• Tidak ada hasil yang ditemukan

Extra 4 Pengantar Teori Modul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Extra 4 Pengantar Teori Modul"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 1

Extra 4

Pengantar Teori Modul

Apabila selama ini dikenalkan suatu konsep aljabar mengenai ruang vektor, maka modul merupakan perumuman dari ruang vektor. Pada modul, syarat skalar diperumum menjadi elemen pada suatu ring dan bukan lapangan. Dengan demikian ruang vektor merupakan suatu kasus khusus dari modul dan karena sifat modul yang lebih luas dari ruang vektor maka ada berbagai sifat-sifat trivial pada ruang vektor menjadi non-trivial pada modul. Untuk mengawali pembahasan mengenai modul, berikut diberikan definisi tentang modul kanan dan modul kiri.

1. Pengertian Umum Modul dan Submodul

Definisi E4.1 (Modul Kiri)

Diberikan grup Abelian (M, )+ dan ring ( , , )R + ⋅ . Serta diberikan pula operasi biner (disebut pergandaan skalar) *: R M× →M . Himpunan M disebut modul kiri atas R

(dinotasikan M R-Modul), jika memenuhi ketiga aksioma pergandaan skalar berikut :

1. r*(m1+m2)=r m* 1+r m* 2 , ∀m m1, 2M r R∀ ∈

2. (r1+r2)*m=r1*m+r2*m , ∀ ∈m Mr r1, 2R

3. (r r12)*m=r1*( * )r2 m , ∀ ∈m Mr r1, 2∈ . R

Contoh E4.2

Diberikan ruang vektor 3 dan himpunan seluruh matriks bilangan real berukuran 3x3

11 12 13 3 3 21 22 23 31 32 33 x ij a a a M a a a a a a a ⎫ ⎪ ⎪ = ⎪ ⎩ ⎭

Diberikan pula operasi biner 3 3 3 3

*:M x × → sebagai operasi pergandaan matriks dengan vektor.

(2)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 2

Diketahui 3adalah grup Abelian dan 3 3x

M adalah ring. Serta operasi pergandaan matriks

dengan vektor adalah operasi biner. Akan ditunjukkan bahwa ketiga aksioma dipenuhi. Menggunakan sifat pergandaan matriks dengan vektor :

1. Untuk sebarang matriks

11 12 13 21 22 23 3 3 31 32 33 x a a a a a a M a a a ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ∈ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ dan vektor 1 1 3 2 2 3 3 , x y x y x y ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ∈ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ 11 12 13 1 1 11 12 13 1 11 12 13 1 21 22 23 2 2 21 22 23 2 21 22 23 2 31 32 33 3 3 31 32 33 3 31 32 33 3 a a a x y a a a x a a a y a a a x y a a a x a a a y a a a x y a a a x a a a y + ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ⎢ + ⎥ ⎢= ⎥ ⎢ ⎥ ⎢+ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ + ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

2. Untuk sebarang matriks

11 12 13 11 12 13 21 22 23 21 22 23 3 3 31 32 33 31 32 33 , x a a a b b b a a a b b b M a a a b b b ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ∈ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ dan vektor 1 3 2 3 x x x ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ∈ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ 11 11 12 12 13 13 1 11 12 13 1 11 12 13 1 21 21 22 22 23 23 2 21 22 23 2 21 22 23 2 31 31 32 32 33 33 3 31 32 33 3 31 32 33 3 a b a b a b x a a a x b b b x a b a b a b x a a a x b b b x a a a b a b x a a a x b b b x + + + ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎢ + + + ⎥ ⎢ ⎥ ⎢= ⎥ ⎢ ⎥ ⎢+ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ + + + ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

3. Untuk sebarang matriks

11 12 13 11 12 13 21 22 23 21 22 23 3 3 31 32 33 31 32 33 , x a a a b b b a a a b b b M a a a b b b ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ∈ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ dan vektor 1 3 2 3 x x x ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ∈ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ 11 12 13 11 12 13 1 11 12 13 11 12 13 1 21 22 23 21 22 23 2 21 22 23 21 22 23 2 31 32 33 31 32 33 3 31 32 33 31 32 33 3 a a a b b b x a a a b b b x a a a b b b x a a a b b b x a a a b b b x a a a b b b x ⎛⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡⎞ ⎤ ⎡⎛ ⎤ ⎡ ⎤⎞ ⎜⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢⎟ = ⎥ ⎢⎜ ⎥ ⎢ ⎥⎟ ⎜⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢⎟ ⎥ ⎢⎜ ⎥ ⎢ ⎥⎟ ⎜ ⎥ ⎢⎦ ⎣ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢⎦ ⎣ ⎦ ⎣⎥ ⎢⎦ ⎣⎥ ⎢ ⎥⎦ ⎣ ⎦ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎟ Akibatnya 3 = 3 3x M −Modul.

Diperhatikan bahwa operasi pergandaan 3 dengan 3 3x

M pada contoh diatas dapat berlaku

karena vektor dari 3 direpresentasikan sebagai matriks vertikal. Bagaimana jika vektor pada 3 direpresentasikan sebagai matriks horizontal? Jelas bahwa jika vektor pada 3

(3)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 3

dapat berlaku. Namun 3 dengan vektornya sebagai matriks horizontal tetap dapat menjadi

modul atas ring M3 3x jika operasi pergandaannya diubah, yakni matriks dioperasikan dengan vektor dari sisi kanan. Dari contoh tersebut dapat dinyatakan suatu definisi baru.

Definisi E4.3 (Modul Kanan)

Diberikan grup Abelian (M, )+ dan ring ( , , )R + ⋅ . Serta diberikan pula operasi pergandaan skalar *: M R× →M. Himpunan M disebut modul kanan atas R

(dinotasikan M Modul-R), jika memenuhi ketiga aksioma pergandaan skalar berikut :

1. (m1+m2)*r=m1*r+m2*r , m m1, 2M r∀ ∈ R

2. m*(r1+r2)=m r* 1+m r* 2 , ∀ ∈m Mr r1, 2∈ R

3. m*(r r12)=

(

m r*

)

1*r2 , ∀ ∈m Mr r1, 2∈ . R

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa operasi pergandaan skalar pada modul dapat berlaku dari kiri dan sekaligus dari kanan. Sifat modul dengan operasi pergandaan tersebut dapat dinyatakan sebagai definisi.

Definisi E4.4 (Bi-Modul)

Diberikan grup Abelian (M, )+ dan ring ( , , )R + ⋅ . Jika M adalah modul kiri sekaligus modul kanan atas R maka M disebut Bi-Modul.

Contoh E4.5

Himpunan seluruh bilangan bulat merupakan Bi-Modul dengan ring dan operasi pergandaan perkalian bilangan bulat.

Jika ring pada modul merupakan ring dengan elemen satuan, maka dapat dimunculkan suatu definisi baru.

Definisi E4.6 (Modul Uniter Kiri)

Diketahui M R-Modul dan R ring dengan elemen satuan. Modul M disebut modul uniter kiri jika dan hanya jika untuk setiap mM berlaku 1 *R m= dengan 1m R merupakan elemen satuan di

(4)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 4

Definisi E4.7 (Modul Uniter Kanan)

Diketahui M Modul-R dan R ring dengan elemen satuan. Modul M disebut modul uniter kanan jika dan hanya jika untuk setiap mM berlaku m*1R = dengan 1m R merupakan elemen satuan di R.

