• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN

OLEH

HERLINA ADELIA MANULLANG 100501112

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CAUSALITY BETWEEN FDI AND ECONOMIC GROWTH IN ASEAN

The aim of the study is to analyze the relationship between the variables FDI and economic growth in ASEAN member countries, especially Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand. Data used in this study is the time series of the year 1981-2012 were obtained from the quantitative world bank’s official website. Method of testing is done using Unit Root Test, Johansen Cointegration Test, VAR, VECM, and Granger Causality.

Result of the study concluded that there is a long-term relationship between FDI and economic growth in Indonesia, Malaysia, Philippines, and Singapore. There is a one-way relationship between the variables FDI and economic growth in Indonesia and Singapore. Economic growth affects FDI in Indonesia, otherwise FDI affects economic growth in Singapore. While in Malaysia, Philippines, and Thailand there is no causality between FDI and growth.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series dari tahun 1981-2012 bersifat kuantitatif yang diperoleh dari situs resmi World Bank. Metode pengujian dilakukan menggunakan uji akar unit, uji kointegrasi Johansen, VAR, VECM dan uji kausalitas Granger.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura. Terdapat hubungan satu arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi FDI di Indonesia, sedangkan FDI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Singapura. Sementara di Malaysia, Filipina dan Thailand tidak terdapat kausalitas antara FDI dan pertumbuhan ekonomi.

(4)

KATA PENGATAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul “Analisis Kausalitas antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN”.

Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk orang tua tercinta

(Hasoloan Simanullang, S.Pd dan Frida Sinaga, S.Pd) yang telah mengasuh,

mendidik, mendoakan dan mendukung berupa moril dan materil kepada penulis

selama ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan

penyusunan skripsi ini, baik berupa bimbingan, saran dan dorongan moril, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen dan Bapak

Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan

Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan selama

(5)

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku

Dosen Penguji yang telah memberikan petunjuk, kritik dan saran yang

bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Teman – teman di Ekonomi Pembangunan angkatan 2010 yang telah banyak

memberikan dukungan, masukan dan motivasi kepada penulis selama masa

pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk skripsi ini

dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.

Medan, Juni 2014 Penulis

NIM. 100501112

(6)

DAFTAR ISI

2.3.2. Dampak Foreign Direct Investment ... 16

2.4. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi ... 17

2.5. Penelitian Terdahulu ... 19

2.6. Kerangka Pemikiran ... 22

2.7. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 23

3.2. Batasan Operasional ... 23

3.3. Pengolahan Data ... 23

3.4. Metode Analisis Data ... 24

(7)

3.4.2. Penentuan Lag Lenght ... 25

3.4.3. Uji Kointegrasi (Cointegration Test) ... 26

3.4.4. Granger Causality Test ... 27

3.4.5. Model Vector Auto Regression (VAR) ... 28

3.4.6. Vector Error Correction Model (VECM) ... 29

3.5. Definisi Operasional... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 31

4.1.1. Gambaran Umum FDI di ASEAN... 33

4.1.2. Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Laju Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan FDI

Di Asean ... 32

4.2 Hasil Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN ... 36

4.3 Penentuan Lag Lenght ... 37

4.4 Hasil Uji Kointegrasi Johansen ... 38

4.5 Hasil Estimasi VAR Thailand... 40

4.6 Hasil Estimasi VECM ... 47

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Efek Positif dari FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(Level) ... 57

2 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (1st different) ... 57

3 Uji Akar Unit FDI Indonesia (Level) ... 57

4 Uji Akar Unit FDI Indonesia (1st different) ... 58

5 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Malaysia (Level) ... 58

6 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Malaysia (1st different) ... 58

7 Uji Akar Unit FDI Malaysia (Level) ... 59

8 Uji Akar Unit FDI Malaysia (1st different) ... 59

9 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Filipina (Level) .. 59

10 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Filipina (1st different) ... 60

11 Uji Akar Unit FDI Filipina (Level) ... 60

12 Uji Akar Unit FDI Filipina (1st different) ... 60

13 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Singapura (Level) 61 14 Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi Singapura (1st different) ... 61

15 Uji Akar Unit FDI Singapura (Level) ... 61

16 Uji Akar Unit FDI Singapura (1st different) ... 62

(11)

34 Uji VECM Filipina ... 71

35 Uji VECM Singapura ... 72

36 Granger Causality Indonesia ... 73

37 Granger Causality Malaysia... 74

38 Granger Causality Filipina ... 74

39 Granger Causality Singapura ... 74

(12)
(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CAUSALITY BETWEEN FDI AND ECONOMIC GROWTH IN ASEAN

The aim of the study is to analyze the relationship between the variables FDI and economic growth in ASEAN member countries, especially Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand. Data used in this study is the time series of the year 1981-2012 were obtained from the quantitative world bank’s official website. Method of testing is done using Unit Root Test, Johansen Cointegration Test, VAR, VECM, and Granger Causality.

Result of the study concluded that there is a long-term relationship between FDI and economic growth in Indonesia, Malaysia, Philippines, and Singapore. There is a one-way relationship between the variables FDI and economic growth in Indonesia and Singapore. Economic growth affects FDI in Indonesia, otherwise FDI affects economic growth in Singapore. While in Malaysia, Philippines, and Thailand there is no causality between FDI and growth.

(14)

ABSTRAK

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA FDI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series dari tahun 1981-2012 bersifat kuantitatif yang diperoleh dari situs resmi World Bank. Metode pengujian dilakukan menggunakan uji akar unit, uji kointegrasi Johansen, VAR, VECM dan uji kausalitas Granger.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura. Terdapat hubungan satu arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi FDI di Indonesia, sedangkan FDI mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Singapura. Sementara di Malaysia, Filipina dan Thailand tidak terdapat kausalitas antara FDI dan pertumbuhan ekonomi.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah

yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

ASEAN. Globalisasi dapat menjadi sarana bagi suatu negara untuk dapat

memperluas pangsa pasarnya, baik dalam hal perdagangan internasional maupun

investasi. Situasi ini pun dianggap sebagai suatu peluang bagi seluruh negara di

dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Perekonomian dunia yang

mengglobal ini telah menciptakan kondisi saling ketergantungan ekonomi

antar-negara, dan cenderung menimbulkan proses penyatuan aktivitas ekonomi baik di

sektor riel maupun sektor keuangan, sehingga batas-batas antar-negara dalam

berbagai praktik kegiatan ekonomi tersebut seakan-akan tidak berlaku lagi.

Timbulnya ketergantungan antarnegara umumnya disebabkan oleh sumber

daya alam yang dimiliki oleh masing – masing negara sangat terbatas, sehingga

setiap negara membutuhkan bantuan dari negara lain (Huala Adolf, 2003).

