SKRIPSI
ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN
OLEH
HERLINA ADELIA MANULLANG 100501112
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRACT
ANALYSIS OF CAUSALITY BETWEEN FDI AND ECONOMIC GROWTH IN ASEAN
The aim of the study is to analyze the relationship between the variables FDI and economic growth in ASEAN member countries, especially Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand. Data used in this study is the time series of the year 1981-2012 were obtained from the quantitative world bank’s official website. Method of testing is done using Unit Root Test, Johansen Cointegration Test, VAR, VECM, and Granger Causality.
Result of the study concluded that there is a long-term relationship between FDI and economic growth in Indonesia, Malaysia, Philippines, and Singapore. There is a one-way relationship between the variables FDI and economic growth in Indonesia and Singapore. Economic growth affects FDI in Indonesia, otherwise FDI affects economic growth in Singapore. While in Malaysia, Philippines, and Thailand there is no causality between FDI and growth.
ABSTRAK
ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series dari tahun 1981-2012 bersifat kuantitatif yang diperoleh dari situs resmi World Bank. Metode pengujian dilakukan menggunakan uji akar unit, uji kointegrasi Johansen, VAR, VECM dan uji kausalitas Granger.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura. Terdapat hubungan satu arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi FDI di Indonesia, sedangkan FDI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Singapura. Sementara di Malaysia, Filipina dan Thailand tidak terdapat kausalitas antara FDI dan pertumbuhan ekonomi.
KATA PENGATAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN”.
Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk orang tua tercinta
(Hasoloan Simanullang, S.Pd dan Frida Sinaga, S.Pd) yang telah mengasuh,
mendidik, mendoakan dan mendukung berupa moril dan materil kepada penulis
selama ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini, baik berupa bimbingan, saran dan dorongan moril, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen dan Bapak
Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan selama
4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan petunjuk, kritik dan saran yang
bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Teman – teman di Ekonomi Pembangunan angkatan 2010 yang telah banyak
memberikan dukungan, masukan dan motivasi kepada penulis selama masa
pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk skripsi ini
dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.
Medan, Juni 2014 Penulis
NIM. 100501112
DAFTAR ISI
2.3.2. Dampak Foreign Direct Investment ... 16
2.4. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi ... 17
2.5. Penelitian Terdahulu ... 19
2.6. Kerangka Pemikiran ... 22
2.7. Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 23
3.2. Batasan Operasional ... 23
3.3. Pengolahan Data ... 23
3.4. Metode Analisis Data ... 24
3.4.2. Penentuan Lag Lenght ... 25
3.4.3. Uji Kointegrasi (Cointegration Test) ... 26
3.4.4. Granger Causality Test ... 27
3.4.5. Model Vector Auto Regression (VAR) ... 28
3.4.6. Vector Error Correction Model (VECM) ... 29
3.5. Definisi Operasional... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 31
4.1.1. Gambaran Umum FDI di ASEAN... 33
4.1.2. Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 52
5.2. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Laju Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan FDI
Di Asean ... 32
4.2 Hasil Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 36
4.3 Penentuan Lag Lenght ... 37
4.4 Hasil Uji Kointegrasi Johansen ... 38
4.5 Hasil Estimasi VAR Thailand... 40
4.6 Hasil Estimasi VECM ... 47
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Efek Positif dari FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
(Level) ... 57
2 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (1st different) ... 57
3 Uji Akar Unit FDI Indonesia (Level) ... 57
4 Uji Akar Unit FDI Indonesia (1st different) ... 58
5 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Malaysia (Level) ... 58
6 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Malaysia (1st different) ... 58
7 Uji Akar Unit FDI Malaysia (Level) ... 59
8 Uji Akar Unit FDI Malaysia (1st different) ... 59
9 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Filipina (Level) .. 59
10 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Filipina (1st different) ... 60
11 Uji Akar Unit FDI Filipina (Level) ... 60
12 Uji Akar Unit FDI Filipina (1st different) ... 60
13 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Singapura (Level) 61 14 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Singapura (1st different) ... 61
15 Uji Akar Unit FDI Singapura (Level) ... 61
16 Uji Akar Unit FDI Singapura (1st different) ... 62
34 Uji VECM Filipina ... 71
35 Uji VECM Singapura ... 72
36 Granger Causality Indonesia ... 73
37 Granger Causality Malaysia... 74
38 Granger Causality Filipina ... 74
39 Granger Causality Singapura ... 74
ABSTRACT
ANALYSIS OF CAUSALITY BETWEEN FDI AND ECONOMIC GROWTH IN ASEAN
The aim of the study is to analyze the relationship between the variables FDI and economic growth in ASEAN member countries, especially Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand. Data used in this study is the time series of the year 1981-2012 were obtained from the quantitative world bank’s official website. Method of testing is done using Unit Root Test, Johansen Cointegration Test, VAR, VECM, and Granger Causality.
Result of the study concluded that there is a long-term relationship between FDI and economic growth in Indonesia, Malaysia, Philippines, and Singapore. There is a one-way relationship between the variables FDI and economic growth in Indonesia and Singapore. Economic growth affects FDI in Indonesia, otherwise FDI affects economic growth in Singapore. While in Malaysia, Philippines, and Thailand there is no causality between FDI and growth.
ABSTRAK
ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series dari tahun 1981-2012 bersifat kuantitatif yang diperoleh dari situs resmi World Bank. Metode pengujian dilakukan menggunakan uji akar unit, uji kointegrasi Johansen, VAR, VECM dan uji kausalitas Granger.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura. Terdapat hubungan satu arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi FDI di Indonesia, sedangkan FDI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Singapura. Sementara di Malaysia, Filipina dan Thailand tidak terdapat kausalitas antara FDI dan pertumbuhan ekonomi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah
yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
ASEAN. Globalisasi dapat menjadi sarana bagi suatu negara untuk dapat
memperluas pangsa pasarnya, baik dalam hal perdagangan internasional maupun
investasi. Situasi ini pun dianggap sebagai suatu peluang bagi seluruh negara di
dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Perekonomian dunia yang
mengglobal ini telah menciptakan kondisi saling ketergantungan ekonomi
antar-negara, dan cenderung menimbulkan proses penyatuan aktivitas ekonomi baik di
sektor riel maupun sektor keuangan, sehingga batas-batas antar-negara dalam
berbagai praktik kegiatan ekonomi tersebut seakan-akan tidak berlaku lagi.
