• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Globalisasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Pendapatan Di Asean.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tingkat Globalisasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Pendapatan Di Asean."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT GLOBALISASI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN

PENDAPATAN DI ASEAN

STANNIA CAHAYA SUCI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di ASEAN adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Stannia Cahaya Suci

(4)

RINGKASAN

STANNIA CAHAYA SUCI. Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di ASEAN. Dibimbing oleh ALLA ASMARA dan SRI MULATSIH.

Pembentukan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) sebagai salah satu kawasan berintegrasi tinggi merupakan cerminan proses globalisasi. Salah satu dampak positif dari globalisasi adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi. Namun hal ini tidak terdistribusikan secara merata pada negara-negara di dunia yang ditunjukkan dengan peningkatan tingkat globalisasi ASEAN tidak selalu diikuti oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan. Penelitian ini menganalisis pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN dengan menggunakan indeks globalisasi KOF yang mencangkup integrasi ekonomi, sosial dan politik. Penelitian ini menggunakan data panel dari enam negara anggota ASEAN pada tahun 2006-2012.

Tingkat globalisasi secara keseluruhan ditemukan mempunyai dampak yang positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Globalisasi ekonomi dan politik juga ditemukan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun globalisasi sosial tidak mempunyai dampak yang signifikan. Dalam hal ketimpangan pendapatan, tingkat globalisasi secara keseluruhan juga ditemukan memiliki dampak yang negatif terhadap ketimpangan pendapatan. Tingkat globalisasi ekonomi dan sosial ditemukan mempunyai dampak pemerataan pendapatan, namun peningkatan globalisasi politik akan meningkatkan ketimpangan pendapatan. Kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di ASEAN harus memerhatikan dampak pemerataan dalam distribusi pendapatan.

(5)

SUMMARY

STANNIA CAHAYA SUCI. The Impact of Globalization on Economic Growth and Income Inequality in ASEAN. Supervised by ALLA ASMARA and SRI MULATSIH.

The establishment of ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) as a high integrated area is one of the process of globalization. One of the positive impacts of globalization is enhanced economic growth. However the benefits of globalization is unequally distributed among countries. This is shown by the

increasing globalization’s degree in ASEAN is not always followed by an increase

in economic growth and income equality. This research analyzed the impact of globalization on economic growth and income inequality. This research used the KOF Index of Globalization that covering its three main dimensions: economic integration, social integration and political integration. This research employed panel data for six ASEAN developing countries from 2006-2012.

This research concluded that globalization has significantly positive impact on economic growth. Economic and political globalization also have positive impact on economic growth, but social globalization has no effect to growth. This research also suggested that globalization has negative impact on income inequality. Economic and social globalization are good for income equality but higher political globalization can increase income inequality. In order to improve economic growth, the economic, social and political policies between nations in ASEAN need to consider the equality impact for income distribution.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

PENGARUH TINGKAT GLOBALISASI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN

PENDAPATAN DI ASEAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di ASEAN berhasil diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Alla Asmara S.Pt, M.Si dan Ibu Dr. Ir Sri Mulatsih M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing atas bimbingan, masukan serta motivasi yang sangat berarti dalam penyelesaian penelitian ini, serta Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si selaku penguji luar komisi dan Ibu Dr. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku penguji komisi pendidikan atas kritik dan saran dalam penyempurnaan penelitian ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada ayah, ibu serta adik-adik tercinta atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman seperjuangan Kelas Magister Ilmu Ekonomi angkatan VIII Mas Mujiburrahman, Mas Ilhamdi, Mas Zikra Masegus, Fauziyah Adzimatinur, Fatimah Zachra Fauziah, Silvia Sari Busnita, Bramastyo Agung Wibowo, Muhammad Fazri dan Tri Ari Darsono atas kebersamaan, kerjasama dan motivasi selama ini, kemudian Mba Ratna sebagai teman sharing dalam penyelesaian tesis dan Kak Eno atas bantuannya dalam proses pengajuan jurnal. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada pada sahabat terdekat Idham Nur Khalid, Desy Irianty, Ovilla Marshafeni, Malla Dewi Agisty, Wida Mayashinta, Assrianti, Tamiyah Alatas, Karlina Pratiwi, Choirunissa, Selvi Wulandari, Latira Lestiyani, Lisa Triana Putri, Nikki Ariesta dan Artika Nur Hidayat atas kasih sayang, dukungan, semangat dan motivasi dimanapun berada. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada seluruh civitas Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Globalisasi 5

Globalisasi dan Pertumbuhan Ekonomi 8

Globalisasi dan Ketimpangan Pendapatan 11

Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan 13

Tinjauan Empiris 14

Kerangka Pemikiran 17

Hipotesis Penelitian 19

3 METODE PENELITIAN 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Analisis Data 22

4 GAMBARAN UMUM ASEAN 27

Perkembangan Tingkat Globalisasi ASEAN 27

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

ASEAN 32

Perkembangan Tingkat Kualitas Infrastruktur, Kualitas Pendidikan dan

Kesiapan Teknologi ASEAN 34

Tingkat Inflasi, Belanja Pemerintah, Ketenagakerjaan dan Angka

Harapan Hidup ASEAN 36

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 39

Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi 39 Pengaruh Tingkat Globalisasi terhadap Ketimpangan Pendapatan 44

6 SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 54

(14)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan GDP dan indeks Gini di

beberapa negara ASEAN 3

2 Indeks globalisasi KOF menurut ETH Zurich 6

3 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan pertumbuhan

ekonomi 14

4 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan ketimpangan

pendapatan 16

5 Data dan sumber data 20

6 Uji d Durbin- Watson: aturan keputusan 26

7 Peringkat tingkat globalisasi beberapa negara di dunia tahun 2012 31 8 Peringkat Global Competitiveness Indeks dari kualitas infrastruktur,

kualitas pendidikan dan kesiapan teknologi di ASEAN tahun 2012 35 9 Perkembangan tingkat inflasi di ASEAN tahun 2006-2012 36 10Tingkat belanja pemerintah, ketenagakerjaan dan angka harapan hidup di

ASEAN tahun 2012 37

11Hasil analisis regresi pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan

ekonomi di ASEAN 39

12Hasil analisis regresi pengaruh tingkat globalisasi terhadap ketimpangan

pendapatan di ASEAN 44

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva keseimbangan AS dan AD 9

2 Kurva Kuznets 13

3 Kerangka pemikiran 18

4 Perkembangan tingkat globalisasi KOF di ASEAN tahun 2006-2012 28 5 Perkembangan tingkat globalisasi ekonomi, sosial dan politik KOF di

ASEAN tahun 2006-2012 29

6 Perkembangan GDP per kapita di ASEAN tahun 2006 - 2012 33 7 Perkembangan indeks Gini di ASEAN tahun 2006 - 2012 34

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji Chow untuk model pertama pertumbuhan ekonomi 54 2 Hasil regresi pooled least square model pertumbuhan ekonomi pertama 54 3 Hasil regresi fixed effect model pertumbuhan ekonomi pertama 55 4 Uji multikolinearitas model pertumbuhan ekonomi pertama 55 5 Uji Chow untuk model kedua pertumbuhan ekonomi 56 6 Hasil regresi pooled least square model pertumbuhan ekonomi kedua 56 7 Hasil regresi fixed effect model pertumbuhan ekonomi kedua 57 8 Uji multikolinearitas model pertumbuhan ekonomi kedua 58

(15)

10Hasil regresi pooled least square model pertama ketimpangan

pendapatan 58

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang mengacu pada peningkatan integrasi antar masyarakat dan negara di dunia. Globalisasi dicirikan dengan keterbukaan aliran barang, jasa, keuangan, dan masyarakat antar negara serta perubahan kebijakan di tingkat nasional dan internasional. Globalisasi terjadi dalam berbagai aspek, tidak hanya terjadi pada aspek ekonomi, namun juga berkembang dalam aspek politik, sosial, budaya, lingkungan dan masalah keamanan dunia. Terdapat argumen dari berbagai penelitian mengenai dampak positif dari globalisasi, salah satunya adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Dampak positif dari globalisasi tersebut didukung oleh Pelegrinova dan Lancy (2013), Dreher (2006), Zhuang dan Koo (2007), Kakar et al. (2011), Rao dan Vadlamannati (2009), Deluna dan Chelly (2014) yang menemukan bahwa globalisasi berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia. Namun juga terdapat kekhawatiran pada masyarakat dunia bahwa dampak negatif dari globalisasi melebihi dampak positifnya, seperti degradasi standar sosial dan lingkungan, tingginya tingkat kemiskinan pada negara berkembang dan frekuensi krisis keuangan yang lebih sering terjadi (Dreher 2006). Globalisasi juga sering dikaitkan dengan ketimpangan pendapatan.

