103
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, PERAN ORANG TUA DAN KETAATAN BERAGAMA DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA SISWA DI SMA DHARMA WANITA PINELENG Olfi Mamarodia*, Grace D. Kandou**, Pieter L. Suling*
*Program Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK
Penyakit menular seksual, merupakan pandemi yang menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan infeksi menular seksual telah menimbulkan pengaruh besar dalam pengendalian HIV/AIDS. Manado sebagai salah satu kota tujuan pariwisata di Sulawesi Utara tidak luput dari pengaruh modernisasi yang dapat memberi peluang terhadap perilaku penyimpangan remaja seperti penggunaan obat-obat terlarang dan perilaku seks pranikah yang menyebabkan resiko penyakit menular seksual. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di SMA Dharma Wanita Pineleng, pada bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017.Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa yang ada di SMA Dharma Wanita Pineleng dan sampel sebanyak 97 siswa. Pelaksanaan analisis data digunakan perangkat komputer SPSS (Statistical Packages for Servis Solution) versi 22 dan uji statistik dengan menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan p=0,000, sikap p=0,000, peran orangtua p=0,000 dan ketaatan beragama p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara antara ketaatan beragama dengan tindakan pencegahan PMS pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng. Pada uji multivariate diperoleh nilai exponen beta tertinggi yaitu pengetahuan (5.946) sehingga variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng. Kesimpulan menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, peran orangtua dan ketaatan beragama dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng ialah pengetahuan tentang pencegahan penyakit menular seksual.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Peran Orang Tua, Ketaatan Beragama,Tindakan Pecegahan Penyakit Menular Seksual
ABSTRACT
Sexually transmitted diseases, a pandemic that cause health problems, social and economic development in many countries and is one of the entrances of HIV. The existence of sexually transmitted infections has exercised a great influence in controlling HIV / AIDS. Manado as one tourism destination in North Sulawesi did not escape the influence of modernization can provide an opportunity to the behavior of adolescents irregularities such as the use of illegal drugs and premarital sexual behavior which causes the risk of sexually transmitted diseases. This research is analytic survey with cross sectional study conducted in SMA Dharma Wanita Pineleng, in October 2016 to January 2017.Populasi in this study are all students in high school Pineleng Dharma Wanita and a sample of 97 students. Implementation of data analysis used the SPSS (Statistical Packages for the Service Solution) version 22 and statistical tests using univariate, bivariate, and multivariate analyzes. The results showed that knowledge of p = 0.000, p = 0.000 attitudes, the role of parents p = 0.000 and p = 0.000 religious observance <α = 0.05, which indicates there is a relationship between the religious devotion with STD prevention measures at high school students in the Dharma Wanita Pineleng , On multivariate test obtained the highest beta value exponent of knowledge (5946) so that the most dominant variable related to precautions sexually transmitted diseases in adolescents at high school Pineleng Dharma Wanita. Conclusions demonstrated an association between knowledge, attitudes, the role of parents and religious devotion with precautions sexually transmitted diseases in adolescents. The most dominant variable related to precautions sexually transmitted diseases in adolescents at high school Pineleng Dharma Wanita is knowledge about the prevention of sexually transmitted diseases. Keywords: Knowledge, Attitude, Role of Parents, Religious Observance, preventive measures Sexually Transmitted Diseases
104 PENDAHULUAN
Penyakit menular seksual, merupakan pandemi yang menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan infeksi menular seksual telah menimbulkan pengaruh besar dalam pengendalian HIV/AIDS. (Anonim, 2014)
Penyakit menular terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan. (Djuanda, 2015) Perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk, populasi berisiko tinggi tertular penyakit menular seksual akan meningkat pesat.
