OLEH
RISKA DEWI PERMATA H14070010
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
RISKA DEWI PERMATA. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan ASEAN+6: Pendekatan Data Panel (dibimbing oleh NOER
AZAM ACHSANI).
Isu globalisasi sering diperbincangkan selama dua dekade terakhir ini. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif bagi negara yang tidak mampu bersaing. Pasca Perang Dunia II, banyak negara yang menjalin kerjasama regional dan mengarah pada terciptanya globalisasi untuk meningkatkan daya saing kawasan integrasi ekonomi dengan perekonomian global. European Union telah menjadi kawasan integrasi ekonomi yang berhasil dan mendorong kawasan ASEAN untuk menciptakan kerjasama ekonomi yang lebih tinggi dengan konsep yang berbeda. ASEAN akan merealisasikan ASEAN Economic Community (AEC)-MEA pada tahun 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi lebih kompleks. ASEAN juga melakukan pertemuan dengan enam negara Asia Timur lain di Cebu pada tanggal 15 Januari 2007, dan membentuk kesepakatan adanya Comprehensive Economic Partnership in East Asia (CEPEA) yang dikenal dengan sebutan ASEAN+6. Enam negara lain tersebut adalah China, Jepang, Korea, Australia, India dan New Zealand. Integrasi ekonomi memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara Namun, bagi negara yang tidak mampu bersaing, integrasi ekonomi hanya akan menciptakan divergensi pertumbuhan ekonomi.
negara berkembang karena sistem yang berbeda diantara keduanya. Negara maju dan negara berkembang memiliki perbedaan dalam hal sektor riil maupun sektor keuangan, sehingga tidak dapat dilakukan kebijakan fiskal dan moneter yang sama. Dengan demikian, integrasi ekonomi kawasan ASEAN+6 secara konseptual dan secara ekonomi belum dapat dilaksanakan.
Analisis pertumbuhan ekonomi ASEAN+6 dibedakan antara negara maju dan negara berkembang, karena perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil estimasi, negara maju di ASEAN+6 dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pengeluaran konsumsi, mengurangi pengeluaran pemerintah, dan meningkatkan FDI. Negara berkembang di ASEAN+6 dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan defisit anggaran pemerintah sampai pada level 5 persen dan meningkatkan keterbukaan ekonomi.
Oleh
RISKA DEWI PERMATA H14070010
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Nama : Riska Dewi Permata
NIM : H14070010
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Noer Azam Achsani. Ph.D NIP. 19681229 199203 1 016
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM
PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 21 September 2011
Riska Dewi Permata
Riska Dewi Permata. Dilahirkan di Kediri, pada tanggal 30 Juni 1989.
Penulis dilahirkan dari pasangan Lukman Sugiantoro dan Karmila, merupakan
anak kedua dari dua bersaudara. Jenjang studi bermula dari TK Raudhatul Athfal
tahun 1992 hingga 1995, menyelesaikan pendidikan di SDN 1 Banjaran Kediri,
dilanjutkan ke SMPN 3 Kediri, dan lulus tahun 2007 dari SMAN 1 Kediri.
Adanya dukungan dari orang tua dan bimbingan staff pengajar SMAN 1
Kediri, pendidikan dapat dilanjutkan pada jenjang perguruan tinggi di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun
2007. Penulis diterima menjadi mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi Asrama
Putri Darmaga selama dua tahun dan menjalani beragam kegiatan kepanitiaan.
Selain itu, penulis mengikuti berbagai seminar, Program Kreatifitas Mahasiswa,
dan pada tahun 2010 sempat menjalani program magang kerja PG. Rajawali I
Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan semesta alam Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi yang dipilih berjudul “Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi di Kawasan ASEAN+6: Pendekatan Data Panel”. Penelitian ini
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada beberapa pihak
yang telah berperan dalam memberikan bantuan untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Beberapa pihak tersebut antara lain:
1. Noer Azam Achsani. Ph.D, selaku pembimbing skripsi atas segala
kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
masukan bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Wiwiek Rindayanti, selaku dosen penguji utama dalam sidang skripsi
yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berguna untuk skripsi
ini.
3. Widyastutik. M.Si, selaku komisi pendidikan yang memberikan banyak
informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.
4. Indra, M.Ec atas segala ketulusan dalam memberikan berbagai ilmu teknis
serta segala yang sangat berharga dan bermakna. Semua yang penulis
usahakan hanyalah untuk Ayah dan Ibu.
6. Budi Cahyono Prasetyo selaku saudara penulis yang memberikan nasehat,
dukungan, serta berbagai bentuk bantuan bagi penulis.
7. Andri Kurniawan yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
8. Sahabat sebimbingan skripsi, Retni Cristina Sitonga dan Solihin atas
perhatian, masukan, semangat, dan bantuan selama penulisan.
9. Teman-teman Asrama Putri Darmaga: Rafida Djakiman, Wa Hesti, Ulfa
Ni’mal Auliya, Fitriya Yuliani; serta teman-teman Pondok Kenanga:
Firdana Ayu, Febrina Mahliza, Auliya Indiarti Zen.
10.Teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 44.
11.Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis, dunia pendidikan dan bagi
semua pihak. Serta dapat menjadi langkah awal penulis untuk berjalan mencapai
impiannya. Amin.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Bogor, 21 September 2011
Riska Dewi Permata
DAFTAR TABEL ……… iv
2.2.4. Foreign Direct Investment (FDI)... 2.2.5. Tingkat Kesehatan ...
2.2.6. Tingkat Pendidikan ……….
2.2.7. Defisit Anggaran Pemerintah (Budget Deficit) ………..
2.2.8. Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy) ………... 2.3. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi ...
3.4.1.1. First-differences GMM (AB-GMM)………. 3.4.1.2. System GMM (SYS-GMM)……….. 3.4.2. Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis ...
3.4.3. Granger Causality Test pada Data Panel………
IV. PEMBAHASAN ………
4.1. Analisis Deskriptif Perbedaan Karakteristik Pertumbuhan
Ekonomi Negara Maju dan Negara Berkembang di ASEAN+6…...
4.3. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju di ASEAN+6…..
4.3.1. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi terhadap Pertumbuhan
4.4. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang di
4.4.2. Pengaruh Keterbukaan Ekonomi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Negara Berkembang di ASEAN+6………... 75
V. KESIMPULAN DAN SARAN ………...
5.1. Kesimpulan ………...
5.2. Saran ……….
77
77 78
DAFTAR PUSTAKA ………... 81
DAFTAR TABEL
No. Halaman 3.1. Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian………...
4.1. Hasil Estimasi Granger Causality Test………...
4.2. Hasil Estimasi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju di
ASEAN+6………...
4.3. Hasil Estimasi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang
di ASEAN+6………..
29
62
66
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1.1.Pertumbuhan Ekonomi Global ………..………...
2.1. Kerangka Pemikiran ………...
4.1. Korelasi Pertumbuhan Ekonomi Periode 2001-2005 dengan
Pertumbuhan Ekonomi Periode 2005-2008 ASEAN+6………
4.2. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengeluaran Konsumsi
ASEAN+6……….
4.3. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengeluaran Pemerintah
ASEAN+6………. 4.4. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan FDI ASEAN+6………..
4.5. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Tingkat
Harapan Hidup ASEAN+6………
4.6. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi
Sekolah Sekunder ASEAN+6………...
4.7. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Rasio Defisit Anggaran
Pemerintah ASEAN+6………..
4.8. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Keterbukaan Ekonomi
ASEAN+6……….
3
27
48
50
51
53
55
56
58
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil Estimasi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju di
ASEAN+6……….
Hasil Estimasi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara
Berkembang di ASEAN+6………
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Pengeluaran
Konsumsi ………...