Meskipun globalisasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun keuntungan dari globalisasi tidak didistribusikan secara merata. Adanya perbedaan yang signifikan dalam hal sumber daya alam, kualitas dan kuantitas dari modal tenaga kerja, kualitas pemerintahan dan kondisi sosial politik, dampak dari globalisasi telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat pada negara-negara dengan sangat berbeda. Dampak dari kenaikan pendapatan yang ada tidak didistribusikan secara merata pada semua bagian masyarakat dunia baik antar negara maupun antar wilayah dalam negara.

Penelitian yang dilakukan Wang et al. (2008) menemukan bahwa globalisasi berdampak pada peningkatan pemerataan pendapatan. Namun terdapat beberapa penelitian lain yang menemukan hal sebaliknya, bahwa globalisasi merupakan salah satu kontributor dari peningkatan ketimpangan pendapatan di dunia. Bergh dan Nilsson (2010) menemukan bahwa dengan adanya liberalisasi perekonomian dari globalisasi cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan di negara maju. Ezcurra dan Rodriguez-pose (2013) juga menemukan bahwa negara dengan tingkat integrasi perekonomian yang lebih tinggi cenderung mengalami tingkat ketimpangan yang lebih tinggi. Mah (2013) menemukan bahwa liberalisasi perdagangan telah meningkatkan ketimpangan pendapatan di China serta Atif et al. (2012) yang menemukan bahwa globalisasi meningkatkan ketimpangan pendapatan di negara berkembang dan negara maju tergantung dari struktur dan institusi di setiap negara.

(18)

2

banyak masalah ekonomi dan lingkungan serta ketimpangan pendapatan. Meningkatnya ketimpangan pendapatan dapat menghilangkan dampak positif dari globalisasi dan menimbulkan pertanyaan apakah globalisasi telah berkontribusi pada ketidakstabilan ekonomi suatu negara seperti tingkat pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan yang berfluktuatif.

Perumusan Masalah

Proses globalisasi semakin berkembang pada beberapa dekade terakhir. Pembentukan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) sebagai sebuah kawasan berintegrasi ekonomi tinggi merupakan salah satu cerminan proses globalisasi. Pembentukan suatu kelompok kerjasama antar negara akan menguntungan negara anggota dilihat dari segi perdagangan yang semakin bebas antar negara, aliran modal dan tenaga kerja yang semakin mudah karena hambatan-hambatan yang ada semakin dihilangkan.

Negara-negara di dunia terutama negara anggota ASEAN mengalami tingkat globalisasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat globalisasi suatu negara salah satunya dapat dilihat dari indeks globalisasi KOF (Konjunkturforschungsstelle). Nilai indeks yang semakin mendekati 100 mengindikasikan tingkat globalisasi yang dilaksanakan suatu negara semakin tinggi. Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan pada tahun 2006 dan tahun 2012 pada beberapa negara ASEAN.

Tabel 1 menunjukkan ternyata tidak semua negara-negara ASEAN mengalami peningkatan nilai indeks globalisasi KOF pada tahun 2012 dari tahun 2006. Negara- negara yang memiliki indeks globalisasi KOF yang meningkat mengindikasikan perkembangan pelaksanaan globalisasi di negara-negara tersebut semakin meningkat. Hal ini terjadi pada negara Cambodia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Namun Indonesia mengalami penurunan tingkat globalisasi dimana pada tahun 2006 tingkat globalisasi KOF Indonesia mencapai 57.50 yang menurun pada tahun 2012 menjadi sebesar 57.39. Demikian juga Philippines mengalami penurunan tingkat globalisasi dimana pada tahun 2006 indeks globalisasi KOF mencapai 58.45 namun menurun menjadi 57.12 pada tahun 2012. Kemudian peningkatan tingkat globalisasi negara-negara anggota ASEAN tersebut ternyata tidak selalu diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang besar dan terus meningkat serta pemerataan ketimpangan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhan gross domestic product

(GDP) suatu negara. Indeks Gini merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk melihat tingkat ketimpangan pendapatan pada suatu negara. Indeks Gini yang semakin besar mengindikasikan ketimpangan pendapatan yang semakin tinggi. Tabel 1 menunjukkan masing-masing negara anggota ASEAN mengalami perubahan dalam hal tingkat globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan yang berbeda-beda.

(19)

3 Vietnam mengalami peningkatan pemerataan pendapatan. Cambodia mengalami pertumbuhan GDP sebesar 10.77 persen pada tahun 2006, namun pada tahun 2012 hanya sebesar 7.31 persen. Vietnam yang mengalami pertumbuhan GDP sebesar 6.97 persen pada tahun 2006, dan pada tahun 2012 hanya mencapai sebesar 5.24 persen. Di sisi lain, Cambodia memiliki nilai indeks Gini sebesar 41.57 pada tahun 2006 yang menurun menjadi 36. Vietnam memiliki nilai indeks Gini sebesar 35.80 pada tahun 2006 yang menurun menjadi 35.60 pada tahun 2012. Tabel 1 Perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan GDP dan indeks Gini di

beberapa negara ASEAN

Sumber: World Development Indicator (2015), ETH Zurich (2015)

Sedangkan Malaysia mengalami peningkatan tingkat globalisasi dan pertumbuhan ekonomi namun diikuti oleh peningkatan ketimpangan pendapatan. Pada tahun 2006 nilai indeks Gini Malaysia mencapai sebesar 46.02 yang meningkat menjadi 46.20 pada tahun 2012. Lain hal nya dengan Indonesia dan Philippines. Indonesia dan Philippines mengalami tingkat globalisasi yang menurun namun pertumbuhan ekonominya tetap meningkat. Pada tahun 2006 Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5.50 persen yang meningkat menjadi sebesar 6.26 persen pada tahun 2012. Kemudian Philippines yang mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5.24 persen yang meningkat menjadi sebesar 6.80 persen pada tahun 2012. Pada rentang tahun 2006-2012, Indonesia mengalami penurunan tingkat globalisasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ketimpangan pendapatan, sedangkan Philippines mengalami penurunan tingkat globalisasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ketimpangan pendapatan.

(20)

4

dengan ketimpangan pendapatan. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan-hubungan tersebut secara lebih spesifik dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu ingin melihat pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di negara-negara berkembang ASEAN. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN?

2. Bagaimana pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN?

3. Bagaimana pengaruh tingkat globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan di ASEAN?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN.

2. Menganalisis pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN.

3. Menganalisis pengaruh tingkat globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan di ASEAN.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam pengambilan kebijakan yang dijalankan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan di ASEAN. Penulis juga mengharapkan penelitian ini dapat berkontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi referensi yang baik untuk penelitian-penelitian lebih lanjut terkait pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan.

