• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI

NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI

MANDA KHAIRATUL AULIA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MANDA KHAIRATUL AULIA. Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI.

Menurut model Solow perekonomian negara-negara akan mengalami proses konvergensi menuju suatu titik dimana tingkat pendapatan setiap negara sama, dengan asumsi tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas setiap negara sama. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis apakah proses konvergensi dapat terjadi pada pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 selama 2002-2010. Berdasarkan hasil pemetaan pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per kapita, terdapat pergeseran posisi negara pada tahun 2002 dan tahun 2010. Penelitian ini menghasilkan bahwa secara kondisional dan ankondisional negara-negara ASEAN+3 mengalami proses konvergensi dengan kecepatan 10 % dan 22 %. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa Indeks Williamson rata 0.98 setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan terjadinya proses konvergensi yang rendah sehingga membutuhkan waktu lama untuk mencapai pemerataan. Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN+3 dipengaruhi oleh Foreign Direct Investment, industry value added, service value added, dan government expenditure.

Kata Kunci: Konvergensi, ASEAN+3, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan per Kapita.

ABSTRACT

MANDA KHAIRATUL AULIA. The Economic Growth Convergence Analysis of ASEAN+3 countries and The Factors that Influence the Economic Growth. Supervised by WIWIEK RINDAYATI.

Based on Solow model, the economy of many countries will have a convergence process towards a point with same level of income if each country has same level of savings rate, depreciation, the labor force growth, and productivity growth. The purpose of this study is to analiyze whether the Solow convergence process may occur in the economic growth of ASEAN+3 member countries during 2002-2010. Based on economic growth and per capita income mapping result, there is a movement of each country position in 2002 and 2010. This study results that ASEAN+3 was unconditionally and conditionally converged with 10% and 22% speed. This study also results that the Williamson Index average of 0.98 each year tends to decrese. It means that there is a convergence process in a low speed, so it needs a long time to reach the equality. The economic growth of ASEAN+3 is influenced by Foreign Direct Investment, industrial value added, value added service, and government expenditure.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI

NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI

MANDA KHAIRATUL AULIA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Nama : Manda Khairatul Aulia

NIM : H14090022

Disetujui oleh

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Masalah konvergensi dipilih menjadi topik penelitian karena dianggap penting terutama dalam menghadapi era globalisasi yang semakin meningkatkan keterbukaan antar negara. Peningkatan keterbukaan tersebut dapat meningkatkan pendapatan suatu negara jika mampu bersaing dengan baik, namun juga dapat meningkatkan ketimpangan antar negara. Masalah konvergensi akan lebih mudah dianalisis pada negara-negara yang bergabung dalam suatu kesepakatan atau kerja sama tetapi memiliki tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang berbeda seperti pada ASEAN+3. Negara anggota kerja sama ini memiliki karakteristik dan tingkat kemajuan yang berbeda, sehingga perlu dilihat apakah memberi peningkatan ekonomi bagi semua negara anggota.

Terima kasih juga diucapkan kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Muhammad Yusni dan Ibu Normah Dalimunthe serta kakak dari penulis, Yuniar Rizki Noryanti atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu ucapan terima kasih juga ditujukan kepada:

1. Ibu Dr Wiwiek Rindayati selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dengan sabar dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Sahara Ph.D selaku dosen penguji utama dan Ibu Laily Dwi Arsyianti, M.Sc selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan berbagai bantuan.

4. Teman-teman satu bimbingan, Nadya Astrid, Alfi Gusmanandri, dan Rahmat Prabowo yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat penulis Gina, Sonya, Meilani yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 46, 47 dan 48 terima kasih atas doa dan dukungannya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Produk Domestik Bruto 8

Pertumbuhan Ekonomi 8

Konvergensi 12

Penelitian Terdahulu 13

Kerangka Pemikiran 14

METODE 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Analisis 16

Analisis Deskriptif dengan Memetakan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran

PDB per Kapita 16

Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson 17

Analisis Data Panel 17

Model Penelitian Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 19

Pengujian Statistik dan Pelanggaran Asumsi 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Gambaran Umum 21

Analisis Deskriptif dengan Memetakan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB

Riil dan Besaran PDB per kapita 24

Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson 26

Model Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 28

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

(10)

DAFTAR TABEL

1 Produk Domestik Bruto per Kapita ASEAN+3 Tahun 2009-2022 2 2 Foreign Direct Investment ASEAN+3 Tahun 2009-2011 5 3 Nilai Tambah Sektor Jasa, Industri, dan Pertanian Tahun 2010 23 4 Hasil Estimasi Uji Chow pada Model Konvergensi Tak Bersyarat 28 5 Hasil Estimasi Model Pooled Least Square Konvergensi Tak Bersyarat 28 6 Crossection Effects Negara-negara ASEAN+3 29 7 Hasil Estimasi Uji Chow pada Model Konvergensi Bersyarat 29 8 Hasil Estimasi Uji Hausman pada Model Konvergensi Bersyarat 30 9 Hasil Estimasi Fixed Effects Model dengan Weighted Statistic pada

Model Konvergensi Bersyarat 30

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011 3

2 Investasi Aktual dan Break-even 11

3 Kerangka Pemikiran 15

4 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran

PDB per Kapita Tahun 2002 25

5 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran

PDB per Kapita 2010 25

6 Indeks Williamson 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan Tipologi Klassen 38

2 Perhitungan Indeks Williamson 38

3 Pendekatan Pooled Least Square Model Konvergensi Tak Bersyarat 39

4 Uji Chow Model Konvergensi Tak Bersyarat 39

5 Pendekatan Fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat 39 6 Uji Chow fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat 40

7 Random Effects Model Konvergensi Bersyarat 40

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan total dan pendapatan per kapita suatu masyarakat terus menerus bertambah dalam jangka panjang (Sukirno 2002). Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan baik antar penduduk, antar daerah, maupun antar sektor. Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan setinggi-tingginya, menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran (Arsyad 1999). Pembangunan tidak hanya berorientasi pada pendapatan nasional, namun juga memperhitungkan masalah lain seperti perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, institusi nasional, ketimpangan pendapatan, peningkatan pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Pembangunan harus dapat memenuhi kebutuhan dasar individu dengan mencapai suatu peningkatan keadaan hidup melalui peningkatan standar hidup masyarakat yang tidak hanya dinilai dari sisi material saja (Todaro and Smith 2006).

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan bagaimana aktivitas perekonomian di suatu negara. Semakin tinggi aktivitas ekonomi suatu negara, maka pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya peningkatan output suatu negara dengan meningkatnya barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara (Sukirno 2002). Setiap negara akan senantiasa berusaha agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, seperti dengan meningkatkan proses produksi, investasi baik di dalam maupun di luar negeri, perdagangan, dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan nasional negara tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjalin berbagai kerja sama antar negara, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar masing-masing negara anggota untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan negara lain.

(12)

2

sehingga akan tercapai kemajuan bersama dan menurunkan ketimpangan pendapatan antar negara anggotanya. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi modal kekuatan bagi negara-negara Asia Tenggara dalam menghadapi persaingan dengan negara maju.