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Pengeluaran
Pemerintah ………
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan FDI ………..
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Tingkat
Harapan Hidup………...
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Tingkat
Partisipasi Sekolah Sekunder ………...
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Defisit
Anggaran Pemerintah ………...
Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Keterbukaan
DAFTAR ISTILAH
Sangat efisien (mendekati efisiensi yang sempurna).
Kenaikan pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh penurunan investasi dan kenaikan tingkat tabungan.
Perekonomian dunia yang miskin dapat mengejar perekonomian dunia yang sudah maju, sehingga terdapat pertemuan perekonomian.
Model permintaan agregat yang
mengindikasikan penentuan pendapatan agregat pada tingkat harga tertentu, dengan
menggunakan analisis interaksi antara pasar barang dan pasar uang.
Model penentuan pendapatan secara sederhana yang menunjukkan mekanisme bagaimana
perubahan pengeluaran memiliki dampak pengganda pada pendapatan, berdasarkan gagasan General Theory Keynes.
Doktrin yang mengatakan bahwa barang harus dijual dengan tingkat harga yang sama di semua negara, yang menunjukkan kurs riil mencerminkan perbedaan dalam tingkat harga. Mata uang tunggal yang digunakan oleh negara yang menjalin integrasi ekonomi.
1.1. Latar Belakang
Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi
selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang
mengkhawatirkan bagi negara yang tidak mampu bersaing. Pasca perang dunia ke
dua, banyak negara yang menjalin kerjasama regional dan mengarah pada
terciptanya globalisasi. Menurut WTO dalam Santoso dkk (2008), sejak Perang
Dunia II hingga akhir tahun 2006, lebih dari 200 perjanjian regional dan beberapa
perjanjian yang masih dalam proses. Total perjanjian perdagangan antar negara
regional mencapai 50 persen dari total perdangan internasional. Kerjasama
ekonomi yang banyak mendapat sorotan saat ini adalah North American Free Trade Area (NAFTA) dan European union (Santoso dkk, 2008).
Kerjasama ekonomi secara regional antar negara sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas perekonomian suatu negara. Seperti yang telah dilakukan
oleh negara-negara di Eropa dengan membentuk European union. European union yang menerapkan single currency sebagai salah satu kebijakannya telah membentuk kesatuan regional yang efisien untuk anggotanya. European union
yang cenderung menunjukkan performa yang meningkat, mendorong integrasi
ekonomi di negara berkembang seperti ASEAN. ASEAN ingin membentuk
integrasi ekonomi yang lebih tinggi seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa dengan
konsep yang sedikit berbeda. ASEAN akan membentuk ASEAN Community.
dipercepat menjadi tahun 2015. ASEAN Community memiliki tiga pilar utama, yaitu: ASEAN Economic Community (AEC)-MEA, ASEAN Security Community, ASEAN Socio-Cultural Community. ASEAN Community, akan menyebabkan terjadinya pergerakan secara bebas dalam hal barang dan jasa, tenaga terampil,
modal, serta akan memengaruhi segala aspek bidang kehidupan (Santoso dkk,
2008). Menurut Achsani (2008) integrasi ekonomi ASEAN mampu menciptakan
pasar yang sangat besar dengan jumlah perdangangan dan jumlah produk
domestik bruto lebih dari 720 milyar dollar dan 737 milyar dollar per tahun.
Apabila melihat kembali sejarah, krisis yang melanda Asia pada tahun
1997, ASEAN tidak mampu meredakan kemelut yang terjadi pada anggotanya.
Setelah krisis di akhir tahun 1990-an tersebut, ASEAN meningkatkan hubungan
ekonomi eksternal dengan beberapa negara Asia Timur, seperti Cina, Jepang dan
Korea Selatan. Kerjasama ini dikenal dengan nama ASEAN+3. Kerjasama
ASEAN+3 mampu membentuk pasar yang lebih besar dari pada ASEAN.
Bergabungnya ASEAN dengan negara-negara maju di Asia seperti Cina, Jepang
dan Korea Selatan akan membawa dampak yang sangat signifikan dalam
perekonomian regional kawasan ASEAN+3. Hubungan saling ketergantungan
ekonomi antara ASEAN dengan ketiga negara sangat erat. Melalui integrasi
moneter dan perdagangan bebas dapat memberikan manfaat bagi para anggota
ASEAN+3 (Krapohl dan Obermeier, 2010).
Berdasarkan hasil pertemuan di Cebu pada tanggal 15 Januari 2007, para
pemimpin ASEAN dan enam negara lain menghasilkan kesepakatan adanya
Australia, India dan New Zealand. Tujuan dari dibentuknya CEPEA adalah
menciptakan integrasi ekonomi yang lebih intensif di kawasan ASEAN+6 serta
mengurangi divergensi pembangunan antar negara tersebut. Pembentukan CEPEA
diharapkan akan menciptakan pasar yang lebih besar dan berpotensi menjadi pasar
tunggal. Menurut CEPEA report 2008 dalam Faradila (2010) populasi kawasan
ASEAN+6 mencapai 49,6persen dari populasi dunia.
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia sangat mengesankan
selama tiga dasa warsa terakhir. Pertumbuhan diperlihatkan dari tingkat PDB riil
dalam Purcasing Power Parity di tahun 1980 yang mencapai $3,3 trilyun dan beranjak menjadi $24,5 trilyun pada tahun 2009. Pendapatan rata-rata negara
berkembang di Asia pada tahun 1980 hanya seperempat dari rata-rata pendapatan
dunia. Namun pada tahun 2009, rata-rata pendapatan negara berkembang di Asia
mencapai tiga perempat dari pendapatan rata-rata dunia.
Sumber : World Development Indicator, diolah
Pada gambar 1.1 menggambarkan potensi pertumbuhan ekonomi Asia
yang tetap berada dalam tingkat yang lebih besar. Pengaruh krisis global telah
menrunkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 dan 2009. Di Asia, negara
yang paling terkena dampak dari krisis global adalah Jepang. Namun rata-rata di
setiap negara dapat memulihkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010.
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia mampu meningkatkan
jumlah negara maju di Asia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia
menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan keterkaitan dengan
perekonomian global. Terdapat estimasi yang menjelaskan bahwa di masa depan
pertumbuhan ekonomi Asia dapat memengaruhi ekonomi global berdasarkan
penelitian dari Lee dan Hong (2010). Pada tahun 2007 hingga 2008, pertumbuhan
ekonomi Asia juga mampu menutupi kemunduran perekonomian Amerika Serikat
akibat krisis kredit perumahan (suprime mortage), serta untuk pertama kalinya negara China dan India sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar bagi
perekonomian dunia (Santoso dkk, 2008). Menurut Lee dan Hong (2010),
khususnya di Asia Timur memiliki potensi pertumbuhan antara lain disebabkan
oleh potensi ekonomi, geografi yang baik, pembangunan karakteristik, demografi
serta kebijakan ekonomi yang menunjang pertumbuhan.
1.2. Perumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN+6 menunjukkan
hasil yang cukup mengesankan dan dapat memengaruhi perekonomian secara
global. Seperti yang telah dijelaskan di atas, pertumbuhan ekonomi negara
Beberapa negara berkembang di Asia beberapa diantaranya tergabung dalam
ASEAN+6. Krisis global pada tahun 2008, sempat mengguncang beberapa negara
ASEAN+6 diantaranya negara Singapura dan Jepang. Namun dukungan domestik
yang besar dalam permintaan produk, membuat beberapa negara ASEAN+6 tetap
bertahan dan sedikit terkena dampak krisis global (Lee dan Hong, 2010).
