• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bisnis kesehatan semakin banyak diminati oleh para investor. Jasa pelayanan kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada orang menderita lambat laun berubah menjadi suatu pelayanan kesehatan yang menawarkan berbagai jasa pelayanan kesehatan dengan segala kemewahan layaknya sebuah hotel. Rumah sakit yang menawarkan kemewahan seperti hotel dengan tarif kamar yang mahal semakin banyak diminati masyarakat. Hal ini menjadi peluang bagi para investor menanamkan modalnya pada jasa pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Pelayanan kesehatan menjadi lahan persaingan bisnis yang menjanjikan keuntungan tinggi.

Di era globalisasi yang membuka peluang pasar bebas maka jurang antara yang miskin dan kaya semakin lebar. Semakin banyak orang yang menjadi kaya, dan juga semakin banyak pula orang yang menjadi miskin. Dengan meningkatnya perekonomian, pola hidup masyarakat juga berubah, masyarakat lebih menyukai makanan yang kurang sehat dan instan sehingga berdampak pada sejumah penyakit yang menyebabkan penderitaan dan kematian.

Persaingan bisnis dalam dunia kesehatan yang menawarkan kemewahan, perekonomian masyarakat yang secara umum mengalami peningkatan, pola hidup yang berubah, serta berkembangnya ilmu kedokteran, mengakibatkan biaya kesehatan semakin mahal bahkan tak terjangkau oleh masyarakat miskin. Untuk

(2)

mengatasi masalah kesehatan yang semakin kompleks dan berbiaya mahal, pemerintah pada tanggal 19 Oktober 2004 mengesahkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Pada tahun 2005 Kementerian Kesehatan melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM), atau lebih populer dengan nama Program Askeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Seluruh biaya Program Askeskin ini ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah. Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pemerintah memberikan kartu identitas Jamkesmas kepada para peserta yang dianggap miskin untuk bisa memperoleh perawatan dan pengobatan gratis ke pelayanan kesehatan/ rumah sakit yang sudah ditentukan. Pemerintah mewajibkan rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta untuk menerima pasien peserta Jamkesmas dan pemerintah menanggung biaya pengobatan tersebut.

Seiring berjalannya waktu, pemerintah semakin fokus mengembangkan program jaminan kesehatan masyarakat bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Selanjutnya, program JKN dikelola lebih profesional oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) menjadi program jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan nama BPJS Kesehatan yang diimplementasikan mulai Januari 2014. Semua program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan

(3)

pemerintah (asuransi kesehatan/askes PNS, jaminan sosial tenaga kerja/ jamsostek, TNI, Polri, dan jamkesmas) diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Para peserta BPJS Kesehatan diwajibkan membayar iuran bulanan sesuai pilihan fasilitas kesehatan yang dikehendaki (kelas I, II, atau III). Bagi peserta yang tidak mampu membayar iuran dan tergolong kaum fakir miskin, mereka akan terdaftar pada Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan iuran ditanggung pemerintah. Para peserta BPJS Kesehatan dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk pemerintah tanpa dikenai biaya tambahan asal sesuai prosedur yang berlaku. Selanjutnya, BPJS membayar tagihan rumah sakit untuk biaya pengobatan pasien peserta BPJS Kesehatan dengan sistem paket menurut standar perhitungan tarif pemerintah yang ditetapkan dalam INA-CBG’s (Indonesia Case Base Groups). Karena paket biaya pengobatan peserta BPJS Kesehatan yang ditentukan pemerintah dianggap sangat rendah bila dibandingkan tarif biaya rumah sakit dan pembayaran nontunai, pada awal diberlakukanya program JKN ini ada beberapa rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah yang berusaha menolak pasien peserta JKN. Penagihan biaya pengobatan oleh pihak rumah sakit ke BPJS dilakukan tiap bulan sekali dan akan dibayarkan 15 hari setelah klaim rumah sakit masuk ke BPJS. Hal ini tentu dapat memengaruhi kinerja keuangan rumah sakit. Kerja sama yang baik antara peserta BPJS kesehatan, rumah sakit, dan BPJS akan sangat mendukung keberhasilan kinerja keuangan yang lebih baik. Sebagai gambaran bahwa kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek penghimpunan

(4)

dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.

Sebagai organisasi yang mengutamakan pelayanan, Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo berusaha menerima semua pasien yang datang tanpa membeda-bedakan baik pasien peserta program BPJS Kesehatan maupun nonprogram BPJS Kesehatan. Mengingat pembayaran pasien peserta BPJS Kesehatan dilakukan setelah klaim diterima BPJS, penting bagi manajemen untuk mengelola keuangan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, manajemen membutuhkan laporan keuangan beserta analisis laporan keuangan yang disampaikan secara berkala dan tepat waktu. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan (notes), dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (IAI, 2002:2). Menurut Hery (2016:2), laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis.

Analisis laporan keuangan menurut Subramanyam (2009) adalah aplikasi alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Ada lima alat yang umum dipergunakan untuk menganalisis keuangan yaitu analisis laporan keuangan komparatif, analisis laporan keuangan common size, analisis rasio, analisis arus kas, dan valuasi. Menurut Munawir (2004), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan ada

(5)

delapan macam, yakni analisis perbandingan laporan keuangan, analisis trend, analisis common size, analisis sumber dan penggunaan modal kerja, analisis sumber dan penggunaan kas, analisis rasio keuangan, analisis perubahan laba kotor, analisis titik impas.

Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada alat analisis yang paling sering digunakan yakni analisis rasio keuangan. Rasio keuangan berfungsi sebagai alat ukur untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Manajemen dapat menggunakan rasio-rasio keuangan tersebut untuk mengevaluasi kinerja organisasinya. Berkaitan dengan pelayanan pasien peserta BPJS Kesehatan yang pembayaran dilakukan dengan sistem nontunai, rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan, tingkat laba, pendanaan, serta keberhasilan manajemen dalam mencapai target perusahaan. Dengan demikian, fokus penelitian ini pada analisis kinerja keuangan organisasi dengan judul “Analisis Kinerja Rumah Sakit Pasca Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan”.

1.2. Rumusan Masalah

Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS Kesehatan) yang diwajibkan oleh pemerintah telah dilakukan mulai 1 Januari 2014 dan selanjutnya mencakup seluruh penduduk Indonesia paling lambat tanggal 1 Januari 2019. Pemerintah juga telah menetapkan sistem pembayaran klaim rumah sakit bagi peserta BPJS Kesehatan dengan sistem paket biaya pengobatan berdasarkan diagnose penyakit yang dicantumkan dalam sebuah aplikasi INA-CBG’s (Indonesia Case Base Groups). Dengan ketentuan tersebut, mau tidak mau rumah sakit harus menjalin

(6)

kerjasama dengan pemerintah/ BPJS. Klaim rumah sakit atas biaya pengobatan peserta BPJS Kesehatan dengan sistem paket menjadi dilema bagi rumah sakit nonprofit: menerima atau menolak biaya paket pengobatan yang rendah. Menurut pemerintah, sistem paket yang ditentukan dalam aplikasi INA-CBG’s sudah diperhitungkan dengan cermat sehingga diharapkan tidak akan merugikan pendapatan rumah sakit. Banyak rumah sakit yang berpendapat bahwa tarif tersebut masih lebih rendah dari tarif mereka.

Berdasarkan pemaparan di atas, yang menjadi permasalahan bagi rumah sakit adalah pendapatan rumah sakit sebagian besar akan berasal dari pihak BPJS Kesehatan yang sistem pembayarannya berdasarkan sistem paket dan nontunai. Oleh karena itu, manajemen rumah sakit harus cerdas mengelola piutang, mengatur keuangan, cermat, dan teliti dalam membuat laporan keuangan beserta analisisnya supaya mampu memberikan informasi yang tepat untuk pengambilan keputusan di masa depan. Penggunaan alat analisis rasio keuangan diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan agar dapat membantu manajemen mengevaluasi kinerja perusahaan.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, pertanyaan yang dapat diajukan untuk menjawab permasalahan pendapatan rumah sakit dari peserta BPJS Kesehatan dalam bentuk piutang dan evaluasi kinerja perusahaan adalah apakah kinerja rumah sakit akan menjadi lebih baik pasca bekerjasama dengan BPJS Kesehatan?

(7)

1.4. Batasan Penelitian

1) Responden penelitian ini adalah organisasi yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan secara khusus Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo. 2) Penelitian berfokus pada analisis rasio keuangan yaitu rasio likuiditas (rasio

lancar, rasio cepat, dan rasio kas), rasio aktivitas (rasio perputaran aset dan rasio perputaran piutang), rasio solvabilitas (rasio total utang terhadap total aset dan rasio ekuitas pemilik), serta rasio profitabilitas (return on assets, return on equity, marjin laba kotor, marjin laba operasional, dan marjin laba bersih).

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Secara teoritis, analisis keuangan dapat membantu manajemen untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, mengevaluasi kinerja perusahaan, serta membantu manajemen untuk mengambil keputusan yang tepat di masa depan. Dengan demikian, perusahaan akan mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik. Rumah sakit Palang Biru Kutoarjo telah menjalin kerjasama yang baik dengan pihak asuransi kesehatan antara lain BPJS Kesehatan dengan sistem pembayaran dilakukan non tunai/hutang yang akan dibayar dalam waktu 15 hari setelah klaim diserahkan. Proses pengajuan klaim dari pasien dirawat sampai selesai pengobatan bisa membutuhkan waktu lebih dari satu bulan karena tergantung kesembuhan pasien dan aturan penagihan piutang yang dilaksanakan tiap satu bulan sekali. Atas dasar uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:

(8)

1) Menerapkan alat analisis rasio keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan rumah sakit pasca kerjasama dengan BPJS Kesehatan.

2) Membantu manajemen menggunakan alat analisis rasio keuangan untuk mengevaluasi dan memprediksi kinerja keuangan rumah sakit di masa depan.

1.5.2. Manfaat Penelitian

1) Hasil penelitian dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang analisis rasio keuangan agar pengambilan keputusan dapat dilaksanakan berdasarkan pertimbangan ekonomi yang bertanggung jawab.

2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pemilik dan manajemen dalam pengambilan keputusan di masa depan.

3) Hasil penelitian dapat memberikan umpan balik mengenai kerja sama dengan BPJS dan ukuran kinerja keuangan yang memungkinkan pencapaian tujuan organisasi untuk jangka panjang.

4) Penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan bagi pembaca dalam mempelajari masalah-masalah yang sama dan dapat memberikan inspirasi untuk melakukan penelitian-penelitian yang lebih luas.

1.6. Motivasi Penelitian

Subramanyam dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa pengukuran kinerja keuangan diperlukan untuk mengevaluasi efisiensi dan keefektifan perusahaan dalam menghasilkan laba dan posisi kas tertentu. Analisis rasio keuangan dapat digunakan oleh perusahaan untuk membantu manager

(9)

menganalisis, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja operasi serta keuangan perusahaan.

Saat ini BPJS Kesehatan sedang menjadi topik yang hangat di bidang kesehatan. Dilema rumah sakit untuk menerima pembayaran biaya pengobatan peserta BPJS Kesehatan menggunakan sistem paket dan nontunai memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS. Peneliti tertantang untuk menggunakan alat analisis rasio keuangan dalam menganalisis laporan keuangan rumah sakit dengan harapan dapat membantu manajemen mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja rumah sakit. Peneliti juga hendak mengetahui dampak kerja sama rumah sakit dengan BPJS terhadap kinerja rumah sakit.

1.7. Kontribusi Penelitian

Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini meliputi kontribusi teori dan kontribusi praktik sebagai berikut ini.

1) Kontribusi teoretis penelitian ini diharapkan bahwa laporan keuangan dan analisis laporan keuangan (rasio keuangan) dikerjakan dengan cermat dan teliti oleh manajemen sehingga dapat menjadi alat pengukur keberhasilan kinerja keuangan di masa depan.

2) Kontribusi praktik diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi manajemen terhadap penggunaan laporan keuangan dan analisis laporan keuangan. Hasil penggunaan laporan keuangan dan analisis laporan

(10)

keuangan dapat menjadi acuan bagi manajemen untuk mengevaluasi kinerja keuangan organisasi.

1.8. Sistematika Pembahasan

Urutan sistematika penulisan dibagi dalam enam bab. Keenam bab tersebut adalah sebagai berikut.

Bab I: Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan penelitian yang terdiri atas objek dan subjek penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, serta sistematika penelitian.

Bab II: Landasan teori yang menjelaskan tentang laporan keuangan, analisis laporan keuangan, dan kinerja perusahaan yang mendukung penelitian. Bab III: Objek penelitian yang menjelaskan latar belakang berdirinya rumah sakit,

profil rumah sakit, visi-misi, struktur organisasi rumah sakit, serta produk jasa rumah sakit.

Bab IV : Rancangan penelitian yang menjelaskan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab V : Analisis dan pembahasan yang menjelaskan hasil analisis rasio keuangan dan pembahasan mengenai kerjasama BPJS Kesehatan dengan rumah sakit.

(11)

Bab VI : Simpulan dan saran serta keterbatasan yang menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran bagi organisasi serta keterbatasan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Nanokapsulasi minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix) dikarakterisasi menggunakan GC-MS (Gass Chromatography Mass Spectroscopy) untuk mengetahui apakah

Sedangkan akuntansi pertanggungjawaban menurut LM Samryn (2001:258) adalah sebagai berikut “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang

Dalam Islam sifat sabar dipandang sebagai salah satu sifat terpuji yang harus dimiliki oleh orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Orang yang tidak sabar tidak

Evaluasi dan Pelaporan di Bidang Ideologi Wawasan Kebangsaan, Bela Negara, Karakter Bangsa, Pembauran Kebangsaan, Bineka Tunggal Ika dan Sejarah Kebangsaan Terlaksananya

BOGOR 2006.. Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pengembangan Perikanan mini purse seine Berbasisi Optimasi Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Provinsi Maluku

Berdasarkan Keputusan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 188.4/100/BPBD/2021 tentang Penetapan Kelulusan Seleksi

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan media pembelajaran dan sumber belajar berbasis komputer, (2) meningkatkan pencapaian kompetensi hasil belajar Elektronika

kemampuan antara negara maju dan negara berkembang membutuhkan ruang yang lebih luas bagi pilihan kebijakan pemerintah negara berkembang untuk menerapkan persyaratan penanaman