66
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep UmumWellness Center dengan fasilitas utama meditasi dan spa dengan pendekatan permakultur merupakan sebuah solusi untuk menjawab permasalahan perilaku konsumtif manusia, gangguan jiwa dan lingkungan. Dalam konsep umum (wellness dan permakultur), dihasilkan sebuah konsep arsitektur yang menyehatkan “healthy body-mind-soul” dan konsep pengembangan masyarakat “economy-enviroment”.
o Keseimbangan Manusia dan Lingkungan “Healthy Body-Mind-Soul”
Komponen manusia dan lingkungan (biotik dan abiotik) saling berhubungan satu dengan yang lain. Masing-masing komponen akan “membutuhkan” dan “menghasilkan” dimana akan terciptakan sebuah siklus hubungan yang saling menguntungkan.
o Pemberdayaan Masyarakat Desa “Economy-Enviroment”
Komunitas Dharmajala memiliki tujuan untuk membangun eco-village lintas iman dengan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaannya. Untuk mencapai eco-village tersebut, Dharmajala mengusung proyek Nusantara Berkah Dunia dimana di dalamnya terdiri dari tiga kluster kegiatan yaitu pendidikan dan pelatihan, mata pencaharian benar dan
Gambar 5.1 Konsep Umum Sumber: Penulis
Gambar 5.2 Dimensi Wellness Sumber: Penulis
67 engagement. Dalam pembangunan setiap kluster, konsep pendekatan dengan alam akan menjadi perhatian utama.
5.2 Konsep Arsitektural
Konsep perancangan Wellness Center dengan pendekatan permakultur dijelaskan dalam gambar berikut ini.
Poin Pendekatan Mindfulness Space Green Space
Memberikan kesan penuh ketenangan pikiran dan batin
Penataan alam dengan pemanfaatan elemen-elemen biotik dan abiotik
Bentukan Sifat bentukan dinamis dan “mengalir” dengan alam Penataan √ Penataan massa saling
terpisah atau terkait, namun tidak menyatu dan dibentuk dalam kelompok (kluster)
√
Penataan berdasarkan zonasi dan frekuensi pemakaian
Warna √ Pemakaian warna
mokromatik dengan pemilihan warna Value dan Tone
√
Pemakaian warna bebas menyesuaikan dengan penataan vegetasi dan bahan alami
Bahan Bangunan √ Menggunakan bahan bangunan alami dan campuran yang memberikan kesan sederhana dan bersih
√ Menggunakan bahan bangunan alami
Pencahayaan √ Menggunakan
pencahayaan alami dan buatan dengan
√
Sebagai pengarah jalan (orientasi) dengan teknik direct-aimed
Gambar 5.3 Konsep Arsitektural Sumber: Penulis
68 teknik direct / indirect
- aimed / diffuse
Lansekap Lansekap menjadi integrasi antara bangunan dengan lansekap Air √ Sebagai elemen
penenang berasal dari aliran dan gemercik air (indera pendengar)
√
Sebagai point of interest Sebagai pengolahan air (grey water)
Kontur √ Penataan massa bangunan pada kontur dengan “pemusatan” view kontur
(indera penglihatan)
√ Sebagai point of view
Vegetasi √ Mendukung pemusatan pikiran dengan aroma tanaman (indera penciuman) √
Penataan tanaman secara heterogen simbiosis mutualisme (taman organik dan taman herbal)
5.2.1 Organisasi Ruang
Konsep organisasi ruang disusun berdasarkan kluster. Konsep organisasi ruang ini juga membagi zonasi ruang berdasarkan tingkat privasi, ketenangan yang diperlukan.
