BAB II TELAAH TEORITIS 2. Wirausaha
Schumpeter dalam As’ad (2002) mengemukakan bahwa wirausaha atau entrepreneur adalah seseorang yang menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju ke depan, mencakup mereka yang mengambil risiko, mengkoordinasi penanaman modal atau sarana produksi, yang mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau yang mempunyai respon kreatif dan inovatif.Clelland dalam As’ad (2002) mendefinisikan wirausaha adalah orang yang menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi dan menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan dan memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut.
Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat (Suryana, 2009). Prawirokusumo dalam Suryana (2009) juga berpendapat bahwa seorang wirausaha adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup.
Wirausaha juga dapat didefinisikan sebagai orang yang memiliki, mengelola, dan melembagakan usahanya sendiri.Faktor yang mendorong seseorang mengambil keputusan berwirausaha dapat diketahui melalui penilaian kepribadian khususnya pengalaman dan latar belakangnya.Biografi yang dimiliki seseorang bermanfaat
karena dalam biografi dapat dilihat pengalaman, keterampilan, dan kompetensi untuk peningkatan kewirausahaan, pengembangan nilai-nilai kewirausahaan dan mendorong untuk mencetuskan ide-ide kewirausahaan seseorang (Sjabadhyni, 2001).
Menurut (Sukardi dalam As’ad, 2002) pengertian wirausaha merujuk kepada
kepribadian tertentu yaitu pribadi yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri.sehingga mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai atas dasar pertimbangannya, sehingga seorang wirausaha ini adalah seseorang yang merdeka lahir dan batin. (Shefsky dalam Astamoen, 2005) mendefinisikan wirausaha sebagai seseorang yang memasuki dunia bisnis apa saja, tepat pada waktunya untuk membentuk atau mengubah pusat syaraf bisnis tersebut secara substansial. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah orang yang memiliki, mengelola, melembagakan usahanya sendiri, melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif, mengembangkan ide dan memanage sumber daya yang ada serta memanfaatkan peluang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
2.1 Karakteriktik Kewirausahaan
Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli
atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya.Entrepreneurship menurut Geoffrey G.Meredith (1996), mengemukakan sbb:
Percaya diri dan Optimis Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidaktergantungan terhadap orang lain dan individualitas.
Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energy, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.
Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan Mampu mengambil resiko yag wajar
Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.
Keorisinilan Inovatif, kreatif dan fleksibel
Berorientasi masa depan Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan 2.3 Adopsi Teknologi Baru
Di dalam (Mardikano 1982, dalam Lieli Suharti dkk. 2008) mendefinisikan adopsi sebagai penerimaan atau penggunaan suatu ide, alat – alat (mesin) atau teknologi baru oleh adopter yang disampaikan oleh pembawa teknologi.Telah diakui secara umum bahwa teknologi dapat membantu organisasi meningkatkan kinerja dan
selanjutnya mencapai keunggulan kompetitif (Adam, 2009; Ellitan, 2003 dalam Lieli Suharti dkk, 2012).
Adopsi teknologi memiliki peran yang positif dalam memoderasi hubungan antara strategi dan kinerja usaha (Sulaiman, 2003 dalam Lieli Suharti dkk, 2012).Peran positif teknologi dalam memoderasi strategi usaha dan kinerja usaha tersebut memberikan hasil akhir peningkatan daya saing usaha.(Kadocsa 2006 dalam Lieli Suharti dkk, 2012) menyatakan bahwa daya saing internal suatu usaha dipengaruhi oleh aspek pemasaran, aspek produksi, dan aspek inovasi.Dimana adopsi teknologi merupakan faktor yang mempengaruhi aspek inovasi.
Teknologi dapat dilihat sebagai sebuah inovasi yang proses difusinya melibatkan sisi penawaran dan sisi permintaan (Tornatzky dan Fleischer, 1990 dalam Lieli Suharti dkk 2012). Difusi adalah proses mengkomunikasikan sebuah inovasi teknologi melalui saluran komunikasi tertentu kepada anggota suatu sistem sosial; sedangkan inovasi adalah ide, praktek atau objek yang dianggap baru (Al-Qeisi, 2009 dalam Lieli suharti dkk, 2012). Difusi terjadi pada tingkat yang lebih luas, seperti pada masyarakat.Sedangkan adopsi terjadi pada unit yang lebih kecil, seperti perusahaan dan individu (Wahid dan Iswari, 2007 dalam Lieli Suharti dkk, 2012).