Integrasi ekonomi berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Berdasarkan beberapa studi empiris menyatakan bahwa faktor eksternal
memberikan dampak yang lebih signifikan bagi pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Secara teori, integrasi ekonomi dapat meningkatkan daya saing regional
terhadap perekonomian global, meningkatkan pangsa pasar, mendorong adanya
efisiensi ekonomi, memperbesar tingkat mobilisasi tenaga kerja dan modal
sehingga mempermudah perolehan modal serta meningkatkan penyerapan tenaga
kerja (Santoso dkk, 2008).
Namun, tidak sedikit pula yang meragukan keberhasilan dari integrasi
ekonomi. Globalisasi dapat memberikan pengaruh yang positif serta dapat
memberikan pengaruh yang negatif bagi negara yang belum siap untuk
menghadapi persaingan dengan dunia internasional. Integrasi ekonomi hanya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang telah siap menerima globalisasi
(Santoso dkk, 2008). Negara yang belum mampu bersaing dengan negara yang
berada dalam integrasi hanya akan menjadi negara konsumsi produk negara lain,
sehingga konvergensi akan sulit dicapai. Selanjutnya, integrasi ekonomi hanya
akan menciptakan negara-negara yang semakin divergen (Achsani, 2008).
Selain itu, perlu disadari adanya perbedaan karakteristik antar negara
memiliki keragaman antar anggotanya. ASEAN+6 merupakan gabungan negara
ASEAN dan beberapa negara Asia Timur yang terdiri dari negara maju dan
negara berkembang. Keragaman antara negara maju dan negara berkembang
cukup besar, sehingga akan berisiko apabila menyamaratakan kondisi dari
negara-negara yang berbeda tersebut. Perbedaan antara negara-negara maju dan negara-negara
berkembang dapat dilihat dari stuktur politik, srtuktur pendapatan, standart hidup,
produktivitas, pertumbuhan penduduk, dan lain sebagainya.
Dengan melihat adanya potensi pertumbuhan ekonomi ASEAN+6, adanya
ancaman divergensi pertumbuhan ekonomi, perbedaan karakteristik antar negara
anggota ASEAN+6, maka penting untuk dilakukan kajian mengenai pertumbuhan
ekonomi di kawasan integrasi ekonomi ASEAN+6. Berdasarkan pemaparan di
atas, dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah perbedaan karakteristik antara pertumbuhan ekonomi negara maju
dan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6?
2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju
di ASEAN+6?
3. Apa faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara
berkembang di ASEAN+6?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil pemaparan rumusan penelitian di atas, dapat ditentukan
tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis perbedaan karakteristik antara pertumbuhan ekonomi negara
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
negara maju di ASEAN+6
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
negara berkembang di ASEAN+6.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan karakteristik
pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang di kawasan
ASEAN+6. Serta mampu memahami beragam variabel faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju maupun negara berkembang di
ASEAN+6. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan,
baik dari sisi pemerintahan, kalangan akademisi maupun bagi penulis sendiri.
Berdasarkan hasil analisis integrasi ekonomi ini, pemerintah diharapkan dapat
mengambil kebijakan yang tepat dalam menghadapi integrasi ekonomi.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Kawasan ASEAN+6 yang akan dibahas adalah negara Cina, Jepang, Korea
Selatan, Australia, India, New Zealand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina,
dan Thailand. Adanya keterbatasan data, maka dalam penelitian ini tidak
memasukkan negara Brunei Darusalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Periode data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah tahun 2001
Pada bab ini, akan dijelaskan beberapa pustaka yang mendukung
penelitian. Beberapa pustaka tersebut antara lain: integrasi ekonomi; pertumbuhan
ekonomi dan beberapa faktor-faktor yang memengaruhinya; pengukuran
pertumbuhan ekonomi; data panel; dan penelitian terdahulu yang menjadi acuan
penelitian ini. Pada bagian terakhir bab ini juga akan dijelaskan kerangka
pemikiran dari penelitian.
2.1. Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi adalah suatu kebijakan dalam perdagangan yang
mengurangi atau menghapuskan beragam hambatan perdagangan. Kebijakan
tersebut dilakukan secara diskriminatif, yakni hanya berlaku pada negara yang
memiliki kesepakatan bersama untuk membentuk integrasi ekonomi. Integrasi
ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan negara anggota dan
menciptakan stabilitas yang tinggi (Salvatore, 1997).
Menurut Bella Balassa dalam Hamdy (2004), tahapan integrasi ekonomi
dapat dibedakan menjadi lima bagian. Tahapan integrasi ekonomi tersebut antara
lain:
1. Preferential Trading Area (PTA)
Negara yang tergabung dalam integrasi ini, memiliki kesepakatan untuk
menurunkan berbagai macam hambatan perdagangan antar anggota. Selain
itu, dalam PTA juga memberikan perlakuan khusus terhadap barang tertentu
2. Free Trade Area (FTA)
Negara yang bersepakat untuk memberlakukan FTA, harus menghilangkan
semua hambatan perdagangan baik hambatan tarif maupun non-tarif. Akan
tetapi, negara dalam FTA masih dapat memberlakukan hambatan
perdagangan bagi negara lain diluar anggota.
3. Customs Union
Negara anggota dalam kesatuan ini dapat mempertahankan atau
menghilangkan kebijakan perdagangan antar anggota. Selain itu, negara
dapat menyeragamkan kebijakan perdagangan internasional di luar negara
anggota.
4. Economic Union
Economic Union merupakan bentuk kerjasama regional yang memiliki kesatuan kebijakan dalaam hal perpajakan, tenaga kerja, jaminan sosial, dan
lain-lain.
5. Monetary Union
Monetary Union merupakan bentuk kerjasama regional, dimana antara negara anggota memiliki kesamaan dalam hal kebijakan moneter (penyatuan mata
uang), kebijakan fiskal, dan kebijakan sosial.
Selanjutnya, integrasi ekonomi menurut Salvatore (1997) akan dapat
meningkatkan kesejahteraan apabila memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
1. Hambatan perdagangan antar negara anggota sebelum terbentuknya integrasi
2. Hambatan perdagangan yang terjadi antara negara anggota dengan negara di
luar anggota relatif rendah.
3. Memiliki negara partisipan dalam integrasi ekonomi yang relatif banyak dan
memiliki ukuran perekonomian negara anggota yang besar.
4. Antar negara anggota memiliki tingkat kompetitif yang semakin tinggi dan
ragam perekonomian memiliki unsur komplementaris yang semakin kecil.
Integrasi ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan apabila dibentuk oleh
negara anggota yang memiliki stuktur perekonomian saling bersaing, bukan
saling melengkapi.
5. Memiliki kedekatan dalam aspek geografis.
6. Antara negara anggota dan negara di luar anggota memiliki hubungan dagang
yang luas.
Integrasi ekonomi yang telah dibentuk oleh Uni Eropa lebih berhasil dari pada
Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa. Hal ini dikarenakan negara anggota Uni
Eropa lebih bersifat kompetitif, memiliki kedekatan geografis, dan sebelum
terbentuk Uni Eropa, negara anggotanya memiliki hubungan dagang yang luas
dengan negara lain diluar anggota .
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Setiap negara di seluruh dunia menomorsatukan pada kemajuan
pertumbuhan ekonomi. Setiap ekonom di dunia memusatkan perhatian tentang
pertumbuhan ekonomi. Pemusatan perhatian pada pertumbuhan ekonomi
dilakukan oleh penganut sistem ekonomi sosialis, kapitalis maupun campuran. Hal
ini terjadi karena konsep pertumbuhan ekonomi telah diyakini sebagai ukuran
nilai pertumbuhan ekonomi nasional (Todaro dan Smith, 2004).
