• Tidak ada hasil yang ditemukan

*) Diterima : 27 Desember 2007; Disetujui : 08 April 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*) Diterima : 27 Desember 2007; Disetujui : 08 April 2008"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH DAN BIBIT TUMBUHAN POHON WANGI (Melaleuca bracteata Linn)

(Effect of Media on Seedling Growth of Pohon Wangi (Melaleuca bracteata Linn)*)

Oleh/By : Yana Sumarna

Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-8633234, 7520067; Fax 0251-8638111 Bogor

*) Diterima : 27 Desember 2007; Disetujui : 08 April 2008

ABSTRACT

Genus Melaleuca sp., which since year 1952 was collected as exotic plant from Australian Sub Tropical region is pohon wangi (Melaleuca bracteata Linn). This plant grow in Indonesia climate condition. The morphology of pohon wangi is not different from kayu putih plant (Melaleuca leucadendron Linn). The added value of atsiri oil product of fragrant tree (M. bracteata), is used in perfume industry and medicine, and is also used for the organic pesticide. In the future pohon wangi can be cultivated in the form of Industrial Forest Plantation. Plantation success is determined by suitable seed quality, seed germination, and seedling preparation technique. Result of examination on seed germination with media as treatment, media made of mixture of coconut coir dush (cocopit) + organic compost (1 : 1), yielded on average 41.31%. Treatment of media composition made of mixture of soil with organic compost (1 : 2) gave on average 95.67% germination rate.

Key words : Fragrant tree, essential oil, perfume, pesticide biologis

ABSTRAK

Keluraga Melaleuca sp., yang sejak tahun 1952 dikoleksi sebagai tumbuhan eksot asal wilayah Australia Sub Tropika adalah pohon wangi (Melaleuca bracteata Linn), yang telah sesuai tumbuh dengan kondisi iklim dan lingkungan wilayah Indonesia. Secara morfologis pohon wangi tidak berbeda sifat dengan tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn). Nilai lebih produk minyak atsiri pohon wangi (M. bracteata), selain dibutuhkan sebagai bahan industri parfum dan obat-obatan, juga bahan pestisida organik. Pada masa mendatang pohon wangi dapat dibudidayakan dalam bentuk Hutan Tanaman Industri. Budidaya tanaman dengan kualitas dan kuantitas yang optimal ditentukan oleh faktor kualitas benih, teknik penyemaian, dan teknik pembibitan. Hasil pengujian perkecambahan benih dengan pengaruh media sebagai perlakuan, campuran serbuk sabut kelapa (cocopit) + kompos organik 1 : 1, menghasilkan populasi semai rata-rata 41,31%. Dalam proses pembibitan, komposisi media perlakuan campuran tanah dengan kompos organik (1 : 2) menghasilkan nilai persen tumbuh rata-rata 95,67%.

Kata kunci : Pohon wangi, minyak atsiri, parfum, pestisida biologis

I. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki potensi sumberda-ya tumbuhan penghasil minsumberda-yak atsiri dari berbagai jenis tumbuhan hutan endemik yang telah dibudidayakan seperti dari ge-nus Melaleuca seperti tumbuhan minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn) yang berasal dari wilayah Maluku (Heyne, 1987). Kardinan (1999) melapor-kan bahwa Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) sejak tahun 1952 telah mengintroduksi pohon wangi

(Melaleuca bracteata Linn.) yang berasal dari wilayah Sub Tropika Australia dan sekarang telah memiliki kesesuaian tumbuh dengan kondisi lahan dan iklim di Indo-nesia. Secara biologis, antara tumbuhan tropis dan sub tropis memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kondisi lahan dan lingkungan tumbuh. Kondisi tersebut dibuktikan dengan adanya pertukaran plasma nutfah hasil uji provenan, akan memiliki nilai keseuaian tumbuh yang baik dan dapat dikembangkan menjadi komo-ditas bernilai komersial (Fitter dan Hay,

(2)

1992). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (1998) melaporkan bahwa tumbuhan pohon wangi (M. bracteata) saat ini sudah terkoleksi dan tumbuh baik di Kebun Percobaan Manoko, Lembang dan Cipanas.