Kerja sama ini kemudian diperluas dengan masuknnya negara yang jauh lebih maju seperti China, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam ASEAN+3. Semakin meluasnya kerja sama yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap perekonomian masing-masing negara anggotanya. Terdapat harapan bagi terciptanya iklim pertumbuhan ekonomi yang sehat dapat segera terpenuhi, sehingga dapat dihasilkan suatu peningkatan perekonomian oleh masing-masing negara anggota. Namun apakah masuknya negara-negara maju ini dapat secara efektif membantu majunya negara berkembang di kawasan ASEAN, karena kerja sama tersebut juga sekaligus meningkatkan persaingan di antar negara anggota sendiri. Terdapat kemungkinan peningkatan perekonomian negara-negara anggota terutama negara berkembang dengan kemudahan mobilitas kapital dan perdagangan antarnegara, namun di sisi lain juga kemungkinan dapat meningkatkan ketimpangan antar negara karena hanya negara maju saja yang dapat memanfaatkan dengan baik. Beberapa negara ASEAN+3 memiliki pendapatan per kapita yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara lainnya, dengan perbedaan yang cukup besar dan timpang, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Produk Domestik Bruto per Kapita Riil Negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011 (USD)

Negara 2009 2010 2011

Brunei Darussalam 17 092 17 225 17 301

Kamboja 533 558 590

Indonesia 1 090 1 145 1 207

Laos 519 556 592

Malaysia 4 902 5 169 5 345

Filipina 1 307 1 383 1 413

Singapura 28 950 32 641 33 530

Thailand 2 531 2 713 2 699

Vietnam 684 723 757

Jepang 38 242 39 972 39 578

China 2 209 2 427 2 640

Korea Selatan 15 326 16 219 16 684 Sumber: World Bank, 2013

(13)

3 menurut World Bank. Sedangkan Malaysia, Thailand, dan China termasuk negara upper middle income dan negara anggota lainnya masih termasuk lower middle income. Tabel 1 menunjukkan besarnya pendapatan per kapita negara anggota ASEAN+3. Negara maju (high income) cenderung memiliki pendapatan per kapita yang besar dan mendominasi yang mencerminkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan negara berkembang. Besarnya pendapatan per kapita sangat ditentukan dari jumlah penduduk suatu negara, sehingga besaran pendapatan per kapita juga dapat menjadi semakin kecil jika suatu negra memiliki jumlah penduduk yang besar. Negara maju dengan pendapatan per kapita besar cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang kecil dan konstan, sehingga perubahan dari tahun ke tahun menjadi semakin kecil sudah hampir menuju kondisi full employmentnya. Sedangkan negara berkembang memiliki pendapatan per kapita rendah namun pertumbuhan ekonomi tinggi karena belum berada kondisi full employment seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Sumber: World Bank, 2013

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011 Gambar 1 menunjukkan bahwa selama tahun 2009 hingga 2011 negara-negara berkembang seperti Indonesia, Kamboja, Laos, Vietnam, memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi namun sangat fluktuatif karena masih jauh dari kondisi mapan. Sehingga perubahan atau guncangan sedikit saja akan menyebabkan guncangan pada perekonomiannya. Negara maju seperti Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih konstan dengan perubahan yang kecil dari tahun ke tahun, karena perekonomiannya sudah hampir mencapai kondisi mapan. Jika perekonomian sudah berada pada kondisi mapan, maka keseimbangannya cenderung akan sulit berubah.

Menurut model Solow, ketika negara-negara maju sudah mencapai kondisi full employment maka akan sulit merubah atau meningkatkan kondisi ekonominya, karena sudah mencapai kondisi maksimum dalam segala halnya. Sedangkan negara-negara berkembang akan terus mangalami perubahan menuju ke kondisi mapannya. Penambahan kapital baru melalui investasi menurut solow akan meningkatkan pendapatan negara tersebut, sehingga akan terus bergerak menuju

-10 -5 0 5 10 15 20

2009

2010

2011 Growth (%)

(14)

4

kondisi mapannya. Menurut solow, jika proses tersebut terjadi pada perekonomian negara-negara maka akan menciptakan suatu proses konvergensi, dimana pergerakan pendapatan masing-masing negara menuju ke arah yana sama.

Pada penggunaannya model Solow menetapkan beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar proses konvergensi dapat terjadi. Asumsi tersebut antara lain setiap negara harus memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Namun pada kenyataannya perekonomian negara-negara tidak akan memiliki kondisi dan tingkat perubahan yang sama. Masing-masing negara memiliki banyak perbedaan yang dapat menyebabkan pencapaian ekonominya juga akan berbeda. Kondisi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan produktivitas yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Oleh karena itu, tingkat kemajuan yang dialami oleh masing-masing negara cenderung tidak akan sama. Ditambah lagi dengan adanya intervensi dan kebijakan pemerintah yang berbeda di setiap negara, maka pelaksanaan kegiatan ekonominya juga akan berbeda. Peningkatan keterbukaan dan adanya globalisasi juga akan semakin memengaruhi pencapaian ekonomi masing-masing negara. Perekonomian negara-negara akan semakin terintegrasi satu sama lain, sehingga memungkinkan adanya aliran modal antar negara.

Negara maju dengan pendapatan yang tinggi dapat terus menggali dan mengembangkan teknologi dan inovasi baru yang dapat menyebabkan perekonomiannya terus mengalami peningkatan, dan bukan menurun seperti yang disampaikan oleh Solow. Pengembangan teknologi dan inovasi akan dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi masih dapat mengalami peningkatan dan bergerak lebih tinggi. Pendapatan yang tinggi memungkinkan negara maju untuk mengembangkan riset dan teknologi untuk mangatasi dan mencegah penurunan pada pertumbuhan ekonomi dan perekonomiannya. Jika asumsi Solow ini tidak terpenuhi pada keadaan nyata dan dengan adanya pengembangan teknologi dan inovasi di berbagai negara terutama di negara-negara maju, apakah proses konvergensi yang disampaikan Solow akan dapat terjadi.

Analisis proses konvergensi Solow pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan unit analisis kerja sama ASEAN+3 yang terdiri dari negara-negara dengan karakteristik dan tingkat pencapaian yang berbeda. Berdasarkan penelitian ini akan dapat dilihat apakah proses konvergensi yang disampaikan solow terjadi pada kondisi perekonomian negara-negara ASEAN+3 yang cenderung tidak memenuhi asumsi-asumsi yang disampaikan Solow.

Perumusan Masalah

(15)

5 Oleh karena itu setiap negara melakukan berbagai cara untuk dapat mengatasi persaingan terutama dengan negara maju. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi seperti yang terdapat pada ASEAN+3 yang terdiri dari negara anggota ASEAN ditambah dengan negara Asia lain seperti Jepang, China, dan Korea Selatan. Kerjasama ini ditujukan sebagai alat pemersatu ekonomi negara-negara anggotanya terutama di kawasan Asia, dan meningkatkan kekuatan dalam menghadapi persaingan global terutama dengan negara maju seperti di kawasan Amerika dan Eropa.

Namun dalam prosesnya apakah keterbukaan dan liberalisasi diantara negara anggota tersebut akan meningkatkan investasi masing-masing negara sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di semua negara. Peningkatan investasi ini kemungkinan akan mengarah kepada pertumbuhan ekonomi yang menuju ke satu titik pencapaian yang sama dan konvergen. Bagi negara yang sudah maju, dan justru meningkatkan persaingan bagi negara yang masih berkembang.

Peningkatan persaingan ini dimungkinkan karena dengan adanya keterbukaan, maka masing-masing negara anggota lebih mudah menanamkan modalnya di negara anggota lainnya. Negara yang tidak memepersiapkan diri dengan baik justru akan kalah bersaing dengan negara lainnya, karena tidak mampu meningkatkan investasi domestiknya sendiri dan kalah bersaing dengan investasi domestik. Berikut data investasi masing-masing negara ASEAN +3 pada Tabel 2.