Pergerakan pertumbuhan ekonomi di setiap negara berbeda-beda.
Beberapa negara di Asia Timur memiliki laju pertumbuhan yang tinggi selama
tiga tahun terakhir ini, sementara itu beberapa negara Afrika mengalami
pertumbuhan yang relatif stagnan. Hal ini terjadi karena perbedaan produktivitas
yang dapat dilihat dari perbedaan standart kualitas hidup. Negara maju memiliki
pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena negara maju lebih produktif dari pada
negara miskin. Sehingga tingkat pertumbuhan ekonommi berkorelasi positif
dengan produktivitas dan standart kualitas hidup. Menurut Lipsey et all (1997)
tiga faktor penting dari produktivitas yang memengaruhi tingkat pertumbuhan
ekonomi. tersebut adalah:
1. Akumulasi modal
Akumulasi modal dapat berupa modal fisik maupun modal manusia.
Modal manusia
Investasi dalam modal manusia dapat dilakukan melalui pendidikan formal
maupun peningkatan pengalaman kerja.
Modal fisik
Investasi dalam modal fisik dapat berupa semua bentuk investasi, sarana
prasarana transportasi dan komunikasi, pembangunan pabrik serta fasilitas lain
penunjang perekonomian.
Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, akan terjadi pula peningkatan
jumlah angkatan kerja.
3. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi dapat dilakukan dengan adanya inovasi, cara baru untuk
menghasilkan suatu produk maupun bentuk-bentuk organisasi bisnis modern.
Pendekatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan produktivitas mengacu
pada model pertumbuhan yang paling terkenal yakni model pertumbuhan
Neoklasik Solow. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian
antar bergai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi beragam akan
konvergen apabila memiliki tingkat tabungan, pertumbuhan angkatan kerja,
pertumbuhan produktivitas dan tingkat depresi yang sama. Dengan demikian
model pertumbuhan neoklasik Solow dapat dijadikan sebagai kerangka dasar
penelitian konvergensi berbagai negara. Teori pertumbuhan Solow mampu
menggambarkan pertumbuhan negara maju lebih baik dari pada menggambarkan
pertumbuhan ekonomi negara berkembang (Todaro dan Smith, 2004). Model
pertumbuhan ekonomi Solow menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Fungsi
produksi model Solow:
Y = AKα (hL)1-α
Keterangan:
Y = produk domestik bruto
K = persediaan modal fisik
L= persediaan tenaga kerja
A = total faktor produktivitas, yang tumbuh pada tingkat eksogen
Dengan y = Y/L, maka persamaan di atas menjadi:
Y = Akα h1-α
Persamaan tersebut dapat ditransformasi menjadi fungsi produksi Cobb-Douglas:
Berdasarkan fungsi di atas, persmaan fungsi output per tenaga kerja adalah:
Dengan demikian, tingkat output per tenaga kerja dipengaruhi oleh total faktor
produktivitas, kapital per tenaga kerja dan modal manusia per tenaga kerja.
Tingkat output per pekerja merupakan sebuah ukuran dari produktivitas.
Terdapat berbagai kritik mengenai kinerja teori neoklasik. Teori neoklasik
tidak mampu menjelaskan apabila terjadi guncangan dalam perekonomian
maupun perubahan teknologi. Pertumbuhan ekonomi menurut teori neoklasik
merupakan proses yang bebas dari pengaruh kemajuan teknologi. Hal ini memicu
adanya konsep pertumbuhan ekonomi baru atau teori pertumbuhan endogen. Teori
pertumbuhan endogen pemberikan kerangka teoritis pertumbuhan ekonomi yang
persisten yakni pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh sistem proses produksi,
bukan dari kekuatan lain di luar sistem. Teori pertumbuhan endogen mampu
menjelaskan perbedaan pertumbuhan ekonomi antar negara, menjelaskan
faktor-faktor dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, menjelaskan peluang
terjadinya skala hasil yang semakin meningkat; dan menjelaskan pola
pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antar negara. Persamaan
sederhana dari teori pertumbuhan endogen adalah Y = AK. A mewakili semua
manusia. Persamaan tersebut tidak mencerminkan adanya hasil yang semakin
menurun atas modal.
Tingkat pendapatan suatu negara, selain dipengaruhi dari faktor
produktivitas, dapat pula dipengaruhi oleh beberapa komponen. Komponen lain
yang memengaruhi pendapatan antara lain konsumsi, pengeluaran pemerintah,
nilai tukar, FDI, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, defisit anggaran
pemerintah, dan keterbukaan ekonomi. Komponen ini diambil dari penelitian yang
dilakukan oleh Barro (1996) dan pendekatan pengeluaran dari pendapatan
nasional. Barro (1996) mengadopsi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan
ekonomi berdasarkan teori pertumbuhan endogen.
2.2.1. Konsumsi
Konsumsi adalah keseluruhan barang maupun jasa yang dibeli oleh
konsumen. Rumah tangga mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi output
perekonomian yang mereka butuhkan. Konsumsi dapat dilakukan oleh rumah
tangga maupun perusahaan. Konsumsi terdiri dari tiga bagian, yakni barang tidak
tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama merupakan
barang yang habis dalam sekali pemakaian atau dapat juga diartikan barang yang
habis dalam jangka pendek. Barang tahan lama adalah barang yang memiliki usia
pemakaian dalam jangka panjang. Sedangkan jasa adalah usaha pelayanan yang
dilakukan oleh perusahaan ataupun individu untuk memenuhi kebutuhan
konsumen, seperti perusahaan antar barang, salon kecantikan, dan lain sebagainya
2.2.2. Pengeluaran Pemerintah
Salah satu instrumen kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah.
Pemerintah mengeluarkan belanja negara dengan membeli output perekonomian
untuk keperluan negara dan penyediaan barang publik. Bentuk belanja pemerintah
anatara lain adalah gaji pegawai, pembangunan infrastuktur, transfer payment ke masyarakat, pembelian persenjataan untuk pertahanan negara, dan lain
sebagainya. Jenis-jenis pengeluaran tersebut membentuk permintaan barang dan
jasa perekonomian oleh pemerintah (Mankiw, 2002).
2.2.3. Foreign Direct Investment (FDI)
FDI adalah aliran salah satu bentuk modal asing dari investor asing ke
negara tujuan. Arus investasi luar negeri ke negara-negara di Asia telah meningkat
sejak awal tahun 1990-an. Arus investasi luar negeri datang dari Amerika Serikat,
Inggris, Jerman, Spanyol, Belanda dan Perancis. FDI termasuk modal asing yang
tidak rentan menimbulkan guncangan perekonomian karena bersifat jangka
panjang. FDI diharapkan mampu menguatkan struktur investasi yang
berkesinambungan. Keberadaan investasi yang sustainable akan menyebabkan pertumbuhan perekonomian semakin kuat (Kurniati dkk, 2007).
Kurniati dkk (2007) membagi FDI menjadi dua kategori yakni FDI
horizontal dan FDI vertikal. FDI horizontal bertujuan untuk mencari pasar baru.
FDI ini dilakukan dengan memproduksi barang yang sejenis antara suatu negara
dengan negara yang lainnya. Sedangkan FDI vertikal dilakukan untuk
melakukan proses produksi di suatu negara dengan biaya produksi yang rendah,
kemudian menyalurkan hasil produksi ke negara asal.
2.2.4. Tingkat Kesehatan
Menurut teori lingkaran kemiskinan Myrdal, negara mengalami
keterbelakangan atau kemiskinan diakibatkan pada minimumnya pemenuhan
kebutuhan gizi, kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar serta tingkat
pendidikan yang rendah (Damanhuri, 2010). Kualitas kesehatan yang tidak
memadai di suatu negara, akan menyebabkan tingkat pendapatan yang minimum.
