• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektvitas Kerja Guru di SMP Negeri 3 Batang Angkola, Hurase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektvitas Kerja Guru di SMP Negeri 3 Batang Angkola, Hurase"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk

bersosialisasi, bekerja sama dalam pencapaian tujuan baik dalam lingkungan kerja

dan bermasyarakat, karena manusia memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya.

Untuk itu keberadaan sebuah organisasi diperlukan sebagai suatu wadah atau yang

menghimpun anggota organisasi untuk mempermudah dalam berkomunikasi

bersosialisasi, berinteraksi dan bekerja sama. Organisasi merupakan suatu sarana

yang beranggotakan orang-orang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut E Wight Bakke (dalam Kusdi) Organisasi adalah suatu sistem

berkelanjutan dari aktivitas-aktivitas manusia yang terdiferensiasi dan

terkoordinasi, yang mempergunakan, mentransformasi, dan menyatupadukan

seperangkat khusus manusia, material, modal, gagasan, dan sumber daya alam

menjadi suatu kesatuan pemecahan masalah yang unik dalam rangka memuaskan

kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia dalam interaksinya dengan sistem-sistem

lain dari aktivitas manusia dan sumber daya dalam lingkungannya.1)

Dalam proses pencapaian tujuan organisasi, hal utama yang paling

dibutuhkan adalah penggeraknya atau individu sebagai motor bagi kehidupan

organisasi, dan bagi kelancaran proses dan kegiatan-kegiatan yang ada dalam

organisasi tersebut. Karena sebaik apapun organisasi, sebanyak apapun fasilitas

1)

(2)

organisasi tersebut, tanpa adanya peran dari sumber daya manusia (pegawai),

semua proses dan kegiatan-kegiatan organisasi tidak akan berjalan dengan baik.

Tanpa adanya manusia, sumber daya sumber daya lain yang ada dalam

organisasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik sesuai dengan pencapaian

yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh sebab itu untuk hasil pencapaian

organisasi yang baik, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas

dan professional dalam bekerja. Sumber daya manusia yang berkualitas dan

professional identik dengan kinerja yang lebih baik, lebih efektif dan memiliki

rasa integritas yang tinggi untuk meningkatkan mutu organisasi tersebut. Sumber

daya manusia yang ada di dalam organisasi harus selalu diberdayakan dan

dikembangkan agar menjadi sumber daya yang kompetitif.

Dalam era globalisasi dan perkembangan zaman, sumber daya manusia

juga harus mampu bersaing secara kompetitif, untuk menghasilkan sumber daya

manusia yang unggul adalah melalui proses pendidikan, untuk itu dibutuhkan pula

sumber daya manusia yang dapat mendidik penerus dan generasi bangsa baik dari

segi budaya dan iptek, untuk meningkatkan perekonomian Negara dan bangsa

kedepannya, tenaga pendidik sumber daya manusia harus memiliki potensi dan

profesionalisme kerja agar dapat mengkaderisasi pemimpin di masa yang akan

datang. Para pendidik bukan hanya dituntut untuk mengajarkan pengajaran secara

teori tetapi diharapkan juga dapat menerapkan kegiatan mengajar secara

e-learning, karena mengajar dengan metode lama atau konvesional kurang efektif.

Sistem pembelajaran dengan metode e-learning yang memiliki sistem atau konsep

pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar

(3)

Keberhasilan suatu organisasi sangat erat kaitannya dengan kualitas kerja

para anggotanya. Sehingga organisasi dituntut untuk mengembangkan dan

meningkatan kinerja dari para anggota organisasi. Kinerja adalah hasil kerja yang

telah diselesaikan pegawai dalam waktu batas waktu yang telah ditentukan

maupun yang tidak memiliki batas waktu. Menurut Irianto (dalam Edy Sutrisno)

Kinerja karyawan adalah prestasi yang diperoleh seseorang dalam melakukan

tugas. Kinerja pegawai yang tinggi akan mendukung produktivitas kerja pegawai,

dari produktivitas tersebut akan diketahui apakah organisasi tersebut sudah efektif

atau belum efektif. Peran pemimpin sangat berpengaruh pada keberhasilan

organisasi, pemimpin harus memperhatikan peningkatan kerja para anggotanya

demi pencapaian tujuan organisasi. Peningkatan efektivitas kerja para pegawai

erat kaitannya dengan bagaimana cara organisasi mengembangkan budaya

organisasi yang ada.2)

Setiap organisasi memiliki ciri khas yang membedakannya dengan

organisasi lain, ciri khas ini menjadi identitas bagi organisasi. Ciri khas inilah

yang dinamakan dengan budaya organisasi. Budaya organisasi identik dengan

hubungan yang unik baik dari kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, serta

bagaimana cara berperilaku yang menjadi ciri bagaimana suatu kelompok dan

individu menyelesaikan sesuatu. Budaya organisasi memiliki memiliki nilai-nilai

yang harus dijiwai, dipahami, serta dipraktekan dan dilakukan bersama oleh

semua individu yang terlibat dalam kelompok tersebut. Budaya berkaitan dengan

bagaimana organisasi membangun suatu komitmen untuk mewujudkan visi dan

misi organisasi, membangun kekuatan dan pondasi organisasi, serta menciptakan

2)

(4)

rasa solidaritas diantara para pegawai. Budaya organisasi terbentuk dari filosofi,

dan nilai-nilai yang dianut oleh sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.