Timbulnya ketergantungan antarnegara umumnya disebabkan oleh sumber
daya alam yang dimiliki oleh masing – masing negara sangat terbatas, sehingga
setiap negara membutuhkan bantuan dari negara lain (Huala Adolf, 2003).
Sebagai motor penggeraknya adalah sistem persaingan yang oleh sebagian pihak
menganggap akan dapat menghasilkan perbaikan kualitas pemenuhan kebutuhan
dan pelayanan bagi para pelaku ekonomi di negara-negara yang terlibat.
Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia telah meningkatkan aliran dana maupun
investasi, meningkatkan peredaran uang dan modal, menciptakan alih – teknologi,
melancarkan distribusi hasil – hasil produksi, serta menciptakan produk
Tetapi oleh sebagian pihak lainnya, mengatakan bahwa globalisasi justru
dapat menciptakan malapetaka, akibat eksploitasi sumber daya ekonomi oleh
negara-negara yang lemah sebagai akibat lemahnya sendi-sendi ekonomi dasar
mereka, seperti lembaga ekonomi, SDM atau sistem ekonomi yang berlaku.
Misalnya dapat memperburuk neraca pembayaran karena masyarakat cenderung
menyukai barang impor sedangkan hasil ekspor dalam negeri kalah bersaing
dengan perusahaan raksasa di dunia.
Di era globalisasi ini Foreign Direct Investmet (FDI) memegang peran
penting dalam bisnis internasional. Integrasi ekonomi erat kaitannya dengan
liberalisasi perdagangan yang merupakan ciri dari kondisi perekonomian yag
semakin mengglobal. Integrasi ekonomi terjadi di antara negara-negara di dunia
yang mendorong munculnya kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan
budaya. Saat ini, ada tiga kerjasama ekonomi regional yang terbesar di dunia,
yaitu European Community (EC) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi
untuk negara-negara di kawasan Eropa, North American Free Trade Area
(NAFTA) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi untuk kawasan Amerika
Utara dan Associaton of South East Asian Nations (ASEAN) yang merupakan
bentuk integrasi bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Asia Tenggara.
Saat ini ASEAN juga melakukan kerjasama dengan negara Jepang, Korea Selatan,
dan RRC yang disebut dengan kawasan ASEAN+3.
Situasi ini akan mempengaruhi iklim investasi dalam bentuk Foreign
Direct Investment (FDI), yang saat ini banyak dipilih oleh investor. FDI
tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu
pengetahuan, maupun manajemen. Dengan kata lain, FDI juga berpotensi dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di host country.
Pada awalnya FDI dapat memperbaiki posisi devisa di host country,
namun dalam jangka panjang bisa berdampak mengurangi devisa itu sendiri. Hal
tersebut disebabkan oleh impor besar-besaran dari barang setengah jadi serta
barang modal di host country dan diperburuk oleh adanya pengiriman kembali
keuntungan hasil bunga serta royalti. FDI juga dapat menyebabkan turunnya
investasi domestik, karena kalah bersaing dengan modal asing. (Haryadi,
R.Oktaviani, M.Tambunan, dan N.A.Achsani, 2008)
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) merupakan organisasi
geopolitik dan ekonomi yang anggotanya berasal dari negara-negara di kawasan
Asia Tenggara. ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di kota Bangkok,
Thailand melalui Deklarasi Bangkok yang diprakarsai oleh lima negara yaitu
Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Pada tanggal 7 Januari
1984 Brunei Darussalam bergabung dengan ASEAN disusul dengan Vietnam,
Laos, Myanmar, dan Kamboja. Hampir semua negara di kawasan Asia Tenggara
merupakan anggota ASEAN kecuali Timor Leste dan Papua Nugini dan hanya
mendapat status pemerhati dalam ASEAN (Ridwan.A.Z dalam situs
www.ridwanaz.com, 2013).
Tujuan didirikannya ASEAN yaitu untuk meningkatkan ekonomi,
kemajuan sosial, pengembangan kebudayaan dan memajukan perdamaian di
Seri Begawan, Brunei Darussalam disepakati untuk memperdalam, memperluas,
dan mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan perekonomian global, khususnya
melalui penerapan kawasan perdagangan bebas negara-negara ASEAN melalui
Asean Economic Community (AEC) yang dimulai pada Desember 2015.
Implementasi AEC 2015 akan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal
dan pusat produksi, menjadikan ASEAN sebagai kawassan ekonomi yang
kompetitif, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, serta
mengakselerasi integrasi ekonomi regional menuju ekonomi global (Eddy
Cahyono.S dalam situs www.setkab.go.id , 2013)
Untuk menghadapi hal diatas, harus disadari bahwa sebagian besar negara
di kawasan ASEAN merupakan negara berkembang dan membutuhkan dana yang
cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang
besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan
pembangunan dari negara – negara maju, baik di kawasan regional maupun
kawasan global.
Menurut Jonker Sihombing (2008), pemerintah harus mengupayakan
sumber pembiayaan pembangunan dari alternatif - alternatif yang tersedia, baik
yang bersumber dari dalam maupun yang bersumber dari luar negeri. Apabila
ternyata persediaan tabungan di dalam negeri tidak tercukupi, maka salah satu
cara untuk mendapatkan suntikan modal adalah dengan menarik investasi asing
langsung (FDI). Dalam hal tertentu, FDI hanyalah pelengkap investasi domestik.
secara keseluruhan terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
kawasan ASEAN.
Berdasarkan kondisi diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
terkait dengan FDI dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN yang berjudul
“Analisis Kausalitas Antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dianalisis ataupun dikaji pada
penelitian ini yaitu:
1. Apakah terdapat hubungan jangka panjang antara Foreign Direct
Investment (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN?
2. Apakah terdapat hubungan kausalitas atau timbal balik antara Foreign
Direct Investment (FDI) dengan pertumbuhan ekonomi di ASEAN?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terkait masalah
yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu:
1. Menganalisis hubungan jangka panjang antara foreign direct investment
(FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
2. Menganalisis hubungan kausalitas atau timbal balik antara foreign direct
investment (FDI) dengan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ,yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana mengaplikasikan ilmu yang
telah diterima selama berada di bangku perkuliahan serta merupakan
syarat dalam menyelesaikan perkuliahan bagi peneliti.