Tingkat kesehatan dapat memengaruhi tingkat harapan hidup. Tingkat kesehatan
yang rendah dapat meningkatkan angka kematian. Tingkat kesehatan dapat diukur
melalui tingkat harapan hidup pada saat kelahiran serta tingkat kematian.
2.2.5. Tingkat Pendidikan
Pembinaan sumber daya manusia akan menciptakan tenaga kerja yang
terdidik, terampil dan berkompeten (Todaro dan Smith, 2004). Pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki oleh seorang pekerja dan didapatkan melalui pedidikan,
pelatihan, pengalaman, dan lain sebagainya. Dengan peningkatan sumber daya
manusia, akan meningkatkan produktivitas. Pertumbuhan angkatan kerja diyakini
sebagai faktor yang positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan jumlah angkatan kerja akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang
produktif. Tingkat pendidikan dapat dicerminkan melalui tingkat partisipasi
2.2.6. Defisit Anggaran Pemerintah (Budget Deficit)
Defisit anggaran terkait erat dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran
pemerintah dapat menyebabkan defisit anggaran apabila melakukan kebijakan
fiskal yang ekspansif. Defisit anggaran secara konvensional dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana total belanja pemerintah lebih besar dari pada total
pendapatan termasuk didalamnya adalah hibah (Wahyuningtyas, 2010).
2.2.7. Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy)
Openness of the economy atau keterbukaan ekonomi merupakan indikator untuk memperlihatkan seberapa besar tingkat ekspor impor suatu negara.
Keterbukaan ekonomi dapat diartiakan pula sebagai volume perdagangan
internasional. Keterbukaan ekonomi dapat dijelaskan dengan penjumlahan nilai
ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki sejumlah argumen yang
mendukung serta menolaknya, dengan beragam alasan yang mendasarinya.
Namun argumen yang mendukung ataupun menolak tidak ada yang memiliki
kebenaran yang absolut. Manfaat yang diperoleh suatu negara dengan adanya
perdagangan internasional bergantung pada struktur perekonomian negara itu
sendiri (Lindert dan Kindleberger, 1986).
2.3. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional atau GDP (Gross Domestic Product). GDP merupakan indikator yang penting dalam mengukur kinerja perekonomian suatu negara. GDP
dihasilkan dari keseluruhan unit usaha ekonomi suatu negara dalam periode waktu
tertentu (Badan Pusat Statistik, 2010). GDP dapat menggambarkan keseluruhan
aktivitas ekonomi para pelaku ekonomi suatu negara. Kemampuan finansial suatu
negara dapat terlihat melalui tingkat GDP. GDP juga dipergunakan oleh investor
asing untuk merencanakan investasinya ke negara lain dengan melihat tingkat
GDP negara tujuan.
GDP digolongkan menjadi dua bagian yaitu GDP nominal dan GDP riil.
GDP nominal adalah pengukuran keseluruhan barang dan jasa dengan harga yang
berlaku. Sedangkan GDP riil adalah pengukuran keseluruhan barang dan jasa
dengan harga konstan pada tahun dasar. Pengukuran dengan menggunakan GDP
riil lebih mencerminkan kesejahteraan masyarakat dari pada GDP nominal. Hal
tersebut dikarenakan GDP riil tidak dipengaruhi faktor inflasi serta kemampuan
masyarakat memenuhi kebutuhannya berdasarkan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi (Mankiw, 2002). GDP nominal dapat digunakan untuk melihat
pergeseran struktur ekonomi, sedangkan GDP riil dapat digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Badan Pusat Statistik,
2010). Selain GDP, pengukuran pendapatan lain dapat menggunakan produk
nasional bruto (gross national product/GNP) dan produk nasional netto (net national product/NNP). Perbedaan antara GDP dengan GNP adalah nilai GNP sebagian diperoleh dari luar negeri (Dornbusch dan Fischer 1997). Misalnya,
perusahaan Honda yang berproduksi di Indonesia, keuntungan dari bisnis Honda
masuk sebagai GNP Jepang dan tidak masuk sebagai GDP Jepang melainkan
Menurut Badan Pusat Statistik (2010) perhitungan GDP dapat
menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan
serta pendekatan pengeluaran. Dengan ketiga pendekatan ini, dapat diketahui
secara jelas cerminan aktivitas ekonomi suatu negara. Pendekatan produksi
menghitung GDP melalui penjumlahan keseluruhan produksi akhir dari semua
unit produksi suatu negara dalam kurun waktu tertentu.
Pendekatan pendapatan menghitung GDP dengan menjumlahkan
keseluruhan pendapatan yang diterima faktor produksi sebagai imbalan balas jasa.
Pendapatan tersebut mencangkup nilai gaji, upah, sewa, bunga modal dan
keuntungan namun belum termasuk pajak penghasilan serta pajak langsung yang
terkait. Pendekatan pengeluaran menghitung GDP dengan menjumlahkan
keseluruhan komponen permintaan. Komponen permintaan tersebut antara lain:
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba
pengeluaran konsumsi pemerintah
pembentukan modal tetap domestik bruto
investasi, dan
ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).
Terdapat permasalahan dalam pengukuran GDP yakni adanya kegiatan
ekonomi bawah tanah (underground economic). Kegiatan ekonomi bawah tanah terdiri dari : pekerjaan sampingan yang tidak terdaftar, perjudian yang illegal,
bekerja sebagai imigran illegal, perdagangan obat-obatan terlarang, prostitusi
illegal, dan lain sebagainya. Ada dua jenis kegiatan ekonomi bawah tanah, yang
pertama adalah kegiatan yang tidak melanggar hukum dengan alasan untuk
hukum, seperti perdagangan obat-obatan terlarang dan sebagainya (Dornbusch
dan Fischer, 1997).
2.4. Data Panel
Data panel atau yang disebut juga longitudinal data adalah data yang yang memiliki keterkaitan antara dimensi ruang (cross section) dan dimensi waktu (time series). Data cross section dalam data panel diobservasi menurut waktu. Setiap data cross section memiliki unit observasi time series yang sama, maka disebut balanced panel. Sebaliknya, setiap data cross section memiliki unit observasi time series yang berbeda, maka disebut unbalanced panel. Aplikasi metode estimasi menggunakan data panel bertujuan untuk mengatasi kelemahan
yang tidak mampu dijawab oleh metode cross section dan time series murni. Dengan menggunakan data panel, banyak keuntungan yang akan didapatkan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Mampu mengontrol heterogenitas individu.
Data panel secara eksplisit mampu memasukkan unsur heterogenitas yang
dimiliki antar individu. Data panel memberikan peluang perlakuan setiap
unit-unit individu yang dianalisis adalah heterogen.
2. Memberikan data informatif, mengurangi adanya kolinearitas antar
peubah, meningkatkan derajat kebebasan serta panggunaannya lebih
efisien.
Dengan demikian, data panel mampu menghasilkan estimasi yang lebih
akurat.
3. Lebih baik untuk studi dynamics of adjustment.
Dalam data panel, setiap unit cross section memiliki dimensi waktu. Sehingga membuat data panel mampu mempelajari perubahan dinamis
terhadap waktu.
4. Mampu lebih baik dalam mengatasi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diatasi oleh metode estimasi data cross section saja ataupun time series saja.
