• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBATASI TAYANGAN TELEVISI BAGI ANAK DI PERGURUAN TK PERMATA BANGSA BINJAI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN ORANG TUA DALAM MEMBATASI TAYANGAN TELEVISI BAGI ANAK DI PERGURUAN TK PERMATA BANGSA BINJAI BARAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBATASI TAYANGAN TELEVISI BAGI ANAK DI PERGURUAN TK PERMATA BANGSA BINJAI BARAT

(Studi Kasus terhadap Wacana di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun di Indonesia)

Diajukan Oleh:

Deby Aqmarina

110904107

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi anak di TK Permata Bangsa Binjai Barat. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui peran orang tua dan tindakan yang dilakukan oleh orang tua apabila KPI benar-benar merealisasikan wacananya, seperti apa orang tua menyaring tontonan televisi anak, selain itu untuk mengetahui tingkat melek media pada setiap orang tua demi terhindarnya dampak yang negatif dari menonton televisi pada anak-anak. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi massa yang mencakup media televisi dan literasi media (melek media). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memfokuskan pada analisis studi kasus. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai 5 orang tua yang memiliki anak yang bersekolah di Yayasan TK Permata Bangsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua telah berperan dalam mendampingi anaknya ketika menonton televisi sehingga meningkatkan pemahaman anak terhadap tayangan kartun di televisi. Selain itu tingkat literasi media (melek media) dari para orang tua anak TK Permata Bangsa Binjai Barat hampir sama dalam hal kualitas, baik itu kemampuan mereka dalam berfikir kritis, pemahaman tentang proses komunikasi massa, tanggap akan dampak media, pemahaman terhadap isi media dan kemampuan memahami, menikmati serta mengapresiasi isi media yang dikatakan cukup baik.

Kata kunci:

Anak, Televisi, Studi Kasus, Literasi Media PENDAHULUAN

KONTEKS MASALAH

Masa-masa perkembangan anak adalah masa emas sekaligus masa paling penting. Setiap anak sejatinya memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang senantiasa memerlukan perhatian dan pola asuh yang teliti dari orang tua untuk mencapai puncak perkembangan yang optimal, terutama pada periode emas perkembangan anak.

Orang tua pasti menghendaki agar buah hatinya tumbuh menjadi yang terbaik, yang dapat menunjang kehidupan mereka di masa depan, atau untuk kebaikan anak itu sendiri. Sebagai orang tua, yang menjadi guru mereka

(2)

2

dirumah, harus mengenali dan memahami secara baik dunia anak-anak. Dengan memahaminya, kita dapat mengetahui tentang karakterisktik dan kreativitas anak-anak, sehingga kita mengetahui bagaimana mengarahkannya ke hal-hal yang positif (Ahmad Susanto, 2011 : 2-3).

Satu-satunya hal yang tak pernah berubah dalam teknologi dan industri komunikasi adalah fakta bahwa teknologi dan industri tersebut terus berubah. Televisi adalah salah satu bentuk konkret dari perubahan yang kontinu tersebut. Setelah mencetak pers, penemuan yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari sampai saat ini adalah televisi. Meskipun pada saat ini begitu banyak alat-alat elektronik yang menjadi pengganti teman bermainnya dirumah.

Kartun atau animasi dengan beragam tokoh di Indonesia dianggap konsumsi anak-anak. Hampir semua stasiun televisi menayangkan film kartun yang entah itu berisikan tokoh yang berupa sindiran, lelucon, bahkan mengangkat kegiatan hidup sehari-hari. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) memutuskan terdapat beberapa tayangan anak dan kartun berbahaya dan tidak layak ditonton anak-anak. Tayangan tersebut penuh dengan muatan-muatan yang berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan mental anak. Seperti ungkapan KPI mengenai tayangan kartun yang dianggap memiliki unsur-unsur negatif yang tidak diinginkan bisa saja membentuk perilaku anak-anak serta menjadi pola menonton yang tidak diinginkan pula. Oleh karena itu, peran dan pendampingan dari orang tualah yang akan menentukan pola menonton anak tersebut (kpi.go.id).

TK Permata Bangsa Binjai Barat adalah pilihan para orang tua untuk menjadikan sekolah tersebut sebagai tempat anaknya mengasah ilmunya. Sekolah tersebut berbasis Nasional di Binjai dengan menyandang predikat sekolah Nasional satu-satunya di Kotamadya Binjai dan meyakinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.

FOKUS MASALAH

Berdasarkan konteks masalah yang diuraikan diatas, maka fokus masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimanakah peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi anak dibawah umur mengingat wacana KPI yang akan menghapus beberapa tayangan kartun?”