Tabel 2 Foreign Direct Investment Negara ASEAN+3 (Juta USD)

Negara 2008 2009 2010

Brunei Darussalam 201 350 105

Kamboja 387 552 667

Indonesia 2 328 5 220 5 265

Laos 133 189 145

Malaysia 4 521 147 5 708

Filipina 959 2 064 1 072

Singapura 10 252 23 033 39 628

Thailand 5 391 3 375 5 442

Vietnam 6 178 4 901 4 989

Jepang 14 634 25 472 30 353

China 111 729 84 396 145 463

Korea Selatan 3 015 2 404 831

Sumber: World Bank, 2013

(16)

6

memiliki nilai investasi yang menurun akibat adanya krisis ekonomi global pada tahun 2008, namun sebagian lainnya tetap mengalami peningkatan. Setiap negara melakukan investasi sebesar-besarnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Menurut Solow, investasi adalah kunci tercapainya konvergensi diantara negara. Melalui investasi suatu negara akan memperoleh pengembalian yang besar dan berbagai efek positif lainnya selain pendapatan, seperti aliran teknologi, informasi, perbaikan infrastruktur dan lainnya. Peningkatan keterbukaan ini kemudian dapat memberikan kemungkinan semua negara menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga bergerak menuju ke satu titik yang menunjukkan terjadinya proses konvergensi atau malah semakin meningkatkan ketimpangan antar masing-masing negara. Berdasarkan model Solow, konvergensi akan terjadi jika setiap negara memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Namun pada kenyataanya, asumsi ini tentu saja tidak mungkin sepenuhnya terpenuhi di setiap negara. Selain itu, negara maju dengan pendapatan yang besar akan terus mengembangkan teknologi dan inovasi agar pertumbuhan ekonominya dapat terus meningkat dan tidak mengalami penurunan seperti yang disampaikan Solow. Walaupun negara berkembang akan terus mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi karena terus mendorong investasi, namun negara maju yang sudah mencapai pendapatan tinggi juga akan terus mendoronng pengembangan teknologi dan inovasi yang dapat terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga walupun sudah mencapai kodisi full employment, perekonomian negara maju tetap dapat mengalami peningkatan, dan tidak menurun. Jika pada kenyataanya negara maju masih mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka perlu dibuktikan apakah proses konvergensi yang disampaikan Solow akan tetap dapat tercapai. Adapun permasalahan yang dapat diteliti berdasarkan informasi dan kondisi tersebut antara lain:

1. Bagaimana posisi masing-masing negara anggota ASEAN+3 jika dilihat berdasarkan pertumbuhan PDB riil dan besaran PDB per kapita riil?

2. Apakah pergerakan pertumbuhan ekonomi per kapita negara-negara ASEAN+3 menunjukkan suatu proses yang konvergen jika dianalisis melalui Indeks Williamson dan analisis data panel?

3. Faktor apa saja yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi per kapita negara-negara ASEAN+3?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memetakan negara-negara ASEAN+3 berdasarkan kondisi pertumbuhan PDB riil dan besaran pendapatan per kapita riil.

2. Menguji apakah kestabilan pendapatan negara-negara ASEAN+3 menuju ke kestabilan yang konvergen jika dianalisis dengan menggunakan Indeks Williamson dan analisis data panel.

(17)

7

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran kecenderungan pola pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 apakah mengarah kepada suatu proses pergerakan yang konvergen atau divergen serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3.

2. Hasil penelitian mengenai pola pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 ini dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang tepat bagi masing-masing negara secara khusus serta kerja sama ASEAN+3 secara umum untuk ke depannya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan unit negara-negara ASEAN ditambah China, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam kerja sama ASEAN+3. Kawasan integrasi ekonomi ASEAN+3 terdiri dari negara berpendapatan tinggi seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Brunei Darussalam. Negara berpendapatan sedang seperti Malaysia, China, dan Thailand, serta negara berpendapatan rendah seperti Indonesia, Filipina, Laos, Vietnam, dan Kamboja jika dilihat berdasarkan PDB per kapitanya.

Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis proses konvergensi tak bersyarat dan bersyarat pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 yang dilihat berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) riil per kapita masing-masing negara pada periode tahun 2002 hingga 2010. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara anggota ASEAN+3 secara signifikan berdasarkan data yang diestimasi. Melalui penelitian ini akan dapat terlihat bagaimana dampak dari kerja sama ASEAN+3 terhadap masing-masing negara anggota. Penelitian ini menunjukkan kerja sama ASEAN+3 yang berhasil bila diantara negara anggota menunjukkan adanya peningkatan dan kemajuan pada pertumbuhan ekonomi negara. Selain itu juga diharapkan negara yang masih berkembang dapat mengejar ketertinggalan dari negara anggota lain yang sudah maju dengan memanfaatkan adanya berbagai kemudahan akibat adanya kerja sama yang dilakukan. Peningkatan keterbukaan diantara masing-masing negara anggota diharapkan dapat memberikan efek spill over positif untuk meningkatkan kemajuan negara yang masih berkembang.

(18)

8

ekonomi yang dihitung berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara anggota ASEAN+3 tersebut menuju kepada proses yang semakin konvergen dengan tingkat ketimpangan yang semakin berkurang, atau sebaliknya. Penelitian ini menggunakan data PDB per kapita riil, Foreign Direct Investment (FDI), net ekspor, industry value added, service value added, agricultural value added, government expenditure, labour serta lag pendapatan per kapita.

Melalui penelitian ini dapat terlihat bagaimana kinerja kerja sama ASEAN+3, apakah bermanfaat bagi seluruh anggotanya. Jika manfaat dari kerja sama ini dapat meningkatkan perekonomian seluruh negara anggota bukan hanya negara maju, maka kerja sama ini pada akhirnya akan menciptakan suatu proses pergerakan ekonomi yang konvergen dan menurunkan ketimpangan antar negara.

TINJAUAN PUSTAKA

Produk Domestik Bruto

Data Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dijadikan sebagai salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar (BPS 2009).

Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya diukur dengan menggunakan data PDB. Pada dasarnya PDB riil mengukur pendapatan total setiap orang di dalam suatu perekonomian. Tujuan perhitungan PDB adalah untuk meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu dalam periode waktu tertentu. PDB dapat dihitung atau diukur dengan menggunakan tiga jenis pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, pendekatan pengeluaran.

Pertumbuhan Ekonomi

(19)

9 dicapai pula peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang dicerminkan dengan peningkatan kapasitas produksi, peningkatan konsumsi, dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Teori tentang pertumbuhan ekonomi senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Menurut model pertumbuhan Harrod Domar, setiap perekonomian harus mencadangkan dan menabungkan sebagian pendapatan nasionalnya untuk melakukan investasi pada barang-barang modal. Pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dengan adanya investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Dengan adanya pertambahan neto dari stok modal dalam bentuk investasi akan menghasilkan peningkatan arus output nasional atau PDB (Todaro dan Smith 2006). Teori Harrod Domar ini banyak digunakan untuk menentukan kebijakan ekonomi di negara-negara berkembang. Menurut teori ini, Jumlah tabungan S merupakan hasil perkalian antara rasio tabungan nasional s (Marjinal Propensity to Save) dari total pendapatan nasional Y (S = sY). Sedangkan Investasi neto diartikan sebagai perubahan stok modal (I = ) dan jumlah stok modal K merupakan hasil persamaan diatas ke dalam persamaan S = I, maka diperoleh persamaan baru S = sY = k = = I dan kemudian dapat disederhanakan menjadi sY = k . Kemudian dengan membagi persamaan dengan Y, dan membaginya lagi dengan k maka diperoleh persamaan = /K = /I = s/k.

Keterangan:

= laju pertumbuhan permintaan agregat atau output / K = laju peningkatan stok kapital (penawaran agregat) / I = laju peningkatan investasi

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan PDB ditentukan oleh rasio tabungan nasional s dan rasio modal output nasioanal k. Tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional berbanding lurus dengan rasio tabungan dan berbanding terbalik terhadap rasio modal output dari suatu perekonomian. Semakin banyak PDB yang diinvestasikan maka pertumbuhan PDB yang dihasilkan akan semakin besar, dan sebaliknya.