Sebagai motor penggeraknya adalah sistem persaingan yang oleh sebagian pihak

menganggap akan dapat menghasilkan perbaikan kualitas pemenuhan kebutuhan

dan pelayanan bagi para pelaku ekonomi di negara-negara yang terlibat.

Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia telah meningkatkan aliran dana maupun

investasi, meningkatkan peredaran uang dan modal, menciptakan alih – teknologi,

melancarkan distribusi hasil – hasil produksi, serta menciptakan produk

(16)

Tetapi oleh sebagian pihak lainnya, mengatakan bahwa globalisasi justru

dapat menciptakan malapetaka, akibat eksploitasi sumber daya ekonomi oleh

negara-negara yang lemah sebagai akibat lemahnya sendi-sendi ekonomi dasar

mereka, seperti lembaga ekonomi, SDM atau sistem ekonomi yang berlaku.

Misalnya dapat memperburuk neraca pembayaran karena masyarakat cenderung

menyukai barang impor sedangkan hasil ekspor dalam negeri kalah bersaing

dengan perusahaan raksasa di dunia.

Di era globalisasi ini Foreign Direct Investmet (FDI) memegang peran

penting dalam bisnis internasional. Integrasi ekonomi erat kaitannya dengan

liberalisasi perdagangan yang merupakan ciri dari kondisi perekonomian yag

semakin mengglobal. Integrasi ekonomi terjadi di antara negara-negara di dunia

yang mendorong munculnya kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan

budaya. Saat ini, ada tiga kerjasama ekonomi regional yang terbesar di dunia,

yaitu European Community (EC) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi

untuk negara-negara di kawasan Eropa, North American Free Trade Area

(NAFTA) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi untuk kawasan Amerika

Utara dan Associaton of South East Asian Nations (ASEAN) yang merupakan

bentuk integrasi bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Asia Tenggara.

Saat ini ASEAN juga melakukan kerjasama dengan negara Jepang, Korea Selatan,

dan RRC yang disebut dengan kawasan ASEAN+3.

Situasi ini akan mempengaruhi iklim investasi dalam bentuk Foreign

Direct Investment (FDI), yang saat ini banyak dipilih oleh investor. FDI

(17)

tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu

pengetahuan, maupun manajemen. Dengan kata lain, FDI juga berpotensi dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di host country.

Pada awalnya FDI dapat memperbaiki posisi devisa di host country,

namun dalam jangka panjang bisa berdampak mengurangi devisa itu sendiri. Hal

tersebut disebabkan oleh impor besar-besaran dari barang setengah jadi serta

barang modal di host country dan diperburuk oleh adanya pengiriman kembali

keuntungan hasil bunga serta royalti. FDI juga dapat menyebabkan turunnya

investasi domestik, karena kalah bersaing dengan modal asing. (Haryadi,

R.Oktaviani, M.Tambunan, dan N.A.Achsani, 2008)

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) merupakan organisasi

geopolitik dan ekonomi yang anggotanya berasal dari negara-negara di kawasan

Asia Tenggara. ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di kota Bangkok,

Thailand melalui Deklarasi Bangkok yang diprakarsai oleh lima negara yaitu

Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Pada tanggal 7 Januari

1984 Brunei Darussalam bergabung dengan ASEAN disusul dengan Vietnam,

Laos, Myanmar, dan Kamboja. Hampir semua negara di kawasan Asia Tenggara

merupakan anggota ASEAN kecuali Timor Leste dan Papua Nugini dan hanya

mendapat status pemerhati dalam ASEAN (Ridwan.A.Z dalam situs

www.ridwanaz.com, 2013).

Tujuan didirikannya ASEAN yaitu untuk meningkatkan ekonomi,

kemajuan sosial, pengembangan kebudayaan dan memajukan perdamaian di

(18)

Seri Begawan, Brunei Darussalam disepakati untuk memperdalam, memperluas,

dan mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan perekonomian global, khususnya

melalui penerapan kawasan perdagangan bebas negara-negara ASEAN melalui

Asean Economic Community (AEC) yang dimulai pada Desember 2015.

Implementasi AEC 2015 akan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal

dan pusat produksi, menjadikan ASEAN sebagai kawassan ekonomi yang

kompetitif, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, serta

mengakselerasi integrasi ekonomi regional menuju ekonomi global (Eddy

Cahyono.S dalam situs www.setkab.go.id , 2013)

Untuk menghadapi hal diatas, harus disadari bahwa sebagian besar negara

di kawasan ASEAN merupakan negara berkembang dan membutuhkan dana yang

cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang

besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan

pembangunan dari negara – negara maju, baik di kawasan regional maupun

kawasan global.

Menurut Jonker Sihombing (2008), pemerintah harus mengupayakan

sumber pembiayaan pembangunan dari alternatif - alternatif yang tersedia, baik

yang bersumber dari dalam maupun yang bersumber dari luar negeri. Apabila

ternyata persediaan tabungan di dalam negeri tidak tercukupi, maka salah satu

cara untuk mendapatkan suntikan modal adalah dengan menarik investasi asing

langsung (FDI). Dalam hal tertentu, FDI hanyalah pelengkap investasi domestik.

(19)

secara keseluruhan terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

kawasan ASEAN.

Berdasarkan kondisi diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

terkait dengan FDI dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN yang berjudul

“Analisis Kausalitas Antara FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dianalisis ataupun dikaji pada

penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan jangka panjang antara Foreign Direct

Investment (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN?

2. Apakah terdapat hubungan kausalitas atau timbal balik antara Foreign

Direct Investment (FDI) dengan pertumbuhan ekonomi di ASEAN?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terkait masalah

yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu:

1. Menganalisis hubungan jangka panjang antara foreign direct investment

(FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.

2. Menganalisis hubungan kausalitas atau timbal balik antara foreign direct

investment (FDI) dengan pertumbuhan ekonomi di ASEAN.

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ,yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana mengaplikasikan ilmu yang

telah diterima selama berada di bangku perkuliahan serta merupakan

syarat dalam menyelesaikan perkuliahan bagi peneliti.

2. Sebagai literatur dan masukan bagi kalangan akademisi yang ingin

melakukan penelitian yang sejenis.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan dimasa yang akan datang bagi para pembuat

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan

analisis penulis mengenai hubungan kedua variabel utama, yaitu Foreign Direct

Investment (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Penelitian terdahulu,

yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam bab ini

dan selanjutnya akan diakhiri dengan kerangka pemikiran yang menganalisis

hubungan kedua variabel diatas, sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan

penelitian yang benar mengenai hubungan dan pengaruh antara kedua variabel

tersebut.