Contoh E4.8

Himpunan seluruh bilangan bulat merupakan Bi-Modul Uniter dengan ring dan operasi pergandaan perkalian bilangan bulat.

Untuk mempermudah penulisan, notasi a b∗ akan ditulis ab. Harap diperhatikan bahwa untuk seterusnya pembahasan mengenai modul di tulisan ini mengacu kepada modul uniter kiri dan dengan penalaran yang serupa pembahasan dapat diterapkan juga pada modul uniter kanan. Selanjutnya, akan diperkenalkan suatu struktur dari suatu modul yang disebut submodul.

Definisi E4.9 (Submodul)

Diketahui M R-Modul, R ring dengan elemen satuan, dan NM , maka N disebut submodul dari M jika dan hanya jika ketiga aksioma berikut dipenuhi:

1. N merupakan subgrup Abelian dari M

2. Operasi pergandaan skalar yang berlaku pada M juga berlaku pada N 3. N memenuhi aksioma-aksioma modul uniter.

Jika N merupakan submodul dari M, maka N dapat dinyatakan sebagai R-Modul.

Contoh E4.10

Pada − Modul, himpunan 3 merupakan submodul dari .

(5)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 5

Teorema berikut dapat dipergunakan untuk menelaah apakah suatu himpunan merupakan submodul.

Teorema E4.11

Diketahui M R-Modul dan NM , maka N disebut submodul dari M jika dan hanya jika memenuhi dua syarat berikut:

1. n1− ∈ n2 N , ∀n n1, 2N

2. rnN , ∀ ∈n N r R∀ ∈ Bukti.

( )

Diketahui bahwa N adalah submodul dari modul M. Dengan demikian N adalah subgrup Abelian dari M dan akibatnya untuk setiap n n1, 2∈ , berlaku N n1− ∈ . n2 N Karena operasi pergandaan

skalar yang berlaku pada M juga berlaku pada N, maka untuk setiap nN dan r R∈ , berlaku rnN.

( )

Karena untuk setiap n n1, 2∈ berlaku N n1− ∈ , maka menurut n2 N Teorema 1.19 N merupakan

subgrup Abelian dari M. Selanjutnya, karena rnN untuk setiap nN dan r R∈ maka operasi pergandaan skalar di M juga berlaku di N. Terakhir, karena N merupakan himpunan bagian dari M dan operasi pergandaan skalar di M juga berlaku di N maka aksioma-aksioma modul uniter di M juga berlaku di N. Jadi, N merupakan submodul dari M.

Jika diketahui dua submodul dari suatu modul, maka dapat dibentuk submodul baru dari kedua submodul tersebut. Teorema berikut menyatakan hal tersebut.

Teorema E4.12

Diketahui M R-Modul. Jika H dan K merupakan sebarang submodul dari M, maka kedua sifat berikut berlaku:

1. H∩ merupakan submodul dari M K

(6)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 6

Bukti. (1)

Akan ditunjukkan H∩ adalah submodul dari M, yaitu HK ∩ memenuhi Teorema E4.11. K

Diambil sebarang n n1, 2∈ ∩ maka H K n n1, 2∈ dan H n n1, 2∈ . Karena H dan K adalah K

submodul, maka n1− ∈ dan n2 H n1− ∈ . Akibatnya n2 K n1− ∈ ∩ . Selanjutnya, diambil n2 H K

sebarang r R∈ , karena H dan K adalah submodul maka rn rn1, 2∈ dan H rn rn1, 2∈ . K

Akibatnya rn rn1, 2∈ ∩ . H K

Jadi, terbukti bahwa H∩ merupakan submodul dari M. K

(2)

Akan ditunjukkan H K+ adalah submodul dari M, yaitu H K+ memenuhi Teorema E4.11. Diperhatikan bahwa H + =K

{

h+k hH dan kK

}

. Diambil sebarang n n1, 2∈ + , maka H K

1 1 1

n = + dan h k n2 =h2+ untuk suatu k2 h h1, 2∈ dan H k k1, 2∈ . Karena H dan K adalah K

submodul maka h1− ∈ dan h2 H k1− ∈ . Akibatnya k2 K

1 2 ( 1 1) ( 2 2) ( 1 2) ( 1 2)

nn = h +kh +k = hh + kk ∈ + . Selanjutnya, diambil sebarang r RH K ∈ .

Karena H dan K adalah submodul, maka rh1∈ dan H rk1,∈ . Akibatnya K

1 ( 1 1) 1 1

rn =r h +k =rh +rk ∈ + . H K

Jadi, terbukti bahwa H K+ merupakan submodul dari M.

Contoh E4.13

Diberikan ring polinomial dengan peubah x dan koefisiennya bilangan bulat, [ ]x . Karena

adalah ring dengan elemen satuan maka [ ]x juga ring dengan elemen satuan. Karena ring

dengan elemen satuan adalah grup Abelian maka [ ]x adalah -Modul dengan operasi

(7)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 7

Diambil sub-himpunan dari [ ]x , yaitu

0 [ ] i i i i n x a x a n ∞ = ⎧ ⎫ =

⎭. Akan ditunjukkan bahwa [ ]

n x adalah submodul dari [ ]x . Diambil sebarang ,x yn [ ]x maka

0 i i i x a x ∞ = =

dan 0 i i i y b x ∞ = =

untuk ,a bi in , sehingga 0 0 0 ( ) i i i i i i i i i i x y a x b x a b x ∞ ∞ ∞ = = = − =

=

− untuk suatu i i

a − ∈b n , akibatnya x− ∈y n [ ]x . Untuk sebarang m∈ dan

0 i i i x a x ∞ = =

, 0 0 ( ) i i i i i i mx m a x ma x ∞ ∞ = =

=

=

untuk suatu main , akibatnya mxn [ ]x .

Diperhatikan bahwa 2 [ ]x dan 5 [ ]x merupakan submodul dari [ ]x . Dengan demikian

menurut Teorema E4.12 berlaku: 1. 2 [ ] 5 [ ] 10 [ ]xx = x

2. 2 [ ] 5 [ ]x + x = [ ]x

Diperhatikan bahwa 2 [ ] 5 [ ]xx bukanlah submodul dari M. Karena untuk 2x∈2 [ ]x dan

5x∈5 [ ]x , 5x−2x=3x∉2 [ ] 5 [ ]xx .

Dari definisi-definisi beserta teorema-teorema diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Setiap ring merupakan modul atas dirinya sendiri, yaitu jika R ring maka R R-Modul. 2. Jika R dipandang sebagai R-Modul, maka setiap ideal pada R merupakan submodul di R. 3. Setiap ruang vektor merupakan modul.

Untuk contoh-contoh selanjutnya, submodul pada -Modul akan selalu berbentuk n dengan n merupakan bilangan bulat. Untuk menujukkan kebenaran pernyataan ini dapat menggunakan sifat Daerah Ideal Utama, yaitu setiap ideal pada dibangun oleh tepat satu elemen. Terkait dengan pembangun suatu submodul, subbab selanjutnya akan membahas pembangun suatu submodul.