Ruang Lingkup Penelitian

(21)

5

2

TINJAUAN PUSTAKA

Globalisasi

Globalisasi adalah proses yang membuat perekonomian berbagai negara semakin menyatu, mendorong perekonomian global, dan semakin mengglobalkan perumusan kebijakan ekonomi. Globalisasi juga merujuk pada timbulnya budaya global yang berarti bahwa masyarakat semakin sering mengonsumsi barang dan jasa yang serupa di banyak negara dan menggunakan bahasa bisnis yang sama. Todaro dan Smith (2006) menyatakan definisi ekonomi dari globalisasi sebagai meningkatnya keterbukaan perekonomian suatu negara terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional dan investasi asing langsung. Dreher (2006) membagi globalisasi pada aspek ekonomi, sosial dan politik. Globalisasi pada aspek ekonomi atau globalisasi ekonomi adalah istilah yang digunakan sebagai peningkatan internasionalisasi dari pasar barang dan jasa, sistem keuangan, perusahaan dan industri. Globalisasi budaya dianggap sebagai konvergensi dari budaya antar negara. Kemudian globalisasi politik merupakan konvergensi dari sistem politik.

Menurut Mutascu dan Fleischer (2011) globalisasi menghasilkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari globalisasi seperti peningkatan pendapatan nasional melalui keunggulan komparatif, jalan masuk terhadap global capital, penyebaran teknologi, penyebaran human rights dan peningkatan kesempatan yang lebih terbuka lebar untuk masyarakat. Sedangkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh globalisasi adalah melemahnya posisi dari negara yang kekurangan skill atau capital, perdagangan internasional tidak dapat dikelola oleh negara miskin, eksploitasi pekerja di negara miskin, resiko pasar modal global yang tidakstabil, melemahnya stabilitas budaya nasional, autonomi perekonomian nasional dirusak oleh keterbukaan pasar modal dan flexible exchange rates, dan negara yang lebih “lemah” harus menerima kebijakan yang dibuat negara yang lebih kaya.

(22)

6

komponen utama. Prosedur yang sama digunakan pada masing-masing sub-indeks untuk menentukan indeks globalisasi secara keseluruhan.

Tabel 2 Indeks globalisasi KOF menurut ETH Zurich

Indikator Kontribusi (%) Sub Indikator Kontribusi (%) Variabel Bobot (%)

G

Aliran Aktual 50 Total perdagangan 22

Foreign Direct Invesment 27

50 Hambatan impor tersembuyi 24

Tingkat tarif rata-rata 28

Transfer (persen dari GDP) 3

Pariwisata internasional 26

Populasi warga negara asing 21

Surat internasional (per

kapita) 25

Aliran informasi

35 Penggunaan internet ( per

1000 orang) 36

Televisi (per 1000 orang) 38

Perdagangan koran (persen

(23)

7

freedom indeks). Tahun 2000 digunakan sebagai tahun dasar. Bobot kemudian ditentukan dari nilai yang memaksimalkan variasi komponen utama tersebut. Oleh karena itu, indeks terdiri dari variasi yang maksimal. Indeks yang digunakan pada tahun dasar kemudian digunakan untuk menghitung indeks setiap tahun kebelakang sampai pada tahun 1970. Globalisasi pada aspek politik, sosial dan politik telah meningkat tajam semenjak tahun 1970, terutama semenjak perang dingin terakhir (Dreher 2006). Masing-masing indeks ditetapkan pada bobot yang berbeda yaitu globalisasi ekonomi sebesar 36 persen, globalisasi sosial sebesar 38 persen dan globalisasi politik sebesar 26 persen. Ketersediaan indeks untuk 207 negara pada tahun 1970 sampai dengan tahun 2012 memungkinkan perbandingan empiris perkembangan globalisasi selama periode tersebut.

Globalisasi ekonomi mempunyai dua dimensi yang pertama yaitu aliran ekonomi aktual yang sering digunakan sebagai ukuran dari globalisasi. Kedua adalah hambatan perdagangan dan modal. Aliran aktual terdiri dari data perdagangan, FDI dan investasi portofolio. Data-data tersebut berasal dari World Bank dan UNCTAD STAT. Investasi portofolio didapat dari IMF’s International

Financial Statictics. Secara khusus, perdagangan adalah jumlah dari ekspor dan impor suatu negara dan investasi portofolio adalah jumlah dari aktiva dan kewajiban dari suatu negara. Income payment to foreign nationals digunakan sebagai proksi untuk menunjukkan tingkat suatu negara menggunakan modal dan tenaga kerja asing pada proses produksinya.

Indeks kedua adalah hambatan pada perdagangan dan modal yang terdiri dari hambatan impor tersebunyi, tingkat tarif rata-rata, pajak pada perdagangan internasional dan indeks dari capital controls. Pada tingkat perdagangan tertentu, sebuah negara dengan pendapatan yang lebih tinggi dari tarif perdagangan, menandakan bahwa negara tersebut memiliki tingkat globalisasi yang lebih rendah. Dalam menentukan besarnya proksi dari capital account dan tingkat tarif rata-rata digunakan berdasarkan data yang dibangun oleh Gwartney et al. (2015). Indeks ini berdasarkan IMF’s Annual Report on Exchange Arrangements and Exchange Restrictions dan meliputi 13 tipe capital control yang berbeda. Sumber data dari hambatan impor tersembunyi berasal dari World Economic Forum’s Global

Competitiveness Report.

(24)

8

argumen bahwa globalisasi budaya lebih mengarah kepada dominasi dari produk budaya Amerika Serikat, karena Amerika Serikat merupakan trend setter dari berbagai sosial-budaya global. Oleh karena itu digunakan data dari jumlah cabang McDonald yang terletak di berbagai belahan dunia, dengan maksud yang serupa juga digunakan data jumlah cabang Ikea di berbagai negara. Globalisasi politik terdiri dari banyaknya duta besar dalam suatu negara, keanggotaan dalam organisasi internasional, partisipasi dalam misi Dewan Keamanan PBB dan jumlah perjanjian internasional yang ditandatangi oleh satu atau lebih negara semenjak tahun 1945. Data yang digunakan untuk membangun indeks berasal dari

Europa Worlds Yearbook, CIA World Factbook, UN Department of Peacekeeping Operations dan United Nations Treaties Collection.

Globalisasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Produk domestik bruto (gross domestic product, GDP) menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Oleh karena itu untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para ekonom menggunakan data GDP yang mengukur pendapatan total setiap orang dalam perekonomian (Mankiw 2007).

Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) merupakan teori pertumbuhan yang menolak asumsi model Solow tentang perubahan teknologi yang berasal dari luar (eksogen). Secara sederhana model pertumbuhan endogen yang dikemukakan oleh Romer dapat ditulis sebagai berikut:

Y=AK α+β L1-α (2.1) Asumsi dasar dari teori pertumbuhan endogen adalah bahwa pengetahuan baru akan menciptakan kemajuan teknologi dan produksi ekonomi yang meningkat sedikit demi sedikit melalui upaya perusahan/individual untuk menciptakan mesin dan pabrik yang lebih efisien dalam kegiatan investasi mereka. Pertambahan human capital adalah salah satu cara untuk mempertahankan proses pertumbuhan. Bahkan, jika sebuah negara tidak dapat meningkatkan ketersediaan tenaga kerja selamanya, negara tersebut dapat meningkatkan kualitas dari tenaga

kerja. Kualitas tersebut mengarah pada “human capital” dengan menggabungkan

pendidikan, pengalaman serta kesehatan.

Sehubungan dengan globalisasi yang salah satunya dicirikan dengan adanya keterbukaan perdagangan, teori pertumbuhan menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Pada model tradisional perdagangan internasional, keterbukaan perdagangan pada kondisi autarki meningkatkan nilai dari total produksi dalam perekonomian. Oleh karena itu keterbukaan meningkatkan efisiensi alokasi ekonomi. Pada model Ricardian, dengan perdagangan yang semakin terbuka, negara yang berspesialisasi pada produksi barang akan mempunyai keuntungan produktivitas tenaga kerja dibandingkan dengan negara lain yang tidak mempunyai spesialisasi, karena negara tersebut memproduksi barang dengan lebih mudah, namun sulit bagi negara lain. Pada model Hecksher Ohlin, negara mengeskpor barang yang menggunakan faktor “abundant” mereka

(25)

9 sumber daya ke arah sektor yang memanfaatkan faktor berlimpah, dengan demikian nilai total produksi meningkat (Deluna dan Chelly, 2014).