Pada kenyataannya, indikator-indikator dalam perekonomian sebagian
besar bersifat dinamis. Hubungan dinamis dapat diketahui dengan adanya lag
variabel endogen yang terdapat pada variabel eksogen. Dalam panel dinamis yit
adalah fungsi dari µi, maka yi,t-1 juga merupakan fungsi dari µi. Untuk
mengestimasi panel dinamis, digunakan pendekatan Generalized method of moment (GMM). Alasan yang melatarbelakangi digunakannya pendekatan GMM diantaranya, GMM merupakan common estimator yang akan memberikan manfaat baik dalam penilaian maupun perbandingan, serta GMM menawarkan alternatif
yang lebih sederhana terutama untuk maximum likelihood. Pada umumnya, dalam pendekatan GMM terdapat dua jenis metode, yaitu:
1. First-difference GMM (FD-GMM) atau Arrellano-Bond GMM (AB-GMM).
Penduga yang dihasilkan dari FD-GMM dapat mengandung bias apabila
memiliki ukuran contoh yang terbatas, terutama ketika periode
pertimbangan sebelum mengestimasi model autoregresif dengan periode
waktu yang relatif kecil. Selain itu, dalam model AR(1) yang
menggunakan pendekatan least square akan menghasilkan estimasi yang bias ke atas dan fix effect akan menghasilkan estimasi yang bias ke bawah. 2. System GMM (SYS-GMM)
Pendekatan SYS-GMM digunakan untuk menjawab kelemahan dari
pendekatan FD-GMM, yang mendasari penggunaan metode ini adalah
untuk mengestimasi persamaan baik dalam level maupun dalam first-differences. Instrumen yang digunakan dalam level adalah lag first-differences dari deret.
2.5. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Penelitian Jesus Crespo Cuaresma, Gernot Depplelhofer dan Martin
Feldkircher (2009) dengan judul: ”Economic Growth Determinants for European Regions: Is Central and Eastern Europe Different?”. Penelitian ini mengukur faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Eropa periode 1995 –
2005 dengan memfokuskan pada daerah Eropa Pusat dan Eropa Timur. Penelitian
ini menggunakan metode Spatial Autoregressive Model (SAR) dengan pendekatan
Bayesian Model Averaging (BMA). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat konvergensi di kedua wilayah Eropa antar Negara yang berbeda
dengan negara individu. Kecepatan konvergensi sekitar 1,3 persen, dan ketepatan
Pusat. Proses konvergensi antar wilayah didominasi oleh proses perkembangan di
wilayah Eropa Pusat. Tingkat pertumbuhan ekonomi di negara kapital lebih tinggi
dari pada di negara non – kapital. Terdapat tambahan pendapatan yang diterima
oleh negara kapital di wilayah Eropa Pusat. Positif spatial spillover ditemukan dalam wilayah Kesatuan Eropa. Sehubungan dengan faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi, konvergensi pendapatan, infrasruktur,
menjadi kekuatan dalam penentuan pertumbuhan ekonomi di wilayah Eropa.
Penelitian B. Bhaskara Rao dan Maheshwar Rao (2005) dengan judul:
”Determinants of Growth Rate: Some Methodological Issues with Data from Fiji”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan model pertumbuhan Solow untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi partumbuhan ekonomi Pasifik
Selatan, Sufa (Fiji). Variabel yang digunakan mengacu pada pendekatan model
Solow, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor ketersediaan modal, tenaga
kerja serta tekhnologi. Analisis yang digunakan lebih memperhatikan keterkaitan
antara keterbukaan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut penelitian
ini, semakin terbukanya suatu negara, pertumbuhan ekonomi akan semakin
meningkat.
Penelitian Jong-Wha Lee dan Kiseok Hong (2010) dengan judul:
“Economic Growth in Asia: Determinant and Prospect”. Pada penelitian ini
membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi dan prospek pertumbuhan
ekonomi di Asia. Negara yang dianalisis adalah PRC, Hongkong, Korea,
Malaysia, Pakistan, Filipina, Singgapura, Taipei, Thailand dan Vietnam. Analisis
faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Lee dan Hong (2010)
variabel eksogennya adalah total faktor produktivity, modal fisik pertenaga kerja dan modal manusia pertenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis didapatkan
kesimpulan bahwa ketiga variabel ekogen memengaruhi konvergensi
pertumbuhan ekonomi serta proyeksi pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan
secara signifikan melalui peningkatan pendidikan, RND dan property right.
Penelitian Catanet Dan Nicolae dan Catanet Alina (2008) dengan judul:
“Facts About Determinants of Economic Growth”. Pada penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi 150 negara
selama tahun 1961-2000 dengan menggunakan pendekatan data panel. Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat
didorong oleh pendidikan, kesehatan, tingkat tabungan, sistem keuangan, FDI,
keterbukaan ekonomi, permodalan dan tingkat suku bunga riil. Namun
pertumbuhan ekonomi dapat mengalami perlambatan dengan tingginya tingkat
pengangguran, pengeluaran pemerintah, inflasi, pertumbuhan populasi, defisit
anggaran serta defisit neraca pembayaran.
Penelitian Mori Kogid, Dullah Mulok, Lim Fui Yee Beatrice dan Kasim
Mansur (2010) dengan judul: “Determinant Factors of Economic Growth in Malaysia: Multivariate Cointegration and Causality Analysis”. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Malaysia
dalam periode tahun 1970 sampai 2007. Metode yang digunakan adalah Error Corection Model. Variabel yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada penelitian mereka antara lain: consumtion expenditure (CE), goverment expenditure (GE), expor (X), exchange rate(ER) dan
kesimpulan bahwa konsumsi dan eksport menjadi variabel yang signifikan dalam
memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat
dengan adanya pengeluaran pemerintah, nilai tukar dan FDI.
Penelitian Robert J. Barro (1996) dengan judul: “Determinan of Economic
Growth: A Cross-Country Empirical Study”. Penelitian ini menggunakan subjek
analisis 100 negara selama selang waktu 1960 hingga 1990 dan menggunakan
pendekatan data panel. Hasil penelitian ini mengungkapkan bukti empiris adanya
konvergensi pertumbuhan ekonomi yang kuat di negara yang dianalisis.
Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan kenaikkan life expectancy dan tingkat pendidikan; penurunan kesuburan kelahiran; penurunan pengeluaran
pemerintah; peningkatan maintenance sistem hukum dan undang-undang; penurunan tingkat inflasi; dan peningkatan term of trade.
Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu
adalah ruang lingkup penelitian serta metode penelitian. Pada penelitian ini akan
menganalisis perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi negara maju dan
negara berkembang di ASEAN+6, faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan
ekonomi negara maju di ASEAN+6, serta faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan panel dinamis dengan beberapa
variabel eksogen, antara lain: lag pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure), pengeluaran pemerintah (goverment expenditure),
2.6. Kerangka Pemikiran
Salah satu syarat untuk mewujudkan integrasi ekonomi seperti yang
diharapkan negara ASEAN+6 adalah konvergensi dalam hal nominal dan riil
(Ningsih, 2010). Integrasi ekonomi dan keuangan akan memengaruhi
pertumbuhan ekonomi negara kawasan ASEAN+6. Integrasi ekonomi dapat
membuat pertumbuhan ekonomi menjadi konvergen maupun divergen. Divergensi
akan terjadi apabila suatu negara tidak mampu bersaing dengan negara lain dalam
integrasi ekonomi. Negara yang tidak mampu bersaing tersebut hanya akan
menjadi konsumen di negara sendiri dan mengalami kemunduran pertumbuhan
ekonomi.