(8)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 8

2. Modul Faktor dan Homomorfisma

Misalkan diketahui M R-Modul. Karena M grup Abelian, maka sebarang subgrup dari M

juga merupakan grup Abelian. Misalkan N merupakan sebarang subgrup dari M. Karena N subgrup Abelian, maka N merupakan subgrup normal terhadap M, yaitu aN =Na untuk setiap aM . Dengan demikian menurut Teorema E3.17, M N =

{

a+N aM

}

merupakan grup

terhadap operasi biner

(

a+N

) (

+ +b N

) (

= a b+ +

)

N. Karena M grup Abelian, maka jelas bahwa

(

a+N

) (

+ +b N

) (

= a b+ +

)

N =

(

b+a

)

+N =

(

b+N

) (

+ a+N

)

. Jadi, M N merupakan grup Abelian terhadap operasi penjumlahan koset.

Teorema E4.14

Diketahui M R-Modul, N sebarang submodul dari M, dan R ring dengan elemen satuan, maka

M N R -Modul terhadap operasi pergandaan koset r a

(

+N

) ( )

= ra +N untuk setiap r∈ R dan aNM N. Selanjutnya, M N disebut dengan modul faktor.

Bukti.

Akan ditunjukkan bahwa operasi pergandaan koset diatas merupakan operasi biner. Pertama akan ditunjukkan bahwa operasi ini terdefinisi dengan baik. Diambil sebarang

,

a+N b+NM N dengan a+N = +b N. Menggunakan sifat kesamaan dua koset diperoleh a b− ∈N. Karena N submodul, maka untuk sebarang r R∈ berlaku, r a b

(

)

=ra− ∈rb N. Dengan kata lain

( )

ra +N =

( )

rb +N, sesuai dengan definsi operasi pergandaan koset

(

) (

)

r a+N =r b+N . Terbukti operasi ini terdefinisi dengan baik. Kedua, operasi ini tertutup karena raM untuk sebarang r R∈ dan aM dan dengan demikian berlaku

(

) ( )

(9)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 9

Terakhir, diberikan sebarang a+N b, +NM N dan r r r, ,1 2∈ . Akan ditunjukkan bahwa R

operasi pergandaan koset memenuhi aksioma pergandaan skalar : 1.

2.

3.

4.

Jadi, terbukti bahwa M N merupakan modul atas R.

Contoh E4.15

Pada -Modul dapat dipilih submodul 6 dan dibentuk grup abelian

{

}

6 = 0 6 , 1 6 , 2 6 , 3 6 , 4 6 , 5 6+ + + + + + . Himpunan 6 merupakan modul atas dengan operasi pergandaan skalar r a

(

+6

) ( )

= ra +6 untuk setiap r∈ dan

6 6 a+ ∈ .

(

) (

)

(

)

(

(

)

)

(

)

(

)

(

)

(

) (

)

(

) (

)

r a N b N r a b N r a b N ra rb N ra N rb N r a N r b N + + + = + + = + + = + + = + + + = + + +

(

)(

) (

(

)

)

(

)

(

) (

)

(

)

(

)

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 r r a N r r a N r a r a N r a N r a N r a N r a N + + = + + = + + = + + + = + + +

( )(

)

(

( )

)

( )

(

)

(

)

(

)

(

)

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 r r a N r r a N r r a N r r a N r r a N + = + = + = + = +

(

) ( )

1 1 . R a N Ra N a N + = + = +

(10)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 10

Modul faktor merupakan salah satu sifat yang digunakan pada pembahasan mengenai teorema utama homomorfisma. Berikut diberikan pengertian mengenai homomorfisma, yaitu suatu pemetaan dari suatu modul ke modul lain yang “mengawetkan” sifat-sifat operasi pergandaan skalar di kedua modul.

Definisi E4.16 (Homomorfisma Modul)

Diketahui M dan M adalah R-Modul. Pemetaan :' φ MM' disebut homomorfisma modul jika dan hanya jika memenuhi kedua syarat berikut:

1. φ(m1+m2)=φ( )m1 +φ(m2) , untuk setiap m m1, 2M

2. φ(rm)=r φ( )m , untuk setiap mM dan r∈ . R

Contoh E4.17

Diketahui dan

[ ]

x keduanya merupakan -Modul. Pemetaan φ: →

[ ]

x dengan definisi

( )

3

a ax

φ = merupakan homomorfisma modul, karena

1. ( )

(

)

3 3 3 ( ) ( )

a b a b x ax bx a b

φ + = + = + =φ +φ , untuk setiap ,a b∈

2. ( )

( )

3

( )

( )

ra ra x r ax r a

φ = = = φ , untuk setiap a dan r ∈ .

Berikut diberikan lemma mengenai sifat-sifat homomorfisma modul. Lemma E4.18

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul, maka keempat sifat berikut berlaku:

1. Jika 0M merupakan elemen identitas di M, maka φ

( )

0M =0M'

2. Jika aM , maka φ

( )

− = −a φ

( )

a

3. Jika H merupakan sumodul dari M, maka φ

( )

H merupakan submodul dari M '

(11)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 11

Bukti. (1)

Misalkan 0M merupakan elemen identitas di M, yaitu a+0M =0M + = untuk setiap a a aM . Karena 0a+ M =0M + = , maka berlaku a a φ

(

a+0M

)

(

0M +a

)

( )

a . Karena φ homomorfisma, maka diperoleh:

i. φ

(

a+0M

)

( ) ( )

a +φ 0M

( )

a dan ii. φ

(

0M +a

)

( ) ( )

0Ma

( )

a .

Jadi, diperoleh φ

( ) ( )

a +φ 0M

( ) ( )

0Ma

( )

a untuk setiap aM dan dengan demikian

( )

0M 0M'

φ = yaitu elemen identitas di M . '

(2)

Diambil sebarang aM dan dengan demikian diperoleh a+ − = − + =

( ) ( )

a a a 0M. Karena

( ) ( )

0M

a+ − = − + =a a a , maka berlaku φ

(

a+ −

( )

a

)

(

( )

− +a a

)

( )

0M . Karena φ homomorfisma dan menurut (1) berlaku φ

( )

0M =0M', maka diperoleh:

i. φ

(

a+ −

( )

a

)

( ) ( )

a +φ − =a 0M' dan ii. φ

(

( )

− +a a

)

( ) ( )

− +a φ a =0M'.

Jadi, diperoleh φ

( ) ( )

a +φ − =a φ

( ) ( )

− +a φ a =0M' untuk setiap aM dan dengan demikian berlaku φ

( )

− = −a φ

( )

a .