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam

jangka panjang, dimana penekanannya terdapat pada tiga hal yaitu proses, output

per kapita dan jangka panjang. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya

pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa

yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang

industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan

produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno, 2006:9)

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang

dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak

(22)

komponen utama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi suatu masyarakat

(Todaro:2000), yaitu:

1. Akumulasi modal

Akumulasi modal meliputi bentuk atau jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya

manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan

ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan

pendapatan dikemudian hari. Demikian pula investasi dalam sumber daya

manusia dapat meningkatkan kualitasnya dan dengan demikian akan

menghasilkan efek yang sama terhadap produksi, bahkan akan lebih besar

lagi bertambahnya jumlah manusia.

2. Pertumbuhan penduduk

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong

terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk pada akhirnya

akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Disamping itu sebagai akibat

pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan

selalu bertambah tinggi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan

menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk

yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.

Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari

barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Dengan

demikian, perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada

(23)

3. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi bagi para ahli ekonomi merupakan sumber

pertumbuhan ekonomi yang lebih penting. Dengan adanya kemajuan

teknologi, maka ditemukan pula cara berproduksi atau perbaikan produksi

yang dapat meningkatkan nilai tambah yang tinggi.

2.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1. Teori Pertumbuhan Klasik

Teori pertumbuhan klasik dipelopori oleh beberapa tokoh, yaitu Adam

Smith, David Ricardo, Robert Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut pandangan

ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah

dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, The Law of Diminishing

Returns akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan

ekonomi tidak akan terus-menerus berlangsung. Apabila jumlah penduduk sedikit

dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi

yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan mendapatkan keuntungan

yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi

terwujud. Apabila jumlah penduduk terlalu banyak, pertambahannya akan

menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk akan

(24)

mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai,

ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (stationary state).

Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup

(subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat

tidak mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.

2.2.2. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di

dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam mengemukakan teori

pertumbuhannya, Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa

perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak

berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha

menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang

menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari

mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan

melakukan penanaman modal. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan

seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut

akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak

barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter,

investasi dapat dibedakan atas dua golongan yaitu penanaman modal otonomi dan

penanam modal terpengaruh.

Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi

semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi, maka pertumbuhan

(25)

tidak berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi, berbeda dengan

pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu

dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.

2.2.3. Teori Harrod-Domar

Teori pertumbuhan Harrord-Domar dikembangkan oleh Evsey Domar dan

Roy F.Harrod. Model pertumbuhan Harrod-Domar menjelaskan mekanisme

perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat

pertumbuhan ekonomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada

dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian dari

pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang

modal (gedung, alat-alat dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun,

untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan

tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Bila kita

asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya total stok

modal (K), dengan GNP total (Y), maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan

netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan

kenaikan arus output nasional atau GNP.

………... (2.1)

Persamaan diatas merupakan versi sederhana dari persamaan teori

pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa

tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto ( ) ditentukan secara

(26)

2.2.4. Model Pertumbuhan Solow

Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan investasi, pertumbuhan

dan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian

dan pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw, 2000:114). Dalam teori ini

perkembangan teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Hubungan

antara output, modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai

berikut.

………... (2.2)

Dari persamaan 2 terlihat bahwa output per pekerja (Y) adalah fungsi dari

capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum

the law of deminishing return “, dimana pada titik produksi awal, penambahan

kapital per labor akan menambah output per pekerja dan bahkan dapat

mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi investasi dituliskan sebagai

berikut.

………... (2.3)

Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi

capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya

investasi dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan

penyusutan akan menguranginya.

t ………... (2.4)

(27)

Tingkat tabungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan

capital sock dan akan meningkatkan pendapatan sehingga memunculkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat. Tetapi dalam kurun waktu tertentu

pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika telah mencapai apa yang

disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika investasi sama dengan

penyusutan sehingga akumulasi modal.

Selain tingkat tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan

populasi. Pertumbuhan populasi lebih dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi

secara berkelanjutan. Populasi meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya

akan mengurangi capital stock per pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan

tingkat penyusutan secara bersama-sama akan mengurangi capital stock.

Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

t, ...………... (2.5)

dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. Dalam teori in diprediksi bahwa

negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki GDP

perkapita yang rendah (Mankiw, 2000:101).

Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y = f (K,L,E),

dimana E adalah efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya Y/LE dimana LE

menunjukkan jumlah tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi

terhadap perubahan modal dapat dirumuskan sebagai

t, ………... (2.6)

dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja.

(28)

ekonomi secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang

terus tumbuh.

Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan

akumulasi modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu

meningkatkan investasi yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk fisik

maupun non-fisik. Mendorong kemajuan teknologi dapat meningkatkan

pendapatan per tenaga kerja sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi

pada sektor swasta akan beerpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.

2.3. Foreign Direct Investment (FDI)

FDI merupakan salah satu bentuk aliran modal internasional. Menurut

Krugman (1991) yang dimaksud dengan FDI adalah arus modal internasional

dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya

di negara lain. Bentuk aliran modal internasional tersebut biasanya dimulai

dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu

perusahaan. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi

juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Dalam

konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh multinational

corporation (MNC) dengan operasi di bidang manufaktur, industri pengolahan,

ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya.

2.3.1. Motif Foreign Direct Investment

Berikut merupakan motif suatu negara melakukan investasi dalam bentuk

(29)

a. Untuk mendapatkan return yang lebih tiggi, perpajakan yang lebih

menguntungkan, dan infrastruktur yang lebih baik.

b. Untuk menghindari hambatan tarif dan non-tarif yang dibebankan kepada

impor sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang

diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI.

c. Untuk memiliki competitive advantage melalui direct control dengan

melakukan hal-hal berikut ini:

Horizontal Integration

Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar yang biasanya berada

dalam posisi monopolistic atau oligopolistic dengan tujuan untuk

melakukan direct control, khususnya yang berkenaan dengan penguasaan

ilmu pengetahuan atau teknologi, dan managerial skill tertentu sehingga

tetap memiliki competiive advantage di setiap pasar luar negeri yang

dimasuki.

Vertical Integration

Competitive advantage melalui direct control juga dapat dilakukan

dengan vertical integration, baik melalui “backward” maupun forward

integration”. Backward integration dilakukan dengan jalan FDI di

bidang pertambangan dan pertanian/perkebunan untuk memperoleh

jaminan supply bahan baku tertentu dengan harga semurah mungkin.

Forward integration dilakukan dengan jalan membangun jaringan

distribusi, misalnya untuk produk automotive dan elektronik.

(30)

2.3.2. Dampak Foreign Direct Investment

a. Dampak Positif

• Sebagai sumber dana untuk pembangunan, terutama bagi negara

berkembang seperti Indonesia.

• Terjadinya transfer teknologi dan pengetahuan di bindang manajerial

perusahaan.

• Mendorong pembangunan regional dan sektoral.

• Membuka lapangan pekerjaan.