Gunther (1972) melaporkan bahwa minyak atsiri dengan kandungan kimia

methyl eugenol (ME) dapat diproses

men-jadi bahan dasar parfum, pengikat

(fixa-tive parfume), dan sebagai bahan industri

obat-obatan. Nilai guna tanaman pohon wangi memiliki keunggulan yang lebih komplek dibandingkan dengan kayu pu-tih. Kandungan kimia berupa ME (C12H14O2), selain dapat diolah sebagai

bahan obat dan parfum, juga dapat di-kembangkan sebagai pestisida biologis hama lalat buah Batrocela dorsalis yang sering mengganggu tanaman buah-buah-an (Lutony dbuah-buah-an Rachmawati, 1994). Kar-dinan (1999) melaporkan bahwa hasil uji coba pestidida tersebut dengan konsentra-si sekitar 2,5% terhadap berbagai jenis tanaman buah-buahan di wilayah Cibi-nong, Bogor, cukup optimal dan dapat membantu petani dalam mengendalikan hama lalat buah.

Memperhatikan nilai guna minyak at-siri pohon wangi yang sangat komplek, secara teknis dimungkinkan dibudidaya-kan dalam skala usaha seperti pengem-bangan tanaman kayu putih oleh Perum Perhutani. Diharapkan produksi minyak atsiri pohon wangi akan memberikan ni-lai tambah yang menguntungkan bagi pe-tani buah-buahan di Indonesia, sumber lapangan kerja bagi masyarakat, juga ber-peluang menghasilkan devisa melalui komoditi ekspor ke berbagai negara pro-dusen buah-buahan.

Dalam upaya pembudidayaan tanam-an pohon wtanam-angi (M. bracteata) ytanam-ang me-miliki sifat fenologi benih halus dengan masa dormansi rendah akan menjadi ken-dala ken-dalam mempersiapkan bahan tanam-an. Untuk memecahkan masalah tersebut, dilakukan penelitian teknik pertumbuhan benih dengan menguji pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan benih dan

bibit dalam mempersiapkan bibit yang baik untuk tujuan pembudidayaan.

II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi sumber benih pohon wangi di-peroleh dari koleksi Kebun Percobaan Manoko, Lembang, sedangkan uji perke-cambahan benih dan pembibitan dilaksa-nakan di labolatorium dan pesemaian Pu-sat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus s/d Desember 2004.

B. Bahan dan Perlengkapan

1. Buah/benih pohon wangi

2. Media tanah, bubuk sabut kelapa

(co-copit), pasir halus (steril)

3. Kompos organik 4. Bak semai plastik

5. Alat siram sprayer dan gembor

C. Metode

1. Rancangan Teknis a. Uji Pertumbuhan Benih

Uji pertumbuhan benih dilaksanakan di rumah kaca dalam rancangan kelom-pok terpisah dengan tiga jenis media se-bagai kelompok, yaitu : (a) tanah (kon-trol); (b) tanah + kompos organik (1:1); (c) cocopit + kompos organik (1:1); dan (d) tanah + pasir (1:1) dengan ulangan masing-masing perlakuan tiga kali. Setiap perlakuan dan ulangan media yang diste-rilkan disemaikan 0,5 gram benih. Peme-liharaan benih dalam media dilakukan de-ngan penyiraman air steril menggunakan

sprayer.

b. Uji Pertumbuhan Semai

Semai (hasil uji pertumbuhan) dipin-dahkan ke dalam polybag pemeliharaan yang disusun dalam rancangan berblok dengan 3 faktor (komposisi media), yaitu: (A) tanah; (B) tanah + kompos (1:2); dan

(3)

(C) tanah + kompos (2:1). Pada masing-masing perlakuan media ditanamkan 25 semai dengan tiga ulangan pengamatan.