(20)

10

membuat strategi-strategi pembangunan tidak dapat memberikan hasil yang sesuai dengan teori yang ada.

Model lain yang membahas mengenai masalah pertumbuhan ekonomi adalah model yang dicetuskan oleh Robert Solow (1979) dari Amerika Serikat, mungkin menjadi model pertumbuhan yang paling terkenal. Model Solow lebih baik dalam menggambarkan perekonomian negara maju dibandingkan negara berkembang, namun model ini tetap dapat dijadikan sebagai acuan dasar kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan. Model Solow mengasumsikam bahwa terdapat hubungan tetap antara input modal tenaga kerja dan output barang jasa. Namun model ini dapat dimodifkasi dengan memasukkan kemajuan teknologi sebagai variabel eksogen yang dapat meningkatkan kemampuan produksi masyarakat (Mankiw 2007).

Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan output, guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (sustain). Secara ekonomi, model pertumbuhan. Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan (Mankiw 2007). Pada model Solow, diperbolehkan adanya substitusi antara modal dan tenaga kerja.

Model ini menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian negara-negara akan bertemu pada suatu titik dimana tingkat pendapatan semuanya sama, namun dengan asumsi tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas setiap negara tersebut sama. Model Solow merupakan kerangka dasar untuk meneliti tingkat konvergensi antarnegara. Menurut Todaro dan Smith (2006), fungsi produksi agregat, Y = f (K, L) mengasumsikan skala hasil yang konstan. output akan meningkat dengan proporsi yang sama apabila kapital dan tenaga kerja digandakan dan input-output yang baru digunakan sepenting input yang telah ada. Input selain kapital, tenaga kerja dan pengetahuan diasumsikan tidak penting. Fungsi produksi mengaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y, dapat dituliskan menjadi Y = f (K, L). Panambahan varibel baru, yaitu efisiensi tenaga kerja E, maka persamaannya menjadi Y = f (K, LxE). Efisiensi tenaga kerja berarti pengetahuan masyarakat tentang metode-metode produksi, pada saat teknologi mengalami peningkatan maka efisiensi tenaga kerja juga akan meningkat. LxE mengukur jumlah pekerja efektif, sehingga output bergantung pada efisiensi tenga kerja dan jumlah modal. Karena angkatan kerja tumbuh pada tingkat n, efisiensi tumbuh dengan tingkat g, jumlah pekerja efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g.

Kemajuan teknologi akan memengaruhi populasi, karena teknologi dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Model Solow menunjukkan rasio pertumbuhan modal-tenaga kerja, k dipengaruhi oleh tabungan sf(k), depresiasi , tenaga kerja baru neto yang memasuki =angkatan kerja, nk. Persamaan Solow dapat ditulis menjadi . Dalam kondisi mapan ditetapkan bahwa , sehingga persamaan menjadi sf(k*) = *.

(21)

11 bersumber dari tabungan. Sebagai proses akumulasi modal, satu unit investasi menghasilkan satu unit tambahan kapital baru, sedangkan kapital yang lama mengalami penyusutan.

Investasiaktual &

Investasi break even Investasi break-even, (δ+n+g)k

Investasi aktual, sf(k)

k* Modal per pekerja efektif Sumber: Mankiw, 2007

Gambar 2 Investasi Aktual dan Break-even

Tingkat perubahan stok kapital per unit tenaga kerja efektif merupakan selisih antara perubahan investasi aktual dengan perubahan investasi break-even (investasi yang diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan tenaga kerja dan ilmu pengetahuan serta menggantikan penyusutan kapital yang lama sehingga jumlah stok kapital per tenaga kerja efektif yang ada tetap terpelihara). Stok kapital per tenaga kerja efektif akan berada pada posisi jalur pertumbuhan ekonomi yang berimbang (the balance growth path) ketika perubahan investasi aktual sama dengan perubahan investasi break-even.

Jika nilai k lebih tinggi ataupun lebih rendah dibandingkan k*, maka perekonomian akan kembali ke kondisi mapan di k*, karena k* merupakan ekuilibrium modal yang stabil. Apabila tingkat stok kapital per tenaga kerja efektif rendah, maka investasi aktual per unit tenaga kerja efektif lebih besar dari investasi break-even. Akibatnya tingkat produktivitas stok kapital per tenaga kerja efektif meningkat jumlahnya ke posisi stok kapital per tenaga kerja efektif keseimbangan. Pergerakan ini menunjukkan laju pertumbuhan yangt positif. Keadaan sebaliknya bila tingkat stok kapital per tenaga kerja efektif berada pada nilai yang tinggi.

Berdasarkan pemikiran Solow di atas dapat dikatakan bahwa perekonomian senantiasa akan mencapai suatu titik pemerataan bagi setiap negara (konvergen). Pergerakan akan terjadi secara otomatis menuju pertumbuhan yang seimbang, yaitu suatu situasi dimana setiap peubah tumbuh pada tingkat yang konstan. Pada pertumbuhan yang seimbang, pertumbuhan output per tenaga kerja hanya ditentukan oleh tingkat kemajuan teknologi. Oleh karena itu, teknologi menjadi sesuatu yang penting dalam mencapai pertumbuhan.

(22)

12

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Model neoklasik tidak menjelaskan bagaimana jika terjadi guncangan eksternal dan perubahan teknologi dalam perekonomian. Adanya aliran modal negara-nagara berkembang yang aneh melatarbelakangi munculnya teori pertumbuhan endogen. Model ini menolak asumsi model Solow yang menganggap teknologi berasal dari luar (eksogen). Tujuan utama model ini adalah untuk menjelaskan perbedaan tingkat pertumbuhan antar negara maupun faktor-faktor yang memberikan proporsi lebih besar dalam pertumbuhan (Todaro dan Smith 2006).

Teori pertumbuhan endogen berusaha menjelaskan faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan PDB yang tidak dijelaskan dan dianggap sebagai variabel eksogen dalam teori pertumbuhan neoklasik Solow. Model pertumbuhan endogen memiliki kemiripan struktural dengan teori neoklasik, namun asumsi yang digunakan dan kesimpulan yang ditarik memiliki berbeda. Teori pertumbuhan endogen berusaha menjelaskan pola skala hasil yang meningkat dan pertumbuhan yang berbeda antarnegara. Hal ini menjadi suatu hal yang berbeda dengan model Solow yang mengasumsikan hasil marjinal yang semakin menurun atas investasi modal yang telah dilakukan. Menurut model ini tidak terdapat kekuatan yang dapat menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sama antarnegara dalam perekonomian tertutup, tingkat pertumbuhan antarnegara akan selalu berbeda dan konstan tergantung tingkat tabungan dan teknologi negara tersebut.

Selain itu tidak terdapat tidak ada kecenderungan bahwa negara-negara miskin akan memiliki tingkat pendapatan perkapita yang sama dengan negara kaya, meskipun tingkat tabungan dan populasinya sama. Konsekuensinya adalah resesi yang terjadi di suatu negara akan semakin meningkatkan ketimpangan antara negara tersebut dengan negara lain yang lebih kaya (Todaro dan Smith 2006). Model ini berusaha menjelaskan aliran modal internasional yang dapat memperparah ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang.

Konvergensi

Dalam konsep pertumbuhan ekonomi, konvergensi pertumbuhan adalah kecenderungan perekonomian-perekonomian negara miskin tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian negara kaya. Perekonomian negara miskin diharapkan akan dapat mengejar ketertinggalannya sehingga ketimpangan perekonomian antar negara akan menurun. Negara-negara miskin di dunia mempunyai tingkat pendapatan rata-rata per kapita kurang dari 1/10 pandapatan rata-rata-rata-rata negara-negara kaya. Perbedaan pendapatan ini terlihat dalam hampir semua ukuran kualitas hidup (Mankiw 2007).