• Kenaikan produksi dan pendapataan nasional negara sasaran.

• Meningkatkan jiwa kewirausahaan dan persaingan sehat dalam negeri.

b. Dampak negatif

•Munculnya dominasi industrial, yang berpotensi mematikan industri dalam

negeri yang kalah dalam segi modal.

•Perubahan budaya.

•Ketergantungan teknologi.

•Return berpotensi lari ke luar negeri. Hal ini tergantung pada kebijakan

pemerintah untuk mengatur perputaran uang di dalam negeri agar dapat

(31)

2.4. Hubungan Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan

Ekonomi

Secara teori, FDI berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

khususnya bagi negara tuan rumah lewat beberapa jalur seperti yang dikemukakan

oleh Tulus Tambunan (2008) .

Gambar 2.1

Efek Positif dari FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Lewat Beberapa Jalur

Pertama, melalui pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti terjadinya

penambahan output atau PDB, total ekspor (X) dan kesempatan kerja (KK). Hal

ini merupakan dampak langsung. Pertumbuhan X berarti adanya penambahan

(32)

negara penerima untuk membayar utang luar negeri (ULN) dan impor (M).

Kedua, masih dari sisi suplai, bahan baku dan input-input lainnya. Jika permintaan

sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam negeri (tidak adanya

impor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan

produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor

domestik lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Hal ini

menunjukkan bahwa telah terjadi suatu efek penggandaan dari keberadaan FDI

terhadap output agregat di negara penerima. Dalam kata lain, semakin besar

komponen M dari sebuah proyek FDI maka semakin kecil efek penggandaan

tersebut. Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru

tersebut berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan:

peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan

meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri. Jika penambahan permintaan

konsumsi tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya

terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap.

Sebaliknya jika permintaan konsumsi tersebut dalam bentuk peningkatan impor,

maka efeknya tidak ada. Jika pertumbuhan impor lebih pesat daripada

pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya FDI, maka terjadi defisit

neraca perdagangan. Dengan demikian kehadiran FDI memberi lebih banyak

dampak negatif daripada dampak positif terhadap negara tuan rumah. Keempat,

peran FDI sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya.

Peran ini bisa lewat dua jalur utama, yaitu lewat pekerja-pekerja lokal yang

(33)

mereka telah membawa pengetahuan dan keahlian baru dari perusaan FDI ke

perusaan domestik dan lewat keterkaitan produksi antara FDI dan

perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah.

2.5. Penelitian Terdahulu

Hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi satu topik

yang menarik bagi para ekonom dalam beberapa tahun terakhir. Dalam

melakukan penelitian ini, penulis mencoba untuk mengumpulkan beberapa

penelitian/studi empiris terdahulu mengenai hubungan FDI dan pertumbuhan

ekonomi, yakni:

Luiz De Mello pada tahun 1999 meneliti hubungan FDI dan pertumbuhan

ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai dampak FDI pada

akumulasi modal, output dan pertumbuhan total faktor produktifitas (TFP).

Penelitian ini menggunakan data time series dan panel dengan sampel

negara-negara OECD dan non-OECD pada periode 1970-1990. Berdasarkan hasil

penelitian disimpulkan bahwa meskipun FDI diekspektasikan akan mendorong

pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui transfer teknologi dan

pengetahuan, namun hubungan ini dipengaruhi oleh derajat saling melengkapi

(complementary) dan derajat substitusi antara FDI dan investasi dalam negeri.

Dritsaki dan Adamopoulos pada tahun 2004 melakukan penelitian untuk

mengkaji hubungan antara perdagangan, FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara

Yunani pada periode waktu 1960 – 2002. Melalui analisa kointegrasi

menunjukkan bahwa adanya hubungan keseimbangan jangka panjang. Sedangkan

(34)

satu arah antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, hubungan saling

mempengaruhi antara FDI dan pertumbuhan ekonomi serta hubungan saling

mempengaruhi antara FDI dan ekspor.

Li dan Liu pada tahun 2005 melakukan penelitian untuk menguji

hubungan endogen antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 84 negara.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan komplemen

yang kuat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi baik di negara-negara maju

maupun di negara-negara berkembang. Modal manusia dan kemampuan menyerap

teknologi sangat penting bagi aliran masuk FDI dalam upaya mencapai

pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Selama ada hubungan

endogen yang terus meningkat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi,

peningkatan modal manusia, kecanggihan teknologi, dan pembangunan ekonomi

akan membuat aliran masuk FDI lebih banyak. Hal ini akan menaikkan

pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing.

Khaliq dan Noy pada tahun 2007 meneliti mengenai dampak FDI pada

pertumbuhan ekonomi selama periode 1997-2006. Dalam penelitian ini, FDI

disimpulkan mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

pada level agregat. Akan tetapi keuntungan ini tidak ditemukan kembali saat

diteliti dampaknya secara sektoral karena berdasarkan hasil estimasi penelitian

menunjukkan bahwa hanya ada beberapa sektor yang menunjukkan dampak

positif dari FDI secara signifikan, bahkan ada satu sektor yang menunjukkan

(35)

Eni Setyowati, Wuryaningsih dan Rini Kuswari pada tahun 2008 meneliti

kausalitass investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan error

correction model. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel yang

memiliki dampak siginifikan dalam jangka pendek adalah investasi asing

langsung (FDI) terhadap PDB dan sebaliknya. Hasil penelitian ini telah

membuktikan adanya kausalitas dua arah.

Andrian Tony Prakoso pada tahun 2009 menganalisis hubungan

perdagangan internasional dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

selama periode 1990-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan

internasional dan pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan kausalitas dua

arah, pertumbuhan ekonomi menyebabkan FDI, dan perdagangan internasional

menyebabkan FDI.

Deviyantini pada tahun 2012 melakukan penelitian dampak FDI dan

kinerja ekspor-impor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan studi

komparatif negara maju dan negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara umum terdapat hubungan satu arah antara FDI dan GDP, dimana

FDI secara signifikan mempengaruhi GDP. Hubungan satu arah ditemukan antara

tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap

tenaga kerja. Sementara antara variabel ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta

kapital dan GDP ditemukan hubungan kausalitas dua arah. Untuk kasus di negara

maju, hasil analisis menunjukkan bahwa FDI merupakan faktor yang mempunyai

(36)

2.6. Kerangka Pemikiran

Globalisasi

Integrasi Ekonomi

Foreign Direct Investment (FDI)

Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan literatur yang terkait dengan penelitian ini,

maka dapat diterapkan dua hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan jangka panjang antara FDI dengan pertumbuhan

ekonomi di ASEAN.