2. Sebagai literatur dan masukan bagi kalangan akademisi yang ingin
melakukan penelitian yang sejenis.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan dimasa yang akan datang bagi para pembuat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan
analisis penulis mengenai hubungan kedua variabel utama, yaitu Foreign Direct
Investment (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Penelitian terdahulu,
yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam bab ini
dan selanjutnya akan diakhiri dengan kerangka pemikiran yang menganalisis
hubungan kedua variabel diatas, sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan
penelitian yang benar mengenai hubungan dan pengaruh antara kedua variabel
tersebut.
2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang, dimana penekanannya terdapat pada tiga hal yaitu proses, output
per kapita dan jangka panjang. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa
yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang
industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan
produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno, 2006:9)
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak
komponen utama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi suatu masyarakat
(Todaro:2000), yaitu:
1. Akumulasi modal
Akumulasi modal meliputi bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya
manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan
ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan
pendapatan dikemudian hari. Demikian pula investasi dalam sumber daya
manusia dapat meningkatkan kualitasnya dan dengan demikian akan
menghasilkan efek yang sama terhadap produksi, bahkan akan lebih besar
lagi bertambahnya jumlah manusia.
2. Pertumbuhan penduduk
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk pada akhirnya
akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Disamping itu sebagai akibat
pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan
selalu bertambah tinggi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk
yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.
Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari
barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Dengan
demikian, perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada
3. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi bagi para ahli ekonomi merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi yang lebih penting. Dengan adanya kemajuan
teknologi, maka ditemukan pula cara berproduksi atau perbaikan produksi
yang dapat meningkatkan nilai tambah yang tinggi.
2.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
2.2.1. Teori Pertumbuhan Klasik
Teori pertumbuhan klasik dipelopori oleh beberapa tokoh, yaitu Adam
Smith, David Ricardo, Robert Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut pandangan
ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah
dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, The Law of Diminishing
Returns akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan
ekonomi tidak akan terus-menerus berlangsung. Apabila jumlah penduduk sedikit
dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi
yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan mendapatkan keuntungan
yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi
terwujud. Apabila jumlah penduduk terlalu banyak, pertambahannya akan
menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk akan
mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai,
ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (stationary state).
Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup
(subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat
tidak mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.
2.2.2. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam mengemukakan teori
pertumbuhannya, Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa
perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak
berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha
menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang
menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari
mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan
melakukan penanaman modal. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan
seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut
akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak
barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter,
investasi dapat dibedakan atas dua golongan yaitu penanaman modal otonomi dan
penanam modal terpengaruh.
Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi
semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi, maka pertumbuhan
tidak berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi, berbeda dengan
pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu
dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.
2.2.3. Teori Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrord-Domar dikembangkan oleh Evsey Domar dan
Roy F.Harrod. Model pertumbuhan Harrod-Domar menjelaskan mekanisme
perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada
dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian dari
pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang
modal (gedung, alat-alat dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun,
untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan
tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Bila kita
asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya total stok
modal (K), dengan GNP total (Y), maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan
netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan
kenaikan arus output nasional atau GNP.
………... (2.1)
Persamaan diatas merupakan versi sederhana dari persamaan teori
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa
tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto ( ) ditentukan secara
2.2.4. Model Pertumbuhan Solow
Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan investasi, pertumbuhan
dan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian
dan pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw, 2000:114). Dalam teori ini
perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Hubungan
antara output, modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai
berikut.
………... (2.2)
Dari persamaan 2 terlihat bahwa output per pekerja (Y) adalah fungsi dari
capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum
“ the law of deminishing return “, dimana pada titik produksi awal, penambahan
kapital per labor akan menambah output per pekerja dan bahkan dapat
mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi investasi dituliskan sebagai
berikut.
………... (2.3)
Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi
capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya
investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan
penyusutan akan menguranginya.
t ………... (2.4)
Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan
capital sock dan akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu
pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika telah mencapai apa yang
disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan
penyusutan sehingga akumulasi modal.
Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan
populasi. Pertumbuhan populasi lebih dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi
secara berkelanjutan. Populasi meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya
akan mengurangi capital stock per pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan
tingkat penyusutan secara bersama-sama akan mengurangi capital stock.
Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
t, ...………... (2.5)
dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. Dalam teori in diprediksi bahwa
negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki GDP
perkapita yang rendah (Mankiw, 2000:101).
Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y = f (K,L,E),
dimana E adalah efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya Y/LE dimana LE
menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi
terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai
t, ………... (2.6)
dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja.
ekonomi secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang
terus tumbuh.
Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan
akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu
meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk fisik
maupun non-fisik. Mendorong kemajuan teknologi dapat meningkatkan
pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi
pada sektor swasta akan beerpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.
2.3. Foreign Direct Investment (FDI)
FDI merupakan salah satu bentuk aliran modal internasional. Menurut
Krugman (1991) yang dimaksud dengan FDI adalah arus modal internasional
dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya
di negara lain. Bentuk aliran modal internasional tersebut biasanya dimulai
dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu
perusahaan. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi
juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Dalam
konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh multinational
corporation (MNC) dengan operasi di bidang manufaktur, industri pengolahan,
ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya.
2.3.1. Motif Foreign Direct Investment
Berikut merupakan motif suatu negara melakukan investasi dalam bentuk
a. Untuk mendapatkan return yang lebih tiggi, perpajakan yang lebih
menguntungkan, dan infrastruktur yang lebih baik.
b. Untuk menghindari hambatan tarif dan non-tarif yang dibebankan kepada
impor sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang
diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI.
c. Untuk memiliki competitive advantage melalui direct control dengan
melakukan hal-hal berikut ini:
• Horizontal Integration
Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar yang biasanya berada
dalam posisi monopolistic atau oligopolistic dengan tujuan untuk
melakukan direct control, khususnya yang berkenaan dengan penguasaan
ilmu pengetahuan atau teknologi, dan managerial skill tertentu sehingga
tetap memiliki competiive advantage di setiap pasar luar negeri yang
dimasuki.
• Vertical Integration
Competitive advantage melalui direct control juga dapat dilakukan
dengan vertical integration, baik melalui “backward” maupun forward
integration”. Backward integration dilakukan dengan jalan FDI di
bidang pertambangan dan pertanian/perkebunan untuk memperoleh
jaminan supply bahan baku tertentu dengan harga semurah mungkin.