Menurut World Health Organization, (2013) lebih dari satu juta orang terinfeksi penyakit menular seksual setiap hari. Diperkirakan 499 juta kasus IMS (gonore, klamidia, sifilis dan trikomoniasis) terjadi setiap tahun disamping 536 juta orang diperkirakan hidup dengan herpes simplex virus tipe 2 (HSV-2). Sekitar 291 juta wanita memiliki human papilloma virus (HPV). Penyakit menular seksual memiliki dampak besar pada kesehatan seksual dan reproduksi seperti kematian janin
dan bayi baru lahir. Sifilis dalam kehamilan menyebabkan 305.000 janin dan kematian neonatal, 215.000 bayi mengalami peningkatan risiko kematian akibat prematuritas, berat badan lahir rendah atau penyakit bawaan setiap tahun. IMS seperti gonore dan klamidia merupakan penyebab dari infertilitas, infeksi genital yang tidak diobati dapat menjadi penyebab sampai 85% dari infertilitas dan HIV pada wanita. (Anonim, 2013)
Kelompok remaja dan dewasa muda (usia 15-24 tahun) merupakan kelompok umur yang beresiko paling tinggi untuk tertular PMS. Tiga juta kasus baru tiap tahun terjadi pada remaja. Menurut WHO, remaja memiliki persentase tertinggi pada virus ini dibanding kelompok umur lainnya. Satu dari 20 remaja tertular PMS setiap tahunnya, sementara hampir separuh kasus infeksi HIV baru berusia di bawah 25 tahun. PMS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak seksual seperti sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan (multipartner) dan melakukan hubungan seksual tanpa pengaman (kondom) (Anonim, 2013).
Salah satu fase yang mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap penularan penyakit menular seksual ialah remaja. Masa remaja ialah suatu masa yang mempunyai mobilitas sosial
105 yang paling tinggi dibandingkan masa usia lainnya. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja memiliki keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Pada masa perkembangan, remaja mudah terpengaruh pada perilaku berisiko tertentu. (Sarwono, 2013)
Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes), dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes) (Pieter & Lubis, 2011). Menurut Green perilaku manusia tersebut terbentuk dari tiga faktor meliputi: a). Faktor predisposisi yang dapat diwujudkan dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, b). Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik yang tersedia misalnya ketersediaan fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dan c). Faktor pendorong yang terwujud dalam perilaku petugas kesehatan, pendapat, dukungan sosial, pengaruh teman, kritik baik dari teman-teman sekerja atau lingkungan maupun petugas yang
lainnya sebagai kelompok panutan di masyarakat.
Minimnya pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual dan pencegahannya menyebabkan penularan PMS pada remaja masih tetap tinggi. Purnamawati (2013), menjelaskan bahwa rendahnya pemahaman yang benar tentang penyakit menular seksual berdampak pada perilaku pencegahan pada kalangan wanita pekerja seks langsung lokalisasi di Kabupaten Karawang di wilayah kerja Puskesmas Cikampek. Penelitian yang dilakukan oleh Muin dkk (2013), pada remaja putri di SMA Nasional Makassar menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS) dengan perilaku pencegahan. Pengetahuan responden sebagian besar responden telah memahami bahwa penyakit menular seksual dapat dicegah dengan menjaga kebersihan alat reproduksi eksternal dan bahwa menjaga kebersihan alat reproduksi bukan hanya tentang personal hygiene, tetapi juga termasuk untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Mulati, dkk (2016) meneliti “Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Lokalisasi Kalinyamat Bandungan” Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku
106 PSK terhadap pencegahan PMS dilihat dari pengetahuan sebagian besar sudah mengetahui tentang pengertian, penyebab, jenis, tanda gejala dan pencegahan PMS, dari sikap yang dibagi menjadi beberapa kategori ada yang setuju dan tidak setuju, dari aktivitas terhadap pencegahan sebagian besar sudah memenuhi standar kesehatan.
Hasil penelitian Febiyantin (2014) menunjukkan bahwa pengetahuan (p value = 0.001) berhubungan dengan kejadian IMS, sedangkan tingkat pendidikan (p value=0.582), sikap terhadap IMS dan pencegahannya (p value=0.233), tidak berhubungan dengan kejadian IMS. Penelitian tentang sikap yang dilakukan oleh Fadhilah dkk (2015), menyimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap kesehatan reproduksi, namun sikap positif tidak selalu diikuti dengan tindakan yang positif, tidak ada hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMAN 5 Makassar.
Peran orang tua juga dinilai memiliki hubungan dalam tindakan pencegahan infeksi menular seksual pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Ketidak jelasan pendidikan seks dari orang tuanya akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada
gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya.