Gambar 5.4 Organisasi Ruang Makro Sumber: Penulis
Gambar 5.5 Organisasi Fasilitas Umum Sumber: Penulis
69
Gambar 5.6 Organisasi Ruang Fasilitas Meditasi Sumber: Penulis
Gambar 5.7 Organisasi Ruang Fasilitas Spa Sumber: Penulis
70 5.2.2 Kebutuhan Ruang
KEBUTUHAN FASILITAS UMUM
Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Studi Ruang Luas Total Ruang
Main Hall 1 30 orang 1 orang = 1,5 m2 45 m2
Lobby 1 10 lobby 1 orang = 2,5 m2 25 m2
Front Desk 1 5 orang 1 orang = 1,5 m2 7,5 m2
Toilet Umum 1 26,897 m2 Pria 1 2 toilet 1 toilet = 1,25 m2 4 urinoir 1 urinoir = 0,94 m2 2 Wastafel 1 wastafel = 1,35 m2
Wanita 1 5 toilet 1 toilet = 1,25 m
2
4 wastafel 1 wastafel = 1,35 m2
Jumlah total ditambah 30% sirkulasi 135,7161 m2
KEBUTUHAN KEGIATAN MEDITASI
Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Studi Ruang Luas Total Ruang
Hall Meditasi 1 50 orang 1 orang = 3 m2 150 m2
Ruang Meditasi
Personal 10 1 orang - 50 m
2
Ruang Instruktur 1 5 orang - 15 m2
Gudang Peralatan 1 - - 15 m2
Ruang Ganti/Loker 2 25 orang 1 orang = 2 m2 100 m2
Toilet Umum 1 16,289 m2
Pria 1
2 toilet 1 toilet = 1,25 m2
2 urinoir 1 urinoir = 0,94 m2
2 Wastafel 1 wastafel = 1,35 m2
Wanita 1 3 toilet 1 toilet = 1,25 m
2
2 wastafel 1 wastafel = 1,35 m2
Jumlah total ditambah 30% sirkulasi 450,1757 m2
KEBUTUHAN KEGIATAN SPA
Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Studi Ruang Luas Total Ruang
Ruang Tunggu 1 15 orang 1 orang = 2,5 m2 37,5 m2
Ruang Konseling 1 4 orang - 10 m2
Ruang Pijat 2 4 orang 1 kamar = 10 m2 20 m2
Ruang Sauna 2 10 orang 1 kamar = 12 m2 24 m2
Ruang Ganti/Loker 2 15 orang 1 orang = 2 m2 60 m2
Toilet Umum 1 27,196 m2
Pria 1
3 toilet 1 toilet = 1,25 m2
3 urinoir 1 urinoir = 0,94 m2
3 wastafel 1 wastafel = 1.35 m2
Wanita 1 5 toilet 1 toilet = 1,25 m
2
3 wastafel 1 wastafel = 1,35 m2 Tabel 5.2 Kebutuhan Ruang
71 Jumlah total ditambah 30% sirkulasi 232,3048 m2
KEBUTUHAN RUANG PENGELOLA
Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Studi Ruang Luas Total Ruang
Kantor Manajer 1 20 m2
Sekretaris 1 9 m2
Kantor Keuangan
Manajer 1 1 orang 12 m2
Staf 1 4 orang 15 m2
Ruang Rapat 1 30 orang 80 m2
Ruang Karyawan 1 8 orang 25 m2
Toilet Umum 1 12,454 m2
Pria 1
1 toilet 1 toilet = 1,25 m2
2 urinoir 1 urinoir = 0,94 m2
1 wastafel 1 wastafel = 1,35 m2
Wanita 1 3 toilet 1 toilet = 1,25 m
2
1 wastafel 1 wastafel = 1,35 m2
Jumlah total ditambah 30% sirkulasi 225,4902 m2
KEBUTUHAN COTTAGE (PENGINAPAN)
Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Studi Ruang Luas Total Ruang
Cottage Meditasi/Kuti 8 2 orang 53,3 m2 533 m2