Penelitian ini menggunakan variabel GDP per kapita sebagai pendekatan pertumbuhan ekonomi. Pengukuran kualitas pendidikan digunakan sebagai indikator dari tenaga kerja atau human capital serta kesiapan teknologi dan infrastruktur digunakan sebagai indikator dari kemajuan teknologi. Human capital

dan kemajuan teknologi diturunkan dari teori pertumbuhan endogen. Infrastruktur yang efisien sangat penting dalam keefektifan suatu perekonomian. Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan wilayah dari beberapa kegiatan perekonomian dan beberapa sektor potensial yang dapat dikembangkan. Infrastuktur yang maju dapat mengurangi jarak antar wilayah, mengintegrasikan pasar nasional dan menghubungkan pasar antara negara dan benua dengan harga pasar yang rendah. Selain itu, kualitas dan perkembangan yang luas dari jaringan infrastruktur secara signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan pendapatan serta kemiskinan dengan berbagai cara.

Penelitian ini menggunakan variabel penjelas lain yang diduga memengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti tingkat inflasi dan pengeluaran. Variabel-variabel tersebut dapat diturunkan dari hubungan aggregate supply (sisi penawaran) maupun aggregate demand (sisi permintaan). Hubungan aggregate supply (AS) menunjukkan dampak dari output terhadap tingkat harga yang diturunkan dari upah dan harga. Hubungan AS mempunyai dua implikasi penting. Implikasi pertama dari hubungan AS adalah kenaikan pada output akan mendorong kenaikan pada tingkat harga, yang berasal dari tahap-tahap yaitu (1) kenaikan pada ouput akan meningkatkan tenaga kerja (employment), (2) kenaikan pada tenaga kerja akan mengurangi pengangguran dan mengurangi tingkat pengangguran, (3) tingkat pengangguran yang lebih rendah akan mendorong peningkatan pada upah nominal, (4) peningkatan upah nominal akan mendorong peningkatan harga yang ditentukan oleh perusahaan, oleh karena itu akan terjadi kenaikan pada tingkat harga. Implikasi kedua dari kurva AS adalah peningkatan pada tingkat harga yang diharapkan (expected price level) akan mendorong peningkatan pada tingkat harga aktual (actual price level).

(26)

10

Hubungan antara tingkat harga P, dan output Y pada tingkat harga yang diharapkan Pe digambarkan melalui kurva AS. Kurva AS menggambarkan hubungan yang positif antara tingkat output dan tingkat harga. Peningkatan tingkat harga yang diharapkan akan menggeser kurva AS keatas, sedangkan penurunan tingkat harga yang diharapkan akan menggeser kurva AS kebawah. Hubungan AS dapat dirumuskan melalui persamaan berikut:

P=Pe (1+µ)F (1- Y/L, z) (2.2)

Hubungan aggregate demand (AD) menunjukkan dampak dari tingkat harga terhadap output. Hal ini diturunkan dari kondisi keseimbangan antara pasar barang dan pasar keuangan. Keseimbangan pada pasar barang terjadi ketika ouput sama dengan permintaan untuk barang yaitu jumlah dari konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah yang dapat disebut dengan hubungan IS. Keseimbangan pada pada barang dapat digambarkan melalui persamaan:

Y= C (Y-T) + I (Y,i) + G (2.3) Keseimbangan pada pasar keuangan terjadi ketika money supply sama dengan money demand. Keseimbangan pasar keuangan ditujukkan melaui persamaan:

M/P = Y, L (i) (2.4)

Hubungan antara tingkat harga dan tingkat output dapat digambarkan dengan hubungan IS dan LM. Kurva AD yang berbentuk meningkat dari kanan bawah ke kiri atas menunjukkan hubungan yang negatif antara tingkat output dan tingkat harga dimana ketika terjadi kenaikan tingkat harga akan mengurangi tingkat output. Perubahan pada kebijakan fiskal dan moneter akan menggeser kurva AD, contohnya dengan peningkatan pengeluaran pemerintah akan menggeser kuva AD ke kanan atau dengan penurunan uang nominal akan menggeser kurva AD ke kiri. Pada kurva AD digambarkan output Y sebagai fungsi yang meningkat dari real money stock M/P dan pengeluaran pemerintah serta fungsi yang menurun dari pajak T. Pada kebijakan fiskal dan moneter (pada M, G, T yang diberikan), kenaikan dari tingkat harga akan mengurangi real money stock M/P yang akan mendorong penurunan ouput. Hubungan AD dapat dirumuskan melalui persamaan berikut:

Y= Y (M/P, G, T) (2.5)

(27)

11 komponen utama dari GDP selain konsumsi, investasi dan ekspor neto. Pengeluaran pemerintah dapat berupa pembelian senjata, pembayaran pegawai pemerintah, pembangunan gedung-gedung dan fasilitas publik, dan lain sebagainya. Ketika pemerintah mengubah pengeluarannya, perubahan tersebut akan memengaruhi permintaan terhadap output barang dan jasa perekonomian.

Globalisasi dan Ketimpangan Pendapatan

Ketimpangan pendapatan menggambarkan ketimpangan pendapatan masyarakat di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Semakin rendah share

pendapatan dari tingkat pendapatan yang tinggi dan semakin tinggi share

pendapatan dari tingkat pendapatan yang rendah, maka semakin merata ketimpangan pendapatan. Hayami (2001) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab dari peningkatan ketimpangan pendapatan pada perekonomian yang sedang berkembang di tahap awal dari pembangunan ekonomi. Faktor penyebab peningkatan ketimpangan pendapatan antara lain peningkatan pada share faktor produksi seperti modal, struktur ekonomi ganda, perbedaan pendapatan dari pertanian dan non pertanian, redistribusi dari pendapatan dan aset-aset seperti pajak progresif, pajak warisan serta sistem keamanan sosial. Menurut Todaro dan Smith (2006) ketimpangan dapat menyebabkan beberapa hal, antara lain:

1. Inefisiensi ekonomi. Ketimpangan pendapatan yang tinggi akan menyebabkan tingkat tabungan secara keseluruhan di dalam perekonomian cenderung rendah, karena tingkat tabungan marjinal tertinggi biasanya berada pada kelas menengah.

2. Ketimpangan yang tinggi juga menyebabkan alokasi aset yang tidak efisien yang dapat mengakibatkan pendapatan rata-rata dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.

3. Ketika ketimpangan terjadi di antara penduduk yang berada di atas garis kemiskinan, ketimpangan pendapatan yang ekstrem akan melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas. Ketimpangan yang tinggi akan memperkuat kekuatan politis golongan kaya selain kekuatan tawar-menawar ekonomi mereka. Akhirnya, ketimpangan pendapatan yang ekstrem umumnya dipandang sebagai ketidakadilan.

Ketimpangan pendapatan juga berhubungan dengan fungsi kesejahteraan. Todaro dan Smith (2006) menyatakan fungsi kesejahteraan yaitu:

W = W(Y, I, P) (2.6)

dimana Y adalah pendapatan per kapita dan berhubungan positif dengan fungsi kesejahteraan, I adalah ketimpangan dan berhubungan negatif dan P adalah kemiskinan absolut yang juga berhubungan negatif. Ketiga elemen tersebut perlu dipertimbangankan untuk mendapatkan penilaian menyeluruh terhadap ketimpangan di negara berkembang.

(28)

12

tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi seragam yang mewakili persentase kumulatif penduduk.

Globalisasi salah satunya dicirikan dengan peningkatan perdagangan internasional. Perdagangan internasional seringkali menimbulkan berbagai pengaruh yang kuat terhadap pola ketimpangan pendapatan di dalam suatu negara, sehingga perdagangan internasional seringkali memunculkan pihak-pihak yang dirugikan dan pihak-pihak yang diuntungkan. Dampak perdagangan internasional terhadap pola ketimpangan pendapatan timbul karena faktor-faktor produksi tidak dapat berpindah dengan cepat dan murah dari satu sektor ke sektor ekonomi lainnya dan perubahan-perubahan dalam keragaman output mempunyai dampak yang berbeda terhadap tingkat permintaan atas berbagai faktor produksi.