Forward integration dilakukan dengan jalan membangun jaringan
distribusi, misalnya untuk produk automotive dan elektronik.
2.3.2. Dampak Foreign Direct Investment
a. Dampak Positif
• Sebagai sumber dana untuk pembangunan, terutama bagi negara
berkembang seperti Indonesia.
• Terjadinya transfer teknologi dan pengetahuan di bindang manajerial
perusahaan.
• Mendorong pembangunan regional dan sektoral.
• Membuka lapangan pekerjaan.
• Kenaikan produksi dan pendapataan nasional negara sasaran.
• Meningkatkan jiwa kewirausahaan dan persaingan sehat dalam negeri.
b. Dampak negatif
•Munculnya dominasi industrial, yang berpotensi mematikan industri dalam
negeri yang kalah dalam segi modal.
•Perubahan budaya.
•Ketergantungan teknologi.
•Return berpotensi lari ke luar negeri. Hal ini tergantung pada kebijakan
pemerintah untuk mengatur perputaran uang di dalam negeri agar dapat
2.4. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan
Ekonomi
Secara teori, FDI berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
khususnya bagi negara tuan rumah lewat beberapa jalur seperti yang dikemukakan
oleh Tulus Tambunan (2008) .
Gambar 2.1
Efek Positif dari FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Lewat Beberapa Jalur
Pertama, melalui pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti terjadinya
penambahan output atau PDB, total ekspor (X) dan kesempatan kerja (KK). Hal
ini merupakan dampak langsung. Pertumbuhan X berarti adanya penambahan
negara penerima untuk membayar utang luar negeri (ULN) dan impor (M).
Kedua, masih dari sisi suplai, bahan baku dan input-input lainnya. Jika permintaan
sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam negeri (tidak adanya
impor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan
produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor
domestik lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi suatu efek penggandaan dari keberadaan FDI
terhadap output agregat di negara penerima. Dalam kata lain, semakin besar
komponen M dari sebuah proyek FDI maka semakin kecil efek penggandaan
tersebut. Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru
tersebut berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan:
peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan
meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri. Jika penambahan permintaan
konsumsi tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya
terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap.
Sebaliknya jika permintaan konsumsi tersebut dalam bentuk peningkatan impor,
maka efeknya tidak ada. Jika pertumbuhan impor lebih pesat daripada
pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya FDI, maka terjadi defisit
neraca perdagangan. Dengan demikian kehadiran FDI memberi lebih banyak
dampak negatif daripada dampak positif terhadap negara tuan rumah. Keempat,
peran FDI sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya.
Peran ini bisa lewat dua jalur utama, yaitu lewat pekerja-pekerja lokal yang
mereka telah membawa pengetahuan dan keahlian baru dari perusaan FDI ke
perusaan domestik dan lewat keterkaitan produksi antara FDI dan
perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah.
2.5. Penelitian Terdahulu
Hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi satu topik
yang menarik bagi para ekonom dalam beberapa tahun terakhir. Dalam
melakukan penelitian ini, penulis mencoba untuk mengumpulkan beberapa
penelitian/studi empiris terdahulu mengenai hubungan FDI dan pertumbuhan
ekonomi, yakni:
Luiz De Mello pada tahun 1999 meneliti hubungan FDI dan pertumbuhan
ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai dampak FDI pada
akumulasi modal, output dan pertumbuhan total faktor produktifitas (TFP).
Penelitian ini menggunakan data time series dan panel dengan sampel
negara-negara OECD dan non-OECD pada periode 1970-1990. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan bahwa meskipun FDI diekspektasikan akan mendorong
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui transfer teknologi dan
pengetahuan, namun hubungan ini dipengaruhi oleh derajat saling melengkapi
(complementary) dan derajat substitusi antara FDI dan investasi dalam negeri.
Dritsaki dan Adamopoulos pada tahun 2004 melakukan penelitian untuk
mengkaji hubungan antara perdagangan, FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara
Yunani pada periode waktu 1960 – 2002. Melalui analisa kointegrasi
menunjukkan bahwa adanya hubungan keseimbangan jangka panjang. Sedangkan
satu arah antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, hubungan saling
mempengaruhi antara FDI dan pertumbuhan ekonomi serta hubungan saling
mempengaruhi antara FDI dan ekspor.
Li dan Liu pada tahun 2005 melakukan penelitian untuk menguji
hubungan endogen antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 84 negara.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan komplemen
yang kuat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi baik di negara-negara maju
maupun di negara-negara berkembang. Modal manusia dan kemampuan menyerap
teknologi sangat penting bagi aliran masuk FDI dalam upaya mencapai
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Selama ada hubungan
endogen yang terus meningkat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi,
peningkatan modal manusia, kecanggihan teknologi, dan pembangunan ekonomi
akan membuat aliran masuk FDI lebih banyak. Hal ini akan menaikkan
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing.
Khaliq dan Noy pada tahun 2007 meneliti mengenai dampak FDI pada
pertumbuhan ekonomi selama periode 1997-2006. Dalam penelitian ini, FDI
disimpulkan mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
pada level agregat. Akan tetapi keuntungan ini tidak ditemukan kembali saat
diteliti dampaknya secara sektoral karena berdasarkan hasil estimasi penelitian
menunjukkan bahwa hanya ada beberapa sektor yang menunjukkan dampak
positif dari FDI secara signifikan, bahkan ada satu sektor yang menunjukkan
Eni Setyowati, Wuryaningsih dan Rini Kuswari pada tahun 2008 meneliti
kausalitass investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan error
correction model. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel yang
memiliki dampak siginifikan dalam jangka pendek adalah investasi asing
langsung (FDI) terhadap PDB dan sebaliknya. Hasil penelitian ini telah
membuktikan adanya kausalitas dua arah.
Andrian Tony Prakoso pada tahun 2009 menganalisis hubungan
perdagangan internasional dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
selama periode 1990-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan
internasional dan pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan kausalitas dua
arah, pertumbuhan ekonomi menyebabkan FDI, dan perdagangan internasional
menyebabkan FDI.