Top Management atau peran dari pimpinan berpengaruh besar dalam

pembentukan budaya organisasi.

Budaya yang ada dalam suatu organisasi akan mempengaruhi cara bekerja

individu dalam kelompok, yang melahirkan cara pandang yang sama dalam

melaksanakan aktivitas pekerjaan. Budaya organisasi juga berdampak pada

efesiensi dan efektivitas organisasi. Nilai-nilai yang dianut bersama membuat para

pegawai merasa nyaman bekerja, semakin kuat budaya organisasi, maka semakin

besar besar dorongan para pegawai untuk maju bersama. Berdasarkan hal tersebut

penjiwaan antara individu, penciptaan komitmen, dan pengembangan budaya

organisasi sangat diperlukan untuk membangun organisasi yang efektif dan

efisien yang sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam rangka analisis mengenai efektivitas kerja pegawai, dalam

penelitian saya ini, saya memilih untuk meneliti guru sebagai objek penelitian.

Saya memilih untuk mengamati variabel budaya organisasi, dengan harapan

bahwa perbaikan kinerja guru meningkat setelah mengetahui elemen- elemennya.

Budaya organisasi sebaiknya dimiliki oleh suatu kelompok dan organisasi

termasuk instansi pemerintahan, agar diantara para pegawai memiliki nilai-nilai,

norma-norma, pedoman, dan acuan yang wajib dilaksanakan. Budaya organisasi

juga sebagai pemersatu pegawai, peredam konflik manajemen, dan sebagai

stimulan bagi para pegawai untuk melaksanakan tugas-tugas dengan rasa

(5)

kinerja pegawai. Suatu organisasi yang memiliki budaya yang kuat akan

menghasilkan kinerja yang baik dalam jangka panjang, jika para pengajar atau

guru memiliki budaya organisasi yang kuat, maka para guru dapat melaksanakan

kegiatan proses belajar mengajar dengan baik dan efektif.

Dalam Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab II pasal 2 menyebutkan bahwa

pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Republik

Indonesia dalam tahun 1945, Sedangkan pada pasal 3 menyebutkan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak seta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sebagai usaha mewujudkan

tujuan pendidikan nasional di atas sekolah tentunya membutuhkan guru yang

bekerja dengan efektif.

Kinerja Guru merupakan penilaian terhadap hasil kerja untuk unit

sekolah itu sendiri, dan juga untuk penilaian pribadai atau penilaian kepada guru

masing-masing, baik secara kualitas dan kuantitas mengenai tugas dan tanggung

jawabnya dalam menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang telah

ditetapkan dalam peraturan, hal yang paling utama adalah pencapain hasil kerja

(6)

Berdasarkan latar belakang ini saya tertarik untuk melakukan penelitian,

Pengaruh budaya organisasi yang dimiliki oleh SMP Negeri 3 Hurase, Batang

Angkola terhadap efektivitas kerja. Dalam pencapaian hasil kerja sekolah guna

memperlancar proses belajar mengajar yang efektif, perlu adanya budaya kerja

dalam organisasi, karena dalam kenyataannya budaya kerja di Sekolah SMP

Negeri 3 Batang Angkola belum tertulis dengan jelas sehingga para guru tidak

mudah untuk membangun kesepahaman, rasa kebersamaan dengan rekan guru

lainnya, karena jika sudah ada rasa integritas, persepsi yang sama diantara para

guru maka akan mudah bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan

yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari variabel efektivitas, disiplin kerja

atau ketepatan waktu para guru tiba di sekolah yang sering terlambat, dan masih

adanya para guru yang meninggalkan sekolah atau meninggalkan jam pelajaran

mengajar yang bukan untuk kepentingan sekolah tetapi untuk kepentingan pribadi,

dan masih kurangnya metode pembelajaran e-learning yang harus diterapkan oleh

para pendidik, yang membuat proses belajar-mengajar menjadi kurang efektif dan

efesien.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permasalahan. Masalah

merupakan “penyimpangan“ dari apa yang seharusnya dan apa yang terjadi,

(7)

dan praktek , dan penyimpangan antara aturan dan pelaksanaan . Masalah itu

muncul pada ruang (tempat) dan waktu tertentu.3)

Berdasarkan uraian- uraian yang melatar belakangi masalah di atas, maka

saya merumuskan masalahnya sebagai berikut :

1. “Apakah Budaya Organisasi berpengaruh terhadap efektivitas kerja Guru

di SMP Negeri 3 Hurase, Batang Angkola ?”