Pandangan terkait tentang perdagangan internasional salah satunya Krugman dan Obstfeld (2004) yang menyatakan kesimpulan umum tentang dampak perdagangan internasional terhadap pola distribusi perdagangan adalah para pemilik faktor-faktor produksi yang melimpah di suatu negara akan memperoleh keuntungan dari adanya hubungan perdagangan, namun para pemilik faktor-faktor produksi yang langka di suatu negara sebaliknya akan mengalami kerugian dari terselenggarakannya perdagangan. Pandangan Stopler-Samuelson menyatakan bahwa pengembalian dari tenaga kerja cenderung meningkat dengan liberalisasi perdagangan di negara-negara berkembang yang mempunyai kelimpahan tenaga kerja. Menurut argumen Stopler-Samuelson, perdagangan terhadap GDP akan meningkatkan ketimpangan pendapatan jika negara adalah dengan berkelimpahan modal, dan akan mengurangi ketimpangan pendapatan jika negara berkelimpahan tenaga kerja (Wang et al. 2008; Asteriou et al. 2013).

(29)

13 Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Hubungan dampak ketimpangan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi terbagi menjadi pendekatan klasik dan modern. Pendekatan klasik menekankan ketimpangan pendapatan akan meningkatkan pertumbuhan, sedangkan pendekatan modern menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan mengurangi pertumbuhan melalui berbagai kondisi. Kondisi tersebut contohnya berupa difusi dari ketidakstablikan sosial dan politik yang menyebabkan ketidakpastian dan rendahnya investasi serta biaya transaksi yang tinggi. Hipotesis Kuznets menyatakan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan berupa kurva-U terbalik (Nissanke dan Thorbecke, 2010).

Hipotesis Kuznets menyatakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap selanjutnya ketimpangan pendapatan akan membaik. Kurva Kuznets membentuk sebuah hubungan kurva U-terbalik antara ketimpangan dan pendapatan per kapita. Ketimpangan meluas selama tingkat awal pembangunan ekonomi, kemudian stabil dan akhirnya menurun pada tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi. Penjelasan utama yang dikemukakan Kuznets adalah pergeseran dari sektor pertanian kepada sektor industri, yang kemudian dicirikan dengan pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dan ketimpangan yang lebih tinggi dari sebelumnya (Hoeller et al. 2014).

Kurva Kuznets dapat dihasilkan oleh proses pertumbuhan berkesinambungan yang berasal dari perluasan sektor modern, seiring dengan perkembangan sebuah negara dari perekonomian tradisonal ke perekonomian modern. Imbalan yang diperoleh dari investasi di sektor pendidikan mungkin akan meningkat terlebih dahulu, karena sektor modern yang muncul memerlukan tenaga kerja terampil, namun imbalan ini akan menurun karena penawaran tenaga kerja terdidik akan meningkat dan penawaran tenaga kerja tidak terdidik akan menurun. Secara prinsip hipotesis Kuznets konsisten dengan proses bertahap dalam pembangunan ekonomi. Beberapa ekonom pembangunan berpendapat bahwa tahapan peningkatan dan kemudian penurunan ketimpangan pendapatan yang dikemukakan Kuznets tidak dapat dihindari (Todaro dan Smith, 2006).

Gambar 2 Kurva Kuznets

Koe

fisien G

ini

(30)

14

Tinjauan Empiris Globalisasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Terdapat beberapa penelitian yang melihat dampak dari globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa penelitian tersebut menggunakan ukuran globalisasi yang berbeda-beda. Umunya penelitian yang dilakukan Dreher (2006), Zhuang dan Koo (2007), Rao dan Vadlamannti (2009), Kakar et al. (2011), Pelegrinova dan Lancy (2013) serta Deluna dan Chelly (2014) menemukan bahwa globalisasi mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tabel 3 menunjukkan ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu terkait hubungan globalisasi dengan pertumbuhan ekonomi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan analisis wilayah yang lebih spesifik dari penelitian yang dilakukan Dreher (2006) yaitu negara-negara ASEAN dengan tahun analisis terbaru yaitu tahun 2006-2012 dengan metode yang berbeda yaitu panel data statis. Penelitian Ying et al. (2014) juga menggunakan indeks globalisasi KOF dalam melihat dampak globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi ASEAN tahun 1970-2008, namun penelitian ini menggunakan tahun terbaru dengan metode yang berbeda dan juga menggunakan variabel penjelas lain selain globalisasi ekonomi, sosial dan politik. Variabel-variabel penjelas yang digunakan terdiri dari tingkat inflasi, kualitas infrastruktur, kesiapan teknologi, kualitas pendidikan dan pengeluaran pemerintah.

Tabel 3 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan pertumbuhan ekonomi

Peneliti Metode Data dan Variabel Hasil

Dreher (2006) GMM Menggunakan 123 negara

pada tahun 1970-2000. sosial dan politik. Variabel

penjelas yang digunakan

adalah GDP per kapita tahun

sebelumnya, secondary

school enrollment dan angka harapan hidup.

(31)

15 Lanjutan Tabel 3 Tinjauan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan

pertumbuhan ekonomi

Peneliti Metode Data dan Variabel Hasil

Zuang dan FDI, portofolio capital flow dan perdagangan. Variabel

ECM Globalisasi diukur oleh

(32)

16

Globalisasi dan Ketimpangan Pendapatan

Penelitian mengenai pengaruh globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan telah banyak dilakukan di berbagai negara. Penelitian-penelitian tersebut menujukkan bahwa dampak globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Tabel 4 menunjukkan ringkasan penelitian yang dilakukan oleh Bergh dan Nilsson (2010), Dreher dan Gastion (2008), Asteriou et al. (2013), Atif et al. (2012) dan Mah (2013) serta Wang et al. (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis pengaruh tingkat globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan dengan tahun terbaru dan wilayah yang berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Bergh dan Nilsson (2010) serta Dreher dan Gastion (2008). Penelitian ini juga menggunakan variabel GDP per kapita dan kuadratnya untuk membuktikan teori kurva U-terbalik Kuznets. Penelitian ini juga menggunakan variabel penjelas lain seperti kualitas pendidikan, angka harapan hidup dan ketenagakerjaan.

Tabel 4 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan ketimpangan pendapatan

Peneliti Metode Variabel Hasil

Bergh dan Nilsson (2010)

GMM Indeks Gini. Globalisasi diukur

melalui indeks globalisasi KOF

dan economic freedom of the dihitung dengan indeks Gini.

(33)

17

Lanjutan Tabel 4 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan ketimpangan pendapatan

Peneliti Metode Variabel Hasil

Atif et al.

Variabel penjelas lainnya yang digunakan adalah indeks tingkat

Globalisasi dapat dilihat dari tiga aspek penting yaitu globalisasi dari sisi ekonomi, sosial dan politik. Globalisasi pada saat sekarang ini semakin berkembang dan terus dilaksanakan oleh berbagai negara di dunia. Hal ini tidak terlepas dari dampak positif globalisasi terhadap peningkatan pendapatan dari negara-negara di dunia selama beberapa dekade terakhir. Pembentukan kawasan integrasi ekonomi ASEAN merupakan salah satu bentuk atau proses pelaksanaan globalisasi. Melalui pembentukan ASEAN diharapkan negara-negara anggota dapat meningkatkan kinerja ekonomi dan pembangunan negara masing-masing dan antar negara ASEAN. Beberapa indikator pencapaian kinerja ekonomi tersebut adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan. Namun data membuktikan bahwa peningkatan globalisasi ternyata tidak selalu diikuti oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan. Terdapat beberapa negara ASEAN yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan selama globalisasi berlangsung. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah globalisasi yang dilaksanakan benar-benar berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada peningkatan pemerataan pendapatan.