Deviyantini pada tahun 2012 melakukan penelitian dampak FDI dan
kinerja ekspor-impor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan studi
komparatif negara maju dan negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum terdapat hubungan satu arah antara FDI dan GDP, dimana
FDI secara signifikan mempengaruhi GDP. Hubungan satu arah ditemukan antara
tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap
tenaga kerja. Sementara antara variabel ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta
kapital dan GDP ditemukan hubungan kausalitas dua arah. Untuk kasus di negara
maju, hasil analisis menunjukkan bahwa FDI merupakan faktor yang mempunyai
2.6. Kerangka Pemikiran
Globalisasi
Integrasi Ekonomi
Foreign Direct Investment (FDI)
Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan literatur yang terkait dengan penelitian ini,
maka dapat diterapkan dua hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dengan pertumbuhan
ekonomi di ASEAN.
2. Terdapat hubungan timbal balik (dua arah) antara FDI dan pertumbuhan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk data time series yang bersifat kuantitatif. Periode waktu yang digunakan
dalam penelitian adalah dari tahun 1981 sampai tahun 2012. Sumber data yang
diperoleh berasal dari situs resmi World Bank . Penelitian juga menggunakan
sumber – sumber lain seperti jurnal, artikel serta literatur – literatur lainnya untuk
menambahkan informasi terkait penelitian.
3.2. Batasan Operasional
Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas dan mengarahkan
pembicaraan sesuai dengan penelitian maka peneliti membuat batasan operasional
yaitu dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif tahunan pada rentang
waktu antara tahun 1981-2012 di negara-negara ASEAN. Adapun negara-negara
ASEAN yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Indonesia, Malaysia,
Singapura, Filipina dan Thailand. Dalam penelitian ini dikaji hubungan kausalitas
antara foreign direct investment (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN
selama kurun waktu 1981-2012.
3.3. Pengolahan Data
Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis menggunakan program Eviews 5
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan Granger Causality Test yang bertujuan untuk melihat
hubungan timbal balik antara Foreign Direct Investment (FDI) dengan
pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Apabila semua variabel tidak mengandung
akar unit pada derajat level, maka digunakan model VAR biasa, tetapi apabila
variabel mengandung akar unit, maka variabel tersebut harus didiferensiasi dan
dilakukan uji kointegrasi. Jika variabel hasil diferensi tidak menganduung akar
unit dan terjadi kointegrasi, maka model yang digunakan adalah Vector Error
Correction Model (VECM). Apabila variabel dalam keadaan tidak mengandung
akar unit dan tidak berkointegrasi satu sama lain, maka model yang digunakan
adalah Vector Auto Regression (VAR) bentuk differensiasi.
Data Time Series
Uji Stasioneritas Data
Stasioner dan Terkointegrasi Tidak Stasioner
VAR Bentuk Level Stasioner Dideferensi Data
VAR Bentuk Diferensi Terjadi Kointegrasi
VECM
Sumber: Agus Widarjono (2013)
Tahapan Pembentukan Model VAR
3.4.1. Uji Akar Unit (Testing for Unit Root)
Validitas hipotesis kausalitas FDI dan pertumbuhan ekonomi dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap
masing-masing variabel yang akan dianalisis dengan uji akar unit (Unit Root Test).
Pengujian dilakukan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model
autoregresif yang ditaksir memiliki nilai satu atau tidak. Model autoregresif tidak
memiliki distribusi yang baku, maka untuk mengujinya digunakan metode yang
dikembangkan oleh Dickey dan Fuller (Gujarati,1998).
Pengujian Dickey-Fuller hanya terbatas pada first-order autoregressive
process atau AR(1). Asumsi white noise error tidak berlaku jika data time series
berkorelasi pada lag yang lebih tinggi. Untuk pengujian akar unit dengan tingkat
yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller
(ADF).
Adapun formula dari Augmented Dickey Fuller dapat dinyatakan sebagai berikut:
t= β1 + β2t + Yt-1+αt t-1 + t ……...……….. (3.1)
Nilai DF atau ADF yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan nilai kritisya. Jika
hasil perhitungan DF atau ADF nilainya lebih besar dibandingkan nilai kritisnya,
maka Ho yang menyatakan bahwa tidak ada akar unit dapat ditolak. Dengan kata
lain bahwa variabel yang diamati telah stasioner.
3.4.2. Penentuan Lag Lenght
Salah satu masalah yang terdapat dalam model ekonomietrik adalah
sedikit, maka residual dalam regresi tidak akan menampilkan proses white noise
sehingga model tidak dapat mengestimasi actual error secara tepat. Sedangkan
apabila lag yang digunakan terlalu banyak justru sapat mengurangi kemampuan
menolah H0 karena penambahan parameteryang terlalu banyak akan mengurangi
derajat bebas.
Panjang lag optimal dapat menggunakan beberapa kriteria seperti Akaike
Information Criteria (AIC), Hannan Quinn Criteria (HQC) dan Schward
Bayesian Criteria (SBC) yang dirumuskan sebagai berikut:
... (3.2)
... (3.3)
...
(3.4)
Keterangan:
T = Ukuran sampel k = Jumlah variabel
p = Nilai p yang meminimumkan kriteria informasi dalam interval 1,..,pmax yang diamati
Panjang kelambanan optimal dapat terjadi jika nilai-nilai kriteria tersebut
mempunyai nilai absolut yang paling kecil.
3.4.3. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)
Setelah mengetahui bahwa data FDI dan pertumbuhan ekonomi stasioner,
maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi yang bertujuan untuk mengetahui
apakah ada hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel tersebut.
Hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel FDI dan pertumbuhan
melakukan dua uji statistik untuk menentukan jumlah dari arah kointegrasi
tersebut. Pertama, uji trace (trace test, λtrace) yaitu menguji hipotesis nol (null
hypothesis) dengan syarat bahwa jumlah arah kointegrasi adalah kurang dari atau
sama dengan p. Uji ini dapat dilakukan dengan persamaan:
... (3.5)
Dimana λr+1, … , λn adalah nilai eigen vector terkecil (p – r). Null hypothesis
yang telah disepakati merupakan jumlah dari kointegrasi sama banyaknya
dengan r. Dengan kata lain, jumlah vektor kointegrasi lebih kecil atau sama
dengan r, dimana r = 0, 1, 2 dan seterusnya.
Kedua, uji maksimum eigen value (λmax) dengan menggunakan persamaan:
... (3.6)
Uji ini berkaitan dengan uji null hypothesis bahwa dimana terdapat r dari
vektor kointegrasi. Hubungan kointegrasi dilihat dari besarnya nilai trace statistik
dan maximum Eigen statistik yang dibandingkan dengan critical value pada
tingkat kesalahan 1%, 5%, ataupun 10%.