Agama dapat mendukung perubahan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagrim (2011), pada mahasiswa Stikes Papua Kota Sorong menunjukkan ada hubungan antara ketidaktaatan beragama dengan perilaku berisiko penyakit menular seksual. Perubahan pola pergaulan yang telah mengabaikan norma agama disebabkan oleh perkembangan globalisasi, khususnya media informasi tidak hanya memberikan dampak positif maupun negatif. Dengan mudahnya mengakses situs-situs porno dapat menimbulkan hasrat seksual pada remaja yang akhirnya cenderung untuk berperilaku buruk jika tidak tahu tentang dampak dari perilaku seksual.
SMA Dharma Wanita Pineleng merupakan salah satu SMA yang ada Pineleng, Kecamatan Pineleng dengan jumlah populasi siswa sebanyak 414 yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 112 siswa, kelas 2 sebanyak 175 siswa dan kelas 3 sebanyak 127 siswa. Beberapa kasus yang dilaporkan oleh guru seperti terdapatnya kasus free sex yang dilakukan oleh beberapa siswa, kehamilan pada siswa wanita, dan siswa yang menderita infeksi menular seksual. Manado sebagai salah satu kota tujuan
107 pariwisata di Sulawesi Utara tidak luput dari pengaruh modernisasi yang dapat memberi peluang terhadap perilaku penyimpangan remaja seperti penggunaan obat-obat terlarang dan perilaku seks pranikah yang menyebabkan resiko penyakit menular seksual.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang
dilaksanakan di SMA Dharma Wanita Pineleng, pada bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017.Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh siswa yang ada di SMA Dharma Wanita Pineleng dan sampel sebanyak 97 siswa. Pelaksanaan analisis data digunakan perangkat komputer SPSS (Statistical Packages for Servis Solution) versi 22 dan uji statistik dengan menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng.
Tabel 1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng.
Pengetahuan Tindakan Pencegahan PMS Nilai p Melakukan Tidak Melakukan Total n % n % n % Baik 50 51,5 31 32,0 81 83,5 0,000 Kurang Baik 2 2,1 14 14,4 16 16,5 Total 52 53,6 45 46,4 97 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak 81 responden (83,5%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 50 responden (51,5%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 31 responden (32,5%), sedangkan jumlah responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 16 responden (16,5%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS
sebanyak 2 responden (2,1%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 14 responden (14,4%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng.
Hasil penelitian Febiyantin (2014) menunjukkan bahwa
108 pengetahuan (p value=0.001) berhubungan dengan kejadian IMS, sedangkan tingkat pendidikan (p value=0.582), sikap terhadap IMS dan pencegahannya (p value=0.233), tidak berhubungan dengan kejadian IMS.
2. Hubungan Antara Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng
Tabel 2. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng.
Sikap Tindakan Pencegahan PMS Nilai p Melakukan Tidak Melakukan Total n % n % n % Baik 50 51,5 28 28,9 78 80,4 0,000 Kurang Baik 2 2,1 17 17,5 19 19,6 Total 52 53,6 45 46,4 97 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang bersikap baik sebanyak 78 responden (80,4%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 50 responden (51,5%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 28 responden (28,9%), sedangkan jumlah responden yang bersikap kurang baik sebanyak 19 responden (19,6%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 2 responden (2,1%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 17
responden (17,5%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan PMS pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng.
3. Hubungan Antara Peran Orangtua Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng.
Tabel 3. Hubungan Antara Peran Orangtua Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng.
Peran Orangtua Tindakan Pencegahan PMS Nilai p Melakukan Tidak Melakukan Total n % n % n % Baik 45 46,4 21 21,6 66 68,0 0,000 Kurang Baik 7 7,2 24 24,7 31 32,0 Total 52 53,6 45 46,4 97 100,0
109 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki peran orangtua baik sebanyak 66 responden (68,0%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 45 responden (46,4%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 21 responden (21,6%), sedangkan jumlah responden yang memiliki peran orangtua kurang baik sebanyak 31 responden (32,0%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 7 responden (7,2%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 24 responden (24,7%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara peran orangtua dengan tindakan pencegahan PMS pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng.