2. Terdapat hubungan timbal balik (dua arah) antara FDI dan pertumbuhan

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk data time series yang bersifat kuantitatif. Periode waktu yang digunakan

dalam penelitian adalah dari tahun 1981 sampai tahun 2012. Sumber data yang

diperoleh berasal dari situs resmi World Bank . Penelitian juga menggunakan

sumber – sumber lain seperti jurnal, artikel serta literatur – literatur lainnya untuk

menambahkan informasi terkait penelitian.

3.2. Batasan Operasional

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas dan mengarahkan

pembicaraan sesuai dengan penelitian maka peneliti membuat batasan operasional

yaitu dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif tahunan pada rentang

waktu antara tahun 1981-2012 di negara-negara ASEAN. Adapun negara-negara

ASEAN yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Indonesia, Malaysia,

Singapura, Filipina dan Thailand. Dalam penelitian ini dikaji hubungan kausalitas

antara foreign direct investment (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN

selama kurun waktu 1981-2012.

3.3. Pengolahan Data

Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis menggunakan program Eviews 5

(38)

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan Granger Causality Test yang bertujuan untuk melihat

hubungan timbal balik antara Foreign Direct Investment (FDI) dengan

pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Apabila semua variabel tidak mengandung

akar unit pada derajat level, maka digunakan model VAR biasa, tetapi apabila

variabel mengandung akar unit, maka variabel tersebut harus didiferensiasi dan

dilakukan uji kointegrasi. Jika variabel hasil diferensi tidak menganduung akar

unit dan terjadi kointegrasi, maka model yang digunakan adalah Vector Error

Correction Model (VECM). Apabila variabel dalam keadaan tidak mengandung

akar unit dan tidak berkointegrasi satu sama lain, maka model yang digunakan

adalah Vector Auto Regression (VAR) bentuk differensiasi.

Data Time Series

Uji Stasioneritas Data

Stasioner dan Terkointegrasi Tidak Stasioner

VAR Bentuk Level Stasioner Dideferensi Data

VAR Bentuk Diferensi Terjadi Kointegrasi

VECM

Sumber: Agus Widarjono (2013)

(39)

Tahapan Pembentukan Model VAR

3.4.1. Uji Akar Unit (Testing for Unit Root)

Validitas hipotesis kausalitas FDI dan pertumbuhan ekonomi dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap

masing-masing variabel yang akan dianalisis dengan uji akar unit (Unit Root Test).

Pengujian dilakukan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model

autoregresif yang ditaksir memiliki nilai satu atau tidak. Model autoregresif tidak

memiliki distribusi yang baku, maka untuk mengujinya digunakan metode yang

dikembangkan oleh Dickey dan Fuller (Gujarati,1998).

Pengujian Dickey-Fuller hanya terbatas pada first-order autoregressive

process atau AR(1). Asumsi white noise error tidak berlaku jika data time series

berkorelasi pada lag yang lebih tinggi. Untuk pengujian akar unit dengan tingkat

yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller

(ADF).

Adapun formula dari Augmented Dickey Fuller dapat dinyatakan sebagai berikut:

t= β1 + β2t + Yt-1+αt t-1 + t ……...……….. (3.1)

Nilai DF atau ADF yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan nilai kritisya. Jika

hasil perhitungan DF atau ADF nilainya lebih besar dibandingkan nilai kritisnya,

maka Ho yang menyatakan bahwa tidak ada akar unit dapat ditolak. Dengan kata

lain bahwa variabel yang diamati telah stasioner.

3.4.2. Penentuan Lag Lenght

Salah satu masalah yang terdapat dalam model ekonomietrik adalah

(40)

sedikit, maka residual dalam regresi tidak akan menampilkan proses white noise

sehingga model tidak dapat mengestimasi actual error secara tepat. Sedangkan

apabila lag yang digunakan terlalu banyak justru sapat mengurangi kemampuan

menolah H0 karena penambahan parameteryang terlalu banyak akan mengurangi

derajat bebas.

Panjang lag optimal dapat menggunakan beberapa kriteria seperti Akaike

Information Criteria (AIC), Hannan Quinn Criteria (HQC) dan Schward

Bayesian Criteria (SBC) yang dirumuskan sebagai berikut:

... (3.2)

... (3.3)

...

(3.4)

Keterangan:

T = Ukuran sampel k = Jumlah variabel

p = Nilai p yang meminimumkan kriteria informasi dalam interval 1,..,pmax yang diamati

Panjang kelambanan optimal dapat terjadi jika nilai-nilai kriteria tersebut

mempunyai nilai absolut yang paling kecil.

3.4.3. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Setelah mengetahui bahwa data FDI dan pertumbuhan ekonomi stasioner,

maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi yang bertujuan untuk mengetahui

apakah ada hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variabel tersebut.

Hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel FDI dan pertumbuhan

(41)

melakukan dua uji statistik untuk menentukan jumlah dari arah kointegrasi

tersebut. Pertama, uji trace (trace test, λtrace) yaitu menguji hipotesis nol (null

hypothesis) dengan syarat bahwa jumlah arah kointegrasi adalah kurang dari atau

sama dengan p. Uji ini dapat dilakukan dengan persamaan:

... (3.5)

Dimana λr+1, … , λn adalah nilai eigen vector terkecil (p – r). Null hypothesis

yang telah disepakati merupakan jumlah dari kointegrasi sama banyaknya

dengan r. Dengan kata lain, jumlah vektor kointegrasi lebih kecil atau sama

dengan r, dimana r = 0, 1, 2 dan seterusnya.

Kedua, uji maksimum eigen value (λmax) dengan menggunakan persamaan:

... (3.6)

Uji ini berkaitan dengan uji null hypothesis bahwa dimana terdapat r dari

vektor kointegrasi. Hubungan kointegrasi dilihat dari besarnya nilai trace statistik

dan maximum Eigen statistik yang dibandingkan dengan critical value pada

tingkat kesalahan 1%, 5%, ataupun 10%.

3.4.4. Granger Causality Test

Pengujian dengan menggunakan metode Granger Causality Test

digunakan untuk melihat hubungan timbal balik antara FDI dan pertumbuhan

ekonomi di ASEAN. Dengan demikian, dapat diketahui apakah kedua variabel

tersebut mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (tidak saling

mempengaruhi). Berikut ini model Granger Causality Test :

FDIt = i FDIt-i + j GDPt-j + μt ………... (3.3)

(42)

Dimana:

GDP = Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN FDI = Foreign Direct Investment μ = Error Terms

Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear diatas akan

dihasilkan empat kemungkinan keadaan hubungan, yaitu:

• Jika i

0 dan

j

= 0,

maka terdapat kausalitas searah antara GDP ke FDI.

Jika

j

0 dan

i

= 0 ,

maka terdapat kausalitas searah antara FDI ke GDP.

Jika

i

0 dan

j

≠ 0 ,

maka terdapat kausalitas bilateral (dua arah) antara FDI dan GDP

.