3.4.4. Granger Causality Test
Pengujian dengan menggunakan metode Granger Causality Test
digunakan untuk melihat hubungan timbal balik antara FDI dan pertumbuhan
ekonomi di ASEAN. Dengan demikian, dapat diketahui apakah kedua variabel
tersebut mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (tidak saling
mempengaruhi). Berikut ini model Granger Causality Test :
FDIt = i FDIt-i + j GDPt-j + μt ………... (3.3)
Dimana:
GDP = Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN FDI = Foreign Direct Investment μ = Error Terms
Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear diatas akan
dihasilkan empat kemungkinan keadaan hubungan, yaitu:
• Jika i
≠
0 dan
j= 0,
maka terdapat kausalitas searah antara GDP ke FDI.
•
Jika
j≠
0 dan
i= 0 ,
maka terdapat kausalitas searah antara FDI ke GDP.
•
Jika
i≠
0 dan
j≠ 0 ,
maka terdapat kausalitas bilateral (dua arah) antara FDI dan GDP
.
•
Jika
i=
0 dan
j= 0,
maka FDI maupun GDP tidak saling berhubungan (independen).
Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas diatas maka
dapat dilakukan F-Test untuk masing-masing regresi.
3.4.5. Model Vector Auto Regression (VAR)
VAR digunakan sebagai sistem untuk meramal variabel time series yang
saling berhubungan dan menganalisis dampak dinamis dari gangguan yang
bersifat random. VAR tidak perlu membedakan variabel eksogen dan variabel
endogen, namun diperlukan kelambanan variabel untuk melihat hubungan antara
variabel. Model VAR yang digunakan dalam model VAR adalah:
... (3.8)
Dengan menggunakan model VAR, maka dapat diamati pergerakan atau tren data
– data yang diamati sehingga dapat dilakukan peramalan. Peramalan ini
merupakan sebuah eksrapolasi nilai saat ini dan dimasa depan dengan
menggunakan informasi dimasa lalu.
3.4.6. Vector Error Correction Model (VECM)
Engel dan Granger menunjukkan bahwa meskipun data time series sering
tidak stasioner pada tingkat level, tetapi kombinasi linier antara dua atau lebih
data yang tidak stasioner dapat diubah menjadi stasioner. Model VECM
digunakan dalam model VAR non structural apabila data time series tidak
stasioner pada data diferensi dan terkointegrasi, sehingga menunjukkan hubungan
teoritis antar variabel.
Spesifikasi VECM meretriksi hubungan jangka panjang antara variabel
agar kovergen dalam hubugan kointegrasi, namun tetap membiarkan perubahan
dinamis dalam jangka pendek. Model VECM terdiri atas dua persamaan, yaitu:
... (3.9)
... (3.10)
Dalam model VECM terdapat et-1 yang merupakan koreksi kesalahan dalam
3.5. Definisi Operasional
• Forreign Direct Investment (% of GDP)
Foreign direct Investment (FDI) net inflows adalah nilai investasi langsung
yang ditanamkan oleh investor asing yang dibagi dengan GDP.
• Pertumbuhan Ekonomi (annual %)
Pertumbuhan ekonomi adalah persentase kenaikan Produk Domestik Bruto
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi ASEAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam
melakukan analisis mengenai pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan sejauh mana aktivitas
perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan pada masyarakat dalam
suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang semakin dinamis dan cepat
berubah yang diakibatkan semakin berkembangnya informasi dan teknologi
membuat suatu negara berusaha secara perlahan-lahan untuk membangun
perekonomian di tengah persaingan yang ketat, khususnya bagi negara
berkembang yang berada di kawasan ASEAN.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi dan FDI
terdapat tren yang berbeda di masing-masing negara ASEAN. Pada umumnya hal
ini terjadi akibat penerapan kebijakan ekonomi dan kondisi internal yang berbeda
di masing-masing negara. Pada tahun 1998 kelima negara di ASEAN tersebut
mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari krisis moneter
yang terjadi. Begitu juga pada tahun 2008 kelima negara tersebut mengalami
penurunan tingkat FDI yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan ekonomi di
masing-masing negara. Namun, beberapa diantaranya mampu mempertahankan
dan bahkan secara perlahan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah
Tabel 4.1
Laju Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan FDI di ASEAN (dalam persen)
Tahun Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand
FDI GDP FDI GDP FDI GDP FDI GDP FDI GDP
4.1.1. Gambaran Umum FDI di ASEAN
Singapura merupakan negara yang memiliki tingkat pertumbuhan FDI
yang tertinggi dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Rata-rata tingkat
pertumbuhan FDI sebesar 13,22% sehingga Singapura dapat dikategorikan
sebagai negara maju dan paling diminati investor asing untuk berinvestasi.
Tingkat pertumbuhan FDI di Malaysia merupakan yang terbesar kedua
setelah Singapura dengan rata-rata sebesar 4,01%. Pertumbuhan FDI di Malaysia
berfluktuasi sepanjang tahun 1981 – 2012, namun cenderung stabil mengikuti
pergerakan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan FDI tertinggi terjadi
pada tahun 1992 sebesar 8,76%, sedangkan terendah terjadi pada tahun 2001 dan
2009 sebesar 0,06%.
Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan FDI terendah dari kelima negara
ASEAN yang diteliti dengan rata-rata 0,81%. Hal ini disebabkan karena buruknya
infrastruktur dan birokrasi pemerintahan yang tidak efisien. Infrastruktur yang
buruk dapat meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya menurunkan daya
saing harga dan konsekuensinya adalah menurunnya minat investor asing pada
Indonesia.
Tingkat pertumbuhan FDI di Thailand juga memiliki tren yang baik,
bahkan pada saat terjadi krisis tahun 1998 tingkat FDI Thailand justru meningkat
drastis dari 2,58% menjadi 6,54%. Hal yang sama juga terjadi di Filipina dimana
tingkat pertumbuhan FDI cukup stabil dengan rata-rata sebesar 1,28%. Hal ini
mempengaruhi minat investor asing untuk berinvestasi di kedua negara tersebut.
Thailand dan Filipina dianggap memiliki potensi FDI yang lebih baik
dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa seluruh negara ASEAN terkena
dampak dari krisis di Asia Tenggara tahun 1998 dan krisis yang terjadi di Eropa
tahun 2009, namun tidak terlalu mempengaruhi tingkat pertumbuhan FDI kecuali
pada negara Singapura.