Kamar Tidur 1
Kamar Mandi 1
Pantry 1
Cottage Type A 6 4 orang 98,8 m2 592,8 m2
Kamar Tidur 2
Kamar Mandi 1
Ruang Tamu 1
Pantry 1
Cottage Type B 6 6 orang 143 m2 858 m2
Kamar Tidur 3
Kamar Mandi 2
Ruang Tamu 1
Pantry 1
Country Cottage 2 24 orang 170,04 m2 340,08 m2
Kamar Tidur 2 12 orang 1 orang = 3 m2 72 m2
Ruang Kumpul 1 20 m2 Kamar Mandi 2 19,4 m2 38,8 m2 Shower 6 1 orang = 2 m2 WC 4 1 orang = 1,25 m2 Wastafel 4 1 unit = 1,35 m2 Jumlah total 2323,88 m2
72 KEBUTUHAN FASILITAS PENDUKUNG
Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Studi Ruang Luas Total Ruang
Retail Shop 1 36 m2
Coffee Shop 1 20 orang 1 orang = 1,42 m2 28,4 m2
Restoran 1 50 orang 1 orang = 1,42 m2 71 m2
Dapur 1 40 m2
Gudang 1 20 m2
Kolam Renang 1 500 m2
Ruang Keamanan 1 5 orang 1 orang = 1,40 m2 7 m2
Mushola 1 10 orang 1 orang = 1,50 m2 15 m2
Aula 1 50 orang 150 m2
Parkir 1 2 bus 1 bus = 20 m2 40 m2
20 mobil 1 mobil = 10 m2 200 m2
40 motor 1 motor = 2 m2 80 m2
Jumlah total ditambah 30% sirkulasi 1498,62 m2
KEBUTUHAN KEGIATAN SERVIS
Kebutuhan Ruang Jumlah Kapasitas Studi Ruang Luas Total Ruang
Laundry 1 39,208 m2
Ruang Cuci 1 3 mesin cuci 1 mesin cuci = 3 m2 9 m2
Ruang Bilas 1 1 ruang = 1,16 m2 1,16 m2
Ruang Jemur 1 20 m2
Ruang Ganti/Loker 1 20 orang 1 orang = 2 m2 20 m2
Toilet 1 30,979 m2
Pria 1
4 toilet 1 toilet = 1,25 m2
2 urinoir 1 urinoir = 0.94 m2
3 wastafel 1 wastafel = 1,35 m2
Wanita 1 6 toilet 1 toilet = 1,25 m
2
4 wastafel 1 wastafel = 1,35 m2
Jumlah total ditambah 30% sirkulasi 117,2431 m2
KEBUTUHAN FASILITAS UMUM 135,7161 m2
KEBUTUHAN KEGIATAN MEDITASI 450,1757 m2
KEBUTUHAN KEGIATAN SPA 232,3048 m2
KEBUTUHAN RUANG PENGELOLA 225,4902 m2
KEBUTUHAN COTTAGE (PENGINAPAN) 2323,88 m2
KEBUTUHAN FASILITAS PENDUKUNG 1498,62 m2
KEBUTUHAN KEGIATAN SERVIS 117,2431 m2
TOTAL LUAS KEBUTUHAN 4983,4293 m2
73 5.2.3 Tata Ruang
Konsep tata ruang disesuaikan dengan fungsi kebutuhan ruang tertentu. Aspek penataan berdasar kepada organisasi ruang, tapak, dan zonasi (publik-privat).
Konsep tata ruang meletakkan zona umum, pengelola dan servis pada bagian utara site. Hal tersebut dikarenakan posisi site bagian atas tidak memiliki view yang dapat menjadi point of interest.
Gambar 5.8 Tata Ruang Sumber: Penulis
74 Pada bagian site dengan kontur mulai menurun, diletakkan zona spa dan kemudian zona meditasi. Zona spa menjadi zona transisi bagi zona meditasi karena membutuhkan suasana ruang yang fokus dan tenang.
Pada sekeliling zona spa dan meditasi, diletakkan penginapan-penginapan personal maupun berkelompok yang disusun secara kluster.