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui peran orang tua serta tindak lanjutnya dalam membatasi tontonan televisi anak khususnya pada tayangan kartun jika KPI benar-benar merealisasikan wacananya

2. Untuk mengetahui tingkat literasi (melek) media para orang tua anak Taman Kanak-Kanak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat terhadap tayangan kartun

MANFAAT PENELITIAN

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat mampu menambah wawasan pengetahuan dan memperluas penelitian komunikasi serta

(3)

3

menambah pengalaman khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai bagaimana peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi anak dibawah umur dan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai kajian literasi media.

3. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menambah cakrawala pengetahuan bagi peneliti, serta para orang tua, tentang pentingnya pemahaman tentang literasi media bagi mereka dan anak-anaknya.

KAJIAN PUSTAKA KOMUNIKASI

Secara etimologis, komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berakar dari perkataan latin “communis”, yang artinya „sama‟, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common), yang dimaksud dengan sama adalah sama makna atau sama arti (Mulyana, 2005 : 41).

Melalui komunikasi, kita dapat mempelajari, membangun dan merubah pendapat, sikap, serta perilaku orang lain. Kita dapat berkomunikasi dengan individu, kelompok maupun publik. Komunikasi merupakan hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung semenjak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, dengan cara ketika seseorang harus membujuk, membuat tulisan, mengemukakan pikiran dan menginginkan orang lain.

KOMUNIKASI MASSA

Menurut Tan dan Wright, komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan Bittner menjelaskan pengertian komunikasi massa sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

Sebagaimana diketahui komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, jadi membahas komunikasi massa tidak akan lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri, dan dalam hal ini penelitian difokuskan pada media televisi. Kartun merupakan salah satu tayangan televisi yang menjadi konsumsi anak dibawah umur dalam televisi, anak yang masih duduk di Taman Kanak-Kanak (TK). Kartun dapat berisikan lelucon, humor, gambaran kehidupan sehari-hari, hingga nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.

(4)

4 LITERASI MEDIA (MEDIA LITERACY)

Media literacy diartikan sebagai the ability to access, analyze, evaluate and create messages across a variety of contexts. Media literasi adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan melalui konteks yang beragam. Literasi media dapat disimpulkan menjadi bagian dari menonton televisi yaitu:

1. Pengetahuan

2. Keterampilan (skills) METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu institusi sosial.

OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah Peran Orang Tua murid TK Permata Bangsa Binjai Barat dalam Membatasi Tayangan Televisi Anak disamping Rencana dihapuskannya Beberapa Tayangan Kartun Berdasarkan Wacana KPI.

SUBJEK PENELITIAN

Adapun subjek penelitian yang dipilih untuk penelitian ini adalah: - Terdiri dari orang tua baik ayah maupun ibu dan keduanya

- Para orang tua yang memiliki anak usia 4 sampai 6 tahun yang bersekolah di TK Permata Bangsa Binjai Barat

- Memiliki keterbukaan terhadap anak-anaknya yang mengetahui tayangan kartun favorit anaknya, tayangan apa yang menjadi konsumsi anaknya dan termasuk diantara golongan kartun yang akan dihapuskan.

KERANGKA ANALISIS

Bagan 3.1

Kerangka Pemikiran Peran Orang Tua

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Peran Orang Tua

(Pendampingan) - Komunikasi yang efektif: a. Keterbukaan b. Empati c. Dukungan d. Rasa Positif e. Kesamaan - Media Literasi: a. Pengetahuan b. Keterampilan

Pola Menonton Anak Tayangan Kartun

(5)

5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Data Primer

a. Wawancara Mendalam

Wawancara secara mendalam secara umum adalah proses keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewanwancara dengan informan atau dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin,2006 : 18).

2. Data Sekunder

Data Sekunder didapat dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.

TEKNIK ANALISIS DATA 1. Melakukan Reduksi Data 2. Penyajian Data (Display Data) 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Permata Bangsa Jalan Gatot Subroto no. 98 Binjai, Binjai Barat. Penelitian ini berlangsung sekitar 3 Minggu lamanya dan mendapatkan 5 orang sebagai informan, 2 diantaranya adalah pasangan suami dan istri. Para informan terdiri dari Ibu Winda dan suaminya, Ibu Sri Bulanna, Bapak Hendra Sucitra dan istrinya, Ibu Nurul, serta Ibu Elliyah.

PEMBAHASAN

Tabel 4.1

Tabel Reduksi Data Peran Orang Tua

No. 1.