Jika

i

=

0 dan

j

= 0,

maka FDI maupun GDP tidak saling berhubungan (independen).

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas diatas maka

dapat dilakukan F-Test untuk masing-masing regresi.

3.4.5. Model Vector Auto Regression (VAR)

VAR digunakan sebagai sistem untuk meramal variabel time series yang

saling berhubungan dan menganalisis dampak dinamis dari gangguan yang

bersifat random. VAR tidak perlu membedakan variabel eksogen dan variabel

endogen, namun diperlukan kelambanan variabel untuk melihat hubungan antara

variabel. Model VAR yang digunakan dalam model VAR adalah:

(43)

... (3.8)

Dengan menggunakan model VAR, maka dapat diamati pergerakan atau tren data

– data yang diamati sehingga dapat dilakukan peramalan. Peramalan ini

merupakan sebuah eksrapolasi nilai saat ini dan dimasa depan dengan

menggunakan informasi dimasa lalu.

3.4.6. Vector Error Correction Model (VECM)

Engel dan Granger menunjukkan bahwa meskipun data time series sering

tidak stasioner pada tingkat level, tetapi kombinasi linier antara dua atau lebih

data yang tidak stasioner dapat diubah menjadi stasioner. Model VECM

digunakan dalam model VAR non structural apabila data time series tidak

stasioner pada data diferensi dan terkointegrasi, sehingga menunjukkan hubungan

teoritis antar variabel.

Spesifikasi VECM meretriksi hubungan jangka panjang antara variabel

agar kovergen dalam hubugan kointegrasi, namun tetap membiarkan perubahan

dinamis dalam jangka pendek. Model VECM terdiri atas dua persamaan, yaitu:

... (3.9)

... (3.10)

Dalam model VECM terdapat et-1 yang merupakan koreksi kesalahan dalam

(44)

3.5. Definisi Operasional

Forreign Direct Investment (% of GDP)

Foreign direct Investment (FDI) net inflows adalah nilai investasi langsung

yang ditanamkan oleh investor asing yang dibagi dengan GDP.

• Pertumbuhan Ekonomi (annual %)

Pertumbuhan ekonomi adalah persentase kenaikan Produk Domestik Bruto

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Foreign Direct Investment (FDI) dan Pertumbuhan Ekonomi ASEAN

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam

melakukan analisis mengenai pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu

negara. Pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan sejauh mana aktivitas

perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan pada masyarakat dalam

suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang semakin dinamis dan cepat

berubah yang diakibatkan semakin berkembangnya informasi dan teknologi

membuat suatu negara berusaha secara perlahan-lahan untuk membangun

perekonomian di tengah persaingan yang ketat, khususnya bagi negara

berkembang yang berada di kawasan ASEAN.

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi dan FDI

terdapat tren yang berbeda di masing-masing negara ASEAN. Pada umumnya hal

ini terjadi akibat penerapan kebijakan ekonomi dan kondisi internal yang berbeda

di masing-masing negara. Pada tahun 1998 kelima negara di ASEAN tersebut

mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari krisis moneter

yang terjadi. Begitu juga pada tahun 2008 kelima negara tersebut mengalami

penurunan tingkat FDI yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan ekonomi di

masing-masing negara. Namun, beberapa diantaranya mampu mempertahankan

dan bahkan secara perlahan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah

(46)

Tabel 4.1

Laju Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan FDI di ASEAN (dalam persen)

Tahun Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand

FDI GDP FDI GDP FDI GDP FDI GDP FDI GDP

(47)

4.1.1. Gambaran Umum FDI di ASEAN

Singapura merupakan negara yang memiliki tingkat pertumbuhan FDI

yang tertinggi dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Rata-rata tingkat

pertumbuhan FDI sebesar 13,22% sehingga Singapura dapat dikategorikan

sebagai negara maju dan paling diminati investor asing untuk berinvestasi.

Tingkat pertumbuhan FDI di Malaysia merupakan yang terbesar kedua

setelah Singapura dengan rata-rata sebesar 4,01%. Pertumbuhan FDI di Malaysia

berfluktuasi sepanjang tahun 1981 – 2012, namun cenderung stabil mengikuti

pergerakan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan FDI tertinggi terjadi

pada tahun 1992 sebesar 8,76%, sedangkan terendah terjadi pada tahun 2001 dan

2009 sebesar 0,06%.

Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan FDI terendah dari kelima negara

ASEAN yang diteliti dengan rata-rata 0,81%. Hal ini disebabkan karena buruknya

infrastruktur dan birokrasi pemerintahan yang tidak efisien. Infrastruktur yang

buruk dapat meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya menurunkan daya

saing harga dan konsekuensinya adalah menurunnya minat investor asing pada

Indonesia.

Tingkat pertumbuhan FDI di Thailand juga memiliki tren yang baik,

bahkan pada saat terjadi krisis tahun 1998 tingkat FDI Thailand justru meningkat

drastis dari 2,58% menjadi 6,54%. Hal yang sama juga terjadi di Filipina dimana

tingkat pertumbuhan FDI cukup stabil dengan rata-rata sebesar 1,28%. Hal ini

(48)

mempengaruhi minat investor asing untuk berinvestasi di kedua negara tersebut.

Thailand dan Filipina dianggap memiliki potensi FDI yang lebih baik

dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa seluruh negara ASEAN terkena

dampak dari krisis di Asia Tenggara tahun 1998 dan krisis yang terjadi di Eropa

tahun 2009, namun tidak terlalu mempengaruhi tingkat pertumbuhan FDI kecuali

pada negara Singapura.

4.1.2. Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

Singapura merupakan negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi

yang tertinggi dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Rata-rata tingkat

pertumbuhan ekonomi Singapura yaitu 6,69% sehingga Singapura dapat

dikategorikan sebagai negara maju. Sedangkan negara yang memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi terendah adalah Filipina dengan rata-rata berkisar 3,29%.

Hal ini disebabkan seringnya terjadi konflik internal seperti pergantian

pemerintahan yang terjadi pada tahun 1984-1985 yang berdampak pada

penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Malaysia mempunyai pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di kawasan

ASEAN bahkan terbaik kedua setelah Singapura dengan kisaran rata-rata 5,93%.

Pertumbuhan ekonomi Malaysia tertinggi terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar

10%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar -7,36%.

Kemerosotan pertumbuhan ekonomi yang dialami Malaysia tahun 1998 juga

dipengaruhi oleh krisis ekonomi regional yang melanda Asia Tenggara. Namun,

(49)

ekonomi sebesar 6,14% pada tahun 1999 dan terus meningkat pada tahun-tahun

berikutnya.