(23)

13 yang sama berlaku di semua negara, negara-negara miskin cenderung tumbuh lebih cepat dari padanegara-negara kaya.

Terdapat dua konsep konvergensi dalam perekonomian yaitu konvergensi yang terdiri dari konvergensi mutlak dan bersyarat serta konvergensi α. Terjadinya proses konvergensi dimana daerah miskin cenderung tumbuh lebih cepat tidak serta merta menyebabkan menurunnya disparitas pendapatan regional per kapita. Konvergensi α digunakan untuk mengukur tingkat dispersi dari pertumbuhan. Jika dispersi pendapatan menurun, maka ketimpangan antar daerah/negara juga semakin menurun, sehingga kemungkinan telah terjadi konvergensi pendapatan. Pengukuran dispersi dilakukan dengan melihat nilai koefisien variasi dan standar deviasi dari nilai logaritma variabel dependen. Sedangkan berguna untuk melihat faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi konvergensi. Dengan menguji konvergensi kondisional dapat diketahui apakah negara miskin memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan negara kaya jika variabel lain dianggap konstan.

PENELITIAN TERDAHULU

Mutaqin dan Ichihashi (2012) melakukan penelitian yang berjudul The Role of Maastricht Criteria and Membership in Determining Convergence in the Eurozone and ASEAN: A Panel Data Analysis. Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis perbandingan konvergensi pendapatan selama tahun 1990 hingga tahun 2009 ini menggunakan analisis data panel tahun 1990 sampai tahun 2009 dengan unit analisis negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) dan anggota Eurozone (Euro Area). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa baik Eurozone maupun ASEAN secara kondisional maupun ankondisional mengalami konvergensi pendapatan diantara negara-negara yang termasuk dalam masing-masing kawasan tersebut.

Penelitian lain dilakukan oleh Jalal El Ouardighi dan Rabija Somun-Kapetanovic berjudul Convergence and Inequality of income: the case of Western Balkan countriestahun 2009. Penelitian ini menganalisis proses konvergensi ketidakmerataan pendapatan yang terjadi antar lima negara Balkan dan membandingkannya dengan European Union pada periode 1989-2008 dengan menggunakan panel data. Hasil yang diperoleh adalah terjadi proses konvergensi baik antar negara European Union maupun negara Balkan. Namun terdapat perbedaan periode terjadinya proses konvergensi pada negara European Union dan negara Balkan. Tingkat konvergensi tertinggi pada European Union terjadi pada periode tahun 2000-an, sedangkan pada negara Balkan terjadi selama periode akhir tahun 1990-an. Perbedaan tingkat konvergensi ini dsebabkan karena adanya gap pembangunan antar negara Balkan dan European Union. Penelitian ini menggunakan data pendapatan per kapita untuk menangkap masalah ketidakmerataan.

(24)

14

ini menggunakan data 165 negara yang melakukan perdagangan luar negeri pada tahun 1965-2000. Data yang digunakan antara lain jumlah populasi, GDP per kapita konstan 2000, dan share investasi pada GDP masing-masing negara. Penelitian ini kemudian menghasilkan bahwa dengan adanya perdagangan pada sektor yang sama akan menurunkan ketimpangan antar negara anggota trading partners.

Penelitian mengenai konvergensi juga dilakukan oleh Modeste NC tahun 2009 berjudul Income Convergence Across The Counties Of Tennessee dengan menggunakan data panel 95 negara di Tennesee pada tahun 1970-2000. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi proses konvergensi bersyarat pada 95 negara Tenesse. Variabel yang digunakan untuk melihat proses konvergensi yang terjadi pada penelitian ini antara lain pendapatan per kapita, pertumbuhan penduduk, tingkat partisipasi tenaga kerja, investasi. Berdasarkan hasil estimasi dihasilkan bahwa gap dan ketimpangan pendapatan per kapita antar negara Tennesse baru dapat berakhir selama 27 tahun. Pengukuran konvergensi ini dilakukan dengan menggunakan indikator pendapatan per kapita untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan masing-masing negara.

Wahyuni (2011) meneliti tentang konvergensi dan faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan wilayah kabupaten/kota di Pulau Jawa. Penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan ketimpangan, menguji konvergensi, membandingkan fenomena konvergensi, dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan wilayah di Pulau Jawa ini menyimpulkan bahwa ketimpangan kabupaten/kota di Pulau Jawa masih sangat tinggi dibandingkan dengan ketimpangan kabupaten/kota dalam provinsi dan didominasi oleh ketimpangan antar kota. Konvergensi pendapatan wilayah kabupaten/kota di Pulau Jawa tidak terjadi (divergen), sedangkan Jawa Timur memiliki tingkat konvergensi tertinggi di Pulau Jawa. Menurut penelitian ini, konvergensi yang terjadi di Jawa Barat karena kontribusi sektor manufaktur. Sementara itu konvergensi dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga sangat tinggi di setiap provinsi dan keseluruhan Pulau Jawa. Faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan pendapatan adalah share manufaktur, pendidikan tenaga kerja, infrastruktur kesehatan, energi listrik dan air bersih. Sedangkan ketimpangan pengeluaran rumah tangga hanya dipengaruhi tingkat pendidikan tenaga kerja.

KERANGKA PEMIKIRAN

(25)

15 ekonomi, sosial dan budaya menimbulkan pola pembangunan ekonomi yang berbeda di masing-masing daerah sehingga beberapa wilayah mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah lainnya tumbuh dengan lambat.

Sebagai suatu kawasan, pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi masing-masing negara yang termasuk didalamnya. Melalui penelitian ini akan terlihat bagaimana pola pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN+3, tingkat konvergensi yang terjadi, dan faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Negara yang dapat memanfaatkan adanya globalisasi ekonomi dengan baik, maka akan menghasilkan suatu peningkatan dari segi ekonominya, namun bagi negara yang tidak dapat bersaing dengan negara lain akan menyebabkan negara tersebut menjadi semakin buruk dan miskin.

Analisis data panel dilakukan dengan membandingkan 12 negara di kawasan ASEAN+3 dalam jangka waktu 9 tahun sejak tahun 2002 hingga tahun 2010.

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Perbedaan Karakteristik

Negara

Perbedaan Pencapaian

Masalah Konvergensi Pertumbuhan ekonomi Analisis Deskriptif Analisis Panel Data

Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Proses Konvergensi Konvergen atau

Divergen

Faktor-faktor yang memengaruhi Laju Pertumbuhan ekonomi

Implikasi Kebijakan Peningkatan Investasi

Proses Pembangunan dan Globalisasi Ekonomi

Pemetaan Berdasarkan Pertumbuhan PDB riil dan

Pendapatan per Kapita Riil

(26)

16

METODE

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari periode waktu sepuluh tahun sejak tahun 2002 hingga tahun 2010. Adapun data yang digunakan meliputi 12 negara di kawasan Asia Tenggara kecuali Myanmar ditambah dengan negara China, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam ASEAN+3. Negara-negara tersebut antara lain Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, dan Vietnam ditambah dengan tiga negara Asia lain yang sangat berpengaruh bagi perekonomian negara-negara ASEAN seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Struktur data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berupa data panel yang bersifat time series dan cross section. Data-data tersebut diperoleh dari World Bank. Adapun data yang digunakan untuk menganalisis proses konvergensi yang terjadi antara lain PDB per kapita riil, lag PDB per kapita riil, Foreign Direct Investment (FDI), agricultural value added, industry value added, service value added, government expenditure, net ekspor, dan labour.