Informan

Ibu Winda dan Bapak Ibrahim

Peran Orang Tua

- Selalu menemani dan memantau anaknya dalam menonton televisi

- Mendukung anak menyukai kartun karena tidak berbahaya

- Menyiasati dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak

- Berperilaku kompak dengan istri untuk terus mengawasi tayangan televisi untuk anaknya.

- Sepakat dengan istri akan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak demi tersaringnya tayangan-tayangan televisi untuk anaknya.

(6)

6

2. Ibu Sri Bulanna - Tidak selalu menemani dan memantau anaknya menonton televisi

- Mendukung anak menyukai kartun favoritnya

- Menyiasati dengan memperbanyak menemani dan memantau anaknya menonton televisi

- Membelikan VCD dan DVD kartun untuk anaknya 3. Bapak Hendra

Sucitra dan Ibu Sisca

- Sering menemani dan memantau anaknya menonton televisi atau menonton kartun dari smartphone miliknya

- Memparalelkan televisi di ruang televisi tempat anaknya menonton dengan kamarnya dan hanya beliau yang dapat mengganti channel televisi

- Istri ikut mengawasi dan memantau tontonan televisi anaknya ketika memiliki waktu yang lebih.

- Menyarankan kepada suami untuk memasang televisi berlangganan khusus anak-anak agar lebih efektif

4. Ibu Nurul - Selalu menemani dan memantau anaknya menonton televisi

- Memasang televisi berlangganan khusus untuk anak-anak yang menayangkan kartun-kartun saja setelah mengetahui wacana yang diumumkan oleh KPI 5. Ibu Elliyah - Selalu mendampingi semua kegiatan anaknya diluar

sekolah maupun di dalam sekolah termasuk menonton televisi

- Memperketat dan mempersingkat waktu menonton televisi jika KPI menghapuskan beberapa kartun - Tidak ingin melewatkan waktu sedikitpun untuk

memantau anaknya menonton televisi meskipun hanya kartun

- Memperbanyak VCD dan DVD kartun untuk menyiasati penghapusan kartun favoritnya

- Memasang televisi berlangganan sebagai cara lain untuk menyiasati penghapusan kartun

Tabel 4.2

Tabel Reduksi Data Literasi Media

No. Informan Tingkat Literasi Media (Media Literacy) 1. Ibu Winda dan Bapak

Ibrahim

- Mengetahui apa tayangan kartun favorit anaknya

- Paham mengenai simbol pedoman menonton televisi

- Kritis menjawab tentang tayangan televisi yang ada pada saat ini

2. Ibu Sri Bulanna - Mengetahui tayangan kartun favorit anaknya - Paham mengenai simbol pedoman menonton

(7)

7 televisi

- Menanggapi dengan tegas seperti apa tayangan televisi yang ada saat ini

- Menanggapi wacana KPI yang tidak seharusnya menghapus kartun yang bukan termasuk golongan kekerasan

3. Bapak Hendra Sucitra dan Ibu Sisca

- Paham mengenai simbol pedoman menonton televisi namun menurutnya tidak semua tayangan memberikan simbol demikian - Menanggapi wacana KPI dengan

menyatakan bahwa tidak semua tayangan kartun yang akan dihapuskan mengandung kekerasan yang berakibat buruk bagi anak-anak

- Menanggapi wacana KPI yang menghapus beberapa tayangan televisi.

4. Ibu Nurul - Memahami tayangan kartun favorit anaknya dengan menonton bersama anaknya terlebih dahulu

- Sudah tahu sejak lama wacana KPI dan langsung mengambil tindakan

- Menyetujui beberapa cuplikan kartun yang memang patut dihapuskan oleh KPI

5. Ibu Elliyah - Menyatakan tayangan televisi saat ini lebih banyak yang ditujukan untuk orang dewasa daripada anak-anak

- Mengetahui wacana KPI hanya sekedar saja melalui berita-berita di blog

- Menanggapi bahwa tidak semua kartun yang dinyatakan mengandung kekerasan benar-benar mengandung kekerasan.

KASUS I : IBU WINDA DAN BAPAK IBRAHIM

Berdasarkan kasus, dapat disimpulkan bahwa Ibu Winda sudah tepat menjadi orang tua yang peduli atas tumbuh kembang anaknya, dilihat dari keterbukaannya dengan anak perempuannya. Beliau selalu menemani anaknya untuk menonton televisi meski hanya kartun sekalipun, serta memberikan batasan-batasan waktu tertentu bagi anaknya untuk menonton kartun di televisi yaitu paling lama hanya berkisar 2 jam.