4.1.2. Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN
Singapura merupakan negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tertinggi dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Rata-rata tingkat
pertumbuhan ekonomi Singapura yaitu 6,69% sehingga Singapura dapat
dikategorikan sebagai negara maju. Sedangkan negara yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi terendah adalah Filipina dengan rata-rata berkisar 3,29%.
Hal ini disebabkan seringnya terjadi konflik internal seperti pergantian
pemerintahan yang terjadi pada tahun 1984-1985 yang berdampak pada
penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Malaysia mempunyai pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di kawasan
ASEAN bahkan terbaik kedua setelah Singapura dengan kisaran rata-rata 5,93%.
Pertumbuhan ekonomi Malaysia tertinggi terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar
10%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar -7,36%.
Kemerosotan pertumbuhan ekonomi yang dialami Malaysia tahun 1998 juga
dipengaruhi oleh krisis ekonomi regional yang melanda Asia Tenggara. Namun,
ekonomi sebesar 6,14% pada tahun 1999 dan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya.
Thailand merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan
ekonomi yang cukup stabil selama kurun waktu 1981-2012 dengan rata-rata
5,48%. Pertumbuhan ekonomi Thailand beberapa kali menurun yaitu pada tahun
1997, 1998, 2009, dan 2011. Penurunan ini disebabkan oleh krisis ekonomi dan
bencana alam berupa banjir yang terjadi tahun 2011 yang melumpuhkan kegiatan
ekonomi Thailand, namun dapat segera meningkat dan kembali stabil.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya selama kurun waktu 1981-2012 dengan rata-rata 5,42%, walaupun
terdapat pengecualian untuk tahun-tahun tertentu. Pertumbuhan ekonomi tertinggi
terjadi pada tahun 1989 yaitu sebesar 9,08%, sedangkan yang terendah terjadi
pada tahun 1998 dimana pertumbuhan ekonomi menurun sampai angka -13,13%.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat penurunan pertumbuhan ekonomi
tertinggi pada masa krisis tahun 1998 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi
dibarengi dengan krisis politik.
4.2. Uji Akar Unit
Dasar teoritis yang digunakan untuk menguji perilaku data time series
antara variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) dan FDI di kelima negara kawasan
ASEAN pada kurun waktu 1981-2012 dengan uji akar unit (unit root test) yang
diperkenalkan oleh Dickey-Fuller. Pengujian ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya regresi lancung (tidak efisien) dimana koefisien hasil regresi signifikan
Tabel 4.2
Hasil Uji Akar Unit FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN
Negara Level First Different Stasioner
GDP FDI GDP FDI
Indonesia
ADF -4.062024 -1.988113 -7.571646 -4.763840
1st
10% -2.619160 -2.619160 -2.621007 -2.621007
Malaysia
ADF -4.476055 -2.688404 -6.776137 -5.983209
1st
10% -2.619160 -2.619160 -2.622989 -2.621007
Flipina
ADF -3.133739 -3.959805 -4.884310 -10.30817
1st
10% -2.619160 -2.619160 -2.635542 -2.621007
Singapura
ADF -4.973952 -3.309667 -7.673648 -5.562109
1st
10% -2.619160 -2.619160 -2.622989 -2.629906
Thailand
ADF -3.236656 -2.330494 -7.002510 -5.992423
1st
10% -2.619160 -2.619160 -2.621007 -2.621007
Hasil uji akar unit yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 menunjukkan bahwa
dari kelima negara yang diteliti tidak stasioner pada derajat level, sehingga harus
dilakukan differensiasi terhadap data yang digunakan. Hasil uji akar unit pada
differensiasi pertama menunjukkan bahwa kelima negara tersebut telah stasioner.
4.3. Penentuan Lag Lenght
Penentuan lag optimal perlu dilakukan agar model dapat mengestimasi
actual error secara tepat . Apabila lag yang digunakan telalu sedikit, maka error
term tidak dapat terestimasi dengan baik. Sebaliknya, apabila lag yang digunakan
terlalu banyak, maka dapat megurangi kemampuan menolak H0 karena
Penentuan lag optimal dilakukan dengan memilih jumlah terkecil dari
Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), dan Hannan-Quinn
Criterion (HQ). Panjang lag maksimum yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lag ke-3.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Malaysia, Filipina dan Thaiand mempunyai
nilai AIC, SC, dan HQ terkecil yang berada pada lag pertama, sehingga lag
optimal untuk ketiga negara tersebut adalah lag pertama. Nilai SC dan HQ untuk
Indonesia dan Singapura berada pada lag pertama, sedangkan AIC berada pada
lag kedua. Karena dua kriteria berada pada lag pertama, maka lag optimal yang
akan digunakan berada pada lag pertama.
Tabel 4.3
Penentuan Lag Lenght
4.4. Uji Kointegrasi
Hasil dari uji akar unit mengindikasikan bahwa kelima negara kawassan
ASEAN yang diteliti tidak stasioner pada derajat level. Variabel yang tidak
stasioner pada derajat level akan menyebabkan terjadinya regresi semu/lancung.
Untuk menghindari hal tersebut, maka harus dilakukan uji kointegrasi.
Uji kointegrasi yang didasarkan pada metode Johansen dilakukan untuk
melihat hubungan jangka panjang antar variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI
di ASEAN. Kriteria pengujian kointegrasi pada penelitian ini didasarkan pada
trace-statistic. Apabila nilai trace-statistic lebih besar daripada nilai kritis 5%,
maka hipotesis yang menyatakan adanya hubungan jangka panjang antara
pertumbuhan ekonomi dan FDI dapat diterima.
Tabel 4.4
Hasil Uji Kointegrasi Johansen
Negara Hypothesized
Thailand None 11.85663 15.49471 Tidak ada
At most 1 5.154516 3.841466
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji kointegrasi Indonesia memiliki nilai trace
statistic lebih besar daripada nilai critical value, sehingga dapat disimpulkan
di Indonesia pada rank 0 (31,76631 > 15,49471) dan rank 1 (8,122671 >
3.841466) pada tingkat toleransi 5%.
Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa terdapat hubungan
jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Malaysia yaitu dimana
nilai trace statistic lebih besar daripada nilai critical value pada rank 0 (28,32663
> 15,49471) dan rank 1 (6,881876 > 3,841466) pada tingkat toleransi 5%.
Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa terdapat hubungan
jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Filipina yaitu dimana
nilai trace statistic lebih besar daripada nilai critical value pada rank 0 (19,79562
> 15,49471) dan rank 1 (6,242533 > 3,841466) pada tingkat toleransi 5%.
Nilai trace statistic yang lebih tinggi dibandingkan critical value pada
negara Singapura hanya terjadi pada rank 0 yaitu 26,53581 > 15,49471, sehingga
hubungan jangka panjng antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Singapura
hanya terjadi pada rank = 0 pada tingkat kepercayaan 95%.
Pada negara Thailand tidak terjadi hubungan jangka panjang yang
ditunjukkan oleh nilai critical value yang lebih besar dibandingkan nilai trace
statistic pada rank = 0 maupun rank = 1.
Secara umum, melalui uji kointegrasi antara FDI dan pertumbuhan
ekonomi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang yang terjadi pada negara
Indonesia, Malaysia dan Singapura. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
4.5. Uji Granger Causality
Pengujian ini dilakukan untuk melihat arah hubungan variabel
pertumbuhan ekonomi dan FDI dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Uji
Granger Causality digunakan untuk melihat secara statistikk apakah terdapat
hubungan searah, timbal-balik ataupun tidak memiliki hubungan sama sekali
antara variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI.
Kriteria penilaian yang digunakan yaitu dengan melihat hubungan antara
variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi, dimana apabila nilai probability lebih
kecil dari α toleransi sebesar 1%, 5%, dan 10%, maka hipotesis H0 ditolak
sehingga terdapat hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.5
Hasil Uji Kausalitas Granger
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji kausalitas Granger dari kelima negara ASEAN
yang diteliti. Melalui tabel dapat dilihat bahwa arah hubungan antara variabel FDI
dan pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan adanya arah yang sama.
Hasil uji kausalitas Granger Indonesia memiliki nilai probabilitas dari
pertumbuhan ekonomi terhadap FDI menunjukkan angka sebesar 0,01865 dimana
angka ini lebih kecil dari α toleransi sebesar 5% sehingga H0 ditolak. Nilai
probabilitasdari FDI terhadap GDP menunjukkan angka sebesar 0,55014 dimana
angka ini lebih besar dari α toleransi sebesar 10% sehingga H0 diterima. Dengan
demikian, dapat disimpulakan bahwa hubungan yang terdapat antara variabel
pertumbuhan ekonomi dan FDI di Indonesia adalah satu arah dimana
pertumbuhan ekonomi yang mendorong FDI.
Hasil uji kausalitas Granger pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di
Malaysia menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,73447, sedangkan hubungan
FDI terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka probabilitas sebesar
0,47277. Kedua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α toleransi 10% dimana
H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan
ekonomi di Malaysia tidak saling mempengaruhi satu sama lain.
Hasil uji kausalitas Granger pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di
Filipina menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,23448, sedangkan hubungan
FDI terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka probabilitas sebesar
0,17009. Kedua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α toleransi 10% dimana
H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan
Nilai probabilitas yang ditunjukkan oleh hasil uji kausalitas Granger
negara Singapura antara pertumbuhan ekonomi terhadap FDI yaitu sebesar
0,24880 dimana nilai tersebut lebih besar dari α toleransi 10% sehingga H0
diterima. Nilai tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
mempengaruhi FDI. Sedangkan nilai probabilitas FDI terhadap pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,07736 dimana nilai tersebut lebih kecil dari α toleransi 10%
sehingga H0 ditolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa FDI mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Singapura, sehingga terjadi hubungan satu arah.
Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger pada tabel 4.4 menunjukkan
bahwa nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di Thailand sebesar
0,34268, dimana nilai tersebut lebih besar dari α toleransi 10% sehingga H0
diterima. Nilai probabiltas yang ditunjukkan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,80940 lebih besar dari α toleransi 10%, sehingga H0 diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan ekonomi di Thailand
tidak saling mempengaruhi satu sama lain.
Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger, secara umum menunjukkan
bahwa dari kelima negara anggota ASEAN yang diteliti terdapat hubungan satu
arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deviyantini
4.6. Model Vector Auto Regretion (VAR)
Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa pada lag optimalnya,
variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di negara Thailand tidak memiliki
hubungan jangka panjang, sehingga digunakan model VAR untuk mengestimasi
hubungan antar variabel tersebut.
Tabel 4.6
Hasil Estimasi VAR Thailand
GDP FDI
Berdasarkan hasil estimasi VAR, maka diperoleh persamaan sebagai
berikut :
GDPthailand = 3,360180 + 0,447652GDPt-1 – 0,134127FDIt-1
FDIthailand = 1,209978 – 0,047186FDIt-1 + 0,639757GDPt-1
Hasil estimasi diatas menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, variabel
pertumbuhan ekonomi pada lag pertama memiliki pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,447652 yang artinya apabila pertumbuhan
ekonomi pada lag pertama mengalami peningkatan sebesar 1%, maka akan
memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada lag pertama
sebesar 0,134127.
Variabel FDI pada lag pertama memiliki pengaruh yang negatif terhadap
FDI sebesar 0,047186 yang artinya apabila terjadi penambahan FDI sebesar 1%,
maka akan menurunkan FDI sebesar 0,047186. Sedangkan variabel pertumbuhan
ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap FDI sebesar 0,639757 yang artinya
apabila terjadi penambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%, maka akan
meningkatkan FDI sebesar 0,639757.
4.7. Vector Error Correction Model (VECM)
Uji stasioner data dalam bentuk diferensiasi pertama menunjukkan bahwa
data variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Singapura adalah stasioner. Uji kointegrasi pada keempat negara tersebut juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara kedua variabel.
Dengan demikian, untuk mengestimasi variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI
yaitu dengan menggunakanVector Error Correction Model (VECM).
4.7.1. Indonesia
Hasil estimasi VECM variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di
Indonesia menunjukkan persamaan:
∆GDPt = 0,051491 + 0,3879690et – 0,442623 FDIt-1 – 1,135331FDIt-2 –
0,199575GDPt-1 – 0,156246GDPt-2
∆FDIt = 0,100128 – 0,322680et – 0,013665FDIt-1 – 0,226294FDIt-2 –