Thailand merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan

ekonomi yang cukup stabil selama kurun waktu 1981-2012 dengan rata-rata

5,48%. Pertumbuhan ekonomi Thailand beberapa kali menurun yaitu pada tahun

1997, 1998, 2009, dan 2011. Penurunan ini disebabkan oleh krisis ekonomi dan

bencana alam berupa banjir yang terjadi tahun 2011 yang melumpuhkan kegiatan

ekonomi Thailand, namun dapat segera meningkat dan kembali stabil.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya selama kurun waktu 1981-2012 dengan rata-rata 5,42%, walaupun

terdapat pengecualian untuk tahun-tahun tertentu. Pertumbuhan ekonomi tertinggi

terjadi pada tahun 1989 yaitu sebesar 9,08%, sedangkan yang terendah terjadi

pada tahun 1998 dimana pertumbuhan ekonomi menurun sampai angka -13,13%.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat penurunan pertumbuhan ekonomi

tertinggi pada masa krisis tahun 1998 yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi

dibarengi dengan krisis politik.

4.2. Uji Akar Unit

Dasar teoritis yang digunakan untuk menguji perilaku data time series

antara variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) dan FDI di kelima negara kawasan

ASEAN pada kurun waktu 1981-2012 dengan uji akar unit (unit root test) yang

diperkenalkan oleh Dickey-Fuller. Pengujian ini dilakukan untuk menghindari

terjadinya regresi lancung (tidak efisien) dimana koefisien hasil regresi signifikan

(50)

Tabel 4.2

Hasil Uji Akar Unit FDI dan Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN

Negara Level First Different Stasioner

GDP FDI GDP FDI

Indonesia

ADF -4.062024 -1.988113 -7.571646 -4.763840

1st

10% -2.619160 -2.619160 -2.621007 -2.621007

Malaysia

ADF -4.476055 -2.688404 -6.776137 -5.983209

1st

10% -2.619160 -2.619160 -2.622989 -2.621007

Flipina

ADF -3.133739 -3.959805 -4.884310 -10.30817

1st

10% -2.619160 -2.619160 -2.635542 -2.621007

Singapura

ADF -4.973952 -3.309667 -7.673648 -5.562109

1st

10% -2.619160 -2.619160 -2.622989 -2.629906

Thailand

ADF -3.236656 -2.330494 -7.002510 -5.992423

1st

10% -2.619160 -2.619160 -2.621007 -2.621007

Hasil uji akar unit yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 menunjukkan bahwa

dari kelima negara yang diteliti tidak stasioner pada derajat level, sehingga harus

dilakukan differensiasi terhadap data yang digunakan. Hasil uji akar unit pada

differensiasi pertama menunjukkan bahwa kelima negara tersebut telah stasioner.

4.3. Penentuan Lag Lenght

Penentuan lag optimal perlu dilakukan agar model dapat mengestimasi

actual error secara tepat . Apabila lag yang digunakan telalu sedikit, maka error

term tidak dapat terestimasi dengan baik. Sebaliknya, apabila lag yang digunakan

terlalu banyak, maka dapat megurangi kemampuan menolak H0 karena

(51)

Penentuan lag optimal dilakukan dengan memilih jumlah terkecil dari

Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), dan Hannan-Quinn

Criterion (HQ). Panjang lag maksimum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lag ke-3.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Malaysia, Filipina dan Thaiand mempunyai

nilai AIC, SC, dan HQ terkecil yang berada pada lag pertama, sehingga lag

optimal untuk ketiga negara tersebut adalah lag pertama. Nilai SC dan HQ untuk

Indonesia dan Singapura berada pada lag pertama, sedangkan AIC berada pada

lag kedua. Karena dua kriteria berada pada lag pertama, maka lag optimal yang

akan digunakan berada pada lag pertama.

Tabel 4.3

Penentuan Lag Lenght

(52)

4.4. Uji Kointegrasi

Hasil dari uji akar unit mengindikasikan bahwa kelima negara kawassan

ASEAN yang diteliti tidak stasioner pada derajat level. Variabel yang tidak

stasioner pada derajat level akan menyebabkan terjadinya regresi semu/lancung.

Untuk menghindari hal tersebut, maka harus dilakukan uji kointegrasi.

Uji kointegrasi yang didasarkan pada metode Johansen dilakukan untuk

melihat hubungan jangka panjang antar variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI

di ASEAN. Kriteria pengujian kointegrasi pada penelitian ini didasarkan pada

trace-statistic. Apabila nilai trace-statistic lebih besar daripada nilai kritis 5%,

maka hipotesis yang menyatakan adanya hubungan jangka panjang antara

pertumbuhan ekonomi dan FDI dapat diterima.

Tabel 4.4

Hasil Uji Kointegrasi Johansen

Negara Hypothesized

Thailand None 11.85663 15.49471 Tidak ada

At most 1 5.154516 3.841466

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji kointegrasi Indonesia memiliki nilai trace

statistic lebih besar daripada nilai critical value, sehingga dapat disimpulkan

(53)

di Indonesia pada rank 0 (31,76631 > 15,49471) dan rank 1 (8,122671 >

3.841466) pada tingkat toleransi 5%.

Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa terdapat hubungan

jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Malaysia yaitu dimana

nilai trace statistic lebih besar daripada nilai critical value pada rank 0 (28,32663

> 15,49471) dan rank 1 (6,881876 > 3,841466) pada tingkat toleransi 5%.

Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa terdapat hubungan

jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Filipina yaitu dimana

nilai trace statistic lebih besar daripada nilai critical value pada rank 0 (19,79562

> 15,49471) dan rank 1 (6,242533 > 3,841466) pada tingkat toleransi 5%.

Nilai trace statistic yang lebih tinggi dibandingkan critical value pada

negara Singapura hanya terjadi pada rank 0 yaitu 26,53581 > 15,49471, sehingga

hubungan jangka panjng antara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Singapura

hanya terjadi pada rank = 0 pada tingkat kepercayaan 95%.

Pada negara Thailand tidak terjadi hubungan jangka panjang yang

ditunjukkan oleh nilai critical value yang lebih besar dibandingkan nilai trace

statistic pada rank = 0 maupun rank = 1.

Secara umum, melalui uji kointegrasi antara FDI dan pertumbuhan

ekonomi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang yang terjadi pada negara

Indonesia, Malaysia dan Singapura. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

(54)

4.5. Uji Granger Causality

Pengujian ini dilakukan untuk melihat arah hubungan variabel

pertumbuhan ekonomi dan FDI dari kelima negara ASEAN yang diteliti. Uji

Granger Causality digunakan untuk melihat secara statistikk apakah terdapat

hubungan searah, timbal-balik ataupun tidak memiliki hubungan sama sekali

antara variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI.