Tidak jauh berbeda dengan ungkapan Ibu Winda, Bapak Ibrahim ternyata memberikan jawaban-jawaban yang persis dengan Ibu Winda. Sebagai orang tua, mereka terlihat kompak dalam membesarkan anaknya agar terhindar dari dampak media massa yang negatif. Keduanya memiliki kemampuan dalam bermelek media, karena sama-sama memiliki pengetahuan serta keterampilannya ditampakkan dari anggapan mereka mengenai tayangan televisi yang ada saat ini.

(8)

8 KASUS II : IBU SRI BULANNA

Sebagai orang tua, Ibu Sri Bulanna tidak terlalu peduli dan tidak ambil pusing dengan anaknya, berbeda seperti Ibu Winda yang kerap kali menemani anaknya ketika menonton televisi. Ibu Sri Bulanna lebih sering menyerahkan pengasuhan anaknya kepada pembantu rumah tangganya dirumah, dikarenakan Ibu Sri Bulanna sibuk dengan pekerjaannya diluar rumah. Namun Ibu Sri Bulanna tidak merasa khawatir dengan tontonan televisi anaknya ketika dirumah, beliau sudah terlebih dahulu mengajarkan pembantu rumah tangganya untuk selalu membatasi tayangan televisi anaknya, hanya sekitar paling lama 4 jam Vino boleh menonton televisi dalam sehari yang merupakan waktu yang cukup efektif.

Ibu Sri Bulanna mengaku tidak mengetahui tentang wacana tersebut, beliau berkomentar jikalau KPI benar-benar ingin menghapus beberapa kartun termasuk kartun favorit anaknya tersebut yaitu Tom & Jerry, lebih baik menghapus cuplikan-cuplikannya saja yang menurut KPI mengandung kekerasan tersebut. Beliau juga akan menyiasati hal tersebut dengan memperbanyak DVD atau VCD sebagai pengganti tontonan televisinya dirumah, agar ia tidak menonton tayangan-tayangan lain. Hal tersebut juga akan diajarkan terlebih dahulu kepada pembantu rumah tangganya untuk bertindak sama seperti beliau jika beliau tidak berada dirumah.

KASUS III : BAPAK HENDRA SUCITRA DAN IBU SISCA

Sir Ghuan dianggap kritis menanggapi segala pertanyaan yang diajukan, beliau nampak antusias mendengar pertanyaan-pertanyaan mengenai televisi, wacana KPI dan lain sebagainya. Upayanya dalam menyaring tontonan televisi untuk anaknya terbilang sangat terlalu disiplin namun lebih dibutuhkan lagi kesenggangan terhadap upayanya tersebut agar sang anak nantinya tidak mengerti bergaul dengan teman-temannya yang masih dalam batas wajar diluar sekolah yang sekarang ini dianggap penting.

Berdasarkan paparan dari istri sang pemilik yayasan, data yang telah diperoleh dari Sir Ghuan tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh sang istri. Sir Ghuan memang sosok yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi terhadap anak-anaknya. Ibu Sisca mengaku anak bungsunya lebih dekat dengan ayahnya daripada dengan beliau, namun sebagai orang tua beliau tetap tidak pilih kasih dan terus mengawasi tumbuh kembang anaknya termasuk dalam menonton televisi.

KASUS IV : IBU NURUL

Keterbukaannya dengan anaknya juga dapat dilihat melalui pengetahuan beliau tentang kartun favorit anaknya, yaitu Crayon Sinchan. Namun, beliau tidak terlalu mendukung anaknya menonton tayangan kartun tersebut karena dianggap mengandung unsur-unsur pornografi dalam beberapa cuplikannya.

Ibu Nurul terlebih dahulu mengetahui tentang wacana KPI yang akan menghapuskan beberapa tayangan kartun. Agar anaknya dapat terus menonton kartun, beliau pun kemudian memasang televisi berlangganan khusus

(9)

anak-9

anak yang hanya menayangkan kartun-kartun. Semenjak saat itu pula, anak perempuannya tidak lagi bergantung dengan serial Crayon Sinchan, namun mau menonton kartun lain. Tidak berbeda dengan Bapak Hendra Sucitra, Ibu Nurul yang sudah mengetahui tentang wacana KPI langsung melakukan tidakan dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak.

KASUS V : IBU ELLIYAH

Ibu Elliyah sebagai orang tua berperilaku protektif terhadap anaknya, terlihat dari penjagaan ketat yang dilakukan sendiri olehnya di luar maupun di dalam sekolah. Dalam menonton televisi, Ibu Elliyah menyatakan bahwa anaknya hanya menonton televisi sekitar 2 jam dalam sehari karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain game di smartphone milik beliau. Anaknya menyukai tayangan kartun Spongebob Squarepants dan beliau pun mendukung kartun tersebut sebagai konsumsi anaknya.