(34)

18

(infrastruktur dan kesiapan teknologi) serta hubungan kurva AS-AD menunjukkan bahwa ouput dapat dipengaruhi oleh tingkat harga (inflasi) dan belanja pemerintah (G). Selain itu juga terdapat beberapa variabel yang diduga memengaruhi ketimpangan pendapatan dimana teori kurva U-terbalik Kusnets menyatak terhadap hubungan antara tingkat pendapatan dan ketimpangan pendapatan, variabel-variabel human capital seperti tingkat pendidikan, angka harapan hidup, dan ketenagakerjaan juga diduga berpengaruh terhadap peningkatan pemerataan pendapatan. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.

(35)

19

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan tinjuan empiris, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Tingkat globalisasi secara keseluruhan dan tingkat globalisasi ekonomi, sosial serta politik memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Tingkat inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Kualitas infrastruktur, kesiapan teknologi, kualitas pendidikan dan pengeluaran

pemerintah memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Tingkat globalisasi secara keseluruhan dan tingkat globalisasi ekonomi, sosial

serta politik mempunyai pengaruh yang negatif terhadap ketimpangan pendapatan.

5. GDP per kapita memiliki pengaruh yang positif terhadap ketimpangan pendapatan sedangkan GDP per kapita kuadrat memiliki pengaruh yang negatif terhadap ketimpangan pendapatan.

(36)

20

3

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut berupa data panel dengan periode tahun 2006-2012 pada enam negara di ASEAN. Penelitian ini ingin melihat pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN khususnya negara-negara ASEAN yang tidak termasuk dalam klasifikasi negara dengan pembangunan manusia yang sangat tinggi (very high human development), yaitu negara-negara ASEAN yang berada pada tingkat pembangunan manusia yang tinggi (high human development) sampai negara dengan pembangunan manusia yang sedang (medium human development) berdasarkan klasifikasi UNDP (United Nations Development Programme). Oleh karena itu negara-negara ASEAN yang termasuk dalam klasifikasi tersebut dan digunakan dalam penelitian terdiri dari Negara Cambodia, Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand dan Vietnam. Negara Myanmar dan Laos tidak disertakan dalam penelitian karena keterbatasan pada ketersediaan data, kemudian Singapore dan Brunei Darussalam tidak disertakan dalam penelitian karena negara-negara tersebut termasuk dalam klasifikasi negara dengan high human development.

Penggunaan negara-negara berkembang ASEAN tersebut juga didasarkan pada South-South Cooperation. South-South Cooperation adalah kerjasama antar negara berkembang khususnya yang berada di wilayah Selatan dunia dalam hal politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Kerjasama ini melibatkan dua atau lebih negara berkembang, dapat juga berupa kerjasama bilateral, regional, subregional atau inter-regional. Harapannya dengan menggunakan negara-negara ASEAN tersebut dapat menduga pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan khususnya di negara berkembang.

Data yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber seperti World Bank, World Economic Forum dan ETH Zurich. Data lainnya diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal dan artikel baik berupa media cetak maupun media elektronik. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

Microsoft Office Excel 2013 dan Eviews 6. Variabel dan data yang digunakan pada analisis ini secara rinci disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Data dan sumber data

Data Variabel Satuan Sumber

GDP per kapita GDPC US Dollar World Bank

Indeks Gini GINI Indeks World Bank

Indeks KOF KOF Indeks ETH Zurich

Tingkat inflasi INFL Persen World Bank

Kualitas Infrastruktur INFR Indeks WEF

Kesiapan teknologi TECH Indeks WEF

Kualitas Pendidikan EDU Indeks WEF

Pengeluaran pemerintah GOV Persen World Bank

Ketenagakerjaan EMPLOY Persen World Bank

(37)

21

Definisi Operasional Variabel: 1. Pertumbuhan Ekonomi

Variabel pertumbuhan ekonomi didekati dengan perubahan Gross Domestic

Product (GDP) per kapita. GDP per kapita adalah produk domestik bruto dibagi dengan penduduk pada pertengahan tahun. Satuan variabel ini adalah US Dollar.

2. Ketimpangan Pendapatan

Variabel ketimpangan pendapatan didekati dengan indeks Gini. Nilai indeks Gini yang digunakan menggunakan skala antara 0 sampai 100. Nilai indeks Gini yang semakin besar menunjukkan ketimpangan pendapatan yang semakin tinggi.

3. Tingkat globalisasi

Tingkat globalisasi didekati dengan indeks globalisasi KOF. Indeks globalisasi KOF terdiri dari globalisasi ekonomi, sosial dan politik. Indeks globalisasi KOF bernilai dari 0 sampai 100. Nilai indeks globalisasi KOF yang semakin besar menunjukkan tingkat globalisasi yang semakin tinggi.

4. Tingkat inflasi

Inflasi mencermikan persentase tahunan perubahan biaya rata-rata konsumen untuk memperoleh barang dan jasa. Satuan variabel ini adalah persen.

5. Kualitas Infrastruktur

Kualitas infrastruktur didekati dengan indeks infrastruktur dari Global Competitiveness Report. Indeks infrastuktur bernilai dari 1 sampai 7. Nilai indeks kualitas infrastruktur yang semakin tinggi menunjukkan kualitas infrastruktur yang semakin baik.

6. Teknologi

Teknologi didekati dengan indeks kesiapan teknologi (technological readiness) yang diperoleh dari Global Competitiveness Report. Indeks infrastruktur bernilai dari 1 sampai 7. Nilai indeks kesiapan teknologi yang tinggi menunjukkan kesiapan teknologi yang semakin baik.

7. Pendidikan

Pendidikan didekati dengan indeks kualitas pendidikan yang diperoleh dari

Global Competitiveness Report. Indeks pendidikan bernilai dari 1 sampai 7. Nilai indeks yang lebih tinggi menunjukkan kualitas pendidikan yang semakin baik.

8. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah didekati dengan pengeluaran akhir pemerintah (persentase terhadap GDP). Pengeluaran pemerintah meliputi keseluruhan pengeluaran pemerintah terhadap barang dan jasa. Satuan dari variabel ini adalah persen.

9. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan didekati dengan rasio tenaga kerja setiap tahun terhadap penduduk total suatu negara. Populasi dengan umur diatas umur 15 tahun umunya dianggap sebagai penduduk usia kerja. Satuan dari variabel ini adalah persen.

10. Angka harapan hidup

(38)

22

Metode Analisis Data Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN. Perkembangan tingkat globalisasi dilihat dari nilai indeks globalisasi KOF. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertumbuhan GDP per kapita suatu negara. Ketimpangan pendapatan dijelaskan melalui indeks Gini.

Analisis Panel Data Statis

Terdapat tiga jenis data yang tersedia untuk analisis secara empirik yaitu data time series, cross-section dan pooled (kombinasi dari data time series dan

cross-section). Data time series adalah jenis data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Data cross-section merupakan data yang dikumpulkan dalam satu waktu pada banyak individu sepeti data sensus populasi yang diambil setiap sepuluh tahun. Pooled data atau data panel merupakan gabungan dari data time series dan cross-section. Baltagi (2005) mengemukakan kelebihan data panel antara lain:

1. Karena data panel berhubungan dengan individual, perusahaan, negara dan sebagainya sepanjang waktu, pasti terdapat heterogenitas pada unit-unit tersebut. Dengan metode panel data, estimasi yang dilakukan dapat secara eksplisit memasukan unsur heterogenitas individu.

2. Dengan menggabungkan observasi data time series dan cross-section, data panel memberikan data yang lebih informatif, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat bebas (degree of freedom) dan lebih efisien. 3. Dengan mempelajari pengulangan cross-section dari observasi, panel data

lebih sesuai untuk mempelajari dynamic of adjusment.

4. Panel data dapat lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur dampak dari hal-hal yang tidak dapat diobservasi pada data pure cross-section atau pure time series.

Terdapat tiga teknik untuk mengestimasi parameter model dengan data panel yaitu pooled least square, metode efek tetap atau fixed effect dan metode efek acak atau random effect.

1. Model pooled least square

Metode ini merupakan pengombinasian sederhana dari data time series dan

cross section. Estimasi model pooled least square dapat diuraikan ke dalam model berikut:

Yit= α + Xit+ it (3.1)

Asumsi yang digunakan pada metode ini terbatas karena mengasumsikan intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap i (data cross section) yang diobservasi. Hal ini dapat menyebabkan variabel yang diabaikan mengubah intersep time series dan cross section.

2. Model fixed effect

Keterbatasan yang ada pada model pooled least square dapat diatasi dengan memasukan peubah dummy untuk memungkinkan perbedaan intersep α.

(39)

23 Yit= α+ Xit + W2t + ⋯+ NWNT + 2Zi2 + 3Zi3 + ⋯+ 2Zi2 + it (3.2)

Koefisien dari variabel dummy akan mengukur perubahan intersep cross section dan time series. Namun model ini memiliki beberapa kekurangan seperti penggunaan dummy tidak langsung mengidentifikas apa yang menyebabkan pergeseran garis regresi sepanjang waktu dan antar daerah. Kedua teknik dummy mengurangi derajat bebas (Juanda 2009).

3. Model random effect

Model random effect mengasumsikan tidak ada korelasi antara efek individu dan regresor. Model ini memiliki dua komponen residual, yaitu residual secara menyeluruh dan residual secara individu. Model random effect dapat dijabarkan sebagai berikut:

Yit= α + Xit+ it (3.3) it = ui + vt + wit (3.4)

Formulasi model random effect didapat dari model fixed effect dengan mengasumsikan efek rata-rata dari variabel time-series dan cross section yang acak termasuk dalam intersep dan deviasi acak dari rataanya sama dengan masing-masing komponen galat dan .

Spesifikasi Model

Dugaan persamaan untuk menguji pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi ditunjukkan pada persamaan (3.5) dan persamaan (3.6). Dalam merumuskan dugaan persamaan tersebut mengadopsi Dreher (2006) yang dimodifikasi dan dilakukan penambahan beberapa variabel penjelas terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dugaan persamaan untuk menguji pengaruh tingkat globalisasi terhadap ketimpangan pendapatan ditunjukkan melalui persamaan (3.7) dan persamaan (3.8). Dugaan persamaan tersebut mengadopsi penelitian Bergh dan Nilsson (2010) serta Dreher dan Gastion (2008) yang telah dimodifikasi dan dilakukan penambahan beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan. Dugaan persamaan-persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

lnGDPCit = α0 + α1KOFit + α2INFLit + α3INFRit + α4EDUit + α5TECHit +

α6GOVit+eit (3.5)

lnGDPCit = 0 + 1KOF1it + 2KOF2it + 3KOF3it + 4INFLit + 5INFRit + 6EDUit + 7TECHit + 8GOVit + eit (3.6)

GINIit = 0 + 1KOFit + 2GDPCit + 3GDPCQit + 4EMPLOYit + 5EXPLIFEit

+ 6EDUit + eit (3.7)

GINIit = φ0 + φ1KOF1it + φ2KOF2it + φ3KOF3it + φ4GDPCit + φ5GDPCQit + φ6EMPLOYit + φ7EXPLIFEit + φ8EDUit + eit (3.8)

Keterangan:

Persamaan (3.5) dan (3.6) = Dugaan persamaan pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi

(40)

24

KOFit = Tingkat globalisasi secara keseluruhan (indeks)

KOF1it = Tingkat globalisasi ekonomi (indeks)

KOF2it = Tingkat globalisasi sosial (indeks)

KOF3it = Tingkat globalisasi politik (indeks)

GDPCit = GDP per kapita (US dollar)

GDPCQit = GDP per kapita kuadratik (US dollar)

INFLit = Tingkat inflasi (persen)

INFRit = Kualitas infrastruktur (indeks)

TECHit = Kesiapan teknologi (indeks)

EDUit = Kualitas pendidikan (indeks)

GOVit = Pengeluaran pemerintah terhadap GDP (persen)

GINIit = Ketimpangan pendapatan (persen)

EMPLOYit = Ketenagakerjaan (persen)

EXPLIFEit = Angka harapan hidup (tahun)

eit = error term

α0, 0, 0, φ0 = intersep

αn, n, n, φn = koefisien parameter yang diestimasi (n= 1,….8)

Uji Pemilihan Model

Terdapat beberapa pengujian statistik untuk menganalisis model panel data yang paling tepat dan sesuai di antara beberapa pilihan model. Uji pemilihan model pada panel data dapat dilakukan dengan chow test dan hausman test.

1. Chow test

Chow test adalah pengujian yang digunakan untuk memilih apakah model pooled least square atau fixed effect untuk digunakan. Hipotesisnya adalah sebagai dalam memilih model yang terbaik antara model random effect atau model fixed effect. Hausment test dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0: Model random effect

H1: Model fixed effect

Dasar penolakan H0 menggunakan perbandingan statistik Hausman dengan

chi-Square atau juga bisa dilihat dari nilai p-value nya. Jika p-value lebih kecil dari 5% maka dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih baik dibandingkan dengan model random effect.

Uji Kriteria Ekonometrika

(41)

25 Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang kuat di antara variabel-variabel penjelas. Tidak adanya multikolinearitas adalah salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam model regresi linear klasik. Jika terdapat masalah multikolinearitas sempurna di antara variabel-variabel penjelas, makan estimasi unik dari semua parameter tidak bisa didapatkan sehingga tidak dapat menarik kesimpulan statistik apapun.

Gujarati (2003) menyatakan jika tujuan dari analisis regresi adalah mempredisksi peramalan dan mengestimasi sekelompok koefisien, hal ini dapat dilakukan sejauh kolinearitas yang terjadi merupakan kolinearitas tidak sempurna karena semakin tinggi R2, semakin bagus peramalannya. Multikolinearitas mungkin tidak menyebabkan masalah yang serius ketika terjadi pada saat R2

tinggi dan koefisien dari regresi signifikan secara individual yang ditunjukkan oleh t-value yang lebih tinggi. Multikolineritas tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, kemudian meskipun terdapat kolinearitas, estimator OLS masih mempertahankan sifat BLUE. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi multkolinearitas antara lain mengeluarkan variabel yang terindikasi mempunyai korelasi tinggi dari model, memperoleh data tambahan atau sampel baru serta transformasi variabel.

2. Uji heteroskedastisitas

Asumsi selanjutnya yang harus dipenuhi pada model regresi agar penduga parameter bersifat BLUE (best linear unbiased estimator) adalah var (ui) harus sama dengan σ2 (konstan) atau dengan kata lain, semua residual atau error mempunyai varian yang sama. Heteroskedastisitas menunjukkan varians adalah

��2, yang berarti adanya observasi yang bervariasi ke observasi lain atau varians

tidak sama atau nonkonstan. Jika heteroskedastisitas terjadi, model masih tidak bias namun tidak lagi memiliki varians yang minimum yang artinya tidak lagi efisien. Kemudian rutinitas pengujian hipotesis yang seperti biasa tidak bisa diandalkan karena memungkinkan penarikan kesimpulan yang menyesatkan. Menurut Juanda (2009) salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas salah satunya adanya dengan menggunakan metode kuadrat terkecil tertimbang atau genelized least square (GLS).

3. Uji autokorelasi

(42)

26

Tabel 6 Uji d Durbin- Watson: aturan keputusan

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl Tidak ada autokorelasi positif Tak ada keputusan dl≤ d ≤du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl< d < 4

Setelah pengujian kriteria ekonometrika, dilakukan penilaian model dan variabel secara statistik yang terdiri dari uji F, uji t dan koefisien determinasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Uji Hipotesis

Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Terdapat dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan, yang disebut dengan uji F dan uji t.

a. Uji F digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama. Dengan demikian, secara umum hipotesisnya adalah:

H0 : 1 = 2 =...= k=0

H1 : minimal ada satu k≠0

Jika terdapat nilai F-Hit > F-Tabel atau probabilitas F-statistic < taraf nyata, maka tolak H0 atau dengan kata lain bahwa paling tidak terdapat satu variabel

bebas yang signifikan secara statistik.

b. Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi, termasuk intersep secara individu. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut:

H0: i=0

H1: i ≠0 i=0, 1, β..., k (k adalah koefisien slope)

Jika t- hitung > t-tabel atau nilai probabilitas < taraf nyata α maka tolak H0,

yang berarti variabel bebas secara statistik signifikan atau berpengaruh pada variabel tak bebas.

2. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi menyatakan proporsi atau persentase dari total variasi variabel tak bebas Y yang dijelaskan oleh sebuah variabel penjelas X dalam model. Koefisien determinasi yang dilambangkan dengan R2 dapat menguji

goodness of fit dari estimasi model yang dibuat. Nilai R2 selalu berada di antara 0 dan 1. Semakin besar nilai R2 semakin baik kualitas model, karena semakin dapat menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas. R2 adjusted

memungkinan untuk membandingkan kedua regresi yang mempunyai variabel tak bebas yang sama namun dengan jumlah variabel penjelas yang berbeda. Nilai R2

(43)

27

4

GAMBARAN UMUM ASEAN

ASEAN merupakan akronim dari The Association of Southeast Asian Nations, didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN (Bangkok Declaration) oleh Founding Fathers ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Phillipines, Singapore dan Thailand. Brunei Darussalam kemudian bergabung pada tanggal 7 Januari 1984, Vietnam pada tanggal 28 Juni 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997 dan Cambodia pada tanggal 30 April 1999. Sehubungan dengan kerjasama internasional, tujuan ASEAN yang sejalan dengan bagian dari dampak positif globalisasi adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan budaya, mempromosikan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam hal yang menjadi kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, teknis, ilmiah dan administratif.

Perkembangan Tingkat Globalisasi ASEAN

Globalisasi merupakan proses dari penciptaan jaringan atau koneksi antar pelaku dengan jarak multi-benua, melalui berbagai arus termasuk masyarakat, informasi dan ide, serta barang dan jasa. Globalisasi merupakan suatu konsep dimana batasan nasional suatu negara semakin berkurang, kemudian perekonomian nasional, budaya, teknologi dan pemerintah yang terintegrasi, yang menghasilkan hubungan kompleks yang saling berketergantungan. Indeks globalisasi KOF menggabungkan dimensi ekonomi, sosial dan politik dari globalisasi.

Gambar 4 menunjukkan perkembangan tingkat globalisasi menurut indeks globalisasi KOF di ASEAN pada tahun 2006-2012. Secara umum, sebagian besar negara-negara di ASEAN tersebut mengalami peningkatan tingkat globalisasi. Namun penurunan juga terjadi pada beberapa tahun tertentu dan berbeda pada setiap negara. Cambodia hanya mengalami penurunan tingkat globalisasi pada tahun 2009. Malaysia, Thailand dan Philippines mengalami penurunan tingkat globalisasi pada tahun 2008. Vietnam mengalami penurunan tingkat globalisasi pada tahun 2009. Sedangkan Indonesia mengalami fluktuasi tingkat globalisasi sepanjang tahun 2007 sampai dengan 2011.

Malaysia merupakan negara dengan tingkat globalisasi relatif paling tinggi diantara negara berkembang lainnya di ASEAN yaitu sebesar 79.05 dan diikuti dengan negara Thailand sebesar 71.02 pada tahun 2012. Sedangkan negara Indonesia dan Philippines hanya memiliki tingkat globalisasi pada nilai 57. Kemudian Cambodia dan Vietnam yang berada pada tingkat globalisasi sebesar 49. Menurut Zuang dan Koo (2007), negara dengan tingkat globalisasi tertinggi mengindikasikan bahwa negara tersebut merupakan negara yang paling kompetitif diantara negara lainnya. Oleh karena itu Malaysia dapat dikatakan sebagai negara yang paling kompetitif diantara Cambodia, Indonesia, Philippines, Thailand dan Vietnam.

(44)

28

Serikat pada tahun 2008. Menurut Huwart dan Verdier (2013), krisis keuangan pada tahun 2007-2008 memengaruhi banyak negara dunia secara bersamaan dan menyebabkan krisis ekonomi global. Krisis ini secara serius berdampak pada globalisasi keuangan, dimana pada batas tertentu diperkuat dengan resiko terkait dengan kegiatan perbankan dan pasar finansial berakibat pada ketidakseimbangan keuangan negara.

Sumber: ETH Zurich 2015, diolah

Gambar 4 Perkembangan tingkat globalisasi KOF di ASEAN tahun 2006-2012 Globalisasi menurut indeks KOF terdiri dari globalisasi ekonomi, globalisasi sosial dan globalisasi politik. Gambar 5 menunjukkan perkembangan ketiga aspek globalisasi tersebut di ASEAN pada tahun 2006-2012. Berdasarkan Gambar 5, setiap negara ASEAN memiliki tingkat globalisasi ekonomi, sosial dan politik yang beragam. Indonesia memiliki tingkat globalisasi politik yang relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat globalisasi ekonomi dan sosial yakni mencapai nilai 87.57 pada tahun 2012. Hal ini dapat dikarenakan peran aktif Indonesia dalam hubungan politik internasional. Perjanjian dan keanggotan Indonesia dalam organisasi internasional lebih banyak dibandingkan dengan negara-negara berkembang ASEAN lainnya, contohnya Indonesia pada tahun 1989 telah bergabung dalam Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) bersama dengan Malaysia, Thailand, Phillipines, Singapore dan Brunei Darussalam. Pada tahun 1962 Indonesia sudah bergabung dengan organisasi negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia yaitu Organization of the Pertoleum Exporting Countries (OPEC) meskipun Indonesia telah melepas keanggotaannya dari OPEC pada tahun 2009. Indonesia juga memiliki keanggotaan pada Organization Of The Islamic Cooperation bersama Malaysia yang tidak dimiliki oleh negara ASEAN lainnya.

Namun, Indonesia mengalami penurunan tingkat globalisasi ekonomi selama periode analisis. Pada tahun 2006 tingkat globalisasi ekonomi mencapai 66.50 yang terus menurun hingga mencapai 59.65 pada tahun 2012. Tingkat globalisasi sosial Indonesia juga relatif rendah karena hanya mencapai 34.35 pada tahun 2012. Malaysia yang memiliki indeks globalisasi relatif paling tinggi diantara negara berkembang lainnya dan juga memiliki nilai indeks globalisasi ekonomi, sosial dan politik yang relatif tinggi. Tingkat globalisasi ekonomi dan globalisasi politik negara Malaysia mengalami peningkatan selama tahun analisis dimana mencapai 80.30 dan 83.69 pada tahun 2012. Kemudian meskipun tingkat globalisasi menurun selama tahun 2006-2012, namun masih berada pada tingkat

(45)

Gambar

Tabel 1 Perkembangan tingkat globalisasi, pertumbuhan GDP dan indeks Gini di
Tabel 2 Indeks globalisasi KOF menurut ETH Zurich
Gambar 1 Kurva keseimbangan AS dan AD
Tabel 3 Tinjuan empiris terkait hubungan antara globalisasi dan pertumbuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi diharapkan akan mampu mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan di Kota Metro pada tahun 2004- 2011, maka atas dasar itulah, penulis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat Provinsi Jawa Tengah pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan menunjukkan kecenderungan mengikuti

Analisis Pengaruh Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah dan Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Jember; Eric Vega Dewanto; 060810101320; 2014; 103 Halaman;

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara ASEAN’ adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing

Model fixed effect juga lebih baik untuk digunakan dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa estimasi pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pertumbuhan ekonomi dan klasifikasi daerah berdasarkan Tipologi Klassen, ketimpangan pendapatan berdasarkan Indeks

Ali Anis, MS Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia (2)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia IPM, pendidikan, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka, terhadap Ketimpangan