(3)

Diambil sebarang a b, ∈φ

( )

H , maka a

( )

x dan b

( )

y untuk suatu ,x y∈ . H

Diperhatikan bahwa a b− =φ

( ) ( )

x −φ y

( ) ( )

x +φ − =y φ

(

xy

)

. Karena H submodul dan ,

x y∈ , maka menurut Teorema E4.11 berlaku x y HH − ∈ dan dengan demikian

(

) ( )

a b− =φ xy ∈φ H . Diambil sebarang r R∈ dan diperhatikan bahwa ra=rφ

( ) ( )

xrx . Karena H submodul, maka menurut Teorema E4.11 berlaku rxH dan dengan demikian

( ) ( )

(12)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 12

(4)

Diambil sebarang , 1

( )

'

a b∈φ− K , maka φ

( )

a =k1 dan φ

( )

b =k2 untuk suatu k k1, 2K'. Karena

'

K submodul, maka menurut Teorema E4.11 berlaku k1− ∈k2 K' dan dengan demikian

( ) ( )

(

)

1 2 '

kka −φ ba b− ∈K . Sehingga berlaku a b− ∈φ−1

( )

K' . Diambil sebarang r∈ dan diperhatikan bahwa R rk1 =rφ

( ) ( )

ara . Karena 'K submodul, maka menurut

Teorema E4.11 berlaku rk1

( )

raK' dan dengan demikian ra∈φ−1

( )

K' . Jadi, menurut

Teorema E4.11 terbukti bahwa 1

( )

'

K φ−

merupakan submodul.

Berikut diberikan definisi mengenai Kernel dan Image suatu homomorfisma beserta sifat-sifatnya.

Definisi E4.19 (Kernel dan Image Homomorfisma)

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul, maka

1. Kernel φ =

{

mM φ( ) 0m = M'

}

dan 2. Image φ =

{

φ( )mM m' ∈M

}

. Selanjutnya, kernel φ dinotasikan ker

( )

φ .

Contoh E4.20

Pada Contoh E4.17 diketahui ker

( ) { }

φ = 0 dan image

( )

{

3

}

ax a

φ = ∈ .

Lemma E4.21

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul, maka

1. ker

( )

φ merupakan submodul dari M dan 2. image

( )

φ merupakan submodul dari 'M .

Bukti.

Diperhatikan bahwa ker

( )

φ bukan himpunan kosong, karena 0M ∈ker

( )

φ . Selanjutnya, diambil sebarang k k1, 2∈ker

( )

φ . Karena φ adalah homomorfisma modul maka berlaku,

(13)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 13

1 2 1 2 ' ' '

(k k ) ( )k ( ) 0k M 0M 0M

φ − =φ −φ = − = dan dengan demikian k1− ∈k2 ker

( )

φ . Terakhir diambil sebarang r R∈ dan k∈ker

( )

φ . Karena φ adalah homomorfisma modul maka

' '

( )rk r ( )k r0M 0M

φ = φ = = dan dengan demikian rk∈ker

( )

φ . Jadi, menurut Teorema E4.11

( )

ker φ merupakan submodul dari M.

Diperhatikan bahwa image

( )

φ bukan himpunan kosong karena 0M'∈image

( )

φ . Selanjutnya, diambil sebarang x y, ∈image

( )

φ . Maka x=φ( )m1 dan y=φ(m2) untuk suatu m m1, 2M .

Karena φ adalah homomorfisma modul maka x− =y φ( )m1 −φ(m2)=φ(m1m2). Karena M modul, maka m1m2M dan dengan demikian x− =y φ(m1m2) image∈

( )

φ . Terakhir diambil sebarang r R∈ dan x∈image

( )

φ , maka x=φ( )m untuk suatu mM. Karena φ adalah homomorfisma modul, maka rx=rφ( )m =φ(rm). Karena M modul, maka rmM dan dengan demikian rx

( )

rm ∈image

( )

φ . Jadi, menurut Teorema E4.11 image

( )

φ merupakan submodul dari M . '

Definisi mengenai isomorfisma berikut, akan mengawali pembahasan mengenai Teorema Utama Homomorfisma Modul.

Definisi E4.22 (Isomorfisma)

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul. Jika

φ adalah pemetaan bijektif, yaitu φ pemetaan injektif sekaligus surjektif, maka pemetaan φ disebut isomorfisma modul.

Contoh E4.23

Diketahui -Modul, maka pemetaan :ϕ → dengan ϕ

( )

a = −a, untuk setiap a∈ merupakan isomorfisma modul.

(14)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 14

Teorema E4.24

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul dengan ker

( )

φ =H. Maka pemetaan μ: M H →ϕ

( )

M yang didefinisikan μ

(

a+H

)

( )

a

untuk setiap a+ ∈H M H merupakan isomorfisma modul.

Bukti.

Bukti sejalan dengan pembuktian Teorema E3.13.

Teorema E4.25

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul dengan ker

( )

φ =H. Maka pemetaan γ : MM H yang didefinisikan γ

( )

a = +a H untuk setiap aM merupakan homomorfisma surjektif.

Bukti.

Bukti sejalan dengan pembuktian Teorema E3.14.

Dari Teorema E4.24 dan E4.25, dapat dibentuk langkah-langkah sebagai berikut: 1. Diketahui M dan M' merupakan R-Modul

2. Diketahui :φ MM' homomorfisma modul 3. Diketahui φ

( )

MM'

4. Dari Teorema E4.14, diperoleh M ker

( )

φ merupakan R-Modul

5. Dari Teorema E4.25, dapat dibentuk suatu homomorfisma surjektif dari M ke

( )

ker

M φ

6. Dari Teorema E4.24, dapat dibentuk suatu isomorfisma dari M ker

( )

φ ke φ

( )

M . Diperhatikan langkah 4, 5, dan 6. Jika aM , maka untuk memetakan elemen a ke M' melalui

suatu pemetaan homomorfisma modul, tidak harus melalui pemetaan φ. Dari langkah 4, 5, dan 6, untuk memetakan elemen a ke M dapat pula melalui pemetaan ' γ dan μ yang keduanya merupakan pemetaan homomorfisma modul. Pertama, elemen a dipetakan terlebih dahulu ke grup M ker

( )

φ melalui pemetaan γ , hasil petanya adalah γ

( )

a . Selanjutnya, elemen γ

( )

a

(15)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 15

dipetakan ke φ

( )

MM' melalui pemetaan μ, hasil petanya adalah μ γ

(

( )

a

)

=

(

μ γ

)( )

a . Jadi, menggunakan langkah-langkah tersebut elemen a tidak langsung dipetakan ke M melalui ' pemetaan φ, melainkan harus “singgah sejenak” di modul M ker

( )

φ untuk kemudian dipetakan ke 'M melalui pemetaan μ γ . Tetapi yang terpenting adalah modul M ker

( )

φ dan φ

( )

M isomorfis, yaitu ada suatu isomorfisma dari M ker

( )

φ ke φ

( )

M . Sifat tersebut dapat dinyatakan ke dalam sebuah teorema.

Teorema E4.26 (Teorema Utama Homomorfisma Modul 1)

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul, maka terdapat suatu isomorfisma modul dari M ker

( )

φ ke φ

( )

M .

Jika φ merupakan pemetaan surjektif akan diperoleh φ

( )

M =M' dan Teorema E4.26 dapat berubah menjadi seperti berikut.

Teorema E4.27

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul yang surjektif, maka terdapat suatu isomorfisma modul dari M ker

( )

φ ke 'M .

Teorema Utama Homomorfisma Modul pada dasarnya merupakan kasus khusus dari Teorema Utama Homomorfisma Grup dan Ring. Karena itu terdapat juga Teorema ke-2 dan ke-3 mengenai Teorema Utama Homomorfisma Modul. Pembuktian untuk kedua teorema tersebut serupa dengan pembuktian untuk Teorema Utama Homomorfisma Grup dan Ring.