2. “Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap efekivitas kerja ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap

efektivitas kerja pada Guru SMP Negeri 3 Hurase, Batang Angkola.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap

efektivitas kerja pada Guru SMP Negeri 3 Hurase, Batang Angkola.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan berpikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan

yang dihadapi di lapangan.

2. Bagi instansi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan atau informasi tentang budaya organisasi yang dapat

3)

(8)

meningkatkan efektivitas kerja pada guru di SMP Negeri 3 Hurase, Batang

Angkola.

3. Bagi FISIP-USU, dapat memperkaya bahan refrensi penelitian di bidang

Ilmu-Ilmu Sosial pada umumnya dan khususnya Ilmu Administrasi

Negara.

1.5 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penetilian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu

kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, perlu menyusun

kerangka teori sebagai kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana

peneliti akan menyoroti masalah yang akan diteliti. Kerangka Berpikir menurut

Uma Sekaran (dalam Sugiyono) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. 4)

Teori menurut Kerlinger (Dalam Sofian Effendi dan Tukiran) Teori adalah

serangkaian asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan

suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengkonstruksi hubungan

antara konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu. 5)

1.5.1 Pengertian Budaya

Menurut Perucci dan Hamby (Dalam Manahan P.Tampubolon) Budaya

adalah segala sesuatu yang dillakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia

4)

Sugiyono, ibid., hal. 65 5)

(9)

dalam masyarakat serta termasuk pengakumulasian sejarah dari objek-objek atau

perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu. 6)

Sedangkan menurut Silk (Dalam Manahan P.Tampubolon)

mendefenisikan budaya sebagai cara bagaimana kita akan melakukan sesuatu

pada saat ini, yang penekanannya menjelaskan tentang sikap yang terwujud

melalui sebuah taladan dari atas, seperti dari pemimpin organisasi atau orang

yang dituakan di dalam masyarakat, yang direfleksikan ke dalam peraturan dan

prosedur di dalam suatu organisasi kemasyarakatan resmi.7)

Kemudian, menurut Melville Herkovits (dalam Achmad Sobirin) Budaya

adalah sebuah kerangka pikir (construct) yang menjelaskan tentang keyakinan,

perilaku, pengetahuan, kesepakatan-kesepakatan, nilai-nilai, tujuan yang

kesemuanya itu membentuk pandangan hidup (way of life) sekelompok orang. 8)

Menurut Andrew Peetigrew (dalam Achmad Sobirin) Budaya adalah

Sistem makna yang diterima secara terbuka dan kolektif, yang berlaku untuk

waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu. 9)

Menurut Edgar Schein (dalam Achmad Sobirin) Budaya adalah pola

asumsi dasar yang di-shared oleh sekelompok orang setelah sebelumnya mereka

mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk

menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi

internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada

anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan

6)

Manahan P.Tampubolon, Perilaku Keorganisasian (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia tahun 2008) Edisi kedua, hal 224

7)

Manahan P. Tampubolon, loc. cit.

8)

Achmad Sobirin, Budaya Organisasi, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN tahun 2007), Cetakan Pertama, hal. 53

9)

(10)

mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan

organisasi. 10)

Budaya adalah seperangkat nilai, yaitu norma-norma yang mengarahkan

kepada keyakinan. Dan pemahaman yang dibentuk oleh para anggota suatu

organisasidan mengajarkannya kepada anggota baru sebaik mungkin. 11)

1.5.1.2 Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari bahasa Yunani organon, yang berarti “alat” (tool).

Kata ini masuk ke dalam bahasa Latin, menjadi organizatio dan kemudian masuk

ke bahasa Prancis (abad ke-14) menjadi organization. Pengertian awalnya

merujuk kepada kata benda atau proses, melainkan manusia atau individu sebagai

penggeraknya. Organisasi merupakan sarana untuk menciptakan nilai yang dapat

dipakai secara simultan oleh kelompok pengelola yang berbeda yang untuk

mencapai tujuan yang berbeda pula. 12)

Menurut Stephen Robins (dalam Kusdi 2009) organisasi adalah suatu

entitas sosial yang secara terkoordinasi, memiliki suatu batas yang relatif dapat

diidentifikasi, dan berfungsi secara relatif kontinu (berkesinambungan) untuk

mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama. 13)

10)

Achmad Sobirin, ibid., hal. 132 11)

Dicky Wisnu dan Siti Nurhasanah, Teori Organisai Stuktur dan dan Desain, (Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2005), Edisi kedua, hal. 244

12)

Dicky Wisnu dan Siti Nurhasanah, ibid.,hal. 21 13)

(11)

Menurut Barnard (dalam Miftah Thoha) menyatakan bahwa organisasi itu

adalah suatu sistem kegiatan-kegiatan yang terkoodinir secara sadar, suatu

kekuatan dari dua manusia atau lebih. 14)

Sedangkan Menurut Amitai Etzioni (dalam Miftah Thoha) mengemukakan

konsepsi organisasi sebagai sekelompok orang-orang yang sengaja disusun untuk

mencapai tujuan tertentu.15)

Dalam masyarakat modern , terdapat beragam jenis organisasi. Organisasi

formal adalah organsasi yang mempunyai undang-undang dan peraturan, akta

pendirian, serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, atau organasi yang

berbadan hukum. Contoh organisasi formal adalah perusahaan,

sekolah/universitas, organisasi pertahanan dan keamanan (polisi dan tentara),

pengadilan dan sebagainya.16)

1.5.1.3 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah sebuah keyakinan, sikap, dan nilai yang

umumnya dimiliki, yang timbul dalam organisasi, dikemukakan dengan lebih

sederhana, budaya adalah cara kita melakukan sesuatu disini. Pola nilai, norma,

keyakinan, sikap dan asumsi ini mungkin tidak diungkapkan, tetapi akan

membentuk cara orang berperilaku dan melakukan sesuatu. Nilai mengacu kepada

apa yang diyakini merupakan hal penting mengenai cara orang dan organisasi

berperilaku. Norma adalah peraturan tak tertulis mengenai perilaku. Budaya

organisasi merupakan aspek subjektif dari apa yang terjadi di dalam organisasi.

14)

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers tahun 2011), Edisi 1, hal. 114

15)

Miftah Thoha, ibid., hal. 115 16)

(12)

Hal ini mengacu kepada abstraksi, seperti nilai dan norma yang meliputi seluruh

atau bagian dari bisnis. 17)

Budaya Organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak,

yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan

aktivitas kerja. 18)

Budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai

(values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau

norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota

suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah

organisasinya. 19)

Sedangkan menurut Edgar H Schein (dalam A. A Anwar Prabu

Mangkunegara) pengertian budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau

sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi

yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi para anggotan-anggotanya untuk

mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. 20

Menurut Eldridge dan Crombie (Dalam Wirawan) Budaya suatu organisasi

menunjukkan konfigurasi unik dari norma, nilai, kepercayaan, dan cara-cara

berperilaku yang memberikan karakteristik cara kelompok dan individu bekerja

sama untuk menyelesaikan tugasnya. 21)

17)

Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama tahun 2007), cetakan pertama. hal. 75

18)

Edy Sutrisno, op. cit., hal. 2 19)

Edy Sutrisno, loc. cit. 20)

A. A Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku dan Budaya Organisasi (Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama tahun 2005), Cetakan Pertama, hal. 113

21)

(13)

Menurut Schwartz dan Davis (Dalam Wirawan), budaya organisasi

merupakan pola kepercayaan dan harapan yang dianut oleh anggota organisasi.

Kepercayaan dan harappan tersebut menghasilkan nilai-nilai yang dengan kuat

membentuk perilaku para individu dan kelompok-kelompok anggota organisasi.

22)

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi

dapat didefenisikan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya

manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu

organisasi.

1.5.1.4 Dimensi Budaya Organisasi

Menurut Denision (dalam Achamad Sobirin) mengemukakan adanya 4

dimensi budaya organisasi yang diyakini terkait dengan tingkat efektivitas

organisasi. 23)

Dimensi Budaya Organisasi tersebut adalah sebagai berikut

1. Involment dimension

adalah dimensi budaya organisasi yang menunjukkan tingkat partisipasi

karyawan (anggota organisasi) dalam proses pengambilan keputusan.

2. Consistency

adalah menunjukkan tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap

asumsi dasar dan nilai-nilai inti organisasi

22)

Wirawan, ibid., hal. 8-9 23)

(14)

3. Adaptibility

adalah kemampuan organisasi dalam merespon perubahan-perubahan

lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi.

4. Mission Dimension

adalah budaya yang menunjukkan tujuan inti organisasi yang menjadikan

anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting

oleh organisasi.

Budaya Organisasi yang kuat bisa mempunyai dampak pada kinerja

perusahaan. Kekuatan budaya menunjukkan tingkat persetujuan di antara para

angota organisasi tentang pentingnya nilai khusus. Jika pentingnya nilai-nilai

tersebut telah menjadi konsensus yang tersebar luas, maka budayanya terpadu dan

kuat; jika kesepakatan minim, maka budayanya melemah.

Budaya ataupun budaya organisasi sejatinya berdampak kuat pada etika

pegawai, karena ia berperan sebagai pengarah para pegawai dalam berkeputusan

tiap harinya. 24)

Untuk hal budaya organisasi yang berlaku dalam dunia birokrat, bentuk

dan sumber daya yang ada dalam organisasi pada umumnya sama dengan apa

yang ada dalam organisasi perusahaan dan sosial. Namun berbeda dalam visi, misi

dan karakteristik yang dimilikinya. Organisasi publik atau birokrasi publik tidak

berorientasi langsung pada tujuan akumulasi keuntungan, namun memberikan

layanan publik dan menjadi katalisator dalam penyelenggaraan pembangunan

maupun penyelenggaraan tugas Negara.

24)

(15)

1.5.1.5 Fungsi Budaya Organisasi

Dari sisi fungsi budaya organisasi mempunyai empat fungsi menurut

Robbins (dalam Edy Sutrisno). 25)

Fungsi Budaya Organisasi menurut Robbins :

1. Budaya mempunyai suatu peran pembeda.

Hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan pembedaan yang jelas

antara satu organisasi dengan yang lain.

2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota

organsisasi.

3. Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada

sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.

4. Budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.

Menurut Defenisi Gordon (dalam Edy Sutrisno) Dalam hubungannya

dengan segi sosial, budaya berfungsi sebagai perekat sosial yang membantu

mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat

untu apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya,

budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang

memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.26)

Budaya-budaya memberikan dua fungsi dalam organisasi adalah : 27)

(1). Untuk menghubungkan para angota sehingga mereka tahu bagaimana

berinteraksi satu sama lain, dan

25)

Edy Sutrisno, op. cit., hal. 10-11 26)

Edy Sutrisno, loc. cit.

27)

(16)

(2). untuk menolong organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitar.

1.5.2 Efektivitas kerja

Setiap melakukan kegiatan manajemen dalam organisasi, maka akan

timbul pula konsep efektivitas, yaitu bagaimana usaha yang akan dilakukan

sehingga segala apa yang direncanakan dapat dicapai seluruhnya dengan tepat

waktu atau dapat menjawab perkembangan kebutuhan organisasi.

1.5.2.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Steers (dalam Edy Sutrisno) Pengertian efektivitas pada

umumnya efektivitas hanya dikaitkan dengan tujuan organisasi, yaitu laba, yang

cenderung mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu

sumber daya manusia. Steers mengatakan bahwa yang terbaik dalam meneliti

efektivitas dalam meneliti efektivitas ialah memerhatikan secara serempak tiga

buah konsep yang saling berkaitan yaitu : 28)

(1). Optimalisasi tujuan-tujuan,

(2). Perpesktif sistem; dan

(3). Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi

Cara seperti ini disebut ancangan saja, misalnya dari segi tujuan . Dengan

ancangan optimalisasi tujuan-tujuan memungkinkan dikenali bermacam-macam

tujuan, meskipun tampaknya saling bertentangan. Dalam kaitannya dengan

optimalisasi tujuan efektivitas itu dinilai menurut ukuran seberepa jauh suatu

organisasi berhasil mencapai tujuan-tujuan yang layak dicapai yang satu sama

28)

(17)

yang lain saling berkaitan. Dengan ancangan ini perhatian lebih diarahkan pada

persoalan-persoalan mengenai salaing berhubungan, struktur, dan saling

ketergantungan satu sama lain. Sistem ini mencakup tiga komponen, ialah input,

proses, dan output.

Sebagai suatu sistem, suatu organisasi menerima input dari

lingkungannya, kemudian memprosesnya, dan selanjutnya memberikan output

kepada lingkungannya. Tanpa adanya input dari lingkungannya, suatu organisasi

akan mati. Demikian juga tidak memberikan output kepada lingkungannya, suatu

organisasi akan mati. Jadi efektivitas tidak hanya dilihat dari segi tujuan

semata-mata, melainkan juga sistem

Komponen yang ketiga ialah perilaku manusia dalam organisasi.

Ancangan ini digunakan karena atas dasar kenyataan bahwa tiap-tiap prinsip

organisasi dalam mencapai tujuannya selalu menggunakan perilaku manusia

sebagai alatnya atau perusahaan dapat efektif, tetapi juga karena fakor

manusianyalah suatu perusahaan tidak efektif.

Seorang praktisi ahli serta penulis di bidang manajemen dan perilaku

keorganisasian menyatakan, yang diartikan dengan efektivitas adalah pencapaian

sasaran yang telah disepakati secara bersama serta tingkat pencapaian sasaran itu

menunjukkan tingkat efektivitas. 29)

1.5.2.2 Pengertian Kerja

Konsep kerja didefenisikan oleh George Thomason dalam (Taliziduhu

Ndraha);

An activity which demands the expenditure of energy or effort to create

from

29)

(18)

‘raw materials’ those product or services which people value.30) Dapat juga dikatakan, kerja adalah proses penciptaan nilai pada suatu unit

sumber daya. Kerja itu sesungguhnya adalah suatu kegiatan sosial.31) Kerja

merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa

bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh

pelakunya.32)

Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan ada

orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya

kepada suau keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan

sebelumnya.Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat

kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak

dicapai dan dipenuhinya. Demi tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan

suatu aktivitas yang disebut kerja.

Sementara menurut J.A.C Brown (dalam Pandji Anoraga) menyatakan

bahwa kerja itu sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia,

sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat. 33)

Kerja adalah ibadah, kerja sebagai pernyataan syukur atas kehidupan di

dunia ini, dilakukan seakan-akan kepada dan bagu kemuliaan nama Tuhan bukan

kepada manusia.34

Kerja adalah sumber penghasilan, hal ini jelas kerja sebagai sumber

nafkah merupakan anggaran dasar masyarakat umumnya.35

30)

Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta tahun 2005), cetakan pertama, hal. 203

31)

Pandji Anoraga, Psikolologi kerja (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta tahun 2005) Cetakan ketiga, hal. 13

32)

Pandji Anoraga, ibid., hal. 11 33)

Pandji Anoraga, ibid., hal. 13 34)

(19)

1.5.2.3 Pengertian efektivitas Kerja

Menurut Fremont E. Kas (dalam Sugiyono) mengemukakan bahwa

effectiveness is concerned with the accomplishment of explicit or

implicit goals”. 36)

Jadi efektivitas berkenaan dengan derajad pencapaian tujuan baik secara

eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan

seberapa jauh tujuan tercapai.

Menurut Robbins (dalam Kusdi) defenisi efektivitas organisasi adalah

sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan

(jangka panjang) yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan

tujuan-tujuan itu mencerminkan konstituen strategi, kepentingan subjektif penilai,

dan tahap pertumbuhan pertumbuhan organisasi. 37)

Berdasarkan pengertian efektivitas, kerja tersebut, dapat dikemukakan

bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada

aktivitas-aktivitas yang dilakukan anggota organisasi, secara tepat sasaran dan tepat waktu,

oleh karena itu perilaku pegawai yang mengarah pada proses pencapaian tujuan

organisasi harus dikelola sedemikian rupa sehinggga membentuk kerja-kerja yang

efektif. Kerja yang efektif adalah jawaban positif dari permasalahan-permasalahan

bagaimanakah kita dapat memanfaatkan waku yang telah ditentukan dan apakah

target pekerjaan dapat kita capai atau kita lampaui. Efektivitas kerja individu ini

35)

Moeheriono, loc. cit.

36)

Sugiyono, op.cit., hal. 23 37)

(20)

juga akan membentuk efektivitas kerja unit dan efektivitas kerja organisasi.

Efektivitas kerja organisasi selain ditentukan oleh efektivitas sumber daya

manusia, juga dipengaruhi oleh efektivitas sumber daya lainnya.

Dengan demikian efektivitas kerja merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran mengenai seberapa jauh tujuan organisasi dapat tercapai

secara tepat sasaran dan tepat waktu. Apabila efektivitas kerja dapat ditingkatkan,

maka pencapaian tujuan organisasi lebih optimal.

Disamping hal-hal yang bersifat tehnis, terdapat faktor-faktor lain yang

sifatnya tidak tehnis, melainkan psikologi, sosio kultural dan intelektual. Artinya

dalam kehidupan berorganisasi, berkarya tidak dapat dipandang semata-mata

hanya sebagai wahana untu merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya

wahana untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya individualistik dan

ekonomis,tetapi juga berbagai kebutuhan lainnya. Interaksi dengan berbagai pihak

seperti rekan sekerja, atasan dan bawahan mutlak diperlukan.

Tidak satu pun pekerjaan organisasi yang dapat diselesaikan hanya oleh

seseorang tanpa interaksi sama sekali dengan pihak lain. ketaatan terhadap

berbagai ketentuan yang berlaku dalam organisasi,melakukan penyesuaian dengan

tradisi dan kultur organisasi adalah beberapa contoh lain dari faktor-faktor yang

perlu mendapat perhatian dalam mendorong tercapainya tingkat efektifitas kerja

pegawai dalam kehidupan organisasi.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas menurut Edy Sutrisno,

adalah: 38)

1. Karakteristik Organisasi, termasuk struktur dan teknologi

38)

(21)

2. Karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan interen dan lingkungan ekstern

3. Karakteristik Karyawan

4. Kebijakan Praktik Manajemen

1.5.3 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja

Kegunaan Budaya oleh Sedarmayanti adalah Budaya menampilkan

“perekat sosial” dan menghasilkan “perasaan kekamian”, sehingga meniadakan

proses diferensiasi yang merupakan bagian dari kehidupan organisasi yang tidak

dapat dihindari. Budaya organisasi menawarkan suatu sistem bersama mengenai

arti, diamana menjadi dasar untuk komunikasi dan pemahaman bersama. Jika

fungsi ini tidak direalisasikan dalam suatu cara yang layak, budaya mungkin

secara signifikan mengurangi efesiensi organisasi. 39)

Dalam Pembahasan peran budaya organisasi, Budaya organisai diteliti

secara intensif oleh para pakar untuk mengetahui perannya dalam organisasi

sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai peran

besar dalam upaya mencapai tujuan organisai, di point yang ke-10, yaitu : Sumber

Keunggulan Kompetitif; Budaya organisasi merupakan salah satu sumber

keunggulan kompetitif. Budaya organisasi yang kuat mendorong motivasi kerja,

konsistensi, efektivitas dan efesiensi, serta menutunkan ketidakpastian yang

memungkinkan kesuksesan organisasi dalam pasar dan persangan.40)

Menurut James L.Gibson dan dkk (Dalam Hadari Nawawi) menyatakan

budaya organisasi adalah suatu sistem nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma

yang unik dan dianut bersama oleh anggota organisasi. Budaya organisai dapat

39)

Sedarmayanti, op.cit., hal. 76 40)

(22)

menjadi kekuatan positif akan menjadi pendukung efektivitas organisasi, sedang

yang bersifat negatif akan menjadi kontra produktif terhadap usaha pencapaian

organisasi. Budaya organisasi yang sangat besar pengaruhnya terhadap

kemimpinan untuk mewujudkan efektivitas organisasi, antara lain karena

pengaruhnya pada iklim organisasi atau iklim kerja yang berlangsung

sehari-hari.41)

Menurut Deal dan dkk Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh

terhadap perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan.42)

Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis terhadap

kesuksesan suatu organisasi, untuk membangun kerja organisasionalnya dalam

jangka panjang sebagai sarana bagi anggota organisasi untuk memenuhi

kebutuhan serta mencapai tujuannya. Sejauh mana budaya mempengaruhi

efektivitas organisasi dapat diketahui dengan melihat kuat atau lemah budaya

organisasi tersebut.

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. 43)

Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah :

1. Hipotesis Alternatif

Adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja.

41)

Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), Cetakan Pertama, hal. 290-291

42)

Edy Sutrisno, op. cit., hal. 3 43)

(23)

2. Hipotesis Nol

Tidak adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja.

1.7 Defenisi Konsep

Menurut Sofian Effendi, Konsep merupakan abstraksi mengenai suatu

fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik

kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Dalam penelitian ini, penulis

memberikan batasan masing-masing konsep yang digunakan. 44)

Untuk memberikan batasan yang jelas penelitian yang akan dilakukan,

maka saya mendefenisikan konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Budaya organisasi merupakan serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya

kepemimpinan, visi & misi serta norma-norma kepercayaan dan pengertian

yang dianut oleh anggota organisasi dan dianggap sebagai kebenaran bagi

anggota yang baru yang menjadi sebuah tuntunan bagi setiap elemen

organisasi suatu perusahaan untuk membentuk sikap dan perilaku.

Hakikatnya, budaya organisasi bukan merupakan cara yang mudah untuk

memperoleh keberhasilan, dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan

sebagai salah satu andalan daya saing organisasi. Budaya organisasi

merupakan sebuah konsep sebagai salah satu kunci keberhasilan suatu

organisasi dalam mencapai tujuannya.

2. Efektivitas kerja sebagai pencapaian target dengan baik secara tepat guna dari

segi kuantitas, dan kualitas waktu yang menghasilkan output sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

44)

(24)

1.8 Defenisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun (Dalam Sofian Effendi dan Tukiran) Defenisi

Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam

petunjuk mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut dapat

diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari

variabel-variabel tersebut. 45)

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah ;

Menurut Manahan P. Tampubolon variabel-variabel budaya organisasi ada

6 variabel. 46)

A.Variabel-variabel Budaya Organisasi sebagai Variabel Bebas (X)

Diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :

1. Inovatif Memperhitungkan Risiko

Norma yang dibentuk berdasarkan kesepakatan menyatakan bahwa setiap

karyawan akan memberikan perhatian yang sensitive terhadap segala

permasalahan yang mungkin dapat membuat risiko kerugian bagi kelompok

dan organisasi secara keseluruhan. Perilaku karyawan yang demikian dapat

dibentuk apabila berdasarkan kesepakatan bersama sehingga secara tidak

langsung membuat rasa tanggungjawab bagi karyawan untuk melakukannya

secara konsisten.

45)

Sofian Effendi, op. cit., hal. 51 46)

(25)

2. Memberi Perhatian pada Setiap Masalah Secara Detil

Memberikan perhatian pada setiap masalah secara detil di dalam melakukan

pekerjaan akan menggambarkan ketelitian dan kecermatan dari karyawan di

dalam melaksanakan tugasnya. Sikap yang demikian akan menggambarkan

tingkat kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh setiap karyawan, yang pada

akhirnya dapat menciptakan kualitas produk yang tinggi. Apabila setiap

karyawan memberikan perhatian secara detil terhadap semua permasalahan

yang ada di dalam pekerjaannya, maka tingkat penyelesaian masalah dapat

digambarkan menjadi suatu pekerjaan yang berkualitas tinggi dengan kata

lain, total kualitas manajemen telah dilakukan.

3. Berorientasi terhadap Hasil yang Akan Dicapai

Supervisi seorang manajer tehadap bawahannya merupakan salah satu cara

manajer mengarahkan dan memberdayakan mereka. Melalui supervise ini,

dapat diuraikan tujuan organisasai dan kelompok serta anggotanya, di mana

tujuan tersebut pada akhirnya menggambarkan hasil yang harus dicapai.

Apabila persepsi dari bawahan itu dapat dibentuk dan menjadi suatu kesatuan

di dalam melakukakan tugas untuk mencapai hasil serta bawahan punya

komitmen dengan consensus tersebut maka semua akan mudah dilakukan.

Dapat dikatakan bahwa bawahan itu berorientasi hasil yang dicapai adalah

yang dibentuk oleh budaya organisasi.

4. Berorientasi Kepada Semua Kepentingan Karyawan

Keberhasillan atau kinerja organisasi salah satunya ditentukan kekompakan

tim kerja (team work), dimana kerja sama tim dapat dibentuk jika manajer

(26)

termotivasi untuk meningkatkan produktivitas apabila mereka dapat bekerja

sama secara tim di dalam organisasi.

5. Agresif dalam Bekerja

Produktivitas yang tinggi dapat dihasilkan apabila peforma karyawan dapat

memenuhi standar yang dibutuhkan untuk melakukan tugasnya. Performa

yang baik dimaksudkan, antara lain kualifikasi keahlian (ability and skill)

yang dapat memenuhi persyaratan prosuktivitas serta harus diikuti dengan

disiplin dan kerajinan yang tingg. Apabila kualifikasi ini telah dipenuhi, maka

masih dibutuhkan ketahanan fisik dan keagresifan karyawan untuk dapat

menghasilkan kinerja yang baik. Agresif dalam berkerja saja belum cukup, ia

akan dipengaruhi lagi oleh banyak variabel dan indikator perilaku lainnya,

tetapi di dalam hal ini agresivitas menjadi bagain yang menjadi salah sati

faktor dari budaya organisasi.

6. Mempertahankan dan Menjaga Stabilitas Kerja

Performa yang baik dari karyawan harus didukung oleh kesehatn yang prima.

Performa yang baik tidak akan tercipta secara kontinu apabila karyawan tidak

dalam kondisi kesehatan yang prima. Pengertiannya, karyawan juga harus

mampu menjaga kondisinya agar tetap prima, kondisi seperti ini hanya dapat

dipenuhi apabila secara teratur mengonsumsi makanan bergizi dan memadai.

Kesehatan yang prima akan dapat membentuk stamina yang prima juga,

dengan stamina yang prima akan terbentuk ketahanan fisik yang akurat

(endurance) dan stabil, serta dengan endurance yang prima, maka kita dapat

(27)

pengendalian yang prima, menggambarkan performa karyawan tetap prima

dan stabilitas kerja dapat dipertahankan.

7. Budaya Lokal

Budaya Lokal adalah nilai – nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu

daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari

waktu ke waktu. Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi, pola

pikir, atau hukum adat. Budaya lokal dapat memperat rasa kebersamaan, baik

dalam kebiasaan bersama dan dari bahasa daerah sebagai pemersatu dalam

komunikasi yang efektif.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila semua indikator dari

budaya organisasi ini dapat dipenuhi, maka suatu budaya dengan karakteristik

tertentu, umpamanya budaya organisasi yang tinggi dan kuat akan dapat dibentuk

di dalam suatu organisasi, baik organisasi bisnis ataupun jasa. Budaya yang

terbentuk akan dapat menjadi landasan filosofis bagi organisasi, kelompok di

dalam organsasi, dan individu di dalam organsasi untuk berperilaku dan bertindak,

yang pada akhirnya dapat membentuk performa dan kepuasan karyawan yang

tinggi.

B. Efektivitas kerja sebagai Variabel Terikat (Y)

Dalam prakteknya efektivitas kerja guru, dapat diukur dengan SKP atau

Sasaran Kerja Pegawai yang ada dalam Penjelasan Rincian Kegiatan sesuai

PERMENPAN RI No 16 Tahun 2009 ;

1. Menyusun Kurikulum, silabus, atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran

(28)

4. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran

yang diampunya.

5. Menganilisis hasil pembelajaran

6. Melaksanakan pembelajaran perbaikan dan pengayaan dengan

memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi.

7. Melaksanakan pengembangan diri atau PKB

8. Melaksanakan publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif

(29)

I.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,

defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini secara umum menguraikan tentang bentuk penelitian,

lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data

dan analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tetang gambaran lokasi penelitian dan

karakteristik objek penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dan

analisa tentang pembahasan atau interpretasi dari data-data yang

disajikan.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian mengenai perbandingan metode logika fuzzy yang digunakan untuk menentukan keputusan jumlah distribusi raskin di Cianjur, metode Sugeno memiliki nilai MAPE

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Tim Koordinasi Penataan Keindahan dan

Data penelitian adalah emiten yang terdaftar pada BEI periode 2007. Emiten dalam sampel penelitian dipilih dengan mengaplikasikan metode purposive sam- pling. Kriteria sampel

ALAMAT DOMISILI PERUM GRIYA SEJAHTERA BLOK A2

[r]

Oxidized low density lipoprotein (oxLDL) and lysophosphatidylcholine (lysoPC) could induce apoptosis of cultured smooth muscle cells (VSMC).. The smooth mus- cle cell

[r]

Berikut ini adalah deskripsi data hasil yang terdiri dari :Siklus I : (a) Hasil Observasi Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran.Adapun hasil observasi