Ungkapan Ibu Elliyah merupakan ungkapan kritis yang tegas terlihat dari pernyataannya yang menggebu-gebu dalam penyampaiannya ketika wawancara berlangsung. Setelah memahami wacana tersebut, beliau akan melakukan tindak lanjut dengan memperketat lagi waktu menonton televisi pada anaknya kemudian akan membeli beberapa DVD atau VCD kartun untuk konsumsinya jika menonton televisi. Selain itu, sama dengan informan-informan lainnya bahwa beliau akan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak yang akan menjadi pengganti terhapusnya beberapa kartun oleh KPI.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Orang tua melakukan pembatasan terhadap jam menonton meskipun hanya menonton kartun.

2. Orang tua menjelaskan pesan moral yang terkandung dalam tayangan, serta memberi anjuran atau pencegahan terhadap perilaku-perilaku tertentu yang terdapat dalam cuplikan-cuplikan dan berkaitan dengan pesan moral yang terkandung dalam suatu tayangan.

3. Orang tua melakukan proses penyeleksian, pengarahan, sampai pelarangan secara tegas terhadap tayangan-tayangan yang layak atau tidak layak untuk dikonsumsi anak.

4. Orang tua turut ikut menonton bersama, orang tua melarang atau memberikan dukungan secara langsung terhadap kartun-kartun favoritnya.

SARAN

SARAN PENELITIAN

1. Setiap orang tua harus tetap memberikan pantauan ketika anaknya menonton televisi dalam keadaan sesibuk apapun.

2. Setiap orang tua hendaknya terus mempertahankan kepedulian terhadap tayangan televisi terutama kartun, baik nilai positif maupun negatif yang terkandung di dalamnya.

(10)

10

3. Setiap orang tua hendaknya lebih bertindak tegas lagi bagi para orang tua yang terlalu memanjakan anak-anaknya, agar tidak terjerumus dengan tayangan-tayangan televisi saat ini.

SARAN DALAM KAJIAN AKADEMIS

1. Penelitian kualitatif pada umumnya tidak mempunyai ukuran yang pasti tentang batas benar atau salah, semua tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut peneliti. Karena itu, peneliti menyarankan bagi mereka yang berminat untuk meneliti penelitian kualitatif agar mempunyai ukuran yang pasti dalam melakukan penelitian.

2. Penelitian kualitatif ini seharusnya menjadi pencerahan dari permasalahan yang diteliti dan mampu menambah wawasan pengetahuan dan memperluas penelitian komunikasi serta menambah pengalaman khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

SARAN DALAM KAITAN PRAKTIS

1. Pihak yang berwenang selayaknya lebih teliti lagi menyaring tayangan-tayangan televisi, program untuk anak-anak seharusnya di setarakan banyaknya dengan program untuk dewasa.

2. Setiap orang tua hendaknya memperkenalkan anak dengan media massa lain agar tidak terbiasa hanya dengan satu media dan menganggapnya sebagai satu-satunya media terpercaya.

3. Setiap orang tua harus lebih kritis dalam memahami pertumbuhan program televisi, serta dapat melihat derajat kepentingan atau kemudaratan bagi anaknya.

DAFTAR REFERENSI

Amir Purba, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan ; Pustaka Bangsa Press

Baran, Stanley J. 2004. Pengantar komunikasi massa: Literasi media dan budaya. Jakarta ; Salemba Humanika

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kuantitatif. Jakarta ; Kencana

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada

Chen, Milton. 1994. Anak-Anak dan Televisi. Jakarta ; PT Gramedia Pustaka Utama

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Experimental results obtained on the target detection blind test dataset showed that compared to using all bands and the bands selected by Gerges method, the proposed band

• Control bufer register contents generates control signals and next address information. • Sequence login loads new address

The characteristic of high resolution data, both spatial and spectral, for urban covers has been studied by different anomaly detection methods, using AHS, HyMAP and

— Instructions simultaneously issued from multiple threads to execution units of superscalar processor. •

to L.camara allelopathy, the tembelekan leaf extract was tested against the growth of red chilli ( Capsicum annuum ).. By using completely randomized design, 25 red chilli

Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri

Pada tahap pertama keterampilan tata rias adalah rias wajah atau make up. Difabel yang memiliki keterampilan dasar dalam merias wajah diperdalam dalam pelatihan

Virtual reality adalah teknologi yang dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer[9]. Keuntungan dari teknologi virtual reality adalah