Teorema E4.28 (Teorema Utama Homomorfisma Modul 2)

Diketahui M R-Modul serta H dan N merupakan sebarang submodul dari M, maka terdapat suatu ismomorfisma modul dari

(

H +N

)

N ke H

(

HN

)

.

Bukti.

(16)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 16

Teorema E4.29 (Teorema Utama Homomorfisma Modul 3)

Diketahui M R-Modul serta H dan N merupakan sebarang submodul dari M. Jika H juga submodul dari N, maka terdapat suatu ismomorfisma modul dari M N ke

(

M H

) (

N H

)

.

Bukti.

Bukti sejalan dengan pembuktian Teorema E3.22.

Teorema E4.30

Diketahui M dan M adalah R-Modul dan :' φ MM' merupakan homomorfisma modul, maka untuk sebarang submodul K dari ' M berlaku: '

1. Submodul 1

( )

'

K φ−

memuat ker

( )

φ .

2. Jika terdapat submodul H dari M yang memuat ker

( )

φ dan φ

( )

H =K' maka

( )

1 ' K H φ− = . Bukti. (1)

Karena 0M'M', elemen identitas di M , termuat pada ' K maka '

( )

1 '

K

φ− memuat setiap

anggota M yang dipetakan ke 0M'. Dengan kata lain 1

( )

'

K

φ− memuat ker

( )

φ .

(2)

Misalkan H merupakan submodul dari M dengan ker

( )

φ ⊆H dan φ

( )

H =K'.

Karena φ

( )

H =K', maka jelas bahwa H ⊆φ−1

( )

K' . Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa

( )

1 ' K H φ− . Diambil sebarang ' kK . Karena 1

( )

' K H φ− = dan

(

1

( )

'

)

' K K φ φ− = , maka

( )

( )

khx , untuk suatu hH dan

( )

1 '

x∈φ− K . Karena φ

( )

h

( )

x , maka diperoleh φ

( ) ( )

h −φ x =0M'K'.

Karena φ homomorfisma, diperoleh φ

( ) ( )

h −φ x

(

hx

)

. Dengan demikian, φ

(

hx

)

=0M' atau dengan kata lain h− ∈x ker

( )

φ . Karena ker

( )

φ ⊆H, akibatnya h− ∈x H . Karena − ∈h H

(17)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 17

dan h− ∈x H , akibatnya − +h

(

hx

) (

= − +h h

)

− =x 0M − = − ∈x x H. Karena − ∈x H dan H submodul, maka xH. Karena pemilihan k sebarang dan φ

( )

H =K', berakibat φ−1

( )

K' ⊆H . Jadi, karena berlaku 1

( )

'

H ⊆φ− K dan φ−1

( )

K' ⊆H , maka φ−1

( )

K' =H . Teorema E4.31 (Teorema Korespondensi)

Diketahui M dan M dan ' H K , serta N merupakan submodul dari M. Jika submodul H dan K , memuat N dan berlaku H N =K N, maka H = . K

Bukti.

Karena N merupakan submodul dari M, maka menurut Teorema E4.14 M N merupakan R-Modul. Dibentuk homomorfisma φ: MM N, dengan definisi φ

( )

a = +a N untuk setiap

aM dan jelas bahwa ker

( )

φ =N. Diperhatikan bahwa φ merupakan pemetaan surjektif, karena untuk sebarang a+ ∈N M N dapat dipilih xM dengan x=a sehingga φ

( )

a = +a N. Karena H dan K merupakan submodul dari M dan φ merupakan pemetaan surjektif, maka jelas bahwa φ

( )

H =H N dan φ

( )

K =K N. Karena submodul H memuat N =ker

( )

φ dan

( )

H H N K N

φ = = , maka menurut Teorema E4.32 (ii) berakibat 1

(

)

K N H φ− = . Karena

(

)

1 K N K φ− = , maka diperoleh H K = . Contoh E4.32

Pada -Modul, akan ditunjukkan bahwa m

( )

nmn dengan m dan n saling relatif prima. Diperhatikan dahulu bahwa

1. a +b =d , dengan d =gcd ,

( )

a b 2. ab =c , dengan c=lcm ,

( )

a b

dengan gcd merupakan faktor persekutuan terbesar dan lcm merupakan kelipatan persekutuan terkecil. Selanjutnya, dimisalkan N =n dan H =m . Karena m dan n saling relatif prima, maka gcd ,

(

n m

)

=1 dan lcm ,

(

n m

)

=mn. Dengan demikian H +N =m +n = dan

(18)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 18

( )

H∩ =N mn = mn . Sehingga menurut Teorema Utama Homomorfisma Modul 3 diperoleh

(

H N

)

H

(

)

N H N

+

nm

( )

mn . 3. Elemen Torsi dan Annihilator

Sesuai definisi modul, suatu ring dengan elemen satuan dapat dipandang sebagai modul atas dirinya sendiri. Diperhatikan pada kasus ketika ring tersebut memuat elemen pembagi nol. Ingat kembali bahwa elemen pembagi nol pada suatu ring adalah elemen a dan b yang keduanya tidak nol dengan ab=0. Keberadaan elemen pembagi nol ini akan memunculkan sifat pada modul yang tidak terdapat pada ruang vektor. Hal tersebut dikarenakan skalar pada ruang vektor merupakan elemen lapangan yang setiap elemennya bukan merupakan pembagi nol.

Definisi E4.33 (Elemen Torsi)

Diberikan M R-Modul, elemen mM disebut elemen torsi jika dan hanya jika terdapat

{ }

0R

r∈ −R sehingga rm=0M. Dengan demikian 0MM merupakan elemen torsi.

Definisi E4.34 (Modul Torsi)

Diberikan M R-Modul. Modul M disebut modul torsi jika dan hanya jika setiap elemennya merupakan elemen torsi.

Definisi E4.35 (Modul Bebas Torsi)

Diberikan M R-Modul. Modul M disebut modul bebas torsi jika dan hanya jika M memiliki tepat satu elemen torsi, yaitu 0MM .

Contoh E4.36

Diketahui ring 8 merupakan modul atas ring dan juga atas dirinya sendiri. Jika 8 dipandang sebagai -Modul, maka seluruh elemen pada 8 merupakan elemen torsi dan dengan demikian 8 merupakan modul torsi. Karena dapat dipilih 8∈ sehingga

(

)

(19)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 19

dirinya sendiri, maka elemen torsinya adalah 0 8 , 2 8 , 4 8 , dan 6 8+ + + + . Diperhatikan bahwa dengan mengganti ring yang menyertai modul, maka elemen-elemen torsi dapat berubah.

Dari definisi elemen torsi, jika diberikan suatu M R-Modul maka dapat dihimpun semua elemen torsi pada modul M tersebut. Misalkan M merupakan himpunan seluruh elemen torsi T modul M. Teorema-teorema berikut menyatakan sifat himpunan M . T

Teorema E4.37

Diketahui M R-Modul dan M himpunan seluruh elemen torsi pada M. Jika R daerah integral, T maka M merupakan submodul dari M. T

Bukti.