Peran orang tua juga dinilai memiliki hubungan dalam tindakan pencegahan infeksi menular seksual pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Ketidak jelasan pendidikan seks dari orang tuanya akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya.
Mencegah terjadinya perilaku seks pra nikah membutuhkan hubungan
yang erat antara orang tua dan remaja khususnya dalam hal komunikasi tentang masalah seksual dan perkembangannya sehingga remaja terhindar dari masalah kehamilan yang tidak diinginkan, seperti penyakit menular HIV/AIDS. Bila perilaku reproduksi remaja diterapkan pada lingkungan maka yang perlu diperhatikan adalah faktor keluarga yaitu peran orang tua, remaja yang berperilaku seks pra nikah banyak diantaranya berasal dari keluarga yang ercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan.
Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak dan sebaliknya. Penelitian nasional di Amerika menunjukan bahwa anak-anak yang bisa mengkomunikasikan secara terbuka dan jujur kepada orang tuanya tentang seks akan sangat mengurangi terjadinya hubungan seks sebelum menikah dibandingkan dengan yang tidak terbuka dengan orang tuanya. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat diperlukan untuk mencegah remaja melakukan perilaku seks pra nikah yang selanjutnya dapat mencegah terjadinya PMS.
110 4. Hubungan Antara Ketaatan
Beragama Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular
Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng
Tabel 4. Hubungan Antara Ketaatan Beragama Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng
Ketaatan Beragama Tindakan Pencegahan PMS Nilai p Melakukan Tidak Melakukan Total n % n % n % Baik 46 47,4 25 25,8 71 73,2 0,000 Kurang Baik 6 6,2 20 20,6 26 26,8 Total 52 53,6 45 46,4 97 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang ketaatan beragama baik sebanyak 71 responden (73,2%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 46 responden (47,4%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 25 responden (25,8%), sedangkan jumlah responden yang ketaatan beragama kurang baik sebanyak 26 responden (26,8%) dengan yang melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 6 responden (6,2%) dan yang tidak melakukan tindakan pencegahan PMS sebanyak 20 responden (20,6%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara antara ketaatan beragama dengan tindakan pencegahan PMS pada siswa di SMA Dharma Wanita Pineleng.
Agama dapat mendukung perubahan perilaku seksual pada remaja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagrim (2011), pada mahasiswa Stikes Papua Kota Sorong menunjukkan ada hubungan antara ketidaktaatan beragama dengan perilaku berisiko penyakit menular seksual. Perubahan pola pergaulan yang telah mengabaikan norma agama disebabkan oleh perkembangan globalisasi, khususnya media informasi tidak hanya memberikan dampak positif maupun negatif. Dengan mudahnya mengakses situs-situs porno dapat menimbulkan hasrat seksual pada remaja yang akhirnya cenderung untuk berperilaku buruk jika tidak tahu tentang dampak dari perilaku seksual.
Ketaatan agama yaitu seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa besar pelaksanaan ibadah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut. Melalui agama pula yang mengatur tingkah laku baik-buruk manusia, secara psikologis
111 termasuk dalam moral yakni sopan santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lainnya. Agama mengatur juga tingkah laku baik-buruk, secara psikologis termasuk dalam moral yakni sopan santun, tata karma, dan norma-norma masyarakat lain. Aktivitas keagamaan sangat berhubungan aktivitas seksual pada siswa remaja putri, namun tidak pada siswa putra (Muhammad, et al. 2016).
Dalam keagamaan, ada kegiatan spiritual yaitu semua kegiatan baik jasmani, pikiran, dan emosi yang dilaksanakan atas dorongan rohani atau kata hati untuk mendapatkan ketenangan. Di Indonesia salah satu moral yang sangat penting adalah agama, dimana agama bisa sebagai salah
satu faktor pengendali tingkah laku remaja. Orang agamais menemukan bahwa agama memiliki dampak positif bagi remaja, dimana setuju tidak membenarkan seks pra nikah. Para remaja yang sering mengunjungi acara keagamaan cenderung lebih banyak mendengar pesan-pesan agar menjauh dari seks pra nikah. Keterlibatan remaja dalam organisasi keagamaan ini akan meningkatkan peluang bagi mereka berkumpul dengan remaja-remaja yang tidak setuju dengan seks pra nikah.