Metode Analisis Data

Analisis Deskriptif dengan Pemetaan Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran Pendapatan per Kapita

Gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing negara dalam penelitian ini dilihat dengan memetakan negara berdasarkan pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per kapita masing-masing negara ASEAN+3 yang dibandingkan dengan rata-ratanya. Penelitian ini membandingkan posisi perekonomian masing-masing negara pada awal periode yang diestimasi tahun 2002 dan tahun akhir estimasi 2010. Adapun empat kuadaran berdasarkan kedua indikator tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kuadran I adalah negara cepat maju dan cepat tumbuh dengan laju pertumbuhan PDB yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDB rata-rata dan memiliki besaran PDB per kapita yang lebih besar daripada rata-ratanya. 2. Kuadran II adalah negara maju tapi tertekan yang memiliki nilai pertumbuhan

PDB lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDB rata-rata, tetapi memiliki besaran PDB per kapita yang lebih besar dibandingkan PDB per kapita rata-rata.

3. Kuadran III ditempati oleh negara relatif tertinggal yang memiliki nilai pertumbuhan PDB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-ratanya dan sekaligus besaran PDB per kapita yang lebih kecil dibandingkan PDB per kapita rata-rata.

(27)

17 besaran PDB per kapita daerah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan rata-ratanya (Kuncoro 2004).

Analalisis Deskriptif dengan Indeks Williamson (IW)

Indeks Williamson digunakan untuk mengukur perbedaan nilai output rata-rata yang dihasilkan suatu wilayah. Ukuran ini biasanya menggunakan data PDRB perkapita untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah, yang dinyatakan dengan rumus:

IW =

√∑

Indeks Williamson (tingkat ketimpangan) yang diperoleh terletak antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati nol berarti disparitas pendapatan negara ASEAN+3 semakin rendah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi terjadi secara merata, tetapi jika Indeks Williamson mendekati 1 (satu) maka disparitas pendapatan antara negara anggota semakin tinggi serta mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak merata.

Oshima dalam Matolla (1985) menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah kesenjangan ada pada kesenjangan level rendah, sedang, atau tinggi. Berikut ini adalah kriterianya:

a. Kesenjangan level rendah, jika IW < 0,35 b. Kesenjangan level sedang, jika 0,γ5 ≤ IW ≤ 0,5 c. Kesenjangan level tinggi, jika IW > 0,5

Analisis Data Panel

Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel, dengan menggunakan data cross section yang terdiri dari 12 negara dan data time series tahun 2002 hingga 2010. Data panel adalah gabungan antara data cross section dengan data time series. Keuntungan penggunaan model data panel dibandingkan data time series dan cross section yaitu dapat menghasilkan jumlah observasi yang lebih besar, menambah derajat bebas (degree of freedom) sehingga dapat meningkatkan efisiensi serta mengurangi kolinearitas antar variabel, dan mengurangi masalah identifikasi dengan mengakomodasi tingkat heterogenitas variabel.

(28)

18

yit = i + Xit + it

dengan:

= individual heterogeneity y = variabel dependen

x = variabel independen i = individu

= komponen error t = periode waktu

Menurut Firdaus (2011), berdasarkan ada tidaknya korelasi antara komponen error dengan variabel dependen, terdapat 2 model yang dapat diaplikasikan dalam regresi data panel. Adapun model tersebut adalah Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM). Jika terdapat korelasi antara efek individu dan peubah penjelas atau memiliki pola yang tidak acak, maka digunakan Fixed Effects Model (FEM). Penduga dalam FEM dapat dihitung dengan beberapa teknik sebagai berikut:

1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled). Adapun model yang digunakan yaitu:

yit=αi + Xit + uit

dimana αi bersifat konstan untuk semua observasi, atau αi = α.

Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter akan bias. Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda.

2. Pendekatan Within Group (WG)

Pendekatan ini digunakan untuk mengatasi masalah bias pada PLS. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan data deviasi dari rata-rata individu 3. Pendekatan Least Square Dummy Variable (LSDV)

Metode ini bertujuan untuk dapat merepresentasikan perbedaan intersep yaitu dengan dummy variable, dengan memasukkan sejumlah dgit = 1 (g = i),

persamaan awal menjadi:

yit = α1d1it+ α2 d2it+ αN dNit + xit' + uit

Persamaan ini dapat diestimasi dengan pendekatan OLS sehingga diperoleh

parameter LSDV.

4. Pendekatan Two Way Error Components Fixed Effect Model

Model ini disusun berdasarkan fakta bahwa terkadang fixed effects tidak hanya berasal dari variasi antar individu (time invariants) tetapi juga berasal dari variasi antar waktu (time effect).

Pendekatan Random Effect Model (REM) muncul ketika antara efek individu dan variabel bebas tidak ada korelasi. Asumsi ini membuat komponen eror dari efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam eror. Asumsi yang paling penting dalam REM adalah asumsi bahwa nilai harapan dari xit untuk setiap τi

(29)

19 Untuk menguji apakah model yang digunakan sudah tepat, maka dapat digunakan Chow test dan Hausman test. Chow test akan membandingkan model Pooled Least Square dengan model fixed effects. Jika hasil estimasi menunjukkan hasil yang signifikan, maka model yang dipilih adalah model fixed fixed. Kemudian untuk memilih apakah fixed atau random effects yang lebih baik, dilakukan pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara variabel bebas dan efek individu. Untuk menguji asumsi ini dapat digunakan Hausman Test. Jika probabilitas lebih kecil dari alpha atau nilai H hasil pengujian lebih besar dari χβ tabel, maka tolak H0 dan model yang tepat adalah Fixed Effects Model.

Jika kedua uji menunjukkan hasil yang signifikan, maka diputuskan model terbaik adalah model fixed effects.

Model Penelitian Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3

Penelitian ini akan mengukur konvergensi absolut dan konvergensi bersyarat negara-negara ASEAN+3. Barro dan Martin (1992) dalam penelitian yang dilakukan oleh Mutaqin dan Ichihashi (2012) menyatakan konvergensi absolut dapat diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

ln yi,t – ln yi,t-1 = α + ln yi,t-1 + vi,t

dengan yi,t adalah besarnya pendapatan per kapita, dan ln yi,t-1 pendapatan per

kapita tahun sebelumnya. Sedangkan konvergensi bersyarat dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

ln yi,t – ln yi,t-1 = α + ln yi,t-1 + 1 ln FDIi,t + 2 ln NetEksi,t + 3 ln Agvali,t + 4 ln Invali,t + 5 ln Servali,t + 6 ln Govexi,t + 7 ln labouri,t +

vi,t

dengan:

yi,t = PDB per kapita pada tahun akhir (USD)

yi,t-1 = PDB per kapita tahun sebelumnya (USD)

FDI = Foreign Direct Investment (USD) NetEks = Ekspor bersih (USD)

Agval = Agricultural value added (USD) Inval = Industryvalue ddded (USD) Serval = Service value added (USD) Govex = Government expenditure (USD) Labour = Jumlah tenaga kerja (jiwa)

Model konvergensi diatas kemudian dapat dituliskan kembali menjadi: ln yi,t – ln yi,t-1 = ln yi,t-1

(30)

20

ln yi,t = (1+ ) ln yi,t-1

Jika nilai berada diantara 0 dan -1 maka dapat dikatakan terjadi konvergensi pertumbuhan ekonomi antar negara ASEAN+3. Semakin mendekati -1 maka pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 semakin konvergen.

Sedangkan jika >0 dan <-1 maka pertumbuhan ekonomi menuju kepada

pergerakan yang divergen dan menyebar. Selain itu melalui statistik uji-t akan diperoleh variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3.