Diambil sebarang m m1, 2MT, maka terdapat r r1, 2∈ −R

{ }

0R sehingga r m1 1=r m2 2 =0M. Akan ditunjukkan m1m2MT. Karena R adalah daerah integral, maka R tidak memuat elemen

pembagi nol yaitu untuk setiap r r1, 2∈ −R

{ }

0R , berlaku r r1 2 ≠0R. Dengan demikian dapat dipilih

{ }

3 1 2 0R

r =r r ∈ −R , sehingga r m3( 1m2)=r m3 1r m3 2 =(r r m1 2) 1−(r r m1 2) 2.

Karena R adalah daerah integral maka pergandaan di R bersifat komutatif, sehingga

1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1

(r r m) −(r r m) =(r r m) −(r r m) =r r m( )−r r m( )=r 0Mr0M =0M. Sehingga diperoleh m1m2MT.

Selanjutnya, diambil sebarang r R∈ dan mMT. Akan ditunjukkan rmMT. Karena mMT

maka terdapat r0∈ −R

{ }

0R sedemikian sehingga r m0 =0M. Karena R adalah daerah integral

maka pergandaan di R bersifat komutatif, sehingga

0( ) ( )0 ( )0 (0 ) 0M 0M

r rm = r r m= rr m=r r m =r = .

Sehingga diperoleh rmMT.

(20)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 20

Teorema E4.38

Diketahui M R-Modul dan M himpunan seluruh elemen torsi pada M. Jika R daerah integral, T maka M M merupakan modul bebas torsi. T

Bukti.

Menurut Teorema E4.37, karena R daerah integral maka M adalah submodul atas M sehingga T menurut Teorema E4.14 M M adalah R-Modul. Andaikan T M M memiliki elemen torsi T

0

T M T

m+M ≠ +M , maka terdapat r0∈ −R

{ }

0R sehingga r m

(

+MT

)

=0M +MT. Karena

(

T

)

T 0M T

r m+M =rm+M = +M , akibatnya rmMT. Karena rmMT, maka terdapat

{ }

0R

s∈ −R sedemikian sehingga (s rm) ( )= sr m=0M. Karena R adalah daerah integral, maka

0R

sr≠ , akibatnya m=0M dan dengan kata lain m+MT =0M +MT.

Muncul kontradiksi dengan pengandaian bahwa m+MT ≠0M +MT. Sehingga yang benar T

M M modul bebas torsi.

Jika elemen torsi merupakan elemen pada modul, maka dari kondisi rm=0M juga dapat dihimpun elemen pada ring yang menyebabkan kondisi tersebut berlaku.

Definisi E4.37 (Annihilator)

Diberikan M R-Modul dan XM . Annihilator atas X, dinotasikan dengan ann X

( )

, didefinisikan sebagai ann X

( )

= ∈

{

r R rx=0 untuk setiap M xX

}

.

Contoh E4.38

Diketahui ring 8 merupakan modul atas ring dan X =

{

2 8 , 6 8+ +

}

maka

( )

(21)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 21

Lemma E4.39

Diberikan M R-Modul dan XM , maka ann X

( )

merupakan ideal kiri di R.

Bukti.

Diambil sebarang a b, ∈ann

( )

X , maka ax=bx=0M untuk setiap xX . Dengan demikian

(

a b x

)

=ax bx− =0M −0M =0M untuk setiap xX . Sehingga diperoleh a b− ∈ann

( )

X . Diambil sebarang r R∈ , diperhatikan bahwa

( )

ra x=r ax

( )

=r0M =0M untuk setiap xX dan dengan demikian ra∈ann

( )

X . Jadi, ann X

( )

merupakan ideal kiri di R.

Akibat E4.40

Diberikan M R-Modul dan XM. Jika R ring komutatif, maka ann X

( )

merupakan ideal kiri sekaligus ideal kanan di R.

Untuk selanjutnya, ideal yang dimaksud pada tulisan ini merupakan ideal kiri yang juga merupakan ideal kanan.

4. Pembangun Submodul dan Modul Bebas

Apabila diketahui X merupakan suatu himpunan bagian dari M R-Modul, maka dapat dibentuk suatu submodul dari M yang dibangun oleh X. Submodul tersebut merupakan submodul terkecil dari M yang memuat X. Definisi berikut menyatakan hal tersebut.

Definisi E4.41 (Submodul yang Dibangun oleh X)

Diketahui M R-Modul dan XM . Submodul N merupakan submodul yang dibangun oleh X jika dan hanya jika

I

N I

=

I

dengan I =

{

I submodul dari M XI

}

.

(22)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 22

Contoh E4.42

Pada -Modul, dipilih himpunan X =

{

2, 4,6

}

⊂ . Karena submodul pada berbentuk n maka submodul-submodul dari yang memuat X adalah 2 dan sendiri, dengan demikian I =

{

2 ,

}

. Sehingga submodul yang dibangun oleh X adalah 2 ∩ =2 .

Teorema E4.43

Diketahui M R-Modul. Jika H dan K merupakan sebarang submodul dari M maka H+ K merupakan submodul terkecil yang memuat submodul H dan K.

Bukti.

Pada Teorema E4.12 telah dinyatakan bahwa H K+ merupakan submodul dari M. Diperhatikan bahwa untuk sebarang hH dapat dipilih k =0M sehingga h= +h 0M = + ∈ + dan h k H K

dengan demikian HH+ . Dengan cara yang serupa dapat pula ditunjukkan bahwa K KH+ dan dengan demikian berlaku HK ∪ ⊆K H + . K

Andaikan ada submodul S dengan H∪ ⊆ . Karena ,K S H KH∪ akibatnya HK ⊆ dan S K ⊆ . Karena S merupakan submodul, maka untuk setiap S hH dan kK berlaku h+ ∈k S. Dengan kata lain H K+ ⊆ . S

Jadi, terbukti bahwa H K+ merupakan submodul terkecil yang memuat submodul H dan K.

Akibat E4.44

Diketahui M R-Modul. Jika H dan K merupakan sebarang submodul dari M maka

HK =H+K.

Teorema E4.45

Diketahui M R-Modul, jika X = ∅ maka X =

{ }

0M . Bukti.

Diperhatikan bahwa untuk setiap himpunan bagian NM , maka ∅ ⊆ . Dengan demikian N

(23)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 23

dari M selalu memuat elemen 0M, akibatnya 0M I

I

I

dan dengan demikian berlaku

{ }

{ }0

{ }

0 0 M M M I X I ∈ − ⎧ ⎫ ⎪ ⎪ = ∅ = ∩ = ⎪ ⎪ ⎩ I

⎭ . Teorema E4.46

Diketahui M R-Modul dan XM dengan X ≠ ∅, maka berlaku

1 , , dan n i i i i i X r x n r R x X = ⎧ ⎫ = ∈ ∈ ∈

. Bukti. Misalkan 1 , , dan n i i i i i K r x n r R x X = ⎧ ⎫ = ∈ ∈ ∈

. Akan ditunjukkan bahwa K merupakan

submodul dari M . Diambil sebarang ,a b∈ , maka K

1 n i i i a r x = =

dan 1 m i i i b s y = =

untuk suatu , i i

r s ∈ dan ,R x yi i∈ . Diperhatikan bahwa X

1 1 1 n m n m i i i i j j i i j a b r x s y k z + = = = − =

=

dengan 1 1 j j j n r j n k s n j m ≤ ≤ ⎧ = ⎨ + ≤ ≤ ⎩ dan 1 1 j j j n x j n z y n j m ≤ ≤ ⎧ = ⎨ + ≤ ≤ ⎩ . Sehingga diperoleh 1 n m j j j a b k z K + = − =

∈ .