Kriteria penilaian yang digunakan yaitu dengan melihat hubungan antara

variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi, dimana apabila nilai probability lebih

kecil dari α toleransi sebesar 1%, 5%, dan 10%, maka hipotesis H0 ditolak

sehingga terdapat hubungan antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.5

Hasil Uji Kausalitas Granger

(55)

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji kausalitas Granger dari kelima negara ASEAN

yang diteliti. Melalui tabel dapat dilihat bahwa arah hubungan antara variabel FDI

dan pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan adanya arah yang sama.

Hasil uji kausalitas Granger Indonesia memiliki nilai probabilitas dari

pertumbuhan ekonomi terhadap FDI menunjukkan angka sebesar 0,01865 dimana

angka ini lebih kecil dari α toleransi sebesar 5% sehingga H0 ditolak. Nilai

probabilitasdari FDI terhadap GDP menunjukkan angka sebesar 0,55014 dimana

angka ini lebih besar dari α toleransi sebesar 10% sehingga H0 diterima. Dengan

demikian, dapat disimpulakan bahwa hubungan yang terdapat antara variabel

pertumbuhan ekonomi dan FDI di Indonesia adalah satu arah dimana

pertumbuhan ekonomi yang mendorong FDI.

Hasil uji kausalitas Granger pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di

Malaysia menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,73447, sedangkan hubungan

FDI terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka probabilitas sebesar

0,47277. Kedua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α toleransi 10% dimana

H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan

ekonomi di Malaysia tidak saling mempengaruhi satu sama lain.

Hasil uji kausalitas Granger pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di

Filipina menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,23448, sedangkan hubungan

FDI terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka probabilitas sebesar

0,17009. Kedua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α toleransi 10% dimana

H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan

(56)

Nilai probabilitas yang ditunjukkan oleh hasil uji kausalitas Granger

negara Singapura antara pertumbuhan ekonomi terhadap FDI yaitu sebesar

0,24880 dimana nilai tersebut lebih besar dari α toleransi 10% sehingga H0

diterima. Nilai tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak

mempengaruhi FDI. Sedangkan nilai probabilitas FDI terhadap pertumbuhan

ekonomi sebesar 0,07736 dimana nilai tersebut lebih kecil dari α toleransi 10%

sehingga H0 ditolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa FDI mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di Singapura, sehingga terjadi hubungan satu arah.

Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger pada tabel 4.4 menunjukkan

bahwa nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi terhadap FDI di Thailand sebesar

0,34268, dimana nilai tersebut lebih besar dari α toleransi 10% sehingga H0

diterima. Nilai probabiltas yang ditunjukkan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi

sebesar 0,80940 lebih besar dari α toleransi 10%, sehingga H0 diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa FDI dan pertumbuhan ekonomi di Thailand

tidak saling mempengaruhi satu sama lain.

Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger, secara umum menunjukkan

bahwa dari kelima negara anggota ASEAN yang diteliti terdapat hubungan satu

arah antara variabel FDI dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Singapura.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deviyantini

(57)

4.6. Model Vector Auto Regretion (VAR)

Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa pada lag optimalnya,

variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di negara Thailand tidak memiliki

hubungan jangka panjang, sehingga digunakan model VAR untuk mengestimasi

hubungan antar variabel tersebut.

Tabel 4.6

Hasil Estimasi VAR Thailand

GDP FDI

Berdasarkan hasil estimasi VAR, maka diperoleh persamaan sebagai

berikut :

GDPthailand = 3,360180 + 0,447652GDPt-1 – 0,134127FDIt-1

FDIthailand = 1,209978 – 0,047186FDIt-1 + 0,639757GDPt-1

Hasil estimasi diatas menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, variabel

pertumbuhan ekonomi pada lag pertama memiliki pengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi sebesar 0,447652 yang artinya apabila pertumbuhan

ekonomi pada lag pertama mengalami peningkatan sebesar 1%, maka akan

(58)

memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada lag pertama

sebesar 0,134127.

Variabel FDI pada lag pertama memiliki pengaruh yang negatif terhadap

FDI sebesar 0,047186 yang artinya apabila terjadi penambahan FDI sebesar 1%,

maka akan menurunkan FDI sebesar 0,047186. Sedangkan variabel pertumbuhan

ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap FDI sebesar 0,639757 yang artinya

apabila terjadi penambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%, maka akan

meningkatkan FDI sebesar 0,639757.

4.7. Vector Error Correction Model (VECM)

Uji stasioner data dalam bentuk diferensiasi pertama menunjukkan bahwa

data variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI Indonesia, Malaysia, Filipina dan

Singapura adalah stasioner. Uji kointegrasi pada keempat negara tersebut juga

menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara kedua variabel.

Dengan demikian, untuk mengestimasi variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI

yaitu dengan menggunakanVector Error Correction Model (VECM).

4.7.1. Indonesia

Hasil estimasi VECM variabel pertumbuhan ekonomi dan FDI di

Indonesia menunjukkan persamaan:

∆GDPt = 0,051491 + 0,3879690et – 0,442623 FDIt-1 – 1,135331FDIt-2 –

0,199575GDPt-1 – 0,156246GDPt-2

∆FDIt = 0,100128 – 0,322680et – 0,013665FDIt-1 – 0,226294FDIt-2 –

Gambar

Gambar 2.1 Efek Positif dari FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Lewat
Kerangka PemikiranGambar 2.2
Gambar 3.1
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dalam penelitian ini secara statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara status ekonomi keluarga terhadap status imunisasi dasar

Dari Hasil Penelitian diketahui bahwa Tarian Tortor dalam Upacara Perkawinan Sub Etnis Batak Toba di Kecamatan Balige mengandung banyak makna yang disampaikan

Selaras dengan berbagai tujuan yang telah ada di Indonesia maka tujuan pendidkan akhlak yang ada dalam Kitab Al-Akhlak li Al Banin karya Syaikh Umar Baraja tidak lain

• Dengan menggunakan penyelesaian rumusan set partitioning problem mempunyai karakteristik kapal tertentu sesuai dengan kapasitas kapal dan kecepatan operasinya, dengan pemilihan

Oleh karena hasil penelitian menunjukkan efek dari faktor waktu adalah tidak bermakna, maka untuk menghasilkan ekspresi MMP-9 yang paling rendah dapat dilakukan

Hasil dapatan kajian daripada 30 item soal seldik berkaitan dengan tahap nilai harga diri yang diketengahkan, secara keseluruhannya pelajar menunjukkan tahap nilai harga diri yang

Sehingga dalam hal ini Fraksi ABRI dan FPDI sama terima rumusan dengan catatan bahwa untuk saat ini posisi untuk Pasal 28 ayat (4) adalah kosong, akan

Chaudhry Muhammad Sharif, Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2012), h. 9 Ajeng Mar„atus Solihah, “Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Multijasa Dalam Perspektif Hukum