Gambar 5.9 Tata Ruang Zona Utara Sumber: Penulis
Gambar 5.10 Tata Ruang Zona Selatan Sumber: Penulis
75 5.3 Konsep Pengalaman Ruang
5.3.1 Pengalaman Ruang Luar (Lansekap)
Perencanaan pengalaman ruang luar dikaitkan dengan pendekatan permakultur. Jika dikaitkan permakultur dengan penataan lansekap arsitektur maka ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu kontur dan vegetasi.
5.3.1.1 Kontur
Dalam permakultur, topografi tapak menjadi hal alami yang tidak boleh diolah seluruhnya. Menata bangunan dan jalur jaringan (pejalan kaki, irigasi, pengairan dan lain-lain) sebaiknya mengikuti kontur pada site.
Site terpilih memiliki kontur menyerupai lembah sehingga memberikan nilai lebih dalam view dari bangunan.
Gambar 5.11 Penataan massa pada kontur Sumber: Buku Pedoman Konsep Edward T. White
Gambar 5.12 Penataan View dari Bangunan Sumber: Buku Pedoman Konsep Edward T. White
76 Pola kontur yang terdapat pada site menjadi penentu utama penataan bangunan massa dan zonasi. Oleh karena akses utama berada pada utara site, maka disusun zonasi publik-privat dari arah utara ke selatan.
5.3.1.2 Vegetasi
Vegetasi selain berfungsi sebagai taman pada umumnya, dapat digunakan untuk:
Mengarahkan Aliran Angin
Penataan vegetasi dapat menjadi lorong angin dengan cara membuat deretan pohon sehingga arah angin dapat mengalir.
Sebagai Pembatas Zona
Penataan vegetasi menjadi pembatas dan pembagi zonasi antara pivat dan publik. Sebagai pembatas, tanaman bambu dapat digunakan karena sifat bambu cepat tumbuh dan tinggi. Selain itu, bambu juga dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
Dalam kaitan permakultur dengan vegetasi, jenis vegetasi yang ditanam selain memberikan estetika dapat juga mendatangkan keuntungan secara finansial maupun kesehatan. Contoh penggunaan eceng gondok memperindah kolam dan juga menjernihkan air, penanaman jenis tanaman rempah yang dapat dijual maupun dimanfaatkan sebagai obat-obatan. (daftar tanaman yang akan ditanam terlampir)
Gambar 5.13 Kontur dan Vegetasi Sumber: Penulis
77 Penataan vegetasi pada zona selatan dibagi
berdasarkan jenis tanaman dan frekuensi dikunjungi. Jenis vegetasi yang berfungsi sebagai tanaman hias ditata di sekitar bangunan (cottage, meditasi dan spa) sedangkan jenis vegetasi yang menghasilkan buah, ditata diluar zonasi bangunan. Hal ini dilakukan agar privasi pengunjung tetap terjaga di sekitar bangunan (cottage, meditasi dan spa).
5.3.2 Pengalaman Ruang Dalam
Pengalaman ruang dalam memberikan kesan nyaman, fokus dan hangat. Dengan fungsi utama wellness center dengan fungsi meditasi dan spa, ruangan dalam didesain dengan integrasi suasana di luar bangunan.
Gambar 5.15 Integrasi antara ruang dalam ke ruang luar
Sumber: 2013 Trend Report , Top 10 Global Spa & Wellness Trends Forecast Gambar 5.14 Potongan Penataan Vegetasi
78 Kesan yang didapatkan antara lain:
o Hangat: Dengan pemakaian warna coklat dan bahan bangunan seperti kayu. Mengekspose struktur bangunan, selain memberikan estetika juga memberikan kesan hangat.
o Fokus: Dengan elemen air sebagai pemusatan pikiran. Elemen air dapat digunakan dengan cara pemantulan, pergerakan, dan suara air. Setiap pemanfaatan memberikan kesan fokus.
o Privat: Dengan menyusun bangunan secara terpisah, tidak saling terkait, dan masing-masing memiliki titik pemandangan yang indah. Menyatu dengan alam menjadi bagian privasi dimana alam (vegetasi) dapat ditata untuk memberikan privasi terhadap suatu ruang namun tidak mengurangi pemandangan yang ada.
