II yang berhubungan dengan spina bifida.
Temuan-temuan pada USG :
- Lemon sign10
- Banana sign
x Echocardiography
c. Investigasi genitourinaria
Indikasi Pembedahan
Indikasi pembedaan dari kasus
myelomeningocele adalah suatu keinginan untuk mempertahankan fungsi intelektual, sensorik, dan motorik; serta pencegahan infeksi susunan saraf pusat. Pembedahan dapat juga dilakukan secara dini, intrauterin11.
Manajemen Pembedahan
Pada pemeriksaan neurologis awal, tingkat spinal dari kelainan dan beratnya hidrosefalus, jika ada, haruslah ditentukan. Kehati-hatian dalam menginterprestasikan refleks abnormal adalah suatu hal yang penting, karena refleks-refleks ini mungkin tidak mencerminkan fungsi yang baik.
Sebagai contoh, stimulasi perineal dapat
menginduksi sebuah kontrasi dan respons yang meluas yang sebaiknya tidak diinterpretasikan secara salah untuk kontraksi anal volunter. Sekitar duapertiga bayi baru lahir yang terkena akan menunjukkan tanda-tanda myelopati, termasuk hiperrefleksia dan klonus, karena seringkali mereka memiliki transeksi fungsional medula spinalis. Untuk menentukan tingkat sensorik, sebuah stimulus diaplikasikan pada ekstremitas bawah dari arah distal menuju proksimal sampai tampak perubahan mimik neonatus.
Untuk menentukan tingkat motorik, sebuah stimulus diaplikasikan di atas tingkat sensorik, dan pergerakan yang paling distal dicatat. Dengan sebuah level L1-3 bayi memiliki fleksi panggul dengan dan ekstensi lutut. Inversi kaki merupakan indikasi level L2-4. Lesi pada level L5-S2, bayi akan tampil dengan aduksi sendi panggul, ekstensi lutut dengan kaki dorsifleksi.
Bayi dengan kelainan level sacral akan
tampak neurologis intak kecuali terjadi
plantarfleksi. Fungsi dari spinchter ani tidak dapat diprediksi secara akurat. Malformasi medula spinalis dapat menebabkan suatu kifoskoliaosis atau asimetri signifikan antara ekstremitas bawah. Stigmata lainnya dari spina bifida okulta seperti
hipertrikosis, hemangioma, atau daerah
hiperpigmentasi dapat menunjukkan suatu
keberadaan lesi tandem.
Hasil Akhir
Neurosurgery Lecture Notes
angka Survival rate tahu %, dimana 80%
memiliki IQ di atas 80 (rata-rata 80-95). Sebanyak 40-85% pasien dapat berobat jalan dan 80%
berhubungan dengan hidrosefalus. Operasi
myelomeningocele dapat mengalami komplikasi berupa ventrikulitis maupun ICH.
Gambar 3.a. Posisi operasi.
Gambar 3.b. (Kiri) Myelomeningocele.
Gambar 3.c. (Kanan) Isi kantung, tampak radix
Gambar 3 a,b,c,d,e. Operasi repair myelomeningocele. Dikutip dari : Koleksi kasus Departemen Ilmu Bedah
SarafFKUSU-3. SPINA BIFIDA OCCULTA
Definisi
Spina bifida oculta, atau o ult spi al
d s aphis , adalah lesi spina bifida yang tertutup kulit yang dapat menyebabkan perburukan klinis neurologis secara tidak diketahui.
Merupakan suatu kelainan saraf yang biasanya terjadi pada susunan saraf pusat (kauda dan sisterm saraf perifer tidak terlibat).
Terdiagnosia secara radiologis, tidak berhubungan dengan kecacatan neurologis, hanya terjadi kelainan tulang.
Epidemiologi
Spina bifida occulta memiliki angka insiden sebesar 20-30% dari populasi umum.
Etiologi
Spina bifida occulta terjadi akibat gagalannya proses fusi dari arcus posterior vertebra spinalis.
Tampilan Klinis
Penampilan klinis spina bifida occulta tidak memiliki tanda pasti yang dapat dijumpai secara eksternal.
Keberadaan ski di ple atau kumpulan
rambut meningkatkan kecurigaan terjadinya
anomali yang dapat disebut juga cutaneous stigma
atau phacomatosis, yang dapat terdiri dari
konstelasi kelainan sebagai berikut : Lipoma
subkutan, skin tag, deviasi lipatan gluteal,
coccygeal pit, atypical dimple, porus, displasia kulit,
tanda Ciga ete u , hemangioma kutaneous,
nevus vaskuler.
Penjajakan
Penjajakan terhadap spina bifida occulta secara sederhana dapat dideteksi dengan foto polos vertebra, dimana terdapat ketidakberadaan processus spinosis, yang biasanya terjadi pada L5 atau S1.
Terapi dan Hasil Akhir
Spina bifida occulta tidak membutuhkan terapi, kecuali timbul defisit neurologi.
Neurosurgery Lecture Notes
DAFTAR PUSTAKA
1. Agthong S, Wiwanitkit V. Encephalomeningocele cases over 10 years in Thailand : A case series. BMC Neurology 2002;2:3-7
2. Ghatan S. Encephalocele. In: Winn HR, ed. Youmans Neurological Surgery. 6th edn. Vol.2. Philadelphia: Elsevier Saunders 2011.p.1898-1905.
3. Sather MD, Livingston AD, Puccioni MJ. Large supra- and infratentorial occipical encephalocele encompassing posterior sagittal sinus and torcular herophili. Childs Nerv Syst 2009;25:903-906.
4. Tubbs RS, Hogan E, Deep A, Mortazavi MM, Loukas M, Oakes WJ. Lateral cephaloceles: Case-based update. Childs Nerv Syst 2011;27:345-347.
5. Jimenez DF, Barone CM. Encephalocels, Meningoceles, and Dermal Sinuses. In : Albright AL, Pollack IF, Adelson PD, eds. Principles and Practice of Pediatric Neurosurgery. New York: Thieme Medical Publisher 1999.p.189-208.
6. Lumenta CB, Rocco CD, Haase J, Mooij JJA. Neurosurgery. New York: Springer 2009.p.97-111.
7. Azizkhan RG, Cuenca RE, Powers SK. Transoral Repair of a Rare Basioccipital Meningocele in a Neonate: Case Report. Neurosurgery 1989;25:469-471
8. Greenberg MS, ed. Handbook of Neurosurgery, 7th edn. New York: Thieme 2010.p.232.
9. Hankinson TC, Anderson RCE, Feldstein NA. Spine Disorder In Children. In : Winn HR, ed. Youmans Neurological Surgery 6th edn.Vol.2. Philadelphia: Elsevier Saunders 2011.p.2199-2210.
10. Thomas M. The Lemon Sign. Radiology 2003;228:206-207.