2. Pengumpulan Data

Pengamatan pertumbuhan benih dila-kukan setelah tiga bulan terhadap popu-lasi semai yang tumbuh, sedang pertum-buhan bibit diamati setelah lima bulan tanam dengan data yang dikumpulkan be-rupa jumlah bibit dalam persen tumbuh.

3. Analisis Data

Data pertumbuhan populasi semai dan persen tumbuh bibit pada setiap per-lakuan dan ulangan, dianalisa uji keragam- an (Analisis variance) dan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk diperoleh jenis me-dia yang dominan menghasilkan nilai pertumbuhan bahan tanaman yang baik (Snedecor and Cochran, 1967).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Pertumbuhan Benih

Sesuai hasil pengamatan diperoleh ni-lai pertumbuhan benih pohon wangi se-perti pada Tabel 1 dan hasil uji statistik

keragaman (Tabel 2) serta hasil uji Beda Nilai Terkecil (BNT) (Tabel 3). Dari ta-bel tersebut terlihat bahwa peran media tanam dengan adanya komposisi kompos organik dari sekitar 0,5 gram benih menghasilkan populasi rata-rata semai yang banyak, dibandingkan dengan tanah sebagai kontrol (media c : 515,33 batang; media b : 349,00 batang; media d : 247,33 batang; media a : 132,33 batang).

2. Pertumbuhan Bibit

Hasil uji coba perlakuan media dalam proses pemeliharaan bibit, sesuai data persen tumbuh (%) dan hasil transformasi Arsin dari nilai tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan (B) : tanah + kompos organik (1:2) sekitar 95,67%; (C) : tanah + kom-pos (2:1) sekitar 76% dibandingkan de-ngan perlakuan tanah sebagai kontrol (A): 61,33% (Tabel 4). Hasil uji kera-gaman menunjukkan pengaruh media sa-ngat berbeda nyata (Tabel 6) dan hasil Uji Beda Nilai Terkecil menunjukkan bahwa perlakuan media B : campuran 1 bagian tanah dan 2 bagian kompos orga-nik berpengaruh sangat nyata dibanding-kan perlakuan media lainnya (Tabel 7).

Tabel (Table) 1. Jumlah semai dari benih pohon wangi (M. bracteata) setelah 3 bulan masa perkecambahan (Number of seedlings from germinated seeds of pohon wangi (M. bracteata) after 3 month germination)

Perlakuan(Treatment) Ulangan (Replication) Jumlah (Total) Rataan (Average)

I II III a 138 136 123 397 132,33 b 337 346 364 1047 349,00 c 553 489 504 1546 515,33 d 248 256 238 742 247,33 Jumlah (Total) 1.276 1.227 1.229 3.732 1.247,33 Rataan (Average) 319,00 306,75 307,25 933 311 Keterangan (Remarks) :

(a) tanah (soil) (kontrol); (b) tanah + kompos organik (soil + organic compost) (1:1); (c) cocopit + kompos organik (cocopit + organic compost) (1:1); (d) tanah + pasir (soil + sand) (1:1)

Tabel (Table) 2. Uji keragaman pengaruh jenis media terhadap jumlah kecambah benih pohon wangi (M. bractata) (Analysis of variance on the effect of various media to seed germination of pohon wangii (M. bracteata) Sumber keragaman (Source of variance) Db (df) JK (SS) KT (MS) Fh (Fc) F.tabel 5% 1% Ulangan (Replication) 2 384,5 192,25 0,46 5,14 10.92 Media (Media) 3 237514,0 79171,3 187,79**) 4,76 9,78 Kesalahan (Error) 6 252,5 421,6 - Total 11 240428,0

(4)

Tabel (Table) 3. Hasil uji beda nyata terkecil (LSD) antar jenis media terhadap jumlah semai pohon wangi (M. bracteata) (Least Significant Difference (LSD) test among growth media on number of seedlings of pohon wangi (M. bracteata)

Media a : 132,33 b : 349,00 c : 515,33 d : 247,33 a : 132,33 - b : 349,00 216,67* - c : 515,33 216,66* 166,33* - d : 247,33 115,00 101,67 268,00* - LSD 5% = 138,23; 1% =284,01 *) nyata (significant) Keterangan (Remarks) :

(a) tanah (soil) (kontrol); (b) tanah + kompos organik (soil + organic compost) (1:1); (c) cocopit + kompos organik (cocopit + organic compost) (1:1); (d) tanah + pasir (soil + sand) (1:1)

Tabel (Table) 4. Persen tumbuh bibit pohon wangi (M. bracteata) pada 3 perlakuan media pembibitan sete-lah 5 bulan tanam (Seedling growth percentage of pohon wangi (M. bracteata) on 3 planting

media after 5 month)

Perlakuan (Treatment) Ulangan (Replication) Jumlah (Total) Rataan (Average)

I II III A 64 48 72 184 61,33 B 99 88 100 287 95,67 C 72 76 80 228 76,00 Total 235 212 252 699 233 Rataan (Average) 78,33 70,67 84,00 233 Keterangan (Remarks) :

(A): tanah (soil), (B) : tanah + kompos (soil + compost) (1:2); (C) tanah + kompos (soil + compost) (2 : 1)

Tabel (Table) 5. Transformasi data (Arsin) persen tumbuh bibit pohon wangi (M. bracteata) setelah 5 bulan tanam (Data transformation (Arsin) of seedling growth percentage of pohon wangi (M. bracteata) after 5 month)

Perlakuan (Treatment) Ulangan (Replication) Jumlah (Total) Rataan (Average)

I II III A 53,13 43,85 58,05 155,03 51,67 B 84,26 69,73 90.00 243,99 81,33 C 58,05 60,67 71,56 190,28 63,42 Jumlah 195,44 174,25 219,61 589,30 197,42 Keterangan (Remarks) :

(A): tanah (soil), (B) : tanah + kompos (soil + compost) (1:2); (C) tanah + kompos (soil + compost) (2 : 1)

Tabel (Table) 6. Uji keragaman (Anova) pengaruh media terhadap pertumbuhan bibit pohon wangi (M. bracteata) (Analysis of variance (Anova) of pohon wangi (M. bracteata) seedling growth percentage on 3 planting media)

Sumber keragaman (Source of variance) db JK MS Fc F. tabel 5% 1% Ulangan (Replication) 2 343,41 171,79 10,53* 6,94 18,00 Media (Media) 2 1337,91 668,95 41.03** 6,94 18,00 Kesalahan (Error) 5 81,52 16,30 Total 9 1762,84 -

Keterangan (Remarks) : *) nyata (significant) **) sangat nyata (highly significant)

(5)

Tabel (Table) 7. Hasil uji beda nilai terkecil (LSD) pengaruh antar media terhadap pertumbuhan bibit pohon wangi (M . bracteata) (Least Significant Difference (LSD) test among different planting media on seedling growth percentage of pohon wangi (M . bracteata)

Media A: 51,67 B : 81,33 C :63,42

A : 51,67 -

B : 81,33 29,66** -

C : 63,42 11,75** 17,91** -

LSD 5% : 7,45; 1% : 10,70 **) berbeda sangat nyata (highly significant)

Keterangan (Remarks) : (A): tanah (soil), (B) : tanah + kompos (soil + compost) (1:2); (C) tanah + kompos (soil + compost) (2 : 1)

B. Pembahasan

1. Pertumbuhan Benih

Memperhatikan nilai rata-rata terting-gi tumbuhnya benih pohon wanterting-gi dengan perlakuan media (c): campuran kompos organik dan sabut kelapa (cocopit) de-ngan perbandide-ngan 1 : 1 yang menghasil-kan sebanyak 515,33 semai lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan media la-innya (a : tanah (kontrol), b : tanah + kompos, dan d : tanah + pasir), maka se-cara fisiologis keberhasilan tumbuh di-mungkinkan karena adanya optimasi pengaruh hara dari kompos organik dan sabut kelapa. Sutanto (2002) melaporkan bahwa kompos organik setelah proses de-komposisi dan menghasilkan C/N ratio 10-20, memiliki komposisi unsur hara yang komplek dan ideal digunakan seba-gai bahan campuran media tumbuh dalam proses pengembangan bahan tanaman. Loveless (1991) melaporkan bahwa per-tumbuhan benih tanaman secara fisiolo-gis pada awal pertumbuhan melewati fase pembelahan sel-sel embrio benih, jumlah sel yang terbentuk akan terdiferensiasi menghasilkan organ akar, batang, dan daun. Perkembangan laju tumbuh benih selanjutnya akan ditentukan oleh keterse-diaan hara berupa karbohidrat yang ter-simpan pada keping lembaga (kotiledon). Keping lembaga akan jatuh setelah kapa-sitas hara habis dan kebutuhan energi tumbuh akan digantikan oleh hara pada medium atau lahan tumbuh dengan ban-tuan perakaran tanaman yang terbentuk (Fitter dan Hay, 1992).

Larcher (1975) melaporkan bahwa perkembangan tumbuh dan berkembang-nya tanaman, selain ditentukan oleh para-meter lingkungan tumbuh, juga ditentu-kan oleh ketersedian air dan unsur hara makro serta mikro, vitamin, serta diper-lukan hormon tumbuh (growth regulator) yang dapat diserap oleh akar. Pemberian komposisi sabut kelapa (cocopit) sebagai bahan campuran media untuk pertum-buhan benih memberikan keuntungan ganda terhadap kondisi media dalam pertukaran udara (aerasi) dan pertukaran kation dalam penyerapan hara serta ter-sedianya hormon kinetin (cytokinin) pada sabut kelapa yang berperan dalam me-ningkatkan kecepatan pembelahan sel-sel embrio benih tanaman. Whitmore (1979) melaporkan bahwa pada buah kelapa (Cocos nucifera), baik pada air dan sa-butnya tersedia komponen hormon kinetin sekitar 0,003 ppm yang berperan sebagai perangsang tumbuh buah untuk meng-hasilkan bibit tanaman kelapa.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa peran komposisi campuran media kompos dan sabut kelapa dapat menghasilkan kuantitas tersedianya anakan tingkat se-mai tumbuhan pohon wangi yang siap untuk dikembangkan sebagai bahan ta-naman.

2. Pertumbuhan Bibit

Memperhatikan tingginya nilai persen tumbuh pada pemeliharaan semai dengan optimasi ditunjukkan oleh perlakuan me-dia B : campuran tanah + kompos orga-nik (1:2) yang menghasilkan persen

(6)

tum-buh 95,67% (Tabel 4) dan hasil uji kera-gaman yang menunjukkan pengaruh sa-ngat nyata dibandingkan dengan perlaku-an tperlaku-anah sebagai kontrol (A) dperlaku-an perla-kuan (C) komposisi dua bagian tanah dan satu bagian kompos. Hasil tersebut me-nunjukkan bahwa media yang baik untuk memelihara semai pohon wangi hingga siap tanam adalah komposisi campuran satu bagian tanah dengan satu bagian kompos organik. Sutanto (2002) dan Si-mamora dan Salundik (2006) melaporkan bahwa kompos organik memiliki kan-dungan hara yang dibutuhkan tanaman, terdiri dari unsur nitrogen (N) 1,33%, posphor (P) 0,85%, kalium (K) 0,36%, kalsium (Ca) 5,61%, besi (Fe) 2,1%, dan seng (Zn) 285 ppm, komposisi tersebut secara fisik berperan terhadap pertukaran udara (aerasi) dan nilai tukar kation hara dalam memenuhi kebutuhan hidup naman. Tumbuh dan berkembangnya ta-naman hijau memerlukan energi tumbuh yang berasal dari unsur hara makro dan mikro, mineral, vitamin, hormon tumbuh, dan air yang akan diserap akar, selanjut-nya akan diolah oleh daun dengan bantu-an energi cahaya (fotosintesa) untuk menghasilkan energi tumbuh yang secara fisik akan ditunjukkan oleh perkembang-an riap tumbuh tinggi dperkembang-an diameter ba-tang tanaman (Kramer and Kozlowski, 1979).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tersedianya kompos organik pada medi-um pemeliharaan semai akan mengun-tungkan dalam mempersiapkan bibit se-bagai bahan tanaman dalam upaya pem-budidayaan tanaman pohon wangi (M.

bracteata).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Jenis media yang menghasilkan per-tumbuhan anakan tingkat semai po-hon wangi (Melaleuca bracteata Linn) adalah media dengan komposisi campuran satu bagian kompos

orga-nik dan satu bagian sabut kelapa

(co-copit).

2. Dalam pemeliharaan anakan tingkat semai pohon wangi (Melaleuca

brac-teata Linn) untuk menghasilkan bibit

siap tanam, jenis media yang baik adalah komposisi campuran 1 bagian tanah dan 2 bagian kompos organik.

B. Saran

1. Dalam upaya pengembangan untuk membangun pengusahaan pohon wa-ngi (Melaleuca bracteata Linn) da-lam bentuk Hutan Tanaman Industri (HTI) ideal dibangun tersedianya ke-bun induk (seed orchad).

2. Hasil pengujian teknik pesemaian dan pembibitan, ideal dikembangkan ke dalam demplot uji coba budidaya, untuk menjadi dasar dalam memba-ngun pengembangan budidaya dalam bentuk kelas perusahaan pohon wangi (Melaleuca bracteata Linn).

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1998. Hasil-hasil Pertemuan Konsultasi Pengembangan Tanam-an Minyak Atsiri. Edisi Khusus No. 2. Balitro. Bogor.

Fitter, A.H. dan R.K. Hay. 1992. En-vironmental Physiology of Plants. Department of Biology University of York, England.

Gunther, E. 1972. Minyak Atsiri (Ter-jemahan) Jilid IV B. Penerbit Uni-versitas Indonesia Press. Jakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna

In-donesia Jilid I s/d IV. Badan Lit-bang Kehutanan. Jakarta.

Kardinan, A. 1999. Minyak Atsiri Pohon Wangi (Melaleuca bracteata L) Se-bagai Bahan Pestisida Biologis. Seri Agrbisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. Kramer, P.J. and T.T. Kozlowski. 1979. Physiology of Woody Plants. Aca-demic Press INC. London.

(7)

Larcher, W. 1975. Physiological Plant Ecology. University Innsbruck. London.

Loveless, A. R. 1991. Principles of Plant Biology for the Tropics. PT. Gra-media Pustaka Utama. Jakarta. Lutony, T. L. dan Y. Rachmawati. 1994.

Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta. Simamora, S. dan Salundik. 2006.

Me-ningkatkan kualitas kompos. PT.

Agro Media Pustaka. Jakarta.

Snedecor, G.W. and W.G. Cochran. 1967. Statistical Methods. Iowa State University Press. Iowa. USA. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian

Organik, Pemasyarakatan dan Pe-ngembangannya. Kanisius. Yogya-karta.

Whitmore, T.C. 1979. Palm of Malaya. F.R.I Kepong, Malaysia.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengukur daya rosot gas CO2 oleh pohon di areal hutan kota di Kota Bogor yakni di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,