5.4 Konsep Tampilan Bangunan 5.4.1 Bahan Bangunan
5.4.1.1 Alami
Bahan bangunan alami diprioritaskan sebagai bahan utama bangunan. Namun untuk beberapa keadaan seperti kontruksi utama, bahan bangunan alami tidak akan dipergunakan mengingat kemampuan daya tarik dan tekan yang terbatas. Bahan alami yang digunakan seperti:
o Kayu sebagai kontruksi atap, dinding, kusen, plafon, lantai o Batu sebagai dinding
o Bambu sebagai kontruksi atap, dinding, kusen, lantai, plafon o Tanah liat sebagai dinding, pelapis dinding, cat
5.4.1.2 Buatan
Bahan bangunan buatan merupakan perpaduan antara bahan bangunan alami dan buatan. Bahan bangunan ini akan difokuskan pada bagian konstruksi utama bangunan dan perkuatan pondasi dan tanah. Bahan bangunan buatan yang digunakan seperti beton, batu bata, semen, besi bertulang, besi profil dan lain-lain.
5.4.2 Warna
Warna akan memberikan kesan tersendiri untuk suatu ruang. Beberapa warna dan kesan yang diberikan:
o Jingga, merupakan perpaduan warna merah dan kuning yang memberikan kesan hangat dan lembut.
o Hijau, memberikan kesan dingin. Warna hijau lebih menggambarkan warna alam pegunungan yang memberikan kesejukan, kesegaran, dan ketenangan.
79 o Cokelat, merupakan warna netral yang indentik dengan kayu dan tanah.
Memberikan kesan hangat.
o Hitam-Putih, memlambangkan kesan misterius, keheningan, ketenangan dan kesucian.
Jenis teknik warna yang akan digunakan adalah monokromatik. Skema warna monokromatik menggunakan perpaduan warna value (nilai warna atau tingkat kecerahan warna dari terang ke gelap atau dari putih ke hitam) dan tone (deretan warna yang dicampur dengan warna abu-abu).
5.5 Sistem Bangunan
5.5.1 Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan berasal dari cahaya matahari untuk siang hari dengan:
o Massa bangunan yang terpisah dan tidak berdempet membuat bangunan memiliki 4 sisi terbuka untuk mendapatkan cahaya matahari alami pada siang hari dengan cara pemantulan.
o Massa bangunan yang rapat atau bangunan yang kekurangan cahaya di bagian tengah ruangan karena bentang bangunan yang terlalu lebar maka akan digunakan susunan atap genteng transparan sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan.
Gambar 5.16 Diagram Warna Value dan Tone Sumber: Penulis
Gambar 5.17 Pencahayaan Alami Sumber: Penulis
80 Sistem pencahayaan pada malam hari dengan menggunakan cahaya buatan dengan ketentuan:
Pencahayaan Direct Indirect
Diffuse
Kesan : menerangi ruangan Kesan : memberikan kesan ruangan luas
Contoh : lampu pada kamar tidur Contoh : lampu pada Hall dan lobby
Aimed
Kesan : memberikan fokus pada suatu objek tertentu
Kesan : mengarahkan jalur Contoh : lampu sorot bangunan Contoh : jalan setapak, pemisah
zonasi
5.5.2 Sistem Penghawaan
Site berada pada dataran tinggi sehingga suhu udara cukup rendah. Udara akan bergerak dengan orientasi Utara-Selatan dan sebaliknya, sesuai dengan kontur site yang menurun. Untuk beberapa keadaan:
o Massa bangunan yang terpisah dan tidak berdempet membuat bangunan memiliki 4 sisi terbuka untuk mendapatkan sirkulasi udara secara maksimal.
o Massa bangunan yang dempet akan digunakan ventilasi silang sebagai pembantu sirkulasi udara. Ventilasi silang akan terpasang di bawah dan atas dinding karena udara dingin memiliki bobot lebih berat sedangkan udara panas memiliki bobot lebih ringan.