Selanjutnya, diambil sebarang r R∈ dan diperhatikan bahwa

( )

1 1 n n i i i i i i ra r r x rr x K = = ⎛ ⎞ = = ∈ ⎝

.

Jadi, menurut Teorema E4.11 terbukti bahwa K merupakan submodul dari M. Karena XK

dan X merupakan submodul terkecil yang memuat X, berakibat XK.

Karena X merupakan submodul terkecil yang memuat X, maka XX . Dengan demikian untuk setiap r R∈ dan xX berlaku rxX . Akibatnya a b, ∈ X dan dengan demikian

KX .

(24)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 24

Definisi E4.47 (Modul Siklik)

Diketahui M R-Modul. Jika terdapat aM sehingga a =M maka modul M disebut modul siklik.

Contoh E4.48

− Modul merupakan modul siklik karena 1 = .

Lemma E4.49

Diketahui M R-Modul siklik dan M = a untuk suatu aM , maka MR ann

( )

a .

Bukti.

Dibentuk pemetaan : Rφ →M dengan definisi φ

( )

r =ra. Pemetaan φ tersebut merupakan homomorfisma modul yang surjektif dan jelas bahwa ker

( )

φ =ann a

( )

. Jadi, menurut Teorema Utama Homomorfisma Modul 1, berlaku MR ann

( )

a .

Definisi E4.50 (Rank Modul yang Dibangun Secara Berhingga)

Diketahui M R-Modul dan M = X untuk suatu XM . Jika X herupakan himpunan berhingga maka modul M dikatakan dibangun secara berhingga dan rank dari M merupakan banyaknya elemen dari himpunan pembangun M yang terkecil. Notasi μ

( )

M untuk selanjutnya menyatakan rank dari M.

Definisi E4.51 (Rank Modul yang Tidak Dibangun Secara Berhingga)

Diketahui M R-Modul dan M = X untuk suatu XM. Jika X herupakan himpunan tak berhingga maka μ

( )

M = ∞.

(25)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 25

Akibat E4.52

Diketahui M R-Modul , maka sifat-sifat berikut berlaku:

1. Jika M =

{ }

0M , maka μ

( )

M =0

2. M merupakan modul siklik jika dan hanya jika μ

( )

M =1.

Lemma E4.53

Diketahui M R-Modul dan N sebarang submodul dari M. Jika M dibangun secara berhingga, maka modul M N juga dibangun secara berhingga dan μ

(

M N

)

≤μ

( )

M .

Bukti.

Misalkan M = X dengan X =

{

x1,...,xk

}

M sebagai himpuan pembangun terkecil. Diambil sebarang yM N, maka y a N= + untuk suatu aM . Karena M = X , dengan demikian terdapat n∈ sehingga 1 n i i i a r x =

=

untuk suatu ri∈ dan R xi∈ . Akibatnya berlaku X

( )

(

1 1

)

(

(

)

)

1

(

1

)

(

)

1 n i i n n n n i y a N r x N r x N r x N r x N r x N = ⎛ ⎞ = + = + = + + + + = + + + + ⎝

⎠ .

Jadi, modul M N dibangun secara berhingga.

Misalkan μ

(

M N

)

( )

M dan dengan demikian M N =

{

y1+N,...,ys+N

}

dengan s>k sebagai himpunan pembangun terkecil. Dibentuk elemen

(

1

)

(

s

) (

1 s

)

a+N = y +N + + y +N = y + +y +N. Dengan demikian diperoleh

1 s

a= y + + ∈y M = X . Karena X merupakan himpunan pembangun terkecil dan s>k maka terdapat himpunan Y'⊂

{

y1,...,ys

}

sehingga

{

y1,...,ys

}

Y'=

{

y' ,..., '1 y k

}

= X =

{

x1,...,xk

}

. Akibatnya a= y'1+ +y'kM = X dan dengan demikian a+N =

(

y'1+ +y'k

)

+N. Muncul kontradiksi dengan

{

y1+N,...,ys+N

}

sebagai himpunan pembangun terkecil.

(26)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 26

Lemma E4.54

Diketahui M R-Modul dan N sebarang submodul dari M. Jika M N dan N dibangun secara berhingga, maka modul M juga dibangun secara berhingga dan μ

( )

M ≤μ

( )

N

(

M N

)

.

Bukti.

Misalkan X =

{

x1,...,xk

}

N merupakan himpunan pembangun terkecil untuk N, sehingga X =N . Dibentuk φ: MM N sebagai homomorfisma surjektif dengan φ

( )

a = +a N untuk setiap aM . Dipilih Y =

{

y1,...,ys

}

M , sehingga Y'=

{

φ

( )

y1 ,...,φ

( )

ys

}

merupakan himpunan pembangun terkecil untuk M N. Akan ditunjukkan bahwa XY =M dan dengan demikian μ

( )

M ≤ + =k s μ

( )

N

(

M N

)

.

Diambil sebarang aM dan dengan demikian a+ ∈N M N. Karena Y' =M N, maka

( )

a a N r1

( )

y1 rs

( )

ys

φ = + = φ + + φ untuk suatu ri∈ . Karena R φ homomorfisma surjektif, diperoleh r1φ

( )

y1 + +rsφ

( )

ys

(

r y1 1+ +r ys s

)

dan dengan demikian

( )

a

(

r y1 1 r ys s

)

φ =φ + + . Diperhatikan juga bahwa r y1 1+ +r ys sY . Karena

( )

a

(

r y1 1 r ys s

)

φ =φ + + , akibatnya φ

(

a

(

r y1 1+ +r ys s

)

)

= +0 N atau dengan kata lain

(

1 1 s s

)

ker

( )

ar y + +r y ∈ φ ⊆N = X .

Jadi, karena a=

{

a

(

r y1 1+ +r ys s

)

}

+

(

r y1 1+ +r ys s

)

XY , maka diperoleh MXY . Jelas bahwa XYM , dan dengan demikian diperoleh M = XY .

Tidak setiap modul memiliki himpunan pembangun. Jika suatu modul memiliki himpunan pembangun, maka terdapat sifat pada himpunan pembangun tertentu yang disebut dengan basis. Berikut akan diberikan pengertian mengenai basis dan modul bebas.

Definisi E4.55 (Bebas Linear)

Diketahui M R-Modul dan XM . Himpunan X dikatakan bebas linear jika dan hanya jika untuk setiap n, untuk setiap ri∈ dan R xi∈ dengan X 1 i n≤ ≤ , jika r x1 1+ +r xi i =0M berakibat r1 = = =ri 0R.

(27)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 27

Definisi E4.56 (Basis)

Diketahui M R-Modul dan XM . Himpunan X dikatakan basis untuk M jika dan hanya jika memenuhi dua syarat berikut:

1. M = X

2. X bebas linear.

Definisi E4.57 (Modul Bebas)

Diketahui M R-Modul. Jika terdapat XM dengan X merupakan basis untuk M, maka M disebut modul bebas.