Pengujian Statistik dan Pelanggaran Asumsi

Uji Asumsi

Setelah melakukan pendugaan parameter koefisien regresi, kita harus menguji dahulu asumsi-asumsi dari model regresi tersebut sebelum melakukan pengujian model secara keseluruhan (uji-F) dan pengujian masing-masing koefisien regresi (uji-t). Jika terdapat pelanggaran asumsi, maka kita tidak dapat melakukan uji-F maupun uji-t (Juanda 2009).

Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi jika terdapat hubungan linear yang pasti di antara variabel-variabel penjelas x, yang tercakup dalam regresi berganda. Adapun konsekuensi yang diakibatkan dari adanya multikolinearitas adalah varians besar dan kesalahan standar estimator OLS, Interval keyakinan yang lebih besar, rasio uji-t tidak signifikan, nilai R2 tinggi tapi sedikit rasio t signifikan, estimator OLS cenderung tidak stabil. Menurut Uji Klein, apabila terjadi nilai korelasi yang lebih tinggi dari |0.80|, multikolinearitas dapat diabaikan selama nilai korelasi tersebut tidak melebihi Adjusted R-squared-nya. Klein menyatakan bahwa jika R2Y Xi,

Xj, ... Xn > r2 Xi, Xj maka tidak terjadi masalah multikolinieritas atau untuk semua

korelasi antar variabel bebas yang memiliki r2 yang lebih kecil dari R2 (r2 < R2). Hal ini memberi kesimpulan bahwa semua variabel bebas dalam spesifikasi model yang digunakan terlepas dari masalah multikolinieritas.

Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama untuk setiap observasi, sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Masalah heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan metode white cross section. Jika sum square resis weighted < sum square resis unweighted maka terdapat masalah heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas ini dapat diabaikan jika telah menggunakan metode Weighted Least Squares (Gujarati 2007).

Autokorelasi

(31)

21 terjadi pada pelanggaran heteroskedastisitas yaitu estimator kuadrat terkecil biasa, meskipun linear dan tak bias, namun tidak akan efisien, sehingga tidak memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati 2007). Karena model menggunakan lag variabel dependen sebagai variabel independennya, maka nilai statistik uji DW sering mendekati 2 meskipun terdapat autokorelasi. Sehingga disarankan menggunakan statistik Durbin h, dengan T = jumlah pengamatan.

h = ( 1 - DW)

Jika melalui statistik uji-t diperoleh hasil tolak Ho, maka diputuskan terdapat pelanggaran autokorelasi (Juanda 2009).

Uji-F (Uji Model Keseluruhan)

Setelah melakukan uju asumsi, maka dilakukan uji model keseluruhan apakah dapat menjelaskan keragaman variabel dependen. Jika dari hasil estimasi diperoleh nilai F-statistik yang ebih besar dari nilai F-tabeldbr, dbg atau nilai

probabilitas uji-F lebih kecil dari alpha (α < probabilitas) maka berarti tolak H0 dan artinya variabel-variabel independen dapat menjelaskan keragaman variabel dependen di dalam model.

Uji-t (Uji Parsial)

Setelah diperoleh bahwa statistik uji-F signifikan maka dilanjutkan dengan pengujian secara parsial antara variabel dependen terhadap masing-masing variabel independennya. Uji t dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas secara signifikan berpengaruh pada variabel terikatnya. Jika nilai t-statistik yang dihasilkan dari estimasi lebih besar dari t tabelα,db atau nilai probabilitas untuk

masing-masing variabel bebas bernilai lebih kecil dari taraf nyata (prob < α), maka dapat disimpulkan variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Kerjasama ASEAN+3 telah berlangsung sejak tahun 1997, yang bertujuan memperkuat proses konsultasi politik dan ekonomi tingkat tinggi di wilayah Asia Timur. Kerja sama ini mencakup kerja sama di bidang ekonomi, keuangan, pembangunan sosial, Sumber Daya Manusia (SDM), ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan informasi, pembangunan serta keamanan dan kerja sama transnasional lainnya.

(32)

22

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik masing-masing negara di Asia ketika terjadi krisis keuangan.

Alasan lain yang mendorong negara-negara Asia Timur untuk bersatu dalam suatu kerja sama ekonomi adalah kecenderungan tumbuhnya perdagangan dan arus investasi serta integrasi ekonomi baik antar negara dalam suatu kawasan maupun dengan negara lain di dunia. Kerja sama ini diharapkan dapat menjadi kekuatan bagi negara-negara di Asia terutama negara-negara berkembang untuk menghadapi persaingan dengan negara maju. Seiring dengan globalisasi di pasar uang dan modal dunia, hampir di semua negara ASEAN aliran masuk dan keluar modal menjadi semakin terbuka. Keberhasilan kerjasama ekonomi yang dibentuk negara-negara eropa yang menjadi kekuatan bagi masing-masing negara anggota untuk menghadapi keterbukaan dan globalisasi terutama di bidang ekonomi. Peluncuran Euro di 12 negara European Union yang dapat melindungi mata uang mereka dari serangan spekulasi yang berasal dari pasar keuangan telah membuat negara-negara ASEAN+3 berpikir untuk melakukan hal yang sama terhadap mata uang mereka.

Kerja sama ASEAN+3 memiliki anggota yang terdiri dari negara berkembang dan terbelakang dengan negara maju. Negara maju dan negara berkembang memiliki perbedaan karakteristik yang mendasar dan tidak dapat diterapkan perlakuan yang sama antara keduanya. Karena akan memperoleh hasil yang belum tentu sama bagi keadaan ekonomi suatu negara jika diberi perlakuan yang sama. Integrasi ekonomi dan keuangan regional seperti pada negara-negara ASEAN, Jepang, China, dan Korea Selatan yang lebih dikenal dengan nama ASEAN+3 dilakukan dengan berbagai tujuan. Namun tujuan utamanya adalah meningkatkan kekuatan ekonomi masing-masing negara anggota di dunia internasional. Negara-negara ASEAN+3 merasa perlu untuk membentuk suatu region atau suatu kawasan kerjasama yang dapat dijadikan sebagai pendorong dan penguat bagi negara-negara anggota untuk menghadapi persaingan dengan negara-negara maju di kawasan Amerika dan Eropa. Besar harapan dengan terbentuknya integrasi ekonomi dan keuangan ini akan mengantar ASEAN menjadi kawasan yang tumbuh tinggi sekaligus stabil. Dengan meningkatkan perdagangan dan investasi intra ASEAN dan memperkuat kerja sama ekonomi ASEAN+3 secara paralel. Harapan bagi terciptanya iklim pertumbuhan ekonomi yang sehat dapat segera terpenuhi.

China merupakan negara yang sangat penting sebagai tempat pelarian modal, dan FDI (Foreign Direct Investment) dari negara-negara ASEAN. China dianggap sebagai investor yang tangguh untuk mengalir ke dalam negeri. Sedangkan hubungan ASEAN dengan Korea Selatan lebih banyak dititik beratkan pada bidang perluasan kerja sama mengenai globalisasi, liberalisasi perdagangan, pembangunan informasi dan teknologi komunikasi. Korea Selatan dapat membantu ASEAN guna mengatasi kesenjangan ekonomi di antara anggotanya dengan meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi agar dapat meningkatkan pendapatan masing-masing negara.