5. Faktor Yang Paling Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Siswa Di SMA Dharma Wanita Pineleng
Variabel B S.E. Sig. Exp(B)
Pengetahuan 1.783 .870 .040 5.946
Sikap 1.695 .880 .054 5.446
Peran orangtua 1.078 .601 .073 2.938
Ketaatan beragama 1.134 .612 .064 3.108
Pada uji multivariate diperoleh nilai exponen beta tertinggi yaitu pengetahuan (5.946) sehingga variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng ialah pengetahuan tentang pencegahan penyakit menular seksual. Saputri dan Hidayani (2015) dalam penelitian mereka terhadap seluruh siswa-siswi di
SMP Negeri 5 Tangerang, Tahun 2014 yang berjumlah 172 orang menemukan remaja yang pernah melakukan perilaku seks pra nikah sebanyak 106 orang (61,6%). Pada hasil analisis bivariat didapatkan pengetahuan, peran orang tua dan sumber informasi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seks pra nikah pengetahuan, peran orang tua, dan informasi yang diberikan tentang seks belum optimal.
112 KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng.
2. Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng
3. Terdapat hubungan antara peran orangtua dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng.
4. Terdapat hubungan antara ketaatan beragama dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng
5. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMA Dharma Wanita Pineleng ialah pengetahuan tentang pencegahan penyakit menular seksual
SARAN
Disarankan agar pihak sekolah melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di setiap jenjang sekolah lanjutan di mulai pada tingkat pertama (SMP) sederajat, sekolah
menengah atas (SMA) dan kalau perlu pada jenjang pendidikan tinggi atau diploma, baik sekolah negeri atau swasta di Indonesia umumnya dan Kabupaten Minahasa pada khususnya, melalui metode peer education yang bersifat youth freendly (ramah terhadap remaja) dikembangkan dengan metode lain seperti pemasangan mading, kesenian sekolah atau drama teater, dan lain – lain, yang memuat materi dasar kesehatan reproduksi yang proporsional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2015. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines. Recommendations and Reports / Vol. 64 / No. 3. June 5, 2015 Department of Health and human Sevices. Centers For Disease Control And Prevention. Atlanta.
___________. 2014. Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja. Pusat Data dan Informasi. Kemenkes RI, ISSN 2442-7659. Jakarta. ___________. 2013a. Sexually
Transmitted Infections. The
Importance Of A Renewed Commitment to STI Prevention
And Control In Achieving
Global Sexual And
Reproductive Health. WHO
113 ___________. 2013b. Infeksi Menular
seksual Dan HIV/AIDS. Buku Suplemen Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi. BKKBN Jakarta.
___________. 2013c. Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah. Buku Pegangan Guru. Fadhilah, N., Rismayanti, dan A. D.
Sidik. 2015. Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Siswa Di SMAN 5 Makassar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Bagian
Epidemiologi UNHAS. Makassar.
Febiyantin, C., dan K. S. Kriswiharsi.
Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Wanita Pekerja Seksual (WPS) Usia 20-24 Tahun Di Resosialisasi Argorejo Semarang
Muhammad, N. A., K. Shamsuddin., Z. Sulaiman., R. M. Amin and K. Omar. 2016. Role of Religion in
Preventing Youth Sexual
Activity in Malaysia: A Mixed Methods Study. J Relig Health. [Epub ahead of print] Muin, M., U. Salmah dan M. Sarake.
2013. Hubungan Pengetahuan Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan Tindakan
Kebersihan Alat Reproduksi External Remaja Putri di SMA Nasional Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. Makassar.
Mulati, T. S., Indarto dan P. Ratnasari. 2016. Perilaku Pekerja Seks
Komersial Terhadap
Pencegahan Penyakit Menular Seksual Di Lokalisasi Kalinyamat Bandungan. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret, hlm 1-99
Saputri, J. I dan Hidayani. 2016.
Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Seks Pra Nikah Remaja. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol. 05, No. 01, Maret 2016
Sarwono, S. W. 2013. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.