Rogers (2003 dalam Lieli Suharti dkk, 2012) mengemukakan lima atribut yang menjadi penentu adopsi teknologi baru yaitu:
1. Relative advantage (Rogers, 2003) menunjukkan sejauh mana sebuah inovasi teknologi lebih dari inovasi sebelumnya. adalah Manfaat ini dapat dilihat dari
sudut pandang teknis, ekonomis, prestise, kenyamanan dan kepuasan. Jika seseorang merasa bahwa sebuah inovasi teknologi memberikan relative advantage yang tinggi maka ia akan mengadopsi teknologi tersebut.
2. Compatibity (Rogers, 2003) adalah kesesuaian sebuah inovasi teknologi dengan nilai diri adopter, pengalaman adopter, dan kebutuhan adopter.
3. Complexity (Rogers, 2003) merujuk pada tingkat kesulitan pemahaman dan penggunaan sebuah inovasi teknologi. Semakin kompleks dan rumit sebuah inovasi teknologi akan lebih sulit diadopsi.
4. Trialability (Rogers, 2003) adalah sejauh mana suatu inovasi teknologi dapat dicoba dan diuji.
5. Observability (Rogers, 2003) terkait dengan sejauh mana hasil adopsi inovasi teknologi dapat diamati dan dikomunikasikan. Jika sebuah inovasi bisa dicoba sebelum diadopsi maka akan meningkatkan keinginan individu mengadopsi teknologi baru (Wahid dan Iswari, 2007).
2.4 Permasalahan Yang Ditemui Dalam Mengadopsi Teknologi Baru
Atribut inovasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya laju suatu inovasi untuk diadopsi oleh anggota sistem sosial.Atribut inovasi juga dapat diartikan sesuatu yang dapat mempengaruhi suatu inovasi diterima atau tidak oleh suatu anggota sistem sosial.Zaltman, Duncan dan Holdbek megemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut inovasi sendiri. Berikut beberapa atribut inovasi menurut (Zaltman,1973) :
1. Balik modal (Return to investmen) 2. Efisiensi
3. Resiko dan ketidakpastian (Risk and Uncertainty) 4. Kompatibilitas (Compatibility)
5. Kompleksitas (Complexity) 6. Prestasi teknikal yang terhalang
Kegagalan teknikal yang disebabkan oleh proses pembangunan prototype yang tidak realistic
Kelemahan teknikal
7. Teknologi pemprosesan yang lemah 8. Biaya pengeluaran yang tinggi
9. SDM (Sumber Daya Manusia) secara umum sumber daya manusia bisa menjadi factor penghambat dalam menjadi adopter dikarenakan semua proses adopsi memang dilakukan sepenuhnya oleh adopter tersebut.
Dengan berbagai macam atribut inovasi dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para adopter dapat menganalisa inovasi yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu proses penerimaan inovasi. http://taridasinaga.blogspot.co.id/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
2.5 Capaian atau manfaat yang diperoleh dalam adopsi Teknologi Baru
Inovasi harus memberikan keuntungan bagi adopternya.Soekartawi (1988) mengatakan bahwa jika benar teknologi baru yang ditawarkan akan memberikan keuntungan yang relative lebih besar, dari nilai yang dihasilkan oleh teknologi lama, maka kecepatan adopsi Teknologi akan berjalan lebih cepat. Untuk menemukan innovasi kriteri seperti ini dapat dilakukan dengan cara; bandingkan teknologi interoduksi dengan teknologi yang sudah ada, kemudian identifikasi teknologi dengan biaya rendah atau teknologi yang produksinya tinggi.
Maksudnya disini adalah ketika adopter menggunakan inovasi tersebut, maka sumberdaya yang ada disekitar mereka mendukung penggunaan inovasi tersebut.Inovasi tersebut terjangkau oleh financial, sederhana, tidak rumit dan mudah diperagakan. Jadi, semakin mudah teknologi tersebut di praktekkan, maka semakin cepat pula proses adopsi inovasi yang dilakukan. Inovasi harus mudah untuk diamati.Jika inovasi tersebut mudah diamati maka banyak adopter yang mampu menggunakannya dengan meniru tata pelaksanaannya tanpa bertanya kepada para ahlinya. Dengan demikian akan terjadi proses difusi, sehingga jumlah adopter akan
meningkat
.
https://2011perikananb.wordpress.com/2014/03/25/kelompok-9-proses-adopsi-dan-inovasi/
Adopsi Teknologi juga dapat memberikan beberapa manfaat lain sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru yang
2. Kemungkinan suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan yang diperolehnya.
3. Adanya peningkatan dalam kemampuan mendistribusikan kreativitas kedalam wadah penciptaan suatu hal yang baru.
4. Adanya keanekaragaman produk dan jenisnya didalam pasar http://h210189.blog.binusian.org/2009/06/19/inovasi