Contoh E4.58

8 8 −Modul merupakan modul siklik karena 1 8+ = 8 dan dengan demikian 8 merupakan modul bebas. Namun 8 − Modul bukan modul bebas, karena untuk sebarang X ⊆ 8 selalu dapat dipilih r= ∈8 sehingga 0 8

x X

rx

= +

. Jadi, setiap himpunan bagian pada 8 selain

{ }

0 tidak bebas linear dan dengan demikian 8

− Modul tidak memiliki basis.

Lemma E4.59

Diketahui M R-Modul. Jika M modul bebas dan R daerah integral, maka M modul bebas torsi.

Bukti.

Karena M modul bebas, maka M memiliki basis. Misalkan X merupakan basis untuk M dan M T merupakan himpunan elemen torsi pada M. Diambil sebarang xMT dan dengan demikian

0M

rx= untuk suatu r∈ −R

{ }

0R . Karena xMTM , maka i i i x X x r x ∈ =

untuk suatu ri∈ . R

Dengan demikian diperoleh

( )

0

i i i i i i M x X x X rx r r x rr x ∈ ∈ ⎛ ⎞ = = =

. Karena X merupakan basis, maka diperoleh 0rri = R untuk setiap ri∈ . Karena R daerah integral dan R r≠0R, maka diperoleh

0 i r = . Akibatnya 0 0 i i i i R i M x X x X x r x x ∈ ∈

(28)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 28

(

x1,...,xn

) (

, y1,...,yn

)

M1× ×Mn 5. Jumlahan Langsung

Konsep jumlahan langsung (direct sum) merupakan suatu konsep untuk membentuk suatu

modul yang “lebih luas” dari beberapa modul yang diberikan. Modul-modul tersebut akan isomorfis dengan suatu submodul pada modul yang “lebih luas” tersebut.

Definisi E4.60 (Jumlahan Langsung)

Diketahui M1,...,M untuk suatu n n merupakan modul-modul atas R, maka produk Cartesian M1× ×Mn juga merupakan modul atas R dengan operasi:

1.

(

x1,...,xn

) (

+ y1,...,yn

) (

= x1+y1,...,xn+yn

)

, untuk setiap

2. r x

(

1,...,xn

) (

= rx1,...,rxn

)

, untuk setiap

(

x1,...,xn

)

M1× ×Mn dan r∈ . R

Modul M1× ×Mn disebut jumlahan langsung dari modul M1,...,M dan dinotasikan n

1 n M ⊕ ⊕M atau 1 n i i= M. Lemma E4.61

Diketahui M1,...,M untuk suatu n n merupakan modul-modul atas R , maka pemetaan

1 : n k k i i M M φ = → ⊕ dengan

( ) (

1 1 1

) (

)

1 ,..., , , ,..., 0,...,0, ,0,...,0 n k k k k n i i a x x x x x a M φ + = = = ∈⊕ merupakan isomorfisma modul. Teorema E4.62

Diketahui M R-Modul dan N1,...,N untuk suatu n n merupakan submodul-submodul dari M. Jika dipenuhi syarat:

1. M =N1+ +Nn

2. Untuk setiap 1 i n≤ ≤ , berlaku Ni

{

N1+ +Ni1+Ni+1+ +Nn

} { }

= 0M , maka 1 n i i M N = ≅ ⊕ .

(29)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 29

Bukti.

Dibentuk pemetaan :fi NiM dengan f ai

( )

=a untuk setiap aNi. Dibentuk juga

pemetaan 1 : n i i f N M = ⊕ → dengan

(

1

)

( )

1 ,..., n n i i i f x x f x = =

untuk setiap

(

1

)

1 ,..., n n i i x x N = ∈⊕ . Karena 1 n

M =N + +N dengan demikian f merupakan pemetaan surjektif. Diperhatikan juga bahwa f

dan f merupakan homomorfisma modul. i

Selanjutnya, diambil sebarang

(

x1,...,xn

)

∈ker

( )

f maka berlaku

(

1

)

( )

1 1 ,..., 0 n n i i n M i f x x f x x x =

=

= + + = . Sehingga untuk 1 i n≤ ≤ diperoleh,

(

1 1 1

)

i i i n

x = − x + +x +x+ + +x dan dengan demikian

{

1 1 1

}

i i i i n

xNN + +N +N+ + +N . Karena Ni

{

N1+ +Ni1+Ni+1+ +Nn

} { }

= 0M , maka diperoleh xi =0M untuk setiap 1 i n≤ ≤ . Dengan demikian ker

( ) (

f =

{

0 ,...,0M M

)

}

. Sehingga sejalan dengan Lemma E3.6, homomorfisma modul f injektif.

Jadi, karena f homomorfisma modul yang surjektif sekaligus injektif, maka f merupakan isomorfisma modul dan berlaku

1 n i i M N = ≅ ⊕ .

Definisi E4.63 (Komplemen)

Diketahui M R-Modul dan K submodul dari M. Submodul K dikatakan komplemen pada M jika dan hanya jika terdapat submodul H dari M sehingga KHM.

Contoh E4.64

Pada 6 sebagai modul atas dirinya sendiri, submodul K =

{

0 6 , 2 6 , 4 6+ + +

}

merupakan komplemen pada 6 , karena dapat dipilih submodul H =

{

0 6 , 3 6+ +

}

sehingga:

1. K+H = 6 2. KH =

{

0 6+

}

.

(30)

Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009.

http://wijna.web.ugm.ac.id 30

6. Barisan Eksak

Untuk suatu koleksi submodul N1,...,N dari M R-Modul, dapat dibentuk suatu barisan n

yang disebut dengan barisan eksak. Barisan tersebut dinamakan barisan eksak dan memiliki sifat penting di teori modul, salah satunya pada pembahasan mengenai modul proyektif.

Definisi E4.65 (Barisan Eksak)

Diketahui M R-Modul dan

{

N ii ∈ merupakan koleksi submodul dari M. Diketahui juga I

}

f i merupakan homomorfisma dari Ni1 ke N . Barisan dari R-Modul dan homomorfisma fi i

dikatakan eksak pada Ni jika dan hanya jika image

( )

fi =ker

( )

fi+1 . Barisan tersebut dikatakan

barisan eksak jika eksak pada setiap Ni.

Definisi E4.66 (Barisan Pendek)

Diketahui M R-Modul serta N dan 1 N merupakan submodul dari M, maka barisan 2

disebut barisan pendek dengan f dan g merupakan homomorfisma modul.

Dari barisan pendek dapat diturunkan tiga sifat sebagai berikut. Teorema E4.67

Barisan

eksak di N jika dan hanya jika homomorfisma modul f injektif. 1

Bukti.

( )

Diperhatikan bahwa satu-satunya homomorfisma modul φ yang mungkin dari

{ }

0M ke N 1

adalah φ

( )

0M =0M. Karena barisan tersebut eksak di N1, maka image

( )

φ =ker f

( )

. Karena

Ni-1 Ni Ni+1 … … fi fi+1 N1 f M g N2

{ }

0M

{ }

0M N1 f M

{ }

0M

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait