• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... II JADWAL KONFERENSI... 1 TEKNIS PRESENTASI ORAL... 5 JADWAL SIMPOSIUM DAN PRESENTASI ORAL... 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... II JADWAL KONFERENSI... 1 TEKNIS PRESENTASI ORAL... 5 JADWAL SIMPOSIUM DAN PRESENTASI ORAL... 6"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ... II

JADWAL KONFERENSI ... 1

PROFIL KEYNOTE SPEAKER ... 4

TEKNIS PRESENTASI ORAL ... 5

JADWAL SIMPOSIUM DAN PRESENTASI ORAL ... 6

ABSTRAK KEYNOTE SPEAKER ... 14

ABSTRAK SIMPOSIUM DAN PRESENTASI ORAL ... 15 DENAH TEMILNAS

(3)

Sambutan Ketua Panitia

Fauzan Heru Santhoso, M.Si., Ph.D Ketua Panitia Temu Ilmiah Nasional IPS 2017

Ketua Ikatan Psikologi Sosial Yth, Dekan Fakultas Psikologi UGM Yth,

Rekan-rekan IPS peserta workshop atau konferensi yang saya banggakan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarukatuh

Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada kita semua untuk berkumpul di tempat ini dalam rangka Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Sosial Tahun 2017. Selanjutnya kami ucapkan Selamat Datang di Fakultas Psikologi UGM kepada semua peserta konferensi maupun workshop IPS. Konferensi kali ini diikuti oleh 164 peserta, dan workshop 49 peserta. Abstrak yang di presentasikan sebanyak 150 abstrak yang dipresentasikan secara pararel. Semoga konferensi dan workshop ini akan menghasilkan keputusan yang berguna bagi perkembangan Psikologi Sosial Indonesia. Akhirnya kami mengucapkan Selamat mengikuti konferensi dan workshop mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyelenggaraan.

(4)

Sambutan Ketua Ikatan Psikologi Sosial

Dr. Arief Budiarto, DESS Ketua Ikatan Psikologi Sosial

Segala puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya tiada henti kepada kita semua sehingga kita dapat dihadirkan untuk mengikuti acara Temu Ilmiah Nasional IPS yang diadakaan oleh Fakultas Psikologi UGM. Kami mengucapkan selamat datang pada peserta Temilnas IPS dimana kita memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman tentang berbagai hal sehingga kita dapat untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam melakukan penelitian serta penerapan hasil penelitian. Melalui kegiatan Temu ilmiah Nasional diharapkan dapat memberikan terobosan baru untuk pengembangan ilmu pengetahuan sosial.

Temu ilmiah Nasional ini dapat terselenggara berkat kerjasama luar biasa dan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Gajah Mada (Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng, D.Eng), Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (Prof. Dr. Faturochman, M.A.), Ketua Panita Temu ilmiah Nasional IPS (Fauzan Heru Santhoso, M.Si., P.hD) beserta seluruh jajarannya yang telah menyajikan hal terbaik untuk kita semua. Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada segenap panitia yang telah bekerja keras demi suksesnya kegiatan ini. Terimakasih pada Dewan Penasihat IPS atas saran dan masukannya. Terimakasih pada rekan sejawat IPS atas segala dukungannya. Terimakasih pada rekan Asosiasi/Ikatan profesi, HIMPSI, para sponsor yang berpartisipasi, para peserta seminar atas kehadirannya serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Bila pada penyelenggaraan ini belum sempurna, sampaikan pada kami. Bila pertemuan ini memberi manfaat besar, sampaikan pada rekan lain.

Temu Ilmiah Psikologi Sosial 2017 merupakan temu ilmiah lintas ilmu dan lintas keahlian. Para ilmuwan, praktisi, dosen, mahasiswa, tenaga profesional, birokrat, relawan, dan pengamat kami undang

(5)

hadir dalam perhelatan ini. Kesempatan kita semua membagi ilmu dan pengetahuan, kolaborasi, kerja sama dan melakukan jejaring kerja yang makin baik serta memberikan yang terbaik bagi masa depan bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik. Kami menanti kehadiran anda semua pada Temilnas Ikatan Psikologi Sosial 2017. Salam harmoni.

(6)

JADWAL KONFERENSI

Jumat, 10 November 2017

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

WAKTU AGENDA TEMPAT

07.30-08.00

(30') Registrasi G100

08.00-08.45

(45') Pembukaan G100

08.45-10.00

(75') Sesi I Paralel G100, A203, A214, C101, D404, D406

10.00-10.15

(15') Coffee Break sekitar ruang konferensi

10.15-11.30

(75') Sesi II Paralel G100, A203, A214, C101, D404, D406

11.30-13.00

(90') ISHOMA Mushola/Masjid, selasar gedung G

13.00-14.30

(90') Sesi III Paralel G100, A203, A214, C101, D404, D406

14.30-14.45

(15') Coffee Break sekitar ruang konferensi

14.45-16.15

(90') Sesi IV Paralel G100, A203, A214, C101, D404, D406

Sabtu, 11 November 2017

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

WAKTU AGENDA TEMPAT

08.00-09.30

(90') Sesi V Paralel A203, A214, C101, C102, D404, D406

09.30-10.00

(30') Coffee Break sekitar ruang konferensi

10.00-11.30 (90')

Keynote Speech

oleh Prof. James H. Liu G100

11.30-11.45

(7)

JADWAL PRESENTASI BERDASARKAN TEMA

Jumat, 10 November 2017

WAKTU AGENDA TEMPAT

G100 A203 A214 C101 D404 D406

08.45-10.00 (75')

Sesi I I.1. Simposium: Perilaku Memilih

I.2. Gender, Kerja, & Keluarga

(Keluarga)

I.3. Lingkungan & Keberagaman

I.4. Gender, Kerja, & Keluarga (Kerja)

I.5. Multikulturalisme & Interkulturalisme

I.6. Teknologi, Internet, & Media

Sosial 10.00-10.15 (15') Coffee Break 10.15-11.30 (75') Sesi II II.1. Simposium: Agama & Hubungan Antar Kelompok

II.2. Gender, Kerja, & Keluarga (Kerja)

II.3. Research

Methodology & Testing

II.4. Health

Psychology

II.5. Gender, Kerja, & Keluarga

(Gender)

II.6. Mental Health

& Well-Being 11.30-13.00 (90') ISHOMA 13.00-14.30 (90') Sesi III III.1. Politik Keberagaman & Nasionalisme III.2. Multikulturalisme & Interkulturalisme III.3. Resolusi Konflik III.4. Teknologi, Internet, & Media

Sosial

III.5. Mental Health & Well-Being

III.6. Gender, Kerja, & Keluarga

(Keluarga)

14.30-14.45

(15') Coffee Break

14.45-16.15 (90')

Sesi IV IV.1. Resolusi Konflik

IV.2. Pendidikan Inklusi

IV.3. Gender, Kerja, & Keluarga

(Gender)

IV.4. Multikulturalisme & Interkulturalisme

IV.5. Gender, Kerja, & Keluarga

(Keluarga)

IV.6. Relasi Antar & Intragenerasi

(8)

Sabtu, 11 November 2017

WAKTU AGENDA TEMPAT

A203 A214 C101 C202 D404 D406 08.00-09.30 (90') Sesi V V.1. Kelompok Minoritas & Marjinal V.2. Multikulturalisme & Interkulturalisme V.3. Gender, Kerja, & Keluarga (Keluarga) V.4. Teknologi, Internet, & Media Sosial V.5. Relasi Antar & Intra Generasi

V.6. Gender, Kerja, & Keluarga (Gender) 09.30-10.00 (30') Coffee Break 10.00-11.30

(90') Keynote Speech oleh Prof. James H. Liu – Ruang G-100 11.30-11.45

(9)

KEYNOTE SPEAKER

James Liu

Victoria University of Wellington, New Zealand james.liu@vuw.ac.nz

James Hou- fu Liu adalah seorang Profesor Psikologi di Victoria University of Wellington, New Zealand, dan merupakan Wakil Direktur pada Centre for Applied Cross Cultural Research (bisa diakses di http://cacr.victoria.ac.nz). James memperoleh gelar Sarjana ilmu komputer dari University of Illinois dan pernah bekerja di bidang teknik aerospace. Ia kemudian menyelesaikan gelar PhD di bidang psikologi sosial UCLA dan diikuti dengan studi doktoral di Florida Altlantic Univeristy. Prof. James mengajar di Victoria University of Wellington semenjak tahun 1994. Penelitian beliau pada bidang psikologi politik lintas budaya, dengan fokus kajian naratif dan representasi sejarah dan identitas. Ia memiliki lebih dari 130 publikasi, di antaranya adalah edited volume seperti “new zealand identities; departures and destination”, “restorative justice and practices in new zealand”, “ages ahead: promoting intergenerational relationship” dan “progress in asian social psychology, volume 2 and 6”. Prof. James merupakan pemimpin redaksi asian journal of social psychology dari tahun 2008-2011 dan saat ini menjadi presiden terpilih Asian Association of Social Psychology. American-New Zealander

(10)

TEKNIS PRESENTASI ORAL

a. Presentasi mengunakan media power point dengan ketentuan sebagai berikut: i. Jumlah slide 10 - 12.

ii. Isi slide disesuaikan dengan abstrak (latar belakang, tujuan, metode, hasil, kesimpulan).

iii. Ukuran huruf yang disarankan adalah 24, dengan ukuran huruf maksimal adalah 40, apabila akan menggunakan gambar atau media maka ukuran huruf disesuaikan dengan ruang yang tersedia. iv. Materi presentasi dalam bentuk power point diserahkan kepada panitia maksimum 7 November

2017.

b. Alokasi waktu yang disediakan adalah 10 menit presentasi dan 5 menit tanya jawab.

c. Terdapat dua tanda peringatan ketika waktu presentasi akan selesai yaitu 3 menit dan 1 menit menuju waktu habis.

d. Pengaturan waktu selama presentasi dilakukan secara tegas.

e. Mekanisme diskusi pertanyaan dilakukan dengan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan oleh audience.

f. Karena terbatasnya waktu presentasi, masing-masing abstrak hanya dapat dipresentasikan oleh maksimal 2 penulis.

(11)

JADWAL SIMPOSIUM & SESI PARALEL

JUM'AT, 10 NOVEMBER 2017

Sesi I 08.00-09.30

I.1 Simposium: Perilaku memilih G100

I.1.1 Rekonseptualisasi Ideologi Politik Indonesia: Konstruksi Tiga Dimensi Skala Ideologi Politik - Hamdi Muluk, Mirra Noor Milla, Whinda Yustisia, Haykal Hafizul, Joevarian Hudijana, Abdan Shadiqi

I.1.2 Rasionalitas dan Irrasionalitas Pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah di Jakarta - Syahrul Hidayat, Whinda Yustisia, Ananda F. Shidiq A

I.1.4 Studi Q-Sort Mengenai Konsensus Pakar dalam Menentukan Ideologi Politik Bangsa Indonesia - Joevarian Hudijana, Mirra Noor Milla, Haykal Hafizul

I.2 Gender, Kerja, & Keluarga (Keluarga) A203

I.2.1 Konsep Diri dan Budaya Remaja Akhir - Alifah Nabilah Masturah I.2.2 Konsep Kebahagiaan pada Remaja - Vinny Marviani, Hanif Akhtar

I.2.3 Regulasi Diri Seksualitas Remaja di Indonesia - Sitti Fathimah Herdarina D.,Fitriani Dwi Febriyanti

I.2.4 Gambaran Marital Horizon pada Remaja 15-19 Tahun di Kota Bandung - Langgersari Elsari Novianti

I.2.5 Terapi Berpikir Positif untuk Konsep Diri Remaja - Dhea Ravea Eka Putri, Alifah Nabilah Masturah

I.3 Lingkungan & Keberagaman A214

I.3.1 Yakinkah dengan Adanya Perubahan Iklim? - Handrix Chris Haryanto, Sowanya Ardi Prahara I.3.2 Intervensi Psikososial untuk Meningkatkan Resiliensi Warga Penyintas Bencana Tanah Longsor

di Banjarnegara - Choirul Anam, Mutingatu Sholichah, Sri Kushartati

I.3.3 Kontradiksi Antara Penerapan Etnoteori Pengasuhan dan Model Budaya pada Ibu di Wilayah Perkotaan-Pedesaan - Rizky Amalia Rosyadi, Nugraha Arif Karyanta, Hardjono

I.3.4 Konformitas pada Perilaku Menyontek yang Menular di dalam Ruang Kelas - Yohanes Kartika Herdiyanto, Supriyadi

I.3.5 Pengaruh Pemberian Pendidikan Bencana terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana (Studi Kasus di SD 5 Rahtawu, Kabupaten Kudus) - Mochamad Widjanarko

I.4 Gender, Kerja, & Keluarga (Kerja) C101

I.4.1 Ekspolorasi Komunitas Pembuatan Kapal dengan Pendekatan Sistem (Studi pada Komunitas Pembuatan Kapal Di Kabupaten Bulukumba) - Muh. Tamar, Arlina Gunarya, Dyah Kusmarini, Umniyah Saleh

I.4.2 Kepercayaan pada Atasan - Faradillah Firdaus, Aburizal Fatwa Ramli

I.4.3 Wayang (shadow puppet): A Storytelling Approach to Promote Safety at Sugar Mill - Ratri Atmoko Benedictus

I.4.4 Career Conselling: Metode Intervensi untuk Orientasi Masa Depan Bidang Karir pada Remaja - Yanti Rubiyanti

I.5 Multikulturalisme & Interkulturalisme D404

I.5.1 Konsep “Kanca”: Sebuah Studi Fenonomenologi pada Masyarakat Multiagama - Yenita Heri Susanto, Norma Alfrida Febriana, Sunarno, Wulan Novitasari

(12)

I.5.2 Perbedaan Kecerdasan Emosional Dilihat dari Pilihan Seseorang Saat Berhadapan dengan Dilema Moral Nilai Agama - Lutfiyah Hani

I.5.3 Organizational Citizenship Behavior Karyawan Melayu Riau dalam Tinjauan Religiusitas dan Etika Kerja Islam - Rita Susanti

I.5.4 Hubungan antara Prasangka Agama dengan Islamophobia pada Remaja di Surabaya - Ongki Pulumbara, Dyan Evita Santi

I.5.5 Suku, Kepribadian, dan Distres Psikologis: Hubungan Antara Trait Kepribadian dan Distres Psikologis pada Suku Jawa Usia Dewasa Awal - Isqi Karimah, Sugiarti A Musabiq, Lavenda Geshica

I.6 Teknologi, Internet, & Media Sosial D406

I.6.1 Ciri Kepribadian dan Intensi Berbagi Informasi di Media Sosial - Sartana, Nelia Afriyeni I.6.2 Agresi Elektronik pada Pengguna Media Sosial: Rendahnya Kontrol Diri? - Leonardus Edwin

Gandawijaya, Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti Dian Sabbati

I.6.3 The Dark Triad Personality: Narsisme, Cyberbullying - Yun Nina Ekawati, Nofrans Eka Saputra I.6.4 Keterampilan Sosial Pengguna Game Online pada Anak Usia Tahap Akhir - Andina Saraswati,

Jehan Haerani, Wulan Listiyo, Latifah Fauziah

I.6.5 Pemikiran Kritis Remaja dalam Menghadapi Berita Hoax Di SMA ‘X’ Surakarta - Hardjono, Laelatus Syifa S. A., Berliana Widi S.

Sesi II 10.15-11.30

II.1 Simposium: Agama & Hubungan Antar Kelompok G100

II.1.1 Peran Kerjasama Antar Kelompok, Kebermaknaan, Identitas pada Dukungan terhadap Jihad Qital dalam Deradikalisasi Narapidana Terorisme - Mirra Noor Milla, Joevarian, Haykal Hafizul II.1.2 Fundamentalisme Agama dan Dukungan terhadap Kekerasan: Peran Mediator Collective

Narcissism dan Moderator Nilai Tightness-Looseness - Whinda Yustisia, Any Rufaedah, Idhamsyah Eka Putra, Harvey Whitehouse, Christoper Kavanagh

II.1.3 Aksi Solidaritas terhadap Muslim Palestina: Pola Dinamika Menonjolnya Identitas Sosial Politik dan sebagai Muslim pada Aktivis Muslim Indonesia - Muhammad Abdan Shadiqi, Hamdi Muluk, Mirra Noor Milla

II.1.4 Empati dan Kontak Antar Kelompok dalam Kegiatan Wisata Rumah Ibadat di Jakarta - Ahmad Naufalul Umam, Farah Rizkiana Novianti, Kharis Pradanas

II.2 Gender, Kerja, & Keluarga (Kerja) A203

II.2.1 Manajemen Kesan Ingratiation dan Self-Promotion terhadap Penilaian Rating dalam Wawancara Kerja - Ika Herani, Ika Rahma S, Ika Adita S.

II.2.2 Peran Modal Psikologis dan Kompetensi Kepemimpinan terhadap Kelelahan Berkelanjutan dengan Keterikatan Kerja sebagai Variabel Mediator - Wira Nugraha

II.2.3 Stres Kerja Para Anggota Dewan (DPR RI) Ditinjau dari The Big Five Personality - Gusti Yuli Asih, Rusmalia Dewi, Hardani Widhiastuti

II.2.4 Perbedaan Kesabaran Dilihat dari Pilihan Karyawan pada Saat Berhadapan dengan Dilema Moral Kejujuran - Ivani Wulandari

II.3 Research Methodology & Testing A214

II.3.1 Penyusunan Alat Ukur Academic Attitude Index sebagai Indikator Pengukuran Sikap Berbasis Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) – Evanytha, Yusuf Hadi Yudha

II.3.2 Validitas Tes Processing Speed Ability - Fitri Andriani, Cholicul Hadi, Pramesti Pradna Paramitha, Urip Purwono

(13)

II.3.3 Penerapan Prinsip Modifikasi Perilaku dengan Teknik Prompting dan Transfer of Stimulus Control (Fading) untuk Meningkatkan Ketrampilan Mengancingkan Baju pada Anak dengan Intellectual Disability-Moderate - Ika Agustina Murpratiwi, Mita Aswanti Tjakrawiralaksana II.3.4 Human – Animal Studies (HAS) In Indonesia: An Open Field For Multidisciplinary Researches And

Interventions - Puspita Insan Kamil, Harry Susianto, Adrian Dwiputra

II.4 Health Psychology C101

II.4.1 Faktor yang Berperan dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Pengobatan Tradisional pada Pasien Kanker Payudara - Arina Shabrina, Aulia Iskandarsyah

II.4.2 Dukungan Sosial pada Pasien End Stage Renal Disease (ESRD) yang Menjalani Hemodialisa - Kustimah, Ahmad Gimmy Prathama Siswadi, Achmad Djunaidi, Aulia Iskandarsyah

II.4.3 Pengalaman Sakit Hipertensi pada Wanita Jawa dengan Status Sosial Ekonomi Rendah - Imam Faisal Hamzah, Subandi

II.4.4 Apa yang Mereka Ketahui tentang HIV/AIDS? Studi Deskriptif Mengenai Pengetahuan HIV/AIDS pada Siswa Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah di Kota Bandung - Eka Riyanti

Purboningsih, Esti Wungu, Lenny Kendhawati

II.5 Gender, Kerja, & Keluarga (Gender) D404

II.5.1 Would Technology Make More Loyal? Peran Kenyamanan Pelayanan dan Gender pada Loyalitas Pelanggan - Lukman J. Sanjaya, Dian R. Sawitri

II.5.2 Struggling of Women Massagers in Nusa Dua Tourism Area - Ni Desak Made Santi Dwiyarthi II.5.3 Hambatan Psikologis pada Perempuan Pemimpin - Nina Zulida Situmorang, Rosmia Nuradini II.5.4 Prediction: True Or False? - Andi Azizah Ramadani, Nurul Fitroh, Bambang Pratama J., Muh.

Ahyar Hamka, & Wawan Kurniawan

II.5.5 Perbedaan Gender dalam Kemampuan Kognitif Berdasarkan Perspektif Cattell–Horn–Carroll (CHC): Bukti dari Tes Intelegensi Kolektip Indonesia Tinggi (TIKI-T) - Whisnu Yudiana

II.6 Mental Health & Well-Being D406

II.6.1 Kemiskinan Subjektif: Sebuah Realitas atau Mentalitas? - Tri Rejeki Andayani, Hardjono, Fadjri Kirana Anggarani

II.6.2 Ngayah: Otonomi dan Dukungan Sosial dalam Pembentukan Perilaku Sosial - Ade Iva Murty II.6.3 Peran Trait Marah dan Sensation Seeking dalam Munculnya Perilaku Mengendara Berisiko

pada Pengendara Sepeda Motor - Sunu Bagaskara

II.6.4 Pengaruh Perbincangan dengan Penumpang terhadap Risky Driving Behavior pada Pengemudi Usia Muda - Solehatinnisa, Arif Triman, Sunu Bagaskara

Sesi III 13.00-14.30

III.1 Politik Keberagaman & Nasionalisme G100

III.1.1 Raos Persatuan sebagai Modal Kohesi Sosial – Sunarno

III.1.2 Makna Demokrasi Bagi Kaum Muda - Victorius Didik Suryo Hartoko

III.1.3 Political Behavior (The Choices Of The Governor Candidates, Value Orientation, Personality Types, And Community Identity) - Theresia Dewi Setyorini

III.1.4 Peran Social Value Orientation dan Political Trust terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula - Lusy Asa Akhrani, Sanggar Kanto

III.1.5 Membaca Jiwa Persatuan Soekarno: Sebuah Analisis Biografis-Hermeneutis - Muhammad Zulfa Alfaruqy

III.1.6 Keselarasan dalam Keberagaman Berbangsa dan Bernegara: Nasionalisme dan Politik (Tinjauan Filsafat dan Psikologi dalam Rangka Menemukan Pijakan) - Rin Widya Agustin

(14)

III.2 Multikulturalisme & Interkulturalisme A203 III.2.1 Metasintesis Kebijaksanaan - Wawan Kurniawan, Nurul Fitroh, Bambang Pratama, Andi Azizah,

Muh. Ahyar, Resqi Ramdani

III.2.2 Explicit vs Implicit Dimension of Religiosity: It Takes Two to Tango! - Farah Nadhifa Azarine, Dominik Golab, Isran Kamal, Galang Lufityanto

III.2.3 Diri Religius: Eksplorasi terhadap Dimensi Psikospiritual - Retno Hanggarani Ninin, Arina Shabrina

III.2.4 Pemaafan ditinjau dari Religiusitas dan Ego pada Remaja - Ivan Muhammmad Agung III.2.5 Telling Right from Wrong: A Qualitative Study of Furqan in Dual System Processing - Ricca

Angreini Munthe

III.2.6 Struktur Kepribadian Manusia Menurut Jalaluddin Rumi: Semantic Network Analysis Teks Masnavi - Irfan Halim

III.3 Resolusi Konflik A214

III.3.1 Identifikasi Intervensi Perilaku Tidak Beradab di Organisasi sebagai Prevensi Terjadinya Konflik Antar Pribadi - Seger Handoyo, Fendy Suhariadi, Samian, Dewi Syarifah

III.3.2 Peran Kasih Sayang dalam Menentukan Pilihan Saat Berhadapan dengan Dilemma Moral “Membunuh atau Diam” - Subhan El Hafiz

III.3.3 Perbedaan Kontrol Diri Dilihat dari Pilihan Santri pada Saat Berhadapan dengan Dilemma Moral Nilai Agama Di Lingkungan Pesantren - Fathiya Khoirunnida

III.3.4 Komunikasi Agama dan Kontestasi Budaya Visual - Made Mastianta Nadera

III.3.5 Media Sosial, Kini Menjadi Provokator Pemicu Prasangka Menjadi Konflik Virtual - Fahyuni Baharudin

III.3.6 Pikiran Terbuka: Bacaan Sastra terhadap Need For Closure Mahasiswa - Nurul Fitroh, Resqy Amalia, Muh. Ahyar Hamka, Andi Azizah Ramadani, Andi Mursyidah Yusuf, Wawan Kurniawan

III.4 Teknologi, Internet, & Media Sosial C101

III.4.1 Intensitas Penggunaan Media Sosial dan Nomophobia - Harmaini

III.4.2 Kebutuhan Afiliasi dan Nomophobia Mahasiswa Universitas Negeri Makassar - Musdalifa, Asniar Khumas, Muh. Nur Hidayat Nurdin

III.4.3 Shyness, Loneliness, dan Smartphone Addiction - Sitti Hasmah, Widyastuti, Ahmad Ridfah III.4.4 Shyness dan Kecanduan Internet pada Mahasiswa - Suryaningsih, Nurfitriani Fakhri, Ahmad

Ridfah

III.4.5 Perilaku Cybersex pada Remaja - Nila Anggreiny, Septi Mayang Sarry

III.5 Mental Health & Well-Being D404

III.5.1 Konsep Kebahagiaan pada Anak - Eva Rahman

III.5.2 Spiritual Well-Being dilihat dari Perilaku Bersyukur pada Mahasiswa Bidikmisi - Ni Imas Narendri, Pentarina Intan, Laksmitawati

III.5.3 Perbedaan Aspek Emosi dan Motivasi Refleksi Diri pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Semester Satu Universitas Mercubuana yang Melakukan Refleksi Diri tentang Peristiwa Negatif -

Setiawati Intan Savitri

III.5.5 Pengaruh Pelatihan Pendidikan Karakter IDEAL pada Regulasi Emosi dan Efikasi Diri Guru di Indonesia - Jati Ariati, Erin Ratna Kustanti, Hastaning Sakti

(15)

III.6 Gender, Kerja, & Keluarga (Keluarga) D406 III.6.1 Resiliensi pada Remaja yang Mengalami Kekerasan, Perceraian Orangtua, atau Perkosaan -

Eunike Alvonciani, Adinda Vashti Raissa, Clara Alverina Jovita, Julia Suleeman

III.6.2 Peran Perceived Positive Parenting terhadap Future Orientation pada Remaja - Yanti Rubiyanti, Hendriati Agustiani, Ahmad Gimmy Prathama Siswadi, Ratna Jatnika

III.6.3 Bagaimana Orangtua Bisa Memenuhi Kebutuhan Psikologis Dasar Remaja? - Fitri Ariyanti Abidin, Juke R. Siregar, Poeti Joefiani, Rismijati E. Koesma

III.6.4 The Role of the Family in the Formation of Pro-Environmental Behavior in Sundaneese Teenager - Julian Amriwijaya, Tb. Zulrizka Iskandar, Achmad Djunaidi, Efi Fitriana

III.6.5 Persepsi terhadap Peran Ayah pada Remaja Pelaku Kekerasan Seksual - Septi Mayang Sarry, Nila Anggreiny, Annisa Aziza

Sesi IV 14.45-16.00

IV.1 Resolusi Konflik G100

IV.1.1 Konsep tentang Damai dan Konflik - Julia Suleeman, Rika Eliana, Robert O. Rajagukguk IV.1.2 Fleksibilitas Kognitif dan Pemaafan - Imam Setyawan

IV.1.3 Faith in Humanity: Perjuangan Mempercayai Manusia Lain - Mona Sugianto, Zainal Abidin, Urip Purwono, Irwanto, Juke Siregar

IV.1.4 Pikiran yang Terancam: Efek Moderasi Persepsi Keterancaman dan Identifikasi Sosial pada Hubungan antara Kebutuhan Kepastian Jawaban dengan Kepercayaan Konspirasi - Ahmad Naufalul Umam, Joevarian Hudiyana, Farah Rizkiana Novianti, Mardianto

IV.1.5 Peran Kejelasan Norma Sosial dan Perceived Controllability Stigma dalam Mempengaruhi Ekspresi Prasangka - M. Zein Permana

IV.1.6 Peran Kelihan Adat dalam Resolusi Konflik pada Masyarakat Bali: Sebuah Studi Fenomenologi tentang Konflik dan Perdamaian di Bali - David Hizkia Tobing

IV.2 Pendidikan Inklusi A203

IV.2.1 Persyaratan Penerimaan Peserta Didik Baru Sekolah Dasar Inklusi di Yogyakarta - Laurensia Aptik Evanjeli

IV.2.2 Proses Identifikasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusi - Brigitta Erlita Tri Anggadewi

IV.2.3 Perbedaan Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Inklusi (Intervensi Antara Sosiodrama dan Audiovisual) - Faizah, Ulifa Rahma, Yunita Kurniawati IV.2.4 Pengaruh Terapi Musik Gamelan terhadap Temper Tantrum Anak Berkebutuhan Khusus - Sri

Asih Andayani

IV.2.5 Praktik Pendidikan Inklusi di Sekolah Alam Ramadhani Kediri - Siti Nurvitasari, Lisa Zakia Azizah, Sunarno

IV.3 Gender, Kerja, & Keluarga (Gender) A214

IV.3.1 Mindfulness sebagai Intervensi untuk Meningkatkan Keseimbangan Kerja dan Keluarga - Dhevy Puswiartika, Zahrotur Rusyida Hinduan, Marina Sulastiana, Diana Harding

IV.3.2 Problem Focus Coping, Dukungan Sosial, dan Kesejahteraan Psikologis pada Ibu Rumah Tangga - Kamsih Astuti

IV.3.3 Persepsi Perempuan di DIY terhadap Perilaku Premarital Seksual: Sudut Pandang Pelaku - Lilis Rosyidah

IV.3.4 Gambaran Identitas Sosial terhadap Perilaku Delinquency Remaja Anggota Geng Motor Wanita - Leni Armayati, TB Zulriska Iskandar, Ahmad Gimmy P. Siswandi, Zainal Abidin

(16)

IV.4 Multikulturalisme & Interkulturalisme C101 IV.4.1 Peran Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Proses Pembentukan Tingkah Laku Toleransi terhadap

Keberagaman Identitas Sosial - Riyanti Abriyani

IV.4.2 Prasangka Etnis Jawa yang Tinggal di Kota Bandung terhadap Etnis Sunda dalam Penyeleksian Calon Pasangan Hidup - R. Mira Rif’ah Kamilah, Elly Malihah, M. Ariez Musthofa

IV.4.3 Dimensi Stereotip Subjek S (Etnis Madura) terhadap Konflik dengan Etnis Dayak - Jehan Safitri, Marina Dwi Mayangsari

IV.4.4 Intercultural Communication Pasangan Berbeda Kewarganegaraan yang Menjalani Long Distance Relationship - Neka Erlyani, Tria Rizki

IV.4.5 Masyarakat Pendalungan, Identitas Sosial dalam Akulturasi Budaya Madura dan Jawa - Prakrisno Satrio Roesfandi

IV.4.6 Mindfullness sebagai Prediktor Universal Diverse Orientation - Rinie Indira Nauly, Meutia Nauly

IV.5 Gender, Kerja, & Keluarga (Keluarga) D404

IV.5.1 Social Support dan Self-Efficacy dengan Stress pada Ibu Rumah Tangga yang Berpendidikan Tinggi - Yuliana Intan Lestari

IV.5.2 Dukungan Sosial dan Penerimaan Keluarga terhadap Pasien Schizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta - Siti Rahmawati

IV.5.3 Harapan Seolah Hilang di Balik Jeruji Besi? Resiliensi Anak yang Bermasalah dengan Hukum - Sindya Bisono, Clara Ajisuksmo, Yohana Ratrin Hestyanti

IV.5.4 Am I Rebellious? An Exploration of Moslem Adolescent-Parents Conflict and Cognitive Dissonance - Ricca Angreini Munthe, Ami Widyastuti, Dede Fitriana Anatassia

IV.5.5 Pendapat Siswa, Orang Tua, dan Konselor Sekolah Mengenai Pacaran pada Siswa SMP - Farida Harahap, Tina Afiatin

IV.5.6 Kematangan Emosi dengan Aggressive Driving pada Pelaku Balap Liar - Iin Aini Mawaddah, Amanda Pasca Rini, Sahat Saragih

IV.6 Relasi Antar & Intragenerasi D406

IV.6.1 Kompetisi ataukah Kolaborasi? Pengaruh Relasi Sosial dalam Membentuk Perilaku Kecurangan - Samudera F. Jamaluddin, Satrio Priyo Adhi, Galang Lufityanto

IV.6.2 Hubungan Antara Perbandingan Sosial dengan Teman Sebaya dan Materialisme pada Remaja - Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra

IV.6.3 Mengukur Kualitas Personal dalam Pertemanan - Tri Rejeki Andayani, Faturochman, Avin Fadilla Helmi

IV.6.4 Kedekatan dan Kehangatan dalam Relasi Suami Istri - Siti Rohmah Nurhayati, Faturrochman, Avin Fadilla Helmi

(17)

SABTU, 11 NOVEMBER 2017

Sesi V 08.00-09.30

V.1 Kelompok Minoritas & Marjinal A203

V.1.1 "Kelompokku Tidak Mungkin Salah”: Peran Fusi Identitas Agama dan Skemata Keagamaan - Yohanes Budiarto, Lina

V.1.2 Perbedaan Universal-Diverse Orientation Mahasiswa Etnis Tionghoa Universitas Sumatera Utara (USU) dan Politeknik Informasi Teknologi & Bisnis (IT&B) - Nadine Lobian, Irmawati V.1.3 Peran Proses Kognitif dalam Stigma terhadap Orang dengan Gangguan Mental di Bali - Sarah

Josephine Natalia, Yohanes Kartika Herdiyanto

V.1.4 Rasa Bermasyarakat Pasca Pengucilan: Studi Fenomenologi pada Kasepekang di Bali - Nyoman Trisna Aryanata, Aritya Widianti

V.1.5 Konstruksi Alat Ukur Dasar Toleransi: Analisis Faktor Konfirmatori terhadap Skala Outgroup Favoritism - Johan Satria Putra, Novika Grasiaswaty

V.2 Multikulturalisme & Interkulturalisme A214

V.2.2 Constructing Etnonational Identity: Negotiation Of National Identity on Formerly of Independence Aceh Movement Members Post Reformation Era - Muhammad Johan Nasrul Huda

V.2.3 Perasaan Tidak Berdaya: Studi Indigenous pada Masyarakat Jawa - Hasna Uzzakiyah, Galang Lufityanto

V.2.4 Apa Harapan Terbesar Kita? Studi pada Mahasiswa Bugis Makassar - Bambang Pratama J, A.Musyidah Yusuf, Andi Nurul Mutmainnah, Muh. Ahyar Hamka, Nurul Fitroh, Andi Azizah Rahmadani

V.2.5 Pengaruh Big Five Personality terhadap Kebahagiaan pada Suku Gorontalo - Eka Apristian Pantu

V.2.6 Peranan Non-Attachment terhadap Kesehatan Mental Positif - Lina, Yohanes Budiarto

V.3 Gender, Kerja, & Keluarga (Keluarga) C101

V.3.1 Persepsi Kemanakan terhadap Pengasuhan Mamak di Minangkabau - Nafkhatul Wahidah, Sartana, Nila Anggreiny

V.3.2 Peran Mamak dalam Pengasuhan Kemenakan pada Etnis Minangkabau - Debby Nia Novinta V.3.3 Kontribusi Dukungan Sosial Pengasuh terhadap Homesickness Remaja LKSA dengan Status

Tidak Mampu di Kabupaten Garut - Selfiyani Lestari, Ayu Riana Sari, Afini Freudwi Asri

V.3.4 Kualitas Kesehatan Mental Positif Anak ditinjau dari Persepsi Anak terhadap Konflik Pernikahan Orangtua - Amala Fahditia, Sari Wardana, Yohanes Budiarto

V.3.5 Efektivitas Modifikasi Perilaku untuk Mengatasi Enuresis pada Anak - Evi Syafrida Nasution V.3.6 Advokasi terhadap Anak dengan Gangguan Spektrum Autis : Peran dan Tantangan Bagi

Orangtua - Desvi Yanti Mukhtar, T. Dicky Hastjarjo, M. G. Adiyanti

V.4 Teknologi, Internet, dan Media Sosial C102

V.4.1 Ber-hijrah Melalui Media Sosial - Rochimah Imawati, Eka Ade Lestari

V.4.2 Pemanfaatan Teknologi Bagi Generasi Millenial: Konseling Berbasis Teks Menggunakan Riliv-Aplikasi Android - Florentina Yuni Apsari, Eli Prasetyo, Made D. Rama

V.4.3 Gambaran Intensi untuk Mencoba Tutorial Makeup pada Penonton Beauty Vlog - Dinda Hapsari, Azhar El Hami

(18)

V.4.4 Literature Review on Parental Mediation and Online Media Use: A Prologue to Research on Parental Mediation and Ethical Online Media Competence Among Emerging Adults - Laras Sekarasih, Amarina Ariyanto, Dianti Kusumawardhani

V.4.5 Pengembangan Komunitas Kampung Pintar Indonesia sebagai Upaya Penerapan Digital Seloko Melayu Jambi dalam Prevensi Perilaku Berisiko - Nofrans Eka Saputra, Nirwan Il Yasin

V.5 Relasi Antar & Intra Generasi D404

V.5.1 Tipologi Kekuatan Antar Generasi di Indonesia - Hesti Farida Al Bastari, Muhammad Arif Agus, Arief Budiarto

V.5.2 Relasi Ideal dengan Orangtua dalam Persepsi Remaja - Titik Kristiyani

V.5.3 Kualitas Kesehatan Mental Positif Anak ditinjau dari Kualitas Relasi Orangtua dan Anak - Rendra Graha Pramudita, Odilia Angeline, Yohanes Budiarto

V.5.4 Kepercayaan (Trust): Respon Mahasiswa terhadap Teman Sebaya dan Dosen - Muh. Ahyar Hamka, Resqy Amalia, Nurul Fitro, Andi Azizah Ramadani, Wawan Kurniawan, Bambang Pratama J.

V.5.5 Identitas Sosial Pecandu Cosplayer di Jakarta Selatan - Masni Erika Firmiana, Nuril Augustya Gian Isywari, Maya Agustina, Amanda Kharunnisa, Wilevi Fauziah Abu bakar

V.6 Gender, Kerja, & Keluarga (Gender) D406

V.6.1 Hubungan Benevolent Sexism terhadap Kepatuhan pada Mahasiswi di Universitas Negeri Makassar - Nurfitriany Fakhri, Muhammad Nur Hidayat Nurdin

V.6.2 Studi Eksplorasi Resiliensi Istri yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga - Nuraini V.6.3 Transformasi Maskulinitas Menuju Keadilan Gender: Analisis Perspektif Maskulin dalam Intensi

Kekerasan Domestik - Ika Hana Pertiwi, Triantono

V.6.4 Wawancara dengan Perempuan Korban Human Trafficking: Keterampilan, Tahapan, dan Etika - Ike Herdiana

V.6.5 Pengembangan The (SOC) Initative dan Efek Media Film sebagai Proses Pemulihan Psikososial Berbasis Komunitas Bagi Korban Kekerasan Seksual Anak dan Perempuan di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya - Sylvia Kurniawati Ngonde, Finsensius Yuli P.

(19)

ABSTRAK KEYNOTE SPEAKER

Asian Epistemologies in Action: From Teaching to Research as Service

Professor James H. Liu – Massey University

Like ancient Greek philosophy, Asian philosophies provide life guides that have practical implications and inspirations for individual and community life. Philosophy and epistemology to support the natural sciences emerged in 17th century Europe, most famously in Cartesian reductionism: this provides a limited

foundation for human science, one that reduces and impoverishes human agency. Kant in the 19th century

moved beyond Descartes to introduce the idea of practical postulates (premises that are required for a moral philosophy of life but cannot be proven empirically) that I shall apply to Asian psychology in general and to Indonesian psychology in particular, arguing that interconnectedness/relationalism and spirituality/religion should form the practical basis for a more action-oriented psychological science in Indonesia capable of bettering individual lives and serving society. To augment the development of teaching social psychology in Indonesia, I advocate for the use of not a laboratory manual, but a “life manual” that teaches and inspires students rather than just teaching them how to run an experiment and write a lab report. I describe environmental research (cleaning up a littered area) and a social interaction diary (for identifying joys and sorrows and surprises in students’ everyday lives) as two possible methods that can be used in developing a “life manual” for teaching people how to apply psychology to their every day lives and possibly improve society as a collective effort over time under the supervision of a psychology teacher. In this way, I hope to promote research as part of service for Indonesian academics.

(20)

ABSTRAK SIMPOSIUM & SESI PARALEL

JUM'AT, 10 NOVEMBER 2017

Sesi I 08.00-09.30

I.1 Simposium: Perilaku memilih G100

Rekonseptualisasi Ideologi Politik Indonesia: Konstruksi Tiga Dimensi Skala Ideologi Politik Hamdi Muluk, Mirra Noor Milla, Whinda Yustisia, Haykal Hafizul, Joevarian Hudijana, & Abdan Shadiqi – Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

hafizul.haykal@gmail.com

Hingga saat ini, belum terdapat skala ideologi politik yang menjangkau bottom-up process. Ideologi politik didefinisikan sebagai keyakinan individu tentang bagaimana seharusnya negara diatur. Tujuan dari studi ini adalah menyusun skala ideologi politik yang reliabel, valid, dan dapat menjangkau sikap politik orang Indonesia. Konstruksi item dilakukan melalui studi literatur dan Focus Group Discussion sebanyak tiga kali (kelompok pakar kebijakan publik, kelompok aktor politik dan kelompok masyarakat biasa). Pengujian item dilakukan pada 416 orang dari berbagai kelompok masyarakat. Hasil confirmatory factor analysis terbukti fit menunjukkan tiga dimensi besar derajat keyakinan individu terhadap peranan pemerintah, yaitu: (1) Dimensi sosial (moral tradisi vs moral modern) – sejauh mana negara perlu terlibat dalam pengaturan norma dan moral masyarakat (2) Dimensi ekonomi (sosialisme vs kapitalisme) – sejauh mana peranan pemerintah dalam mengatur standar upah, kelas sosial, subsidi, gaji, dan kompetisi ekonomi. (3) Dimensi religius (sekuler vs agama) – sejauh mana keyakinan individu tentang pemisahan/penyatuan agama dengan praktek politik. Instrumen divalidasi dengan alat ukur lain (RWA, SDO, free market fairness, need for cognitive closure, dogmatism, secular-belief, liberal vs conservatism). Skala Ideologi politik Indonesia diyakini dapat menjelaskan orientasi ideologi politik orang Indonesia secara lebih tepat. Implikasi dari studi ini akan didiskusikan.

Keywords: ideologi, sosialisme, kapitalisme, liberalisme, konservatisme, seluker, religius

I.2 Gender, Kerja, & Keluarga A203

Konsep Diri dan Budaya Remaja Akhir

Alifah Nabilah Masturah – Universitas Muhammadiyah Malang

alnab.ifa@gmail.com

Toleransi antar umat beragama telah lama menjadi isu dalam hubungan antar kelompok maupun individu di masyarakat dan tidak jarang menimbulkan konflik sosial. Oleh karena itu, dibutuhkan peran dari bidang keilmuan psikologi khususnya untuk turut mengatasi isu ini. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan alat ukur psikologi yang dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat toleransi antar agama di dalam masyarakat. Sayangnya, alat ukur semacam ini masih jarang ditemui, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dalam berbagai penelitian terdahulu di Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat ukur berupa skala outgroup favoritism kelompok Islam (in group) terhadap non-islam (out group). Berdasarkan teori Minimal Group Paradigm dari Tajfel (2003), out group favoritism merupakan kecenderungan untuk memberikan evaluasi ataupun penilaian positif terhadap kelompok lain, yang dalam hal ini adalah agama yang berbeda. Maka dari itu, konstruk ini dapat menjadi dasar bagi terwujudnya sikap toleransi beragama. Salah satu cara untuk mengembangkan suatu alat ukur adalah dengan menggunakan teknik analisis faktor. Analisis faktor yang dilakukan dalam penelitian ini adalah confirmatory factor analysis (CFA), dengan menggunakan dua software statistik yaitu program R dan SPSS, Analisis menggunakan program R ditujukan untuk menguji kesesuaian data dengan model alat ukur,

(21)

sedangkan analisis menggunakan SPSS bertujuan untuk mengkonfirmasi dimensionalitas pengukuran skala. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 106 subjek beragama islam dan berusia antara 18 hingga 24 tahun. Subjek diambil dari empat kelompok yang dianggap berbeda dalam hal pemikiran keagamaan. Berdasarkan teori, outgroup favoritism memiliki tiga dimensi, yaitu maximum outrgoup profit, maximum differentiation pro outgroup, dan minimal ingroup benefit. Di dalam matriks Tajfel, outgroup favoritism memiliki garis kontinum yang linier dengan ingroup favouritism, sehingga terdapat kemungkinan skala ini akan memiliki dua dimensi, yaitu outgroup dan ingroup favoritism. Oleh karena itu, analisis faktor yang dilakukan membandingkan antara model unideimensi dengan multidimensi. Hasil analisis faktor dengan R menggunakan comparative fit index dan SRMR menunjukkan data kurang mampu merepresentasikan model unidimensi. Hasil factor loading menunjukkan jika item-item unfavorable memberikan kontribusi negatif terhadap kesesuaian model. Sedangkan untuk model multidimensi, hasilnya menunjukkan jika model ini lebih fit terhadap data daripada model pertama. Sementara berdasarkan analisis SPSS, hasil rotated component menunjukkan bahwa aitem-aitem yang bersifat unfavorable pada dimensi maximum differentiation pro outgroup dan minimal ingroup benefit terpisah secara faktorial dengan aitem favorabel, dan lebih menunjukkan kesesuaian dengan dimensi maximum differentiation pro-ingroup dan maximum ingroup profit pada ingroup favoritism. Dengan demikian, untuk penelitian ke depan, skala ini dapat dikembangkan menjadi dua instrumen yaitu skala outgroup favoritism terhadap non-islam dan ingroup favoritism terhadap islam.

Keywords: outgroup favoritism, non-islam, analisis faktor konfirmatori

Konsep Kebahagiaan pada Remaja

Vinny Marviani & Hanif Akhtar – Center for Indigenous and Cultural Psychology

vinny.marviani@gmail.com

Kebahagiaan telah menjadi salah satu indikator penilaian dalam paradigma baru pembangunan nasional. Kebahagiaan sendiri sesungguhnya merupakan emosi positif yang dipahami secara subjektif oleh masing-masing individu. Meski demikian, penelitian tentang konsep kebahagiaan yang sesuai dengan konteks budaya Indonesia masih sedikit jumlahnya, terutama yang dilakukan pada remaja. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan menemukan konsep kebahagiaan pada remaja, laki-laki dan perempuan. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran open-ended kuesioner kepada 67 siswa SMP di Yogyakarta. Para partisipan berusia 13-15 tahun (rata-rata=13,68) dengan 31 laki-laki, 32 perempuan, dan 4 partisipan tidak menyebutkan jenis kelaminnya. Data yang diperoleh ialah sebanyak 100 respons dan dianalisis dengan metode kualitatif dengan teknik kategorisasi multiaksial. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebahagiaan diartikan oleh remaja sebagai perasaan positif seperti senang dan puas, terpenuhinya keinginan atau pencapaian, ketiadaan perasaan negatif seperti beban dan rasa sedih, serta hubungan dengan orang lain. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan makna kebahagiaan antara remaja laki-laki dan perempuan.

Keywords: kebahagiaan, remaja

Regulasi Diri Seksualitas Remaja di Indonesia

Sitti Fathimah Herdarina D. & Fitriani Dwi Febriyanti – Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

rina.natsir@yahoo.com

Regulasi diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan karena regulasi diri berperan untuk mengontrol perilaku. Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan tak pernah puas, termasuk tentang seksualitas, maka regulasi diri sangat diperlukannya. Penelitian ini bertujuan memetakan regulasi diri dorongan seksual remaja. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan paradigma mixed

(22)

method dengan melibatkan 165 remaja, berumur 14-18 tahun, berasal dari Pulau Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. Subjek mengisi skala regulasi diri seksual dan open ended questionnaire. Hasil menunjukkan ada perbedaan regulasi diri seksualitas dari sisi asal daerah. Regulasi diri remaja terhadap seksualitas di Sulawesi merupakan yang tertinggi (F: 23.644, P < 0.05) dibandingkan remaja di Kalimantan dan Jawa. Berdasarkan hasil analisis dari data kualitatif, sebagian besar subjek mengaku mendapatkan pengetahuan dari media dan teman sebayanya, hanya sebagian kecil yang mendapatkan informasi dari guru. Tidak ada sama sekali yang mendapatkan informasi tentang seksualitas dari orang tua. Terkait dengan pertanyaan apa yang ingin mereka ajukan kepada orang lain mengenai seks, beberapa remaja memunculkan pertanyaan seperti: “bagaimana berhubungan intim dengan cara yang benar?”, “bagaimana cara mengambil hikmah dari seks?”, dan “apa yang anda rasakan saat melakukan itu?”.

Keywords: regulasi diri, seksualitas

Terapi Berpikir Positif Untuk Konsep Diri Remaja

Dhea Ravea Eka Putri & Alifah Nabilah Masturah – Universitas Muhammadiyah Malang

dhearaveaa@gmail.com

Saat ini perceraian merupakan hal yang terus meningkat sepanjang tahun. Hal ini berdampak negatif pada pembentukan konsep diri anak, terutama pada remaja yang sedang mencari identitasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi berpikir positif terhadap konsep diri remaja yang berasal dari keluarga bercerai. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain eksperimen kasus tunggal (single-case experimental design). Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 1 orang. Penelitian ini didasarkan pada asesmen subjek selama 2 minggu dengan menggunakan wawancara dan observaasi. Tahapan berikutnya adalah perancangan penelitian. Kemudian, pelaksanaan intervensi terapi berpikir positif yang dibagi menjadi 4 sesi. Keempat sesi tersebut, yaitu: the real me, the power of mind, positive expectation dan i found my self. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner yang disusun berdasarkan aspek konsep diri: pemahaman, pengharapan dan penilaian untuk mengukur pre-test/post-test yang didukung dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahapan terakhir dalam penelitian ialah follow-up, yang dilakukan dengan metode wawancara. Hasil yang diperoleh menunjukkan terapi berpikir positif mampu meningkatkan konsep diri pada subjek remaja yang berasal dari keluarga bercerai. Hasil tersebut terlihat dari peningkatan nilai pengukuran pre-test/post-test. Sehingga, terapi ini dapat diuji cobakan secara klasikal.

Keywords: Terapi berpikir positif, konsep diri, remaja

I.3 Lingkungan & Keberagaman A214

Yakinkah dengan Adanya Perubahan Iklim?

Handrix Chris Haryanto, Sowanya Ardi Prahara – Universitas Paramadina

handrix.haryanto@paramadina.ac.id

Studi awal ini mengarahkan pada keyakinan individu terkait dengan permasalahan perubahan iklim yang serta perilaku pro lingkungan sebagai bentuk respon terhadap keyakinan tersebut. Responden dalam penelitian ini melibatkan para mahasiswa dengan total 292 responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif analisis isi dengan memberikan pertanyaan terbuka terhadap para responden berkaitan dengan pertama “apakah meyakini bahwa perubahan iklim sedang terjadi saat ini?; kedua “kondisi seperti apa yang anda rasakan atau lihat sebagai indikator bahwa perubahan iklim sedang terjadi?; ketiga “seberapa tinggi anda menilai bahwa perilaku anda saat ini sudah termasuk dalam perilaku pro lingkungan?’; keempat “seperti apa sajakah seharusnya bentuk perilaku pro lingkungan itu?”; kelima “bentuk pro lingkungan seperti apa yang sudah anda lakukan saat ini?”. Hasil penelitian menunjukkan

(23)

bahwa 94% responden menyakini bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan 6% meyakini tidak ada namanya perubahan iklim. Keyakinan akan terjadinya perubahan iklim didasarkan pada beberapa indikator yang dirasakan yaitu 44,18% responden mengarahkan pada kondisi cuaca yang tidak menentu, 26,03% responden mengarahkan pada suhu yang meningkat, 5,28% responden mengarahkan pada kualitas udara yang buruk, 4,45% mengarahkan pada frekuensi hujan yang meningkat, 2,40% mengarahkan pada kondisi fisik yang mudah sakit, 1,37% mengarahkan pada informasi mengenai mencairnya es di kutub, 1,37% mengarahkan pada meningkatnya intensitas bencana saat ini. Berdasarkan pada keyakinan tersebut, sebagai bentuk respon dalam bentuk pengetahuan dan perilaku pro lingkungan yang menjadi fokus responden (100%) masih berada dalam tahap perilaku keseharian individu yang mengarah pada konservasi (3R, hemat penggunaan air dan listrik, mengurangi penggunaan kendaraan umum, melakukan penghijauan, konsumsi yang pro lingkungan) dibandingkan terlibat secara aktif dalam gerakan atau komunitas maupun berperan lebih jauh secara kebijakan maupun politis.

Keywords: Perubahan iklim, Keyakinan terhadap perubahan iklim, Pro environmental behavior

Kontradiksi antara Penerapan Etnoteori Pengasuhan dan Model Budaya pada Ibu di Wilayah Perkotaan-Pedesaan

Rizky Amalia Rosyadi, Nugraha Arif Karyanta, Hardjono – Universitas Sebelas Maret

rizkyamaliarosyadi@student.uns.ac.id

Masa bayi merupakan periode vital karena perkembangan kondisi fisik dan psikologis pada masa ini menjadi fondasi bagi perkembangan di masa selanjutnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan pada masa bayi adalah lingkungan tempat tinggal. Dua prototipe lingkungan yaitu wilayah perkotaan dan pedesaan membentuk model budaya yang dipegang erat oleh masyarakat serta bagaimana orang-orang yang tinggal di dalamnya menjelaskan hubungan diri mereka dengan orang lain. Perbedaan tersebut juga mempengaruhi bagaimana ibu dari dua wilayah tersebut membangun gagasan atau kepercayaan mengenai pengasuhan anak berdasarkan tantangan yang mereka hadapi di wilayah tempat tinggal masing-masing. Gagasan atau kepercayaan pengasuhan tersebut digunakan untuk menentukan praktik pengasuhan yang dianggap “benar” terkait dengan tujuan-tujuan perkembangan yang berlaku di lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat perbedaan etnoteori pengasuhan pada ibu yang mempunyai bayi dengan usia kurang dari satu tahun serta tinggal di wilayah perkotaan-pedesaan yaitu tepatnya di kecamatan Grogol dan Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, ditinjau dari model budaya yang dimiliki oleh ibu. Jumlah keseluruhan populasi penelitian ini mencapai 195 subjek dengan rincian sebanyak 84 ibu yang tinggal di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo sebagai sampel dari wilayah pedesaan dan 111 ibu yang tinggal di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo sebagai sampel dari wilayah perkotaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala model budaya dan skala etnoteori pengasuhan. Data yang diperoleh dari hasil kategorisasi skala model budaya dan skala etnoteori pengasuhan menunjukkan tidak ada perbedaan etnoteori pengasuhan dan model budaya pada ibu yang tinggal di wilayah perkotaan-pedesaan. Hasil kategorisasi skala etnoteori pengasuhan pada kedua kelompok menunjukkan sebanyak 78 subjek mengembangkan sistem pengasuhan campuran antara proksimal dan distal (Kota: 48 - Desa: 30), 76 subjek mengembangkan sistem pengasuhan distal (Kota: 46 - Desa: 30), dan hanya 41 subjek yang mengembangkan sistem pengasuhan proksimal (Kota: 17 - Desa: 24). Data kategorisasi skala model budaya sementara itu menunjukkan sebanyak 172 subjek mempunyai model budaya interdependen (Kota: 103 - Desa: 69) dan hanya 16 subjek yang memiliki model budaya independen (Kota: 6 - Desa: 10). 7 subjek yang tersisa teridentifikasi memiliki model budaya campuran antara interdependen dan independen (Kota: 2 - Desa: 5). Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan adalah tidak terdapat perbedaan etnoteori pengasuhan dan model budaya pada ibu yang tinggal di wilayah perkotaan-pedesaan. Baik ibu yang tinggal di wilayah perkotaan maupun pedesaan cenderung

(24)

mengembangkan model budaya interdependen namun menerapkan sistem pengasuhan distal dan sistem pengasuhan campuran antara distal dan proksimal.

Keywords: etnoteori pengasuhan, model budaya, kota, desa, pengasuhan

Konformitas pada Perilaku Menyontek yang Menular di Dalam Ruang Kelas Yohanes Kartika Herdiyanto, Supriyadi – Universitas Udayana

herdiyanto@unud.ac.id

Keberadaan orang lain sangat memengaruhi perilaku individu. Asch membuktikan bahwa individu cenderung berperilaku sama dengan individu-individu di dalam kelompoknya. Sedangkan Ekman membuktikan bahwa ekspresi emosi dasar manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal, seperti keberadaan orang lain. Perilaku menyontek adalah salah satu perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai akademis, yaitu kejujuran. Sehingga saat menyontek, bagi individu, situasi tersebut dapat memunculkan emosi moral, seperti rasa malu dan rasa bersalah. Keberadaan orang lain yang juga menyontek akan memengaruhi dinamika munculnya rasa malu untuk menyontek, sehingga akan sangat menarik untuk membuktikan apakah kehadiran orang lain yang mencontek dapat memengaruhi munculnya perilaku menyontek pada individu. Penelitian ini menggunakan studi eksperimen terhadap mahasiswa di kelas psikologi sosial 1 (n=75). Random assigment dilakukan untuk memasukkan mahasiswa di dalam kelompok kontrol (n=39) dan eksperimen (n=36). Perlakukan yang dilakukan untuk kedua kelompok adalah memberikan latihan Ujian Tengah Semester (UTS) Matakuliah Psikologi Sosial 1, namun mahasiswa tidak diberitahu bahwa ujian yang dilakukan tersebut adalah ujian “latihan”. Selanjutnya partisipan diberi waktu 60 menit untuk mengerjakan soal secara mandiri. Perbedaan perlakuan antara kelompok kontrol dan eksperimen adalah pada kelompok eksperimen, asisten penelitian (n=6), yang telah diatur tempat duduknya secara berpasangan dan ditempatkan di bagian depan dan sayap kiri dan kanan kelas, secara demonstratif melakukan perilaku menyontek secara sistematis dari yang sekedar melirik sampai dengan saling bertanya dan bertukar lembar jawaban; sedangkan pada kelompok kontrol, tidak terdapat asisten penelitian yang menunjukkan perilaku menyontek. Pengukuran diberikan dengan melakukan observasi checklist. Debriefing kepada seluruh kelompok dilakukan selepas prosedur eksperimen selesai untuk mengurangi efek negatif eksperimen. Hasil observasi menunjukkan terdapat 15 mahasiswa (38,5%) yang menyontek pada kelompok ekperimen dan 6 mahasiswa (16,7%) pada kelompok kontrol. Hasil analisis Pearson chi-square menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol (p<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh kehadiran orang lain yang menyontek terhadap perilaku menyontek mahasiswa.

Keywords: Rasa malu, konformitas, kehadiran orang lain, perilaku menyontek

Pengaruh Pendidikan Bencana pada Perilaku Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana (Studi Kasus di SD 5 Rahtawu, Kabupaten Kudus)

Mochammad Widjanarko – Universitas Muria Kudus

m.widjanarko@umk.ac.id

Pendidikan bencana untuk mengurangi risiko bencana di masa anak-anak menjadi sangat penting. Pengenalan awal bencana dan kemanfaatan hutan serta ekosistem yang ada di lingkungan sekitar rumah tempat tinggal merupakan media nyata yang bisa digarap dan diberikan untuk para generasi muda dalam membentuk perilaku kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan bencana pada perilaku kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pendidikan bencana pada perilaku kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana. Tipe penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain kelompok tunggal dengan pretest-posttest atau one-group pretest-posttest

(25)

design. Subjek dalam penelitian ini siswa kelas 5 di SD 5 Rahtawu. Peralatan yang digunakan adalah lembar pretest dan posttest, layar sorot (LCD), alat peraga pendidikan bencana dan alat tulis. Analisis data berupa uji hipotesis dengan teknik uji T yang hasilnya 0,118 dalam dua ekor, yang dihitung dalam satu ekor 0,118/2= 0,059, dimana 0,059 di atas p < 0,05 maka Ho ditolak berarti hipotesis yang diajukan ditolak dan menunjukkan tidak ada pengaruh pendidikan bencana pada perilaku kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana.

Keywords: pendidikan bencana, perilaku kesiapsiagaan siswa, psikologi bencana

I.4 Gender, Kerja, & Keluarga (Kerja) C101

Eksplorasi Komunitas Pembuatan Kapal dengan Pendekatan Sistem (Studi pada Komunitas Pembuatan Kapal di Kabupaten Bulukumba)

Muh. Tamar, Arlina Gunarya, Dyah Kusmarini, Umniyah Saleh – Prodi Psikologi Fak. Kedokteran Universitas Hasanudin

tamarpsikologiuh@gmail.com

Perahu ‘Pinisi’ sudah terkenal sampai mancanegara, Kabupaten Bulukumba sendiri memberi label daerahnya sebagai “Butta Panrita Lopi” (tanah para ahli pembuat perahu). Prodi Psikologi berencana melakukan studi jangka panjang (longitudinal study) mengenai eksistensi perahu pinisi tersebut dalam perspektif psikologi komunitas. Tujuan yang diharapkan dari studi ini adalah menemukan model pemberdayaan komunitas pembuat perahu ‘Pinisi’. Oleh karena itu sebagai penelitian awal bertujuan untuk mengeksplorasi komunitas pembuat kapal “Pinisi” di Bulukumba khususnya di Tana Lemo dan Tana Beru melalui pendekatan sistem (Huitt, W. 2012, A systems approach to the study of human behavior), dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Komunitas tersebut terbentuk secara turun temurun merupakan suatu entitas ‘dunia kerja’ melalui proses secara ‘alamiah ‘. Sebagai sebuah sistem, di dalam komunitas tersebut terkait sejumlah subsistem yang berkontribusi terhadap kelangsungan usaha pembuatan kapal, dimana para pengusaha dan para pekerjanya dalam perspektif hubungan kerja terjadi pembagian tugas secara terstruktur yang tidak tertulis. Secara sosial terjadi perspektif yang berbeda antar generasi, dimana para orang tua tidak terlalu mengharapkan anaknya (generasi mudanya) untuk berkarir dalam bidang pembuatan perahu. Generasi muda juga tidak terlalu berminat berkarir di bidang ini, namun di sisi lain mereka merasa bangga karena daerahnya terkenal sebagai pembuat perahu sampai mancanegara. Dengan demikian bila dilihat dari perspektif well-being terdapat gejala ketidakpuasan terhadap pekerjaannya.

Keywords: komunitas, sistem, phinisi, pengusaha, pekerja, generasi muda, well-being

Kepercayaan pada Atasan

Faradillah Firdaus, Aburizal Fatwa Ramli – Universitas Negeri Makassar

ilafirdaus@yahoo.com

Karyawan dalam menjalankan tugasnya sebagai bawahan umumnya mengalami beberapa masalah di dalam lingkungan kerja yang diakibatkan oleh kepercayaan pada atasan yang berhubungan dengan kinerja karyawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepercayaan pada atasan Subjek penelitian ini berjumlah (N=39). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala kepercayaan dengan indeks koefisien reliabilitas sebesar 0.925. Penelitian ini menggambarkan bahwa semakin tinggi kepercayaan pada atasan maka semakin tinggi pula kinerja karyawan, nilai korelasi antara variabel kepercayaan pada atasan dengan kinerja karyawan adalah sebesar 0,532 menunjukkan bahwa korelasi antara kepercayaan pada atasan dengan kinerja karyawan tergolong sedang, nilai signifikansi sebesar 0,000, kaidah yang digunakan adalah jika signifikansi <0,005

(26)

maka hipotesis diterima. Penelitian ini bermanfaat agar atasan dapat mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan para bawahannya terhadap dirinya dan agar para bawahan dapat memberikan kepercayaan yang penuh kepada atasannya sehingga dapat menunjukkan kinerja yang tinggi juga.

Keywords: kepercayaan pada atasan

Career Conselling: Metode Intervensi untuk Orientasi Masa Depan Bidang Karir pada Remaja

Yanti Rubiyanti – Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

yanti.rubiyanti@unpad.ac.id

Hasil survey sejumlah pusat karir di perguruan tinggi Indonesia, menunjukkan berbagai masalah mahasiswa semester awal adalah kuliah di jurusan pilihan orang tuanya, jurusan yang dipilih karena ikut teman, kurang bangga dengan jurusannya, atau menginginkan pindah jurusan. Permasalahan ini mengakibatkan mahasiswa kurang memiliki minat dan motivasi untuk mengikuti kegiatan perkuliahan. Begitupun setelah lulus, alumni tidak tahu apakah mereka akan bekerja, berkarir apa dan dimana. Pada salah satu pusat karir perguruan tinggi ternama, yaitu ECC UGM ditemukan pada tahun 2016 mahasiswa dan job seeker mengikuti kegiatan konseling karena permasalahan pemilihan minat karir yaitu sejumlah 149 kasus dari total 160 kasus pada konseling online dan 117 dari 160 kasus pada konseling offlline. Sedangkan di tahun 2017 terdapat 264 dari 300 kasus pada konseling online dan 75 dari 80 kasus konseling Fenomena ini menunjukkan bahwa masalah mahasiswa dan job seeker yang terbesar adalah masalah pemilihan minat karir. Artikel ini masih berupa gagasan, yaitu ingin mengkaji bagaimana counselling bisa membantu remaja secara efektif dalam merencanakan masa depan di bidang karir. Tujuannya menunjukkan konsep yang relevan untuk memfasilitasi pemahaman remaja pada tahapan yang spesifik dan praktis terkait dengan perencanaan masa depannya. Adapun gagasannya adalah model intervensi yang efektif untuk orientasi masa depan bidang karir remaja di Indonesia dengan menganalisis cara-cara yang pernah dilakukan yaitu konseling. Model intervensi ini akan diujicobakan kepada remaja dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengembangan karir pada remaja generasi millenia. Artikel disusun dengan metode literature review berdasarkan sejumlah konsep dari variable gagasan yaitu career counselling. Salah satu kajian Psikologi yang terkait dengan perencanaan karir adalah future orientation dan masa remaja yang di dalam tugas perkembangannya dituntut untuk mulai memahami kemampuan dirinya dan menetapkan rencana individu di masa depan. Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 hingga 20 tahun. Berdasarkan sejumlah jurnal mengenai career counselling menunjukkan bahwa tujuan utama dari counselling adalah membantu orang lain untuk mengembangkan potensi dirinya, memberikan informasi dan keterampilan baru, serta membantu individu didalam merencanakan karir dan pengambilan keputusan terkait dengan kehidupan di masa depannya. Dalam kaitannya dengan tujuan tersebut, paper ini menawarkan gagasan terkait dengan career counselling sebagai metode intervensi untuk future orientation remaja. Mengacu kepada gagasan di atas, diperoleh asumsi bahwa dalam membantu memilihkan karir remaja, career counselling bisa menjadi suatu metode intervensi yang masih relevan untuk memfasilitasi remaja millenia dalam memutuskan, menetapkan tujuan dan merencanakan masa depan. Intervensi dilakukan untuk mengubah perilaku, pikiran atau perasaan remaja, yang dilakukan oleh konselor dengan konsep yang melandasi career counselling adalah future orientation. Future orientation adalah proses multidimensional yang melibatkan motivasi, perencanaan dan evaluasi, dimana motivasi itu mengenai minat yang dimiliki oleh individu, perencanaan tentang bagaimana individu bermaksud untuk merealisasikan keseluruhan dari tujuan masa depan dan evaluasi adalah melihat kembali apakah tujuan dapat direalisasikan sesuai dengan yang diharapkan oleh individu. Terdapat tiga bidang orientasi masa depan, yang salah satunya adalah bidang karir dan pekerjaan.

(27)

I.5 Multikulturalisme & Interkulturalisme D404 Konsep “Kanca” : Sebuah Studi Fenonomenologi pada Masyarakat Multiagama

Yenita Heri Susanto, Norma Alfrida Febriana, Sunarno, & Wulan Novitasari – STAIN Kediri

yenitaheri@gmail.com

Pertemanan (Kekancan) sebagai bentuk interaksi antar dan inter generasi menjadi bagian penting serta mendasar dalam menciptakan perdamaian pada masyarakat multiagama. Seperti apa masyarakat setempat memaknai teman (kanca) terhadap tetangga yang berlainan iman akan mempengaruhi interaksi sosial diantara mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep kanca bagi masyarakat multiagama di Dusun Sumberjo, Desa Jambu, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian ini adalah: Pertama, kanca dimaknai membantu dan mendukung satu sama lain, kebersamaan, sebagai tempat berbagi, dan pengusir kesepian. Kedua, penerapan kekancan dalam kehidupan sehari-hari yaitu (1) kerja bakti desa dan berpartisipasi dalam menjaga ketentraman perayaan hari besar umat agama lain, (2) tradisi berkunjung bersama dari rumah ke rumah pada saat hari raya keagamaan, (3) ngopi bareng dan berbagi cerita seputar pengalaman ataupun kegiatan-kegiatan untuk kemajuan desa, (4) tidak berbincang seputar agama dalam pertemanan. Dan ketiga, kondisi perasaan warga diantaranya merasakan senang, merasakan bangga tinggal di desa multiagama, merasakan enjoy dan asyik saat berkumpul dengan teman-temannya, dan merasakan damai. Dari penelitian ini, dapat diperoleh konsep kanca secara kognitif yang membentuk psikomotorik dan mempengaruhi afeksi individu.

Keywords: Kanca, Multi-agama, Multi-kultural, Interaksi Sosial.

Perbedaan Kecerdasan Emosional Dilihat dari Pilihan Seseorang saat Berhadapan dengan Dilema Moral Nilai Agama

Lutfiyah Hani – Universitas Muhammadiyah Prof. HAMKA

lutfiyahhani@ymail.com

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecerdasan emosional di lihat dari pilihan seseorang pada saat berhadapan dengan dilema moral nilai agama. Partisipan penelitian ini adalah seseorang dengan umur 17-50 tahun dan beragama islam sebanyak 153 responden. Alat ukur yang digunakan adalah skala kecerdasan emosional trait meta-mood scale (TMMS) dan skala dilema moral. Hasil analisa dengan menggunakan rumus compare mean. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan jika dilihat dari alasan individu untuk menentukan pilihan, yaitu emosional dan rasional karena nilai p sebesar 0.710 (>0.05) dan nilai F sebesar 4.4615 yang berarti HA pada penelitian ini ditolak. Jika dilihat berdasarkan pilihan, hasil menunjukkan ada perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan dilihat dari alasan individu yang tidak menjamak shalat, yaitu emosional dan rasional karena nilai p sebesar 0.047 (<0.05) dan nilai F sebesar 6.372 yang berarti HA pada penelitian ini diterima, serta tidak ada perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan dilihat dari alasan individu yang memilih menjamak shalat, yaitu emosional dan rasiona karena nilai p sebesar 0.313 (>0.05) dan nilai F sebesar 0.120 yang berarti HA pada penelitian ini ditolak. Hal ini berarti kecerdasan emosi mempengaruhi alasan memilih seseorang berdasarkan alasan emosional atau rasional hanya pada tipe pilihan tertentu saja.

(28)

Organizational Citizenship Behavior Karyawan Melayu Riau dalam Tinjauan Religiusitas dan

Etika Kerja Islam

Rita Susanti – Universitas Islam Negeri Suska Riau

rita.susanti@uin-suska.ac.id

Dalam kalangan masyarakat Melayu terdapat pengakuan bahwa orang Melayu mempunyai budaya kerja yang rendah. Hal ini disebabkan karena orang Melayu dimanjakan oleh lingkungan geografis dengan sumber daya alam yang melimpah. Kondisi ini membuat orang melayu tidak terdorong untuk bersaing, tidak mampu bekerja keras, fatalis dan tidak memiliki keberanian. Orang Melayu juga dinilai tidak mempunyai budaya disiplin waktu, kurang gigih, tidak tekun serta tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas. Gambaran ini menunjukkan Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang belum berkembang pada pekerja Melayu. Dalam dunia kerja, Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan satu perilaku utama yang mendukung efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Konsep OCB dalam teori modern sesuai dengan nilai yang diajarkan dalam Islam yaitu terkait dengan nilai-nilai ta’awun, ukhuwah, dan mujahadah, sportsmanship, dan civic virtue. Konsep Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat berkembang dengan adalah spiritual (Rastgar, Zarei, Davoudi & Fartash, 2012, Affeldt & MacDonald, 2010) dan Etika Kerja Islam (Abbasi & Rana, 2012, Alhyasat, 2012, dan Zaman, et al (2012). Penelitian ini mencoba mengkaitkan antara Spiritual Well Being dan Etika Kerja Islam dengan OCB, sebab ciri orang Melayu adalah menganut Islam dan filosofinya: “Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah, syarak mengatakan, adat memakai”. Dengan itu, Penelitian ini bertujuan untuk meneliti gambaran OCB karyawan Melayu Riau ditinjau dari Religiusitas dan Etika Kerja Islam. Metodologi penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif korelasional. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan Melayu Riau sebanyak 199 karyawan. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil analisis data dengan metode analisis regresi ganda menunjukkan ada hubungan Religiusitas dan Etika Kerja Islam yang dimiliki oleh karyawan melayu dengan OCB, yang ditunjukkan oleh nilai F=62.157 dan sig p=0.000, namun memiliki sumbangan efektif yang masih rendah yakni 38,2%. Artinya konsep-konsep Islam di sebagian masyarakat melayu mengalami penurunan.

Keywords: Organizational Citizenship Behavior, Religiusitas, Etika Kerja Islam, Karyawan Melayu Riau.

Suku, Kepribadian, dan Distres Psikologis: Hubungan Antara Trait Kepribadian dan Distres Psikologis pada Suku Jawa Usia Dewasa Awal

Isqi Karimah, Sugiarti A Musabiq, Lavenda Geshica – Universitas Indonesia

isqi.karimah21@gmail.com

Banyaknya jumlah suku (etnis) menjadi keunikan sendiri bagi keberagaman Indonesia. Suku merupakan alat bagi individu dalam melihat dunia melalui filter budaya masing-masing (Matsumoto dan Juang, 2004). Matsumoto dan Juang (2014) menjelaskan bahwa setiap suku memiliki nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi yang menjadi acuan bagi setiap individu dalam berperilaku, bersikap, serta berpikir; yang berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu. Konsep diri ini menjadi komponen penting dalam pembentukan trait dan pikiran individu. Dengan kata lain, suku berperan penting dalam pembentukan trait individu dan berpengaruh terhadap cara individu berpikir dan bertingkah laku. Trait individu tersebut kemudian berperan penting dalam mempersepsi dunia di sekitarnya, termasuk memersepsi stressor yang menjadi sumber distres psikologis. Di Indonesia sendiri, suku mayoritas adalah Suku Jawa dengan presentase yaitu 40.22% (Na’im & Syaputra, 2010). Suku Jawa dikenal sebagai suku yang optimis, sangat menghargai perasaan orang lain, serta memiliki semangat untuk mencapai cita-cita yang tinggi namun tidak terburu-buru (Sartini, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa suku Jawa memiliki optimisme yang tinggi. Berdasarkan penelitian Rachmawati (2016), optimisme berhubungan negatif dengan distres psikologis. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat optimisme maka semakin rendah tingkat distres psikologis, sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Suku Jawa memiliki tingkat

Referensi

Dokumen terkait