Kawasan integrasi ekonomi ASEAN+6 terdiri dari negara maju dan negara
berkembang. Negara maju dan negara berkembang memiliki perbedaan
karakteristik yang mendasar dan tidak dapat diterapkan perlakuan yang sama
antara keduanya. Selanjutnya, analisis pertumbuhan ekonomi ASEAN+6 akan
dilakukan dengan memisahkan antara negara maju dan negara berkembang agar
tidak menghasilkan regresi yang bias. Adapun variabel independen dari model
faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di
ASEAN+6 serta faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara
berkembang di ASEAN+6 adalah lag variabel dependen, pengeluaran konsumsi, tingkat harapan hidup, dan Foreign Direct Investment inflow. Variabel sebagai faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini
Direct Investment inflow,defisit anggaran pemerintah, dan keterbukaan ekonomi. Analisis yang digunakan untuk mengestimasi adalah pendekatan panel dinamis
(GMM). Gambar 2.1 akan memperlihatkan kerangka pemikiran dari penelitian.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Integrasi Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+6
Negara Maju
Negara Berkembang Karakteristik Pertumbuhan
Ekonomi ASEAN+6
ASEAN Cina, Jepang, Korea, Australia,
India, New Zealand
Menggunakan Pendekatan
Panel Dinamis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Metode Deskriptif Negara
Maju
Negara Berkembang
3.1. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa
data panel (atau longitudinal data) yang memiliki dimensi waktu (time series) dan dimensi ruang (cross section). Periode data yang digunakan adalah tahun 2001 hingga 2008. Pemilihan periode data dikarenakan keterbatasan data pada semua
variabel yang digunakan. Negara yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah
ASEAN+6 dengan memasukkan lima negara utama ASEAN dan enam negara
Asia lainnya. Negara tersebut adalah sebagai berikut : Cina, Jepang, Korea
Selatan, Australia, India, New Zealand, Indonesia, Malaysia, Singgapura, Filipina
dan Thailand. Pada penelitian ini tidak memasukkan negara Brunei Darusalam,
Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam karena adanya keterbatasan data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
International Financial Statistic (IFS) dari International Monetary Fund (IMF),
World Development Indicator 2009, CEIC, UNESCO Institute of Statistic,
Gambar 3.1 memperlihatkan data yang digunakan dan sumber data secara
teperinci.
Tabel 3.1. Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian
No. Data yang Digunakan Sumber Data
1. GDP riil ASEAN+6 (constant
2000, US$)
World Development Indicator 2009 2. Pengeluaran Konsumsi Akhir
(constant 2005, US$)
World Development Indicator 2009
3. Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (constant 2005, US$)
IFS dari International Monetary
World Development Indicator 2009 dan Index Mundi
6. Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder(persen dari total)
World Development Indicator 2009, CEIC, UNESCO Institute of Statistic
dan Departemen of Statistic Singgapore
7. Rasio Defisit Anggaran
Pemerintah (persen)
World Development Indicator 2009, CEIC dan IFS dari International Monetary Fund
8. Keterbukaan Ekonomi:
Ekspor (constant 2005, US$), Impor (constant 2005, US$)
World Development Indicator 2009 dan IFS dari International Monetary Fund
3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif dan deskriptif. Analisis deskriptif statistik dipaparkan untuk
memberikan gambaran perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi negara
maju dan negara berkembang di ASEAN+6. Analisis kuantitatif yang digunakan
adalah panel dinamis. Panel dinamis digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
berkembang di ASEAN+6. Pengolahan data pada penelitian ini didukung dengan
program komputer STATA v.10, Eviews 6 dan Microsoft Office Excel 2007.
3.3. Perumusan Model
Pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
negara maju dan negara berkembang yang dilakukan dengan metode panel
dinamis. Variabel endogen yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang adalah pertumbuhan
ekonomi dengan delapan variabel eksogen. Variabel eksogen tersebut antara lain:
lag pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure), pengeluaran pemerintah (goverment expenditure), Foreign Direct Investment inflow (FDI), tingkat harapan hidup (life expectacy), tingkat partisipasi sekolah sekunder (school enrollment secondary), defisit anggaran pemerintah (budget deficit), dan keterbukaan ekonomi (openness of the economy).
Rumusan model ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Nicolae
dan Catanet (2008) dan Barro (1996). Persamaan 3.1 menjelaskan perumusan
model ekonometrika untuk analisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan
ekonomi negara maju di ASEAN+6.
...(3.1)
dimana,
: pertumbuhan ekonomi negara majuASEAN+6 tahun ke t
: pengeluaran konsumsi akhir negara maju ASEAN+6 tahun ke
t
: pengeluaran konsumsi akhir pemerintah negara maju
ASEAN+6 tahun ke t
: Foreign Direct Investment, net inflows negara maju
ASEAN+6 tahun ke t
: tingkat harapan hidup dari kelahiran, total negara maju
ASEAN+6 tahun ke t
: tingkat partisipasi sekolah sekunder negara maju ASEAN+6
tahun ke t
: rasio defisit anggaran pemerintah negara maju ASEAN+6
tahun ke t
: keterbukaan ekonomi negaramaju ASEAN+6 tahun ke t
: error term
Sedangkan persamaan 3.2 menjelaskan perumusan model faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6.
...(3.2)
dimana,
: pertumbuhan ekonomi negara berkembang ASEAN+6 tahun ke t
: lag pertumbuhan ekonomi negara berkembang ASEAN+6 tahun ke
t
: pengeluaran konsumsi akhir negara berkembang ASEAN+6 tahun
: pengeluaran konsumsi akhir pemerintah negara berkembang
ASEAN+6 tahun ke t
: Foreign Direct Investment, net inflows negara berkembang
ASEAN+6 tahun ke t
: tingkat harapan hidup dari kelahiran, total negara berkembang
ASEAN+6 tahun ke t
: tingkat partisipasi sekolah sekunder negara berkembang ASEAN+6
tahun ke t
: rasio defisit anggaran pemerintah negara berkembang ASEAN+6
tahun ke t
: keterbukaan ekonomi negara berkembangASEAN+6 tahun ke t
: error term
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Metode Panel Dinamis
Menurut Indra (2009), relasi di antara variabel-variabel ekonomi pada
kenyataannya banyak yang bersifat dinamis. Analisis dapat digunakan sebagai
model yang bersifat dinamis dalam kaitannya dengan analisis penyesuaian
dinamis (dynamic of adjustment). Hubungan dinamis ini dicirikan oleh keberadaan lag variabel dependen diantara variabel-variabel regresor. Sebagai ilustrasi, perhatikan model data panel dinamis sebagai berikut:
dengan menyatakan suatu skalar, menyatakan matriks berukuran 1 x K dan matriks berukuran K x 1. Dalam hal ini, diasumsikan mengikuti model one
way error component sebagai berikut
………(3.8)
dengan menyatakan pengaruh individu dan
menyatakan gangguan yang saling bebas satu sama lain atau dalam beberapa
literatur disebut sebagai transient error.
Dalam model data panel statis, dapat ditunjukkan adanya konsistensi dan
efisiensi baik pada Fixed Effect Model (FEM) maupun Random Effect Model
(REM) terkait perlakuan terhadap . Dalam model dinamis, situasi ini secara
substansi sangat berbeda, karena merupakan fungsi dari maka juga
merupakan fungsi dari . Karena adalah fungsi dari maka akan terjadi
korelasi antara variabel regresor dan , hal ini akan menyebabkan penduga
least square (sebagaimana digunakan pada model data panel statis) menjadi bias dan inkosisten, bahkan bila tidak berkorelasi serial sekalipun.
Untuk mengilustrasikan kasus tersebut, berikut diberikan model data panel
autoregresif (AR(1)) tanpa menyertakan variabel eksogen
; ……….(3.9)
dengan di mana dan saling
bebas satu sama lain. Penduga fixed effect bagi diberikan oleh
………(3.10)
Untuk menganalisis sifat dari , dapat disubstitusi persamaan (3.9) ke
(3.10) untuk memperoleh persamaan dibawah ini:
………..…...(3.11)
Penduga ini bersifat bias dan inkonsisten untuk N dan T tetap, bentuk pembagian pada persamaan diatas (3.11) tidak memiliki nilai harapan nol dan
tidak konvergen menuju nol bila N . Secara khusus, hal ini dapat ditunjukkan (Nickel (1981) dan Hsiao (1986) dalam Verbeek (2004)) bahwa
………...(3.12)
sehingga, untuk T tetap, akan dihasilkan penduga yang inkonsisten.
Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan method of moments dapat digunakan. Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004) menyarankan suatu
pendekatan Generalized Method of Moments (GMM). Pendekatan GMM merupakan salah satu yang populer. Setidaknya ada dua alasan yang mendasari,
pertama, GMM merupakan common estimator dan memberikan kerangka yang lebih bermanfaat untuk perbandingan dan penilaian. Kedua, GMM memberikan alternatif yang sederhana terhadap estimator lainnya, terutama terhadap maximum likelihood.
Namun demikian, penduga GMM juga tidak terlepas dari kelemahan.
Adapun beberapa kelemahan metode ini, yaitu: (i) GMM estimator adalah
sejumlah implementasi pemrograman sehingga dibutuhkan suatu perangkat lunak
(software) yang mendukung aplikasi pendekatan GMM (Indra, 2009).
Ada dua jenis prosedur estimasi GMM yang umumnya digunakan untuk
mengestimasi model linear autoregresif, yakni:
1. First-differences GMM (FD-GMM atau AB-GMM) 2. System GMM (SYS-GMM)
3.4.1.1. First-differences GMM (AB-GMM)
Untuk mendapatkan estimasi yang konsisten di mana N dengan T
tertentu, akan dilakukan first-difference pada Persamaan (3.9) untuk mengeliminasi pengaruh individual ( ) sebagai berikut:
namun, pendugaan dengan least square akan menghasilkan penduga yang inkonsisten karena dan berdasarkan definisi berkorelasi, bahkan bila
T . Untuk itu, transformasi dengan menggunakan first difference ini dapat menggunakan suatu pendekatan variabel instrumen. Sebagai contoh, akan
digunakan sebagai instrumen. Di sini, berkorelasi dengan
tetapi tidak berkorelasi dengan , dan tidak berkorelasi serial. Di sini,
penduga variabel instrumen bagi disajikan sebagai berikut:
………..(3.14)
syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah:
Penduga (3.14) merupakan salah satu penduga yang diajukan oleh
Anderson dan Hsiao (1981) dalam Verbeek (2004). Mereka juga mengajukan
penduga alternatif di mana digunakan sebagai instrumen.
Penduga variabel instrumen bagi disajikan sebagai:
………(3.16)
syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah:
……….(3.17)
Perhatikan bahwa penduga variabel instrumen yang kedua (IV(2)) memerlukan
tambahan lag variabel untuk membentuk instrumen, sehingga jumlah amatan efektif yang digunakan untuk melakukan pendugaan menjadi berkurang (satu
periode sampel “hilang”). Dalam hal ini pendekatan metode momen dapat
menyatukan penduga dan mengeliminasi kerugian dari pengurangan ukuran
sampel. Langkah pertama dari pendekatan metode ini adalah mencatat bahwa:
….. (3.18)
yang merupakan kondisi momen (moment condition). Dengan cara yang sama dapat diperoleh:
………...(3.19)
yang juga merupakan kondisi momen. Kedua estimator (IV dan IV(2)) selanjutnya dikenakan kondisi momen dalam pendugaan. Sebagaimana diketahui penggunaan
lebih banyak kondisi momen meningkatkan efisiensi dari penduga. Arellano dan
Bond (1991) dalam Verbeek (2004), menyatakan bahwa daftar instrumen dapat
jumlahnya bervariasi berdasarkan t. Untuk itu, Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004) mempertahankan T tetap. Sebagai contoh, ketika T = 4 diperoleh:
, untuk t = 2
dan untuk t = 3
dan
, untuk t =4
Semua kondisi momen dapat diperluas ke dalam GMM. Selanjutnya,
untuk memperkenalkan penduga GMM, misalkan didefinisikan ukuran sampel
yang lebih umum sebanyak T, sehingga dapat dituliskan:
……….(3.20)
sebagai vektor transformasi error, dan
………..(3.21)
sebagai matriks instrumen. Setiap baris pada matriks Zi berisi instrumen yang
valid untuk setiap periode yang diberikan. Konsekuensinya, himpunan seluruh
kondisi momen dapat dituliskan secara ringkas sebagai:
………...(3.22)
yang merupakan kondisi bagi 1+2+…+T-1. Untuk menurunkan penduga GMM,
tuliskan persamaan sebagai:
………...(3.23)
karena jumlah kondisi momen umumnya akan melebihi jumlah koefisien yang
belum diketahui, akan diduga dengan meminimumkan kuadrat momen sampel
…………..(3.24)
dengan WN adalah adalah matriks penimbang definit positif yang simetris.
Dengan mendifrensiasikan terhadap akan diperoleh penduga GMM sebagai:
……….(3.25)
Sifat dari penduga GMM (3.25) bergantung pada pemilihan WN yang konsisten
selama WN definit positif, sebagai contoh WN = I yang merupakan matriks
identitas.
Matriks penimbang optimal (optimal weighting matrix) akan memberikan penduga yang paling efisien karena menghasilkan matriks kovarian asimtotik
terkecil bagi . Sebagaimana diketahui dalam teori umum GMM (Verbeek,
2004), diketahui bahwa matriks penimbang optimal proposional terhadap matriks
kovarian invers dari momen sampel. Dalam hal ini, matriks penimbang optimal
seharusnya memenuhi
………...… (3,26)
dalam kasus biasa, dimana tidak ada restriksi yang dikenakan terhadap matriks
kovarian vi, matriks penimbang optimal dapat diestimasi menggunakan first-step consistent estimator bagi dan mengganti operator ekspektasi dengan rata-rata sampel, yakni (two step estimator)
……….(3.27)
dengan menyatakan vektor residual yang diperoleh dari first-step consistent
Pendekatan GMM secara umum tidak menekankan bahwa pada
seluruh individu dan waktu, dan matriks penimbang optimal kemudian diestimasi
tanpa mengenakan restriksi. Sebagai catatan bahwa, ketidakberadaan autokorelasi
dibutuhkan untuk menjamin validitas kondisi momen. Oleh karena pendugaan
matriks penimbang optimal tidak terestriksi, maka dimungkinkan (dan sangat
dianjurkan bagi sampel berukuran kecil) menekankan ketidakberadaan
autokorelasi pada vit dan juga dikombinasikan dengan asumsi homoskedastis.
Dengan catatan di bawah restriksi
………...(3.28)
matriks penimbang optimal dapat ditentukan sebagai (one step estimator).
………..…...(3.29)
Sebagai catatan bahwa (3.29) tidak mengandung parameter yang tidak diketahui,
sehingga penduga GMM yang optimal dapat dihitung dalam satu langkah bila
error vit diasumsikan homoskedastis dan tidak mengandung autokorelasi. Jika
model data panel dinamis mengandung variabel eksogenus, maka Persamaan (3.9)
dapat dituliskan kembali menjadi
………..(3.30)
Parameter persamaan (3.30) juga dapat diestimasi menggunakan
generalisasi variabel instrumen atau pendekatan GMM. Bergantung pada asumsi
yang dibuat terhadap xit , sekumpulan instrumen tambahan yang berbeda dapat
dibangun. Bila xit strictly exogenous dalam artian bahwa xit tidak berkorelasi
dengan sembarang error vis, akan diperoleh