5.5.3 Sistem Struktur
Sistem struktur bangunan akan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: o Frame Struktur
Frame struktur terbagi berdasartkan fungsi struktur sebagai:
Perkuatan Tanah
Sistem struktur untuk perkuatan tanah dan lereng kontur menggunakan:
Tabel 5.3 Sistem Pencahayaan Buatan
Gambar 5.18 Sirkulasi Udara pada Kontur dan Sirkulasi Ventilasi Silang Sumber: Penulis
81 o Bored Pile (tiang pancang)
Penggunaan tiang pancang mengacu pada kekuatan tanah. Tanah pada lereng berkontur umumnya mudah longsor, sehingga dengan memasang tiang pancang dengan jarak dan ukuran tertentu akan memperkuat kekuatan tanah.
o Bearing Wall
Bearing wall atau dinding penahan dipasangkan pada bagian lereng kontur karena dapat terjadi longsor. Bearing wall dapat berupa cor beton maupun susunan batu kali yang ditumpuk.
Perkuatan Bangunan
Sistem perkuatan bangunan dengan sistem struktur konvensional dan modern. Struktur bangunan konvensional untuk bangunan sederhana dengan 1 lantai. Struktur bangunan modern untuk bangunan dengan fungsi kompleks dan memiliki 2 lantai.
Gambar 5.19 Board Pile (tiang pancang)
Sumber: http://pilarkaryasukses.co.id/web1/uploads/images/jenisbor/newnewnewnewnewmetoda.GIF
Gambar 5.20 Bearing Wall (dinding penahan) Sumber: Penulis
82 o Bahan Struktur
Struktur berdasarkan pada sifat bangunan:
Bangunan permanen akan menggunakan struktur buatan seperti beton bertulang sebagai kontruksi utama. Contoh: hal utama, penginapan massal.
Bangunan tidak permanen akan menggunakan struktur kayu, bambu, batu sebagai kontruksi utama. Contoh: gazebo, penginapan perseorangan, ruang meditasi personal
o Finishing Struktur
Finishing struktur dapat menggunakan:
Tanah liat sebagai finishing struktur pada bangunan sederhana satu lantai. Tanah liat dapat dirangkai dan dbentuk sesuai keinginan sehingga memberikan kesan artistik.
Tempelan batu alam sebagai finishing struktur pada bangunan lebih kompleks dengan kontruksi beton bertulang. Tempelan batu alam sebagai bentuk penyatuan antar bangunan dengan keadaan sekitar.
5.5.4 Sistem Utilitas
Sistem utilitas yang akan dibahas berupa: o Sistem Jaringan Air Bersih
Setiap bangunan akan memiliki dua sumber air bersih yaitu:
Sumber air bersih untuk konsumsi berasal dari sistem pengairan yang dikelola oleh dusun.
Sumber air bersih untuk keperluan diluar konsumsi berasal dari penampungan air hujan yang telah diolah.
Gambar 5.21 Finishing Struktur
83 o Sistem Jaringan Air Limbah
Untuk Jaringan Air Limbah terpisah menjadi dua:
Black Water (air dari closet), akan dikelola dengan sistem septic tank. Sistem jaringan black water akan memanfaatkan kontur lahan sebagai penggerak jaringan.
Grey Water (air dari cucian, mandi, wastafel), akan dikelola dengan filtrasi bertahap dengan bantuan tanaman eceng gondok. Fungsi eceng gondok adalah sebagai filtrasi dan kalibrasi tingkat kejernihan air.
o Sistem Jaringan Listrik
Sistem jaringan listrik menggunakan sistem jaringan PLN dan menggunakan generator set sebagai pembangkit listrik cadangan. Tidak digunakan solar panel karena keadaan pada site dimana keadaan cerah dan panas matahari sudah ditemui.
Gambar 5.23 Pengolahan Grey Water dengan Filtrasi Eceng Gondok Sumber: Penulis
Gambar 5.22 Rain Harvesting
Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0b/Simple_Diagram_to_show_Ra inwater_Harvesting.png