(33)

23 Tabel 3 Nilai Tambah Sektor Jasa, Industri, dan Pertanian Terhadap PDB Negara

ASEAN+3 Tahun 2010 (Juta USD)

Negara Nilai Tambah

Jasa

Nilai Tambah Industri

Nilai Tambah Pertanian Brunei Darussalam 3 184 3 611 69 Kamboja 3 077 2 099 2 839 Indonesia 125 539 113 022 41 212

Laos 1 299 972 1 137

Malaysia 75 763 60 266 14 679 Filipina 71 944 42 078 15 482 Singapura 104 648 51 124 57 Thailand 87 014 86 524 22 499 Vietnam 24 532 27 331 13 195 China 1 346 288 1 518 174 272 882 Jepang 3 506 022 1 626 839 57 266 Korea Selatan 392 469 306 153 25 207 Sumber: World Bank, 2013

Sebagian besar negara-negara ASEAN+3 memeroleh nilai tambah terbesar dari sektor jasa, kemudian industri dan nilai tambah terkecil berasal dari sektor pertanian. Namun hal ini tidak terjadi pada negara Vietnam. Brunei dan China dengan nilai tambah terbesar berasal dari sektor industri. Tidak satupun dari negara-negara ASEAN+3 yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor dominannya. Hal ini karena semakin berkembang dan maju suatu negara maka sektor-sektor tersier akan semakin berkembang, ditambah dengan adanya peningkatan keterbukaan akibat adanya globalisasi.

(34)

24

Melalui berbagai kerja sama ekonomi ini masing-masing negara dapat saling menguatkan perekonomian satu sama lain. Negara-negara yang tergabung dalam suatu kerjasama ekonomi tentunya tidak hanya terdiri dari negara-negara maju saja atau negara-negara terbelakang saja, namun berbagai negara maju, berkembang, maupun terbelakang. Iklim investasi tentunya juga akan semakin membaik di masing-masing negara karena adanya penguatan dari negara anggota lainnya sehingga akan meningkatkan kredibilitas suatu negara di mata internasional, sekalipun masih tergolong negara berkembang ataupun terbelakang. Selain itu, aktivitas ekonomi diantara negara anggota juga diharapkan akan semakin terbuka luas dan menjadi lebih mudah, sehingga akan terjadi peningkatan ekonomi di masing-masing negara. Investasi antar negara diharapkan menjadi semakin lancar dan mudah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masing-maisng negara terutama negara berkembang.

Melalui penelitan ini akan dilihat apakah terjadi proses konvergensi pada Produk Domestik Bruto dari negara-negara yang termasuk dalam ASEAN+3. Penilaian ini dimaksudkan karena Indonesia merupakan salah satu negara anggota dalam kerjasama ASEAN+3 dan keberadaan kerjasama ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Penelitian mengenai proses konvergensi diperlukan agar dapat dilihat apakah kerjasama yang dilakukan antara negara-negara yang memiliki tingkat perekonomian yang berbeda tetap dapat memberikan efek positif bagi seluruh anggota, ataukah hanya menguntungkan bagi sebagian anggota saja terutama negara anggota yang sudah lebih maju.

Analisis Deskriptif dengan Pemetaan Berdasarkan Pertumbuhan PDB riil dan Besaran Pendapatan per Kapita

(35)

25

Sumber: World Bank, 2013 (diolah) Keterangan:

Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV

● KorSel ● Singapura ● Indonesia ● Vietnam ▲Laos ■ Brunei ■ Filipina ■ Kamboja ►Malaysia

Jepang  China ◄Thailand

Gambar 4 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran Pendapatan per Kapita Tahun 2002

Sumber: World Bank, 2013 (diolah) Keterangan:

Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV

● Singapura ● Jepang ● Kamboja ● China ■ KorSel ■ Vietnam ■ Laos

Brunei Indonesia  Thailand ▲Malaysia ▲Filipina

Gambar 5 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran PDB per Kapita Tahun 2010

(36)

26

Pada tahun 2010 terjadi perubahan posisi masing-masing negara yang dilihat dari pertumbuhan PDB riil dan PDB per kapita. Singapura menunjukkan kondisi emas pada perekonomiannya dengan pendapatan per kapita yang tinggi sekaligus pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tinggi dari negara lainnya, sehingga berada pada kuadran I. Sedangkan Korea Selatan yang pada tahun 2002 berada pada kuadran I, menjadi berada pada kuadran II pada tahun 2010 bersama dengan Jepang, dan Brunei Darussalam pada tahun 2010. Kuadran II terdiri dari negara-negara dengan pendapatan per kapita tinggi namun pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya. Kuadran III terdiri dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibandingkan rata-rata. Negara Filipina, Thailand, dan China berada pada kuadran IV dengan pertumbuhan PDB riil tinggi namun pendapatan per kapita yang rendah.

Negara-negara yang berada pada kuadran I dan III masih mungkin mengalami peningkatan ekonomi dengan meningkatkan pendapatannya. Sedangkan negara pada kuadran III yang memiliki pendapatan per kapita yang rendah, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih memberikan kemungkinan negara-negara tersebut untuk menjadi lebih maju dengan meningkatkan penggunaan sumber daya secara penuh. Pemanfaatan sumber daya secara full employment memungkinkan negara-negara tersebut untuk mengejar ketertinggalannya dari negara anggota lainnya yang sudah maju. Sedangkan negara-negara pada kuadran IV yang memiliki pertumbuhan dan besaran pendapatan per kapita yang rendah akan lebih sulit untuk meningkatkan kondisi perekonomiannya dan mengejar ketertinggalan dari negara maju. Oleh karena itu, negara-negara dengan kondisi perekonomian tersebut seharusnya mendapatkan perlindungan dan bantuan dari negara maju untuk manghadapi liberalisasi dan meningkatkan aktivitas ekonominya melalui adanya kerja sama ASEAN+3 yang dilakukan. Sehingga diharapkan kerja sama yang telah dilakukan akan memberikan efek spill over positif pada negara-negara berkembang dan tidak mematikan negara berkembang tetapi menagalami kemajuan bersama.

Perhitungan yang dilakukan dengan memetakan negara-negara berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan per kapitanya ini sangat dipengaruhi oleh adanya outlier (pencilan) berupa negara-negara yang memeroleh pencapaian yang jauh lebih tinggi atau rendah dibandingkan negara lainnya, karena menggunakan nilai rataan. Seperti perhitungan yang dilakukan pada tahun 2010 dimana Singapura mencapai tingkat pertumbuhan PDB riil yang sangat tinggi, sehingga rataan yang diguanakan juga menjadi sangat tinggi.

Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson

Gambar

Tabel 1 Produk Domestik Bruto per Kapita Riil Negara ASEAN+3 Tahun 2009-
Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011
Tabel 2 Foreign Direct Investment Negara ASEAN+3 (Juta USD)
Gambar 2 Investasi Aktual dan Break-even
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana yang telah peneliti paparkan did atas bahwa jual beli ikan dengan sistem pancingan bertarif di Pancingan Sejuta Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten

Hal ini dikarenakan prosedur bermain peran sejak awal hinga akhir seperti; motivasi kelompok, memilih pemeran, me- nyiapkan tahap-tahap peran, peme- ranan, diskusi dan evaluasi,

Kita perhatikan komunikasi yang terjadi Setiap kali saya pulang rumah, Isteri saya selalu Isteri saya

Segala puji hanya untuk Allah SWT, hanya kepada-Nya kita memohon ampunan dan perlindungan, tidak lupa syukur atas nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat

dipilih oleh pihak ketiga yang bertikai, tetapi bisa juga mediator menawarkan diri. Mediator harus dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bertikai. Ketiga,

Seperti yang anda lihat pada program diatas, pada keyword throw new Exception(“kesalahan terjadi”); akan melempar object bertipe exception yang merupakan

Skripsi yang berjudul : Pengaruh Aktivitas Pencairan Suasana (Ice Breaking) Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan

Oleh karena hasil penelitian menunjukkan efek dari faktor waktu adalah tidak bermakna, maka untuk menghasilkan ekspresi MMP-9 yang paling rendah dapat dilakukan