• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif Surakarta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif Surakarta

Globalisasi dan konektivitas menuntut kreativitas dan teknologi menjadi bekal utama dalam menggerakkan perekonomian, sementara dunia bergeser menjadi semakin dinamis dan kompleks. Konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi dikenal dengan ekonomi kreatif. Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal secara global sejak munculnya buku “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” (2001) oleh John Howkins. Sedangkan industri kreatif adalah kegiatan ekonomi yang mencakup industri dengan kreativitas sumber daya manusia sebagai aset utama untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. 1

Gambar 1 15 sub-sektor Industri Kreatif

Sumber: http://www.tempokini.com/2014, diakses pada 23 Desember 2014

Sementara kontribusi Sumber Daya Alam pada perekonomian Indonesia semakin menurun, peran industri kreatif terus meningkat. Sektor industri kreatif di bidang musik, film, fesyen, arsitektur dan permainan memberikan kontribusi sebesar Rp 524 triliun pada GDP di tahun 2012, berdasarkan data dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.2 Pemerintah Indonesia tengah memperkenalkan Surakarta, Bandung, Pekalongan, dan Yogyakarta sebagai kota kreatif untuk mendukung

1 Sumber: http://gov.indonesiakreatif.net/ekonomi-kreatif/, diakses 15 Januari 2015

2 Sumber: http://www.oxfordbusinessgroup.com/news/indonesia-needs-creativity-boost, diakses pada 17 Oktober 2014

(2)

2 perkembangan kota-kota tersebut dan memperkuat potensi pariwisata. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu pada waktu itu, mengajukan Surakarta sebagai creative city yang berbasis desain ke United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada Agustus 2013.3

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mengidentifikasi lingkup industri kreatif mencakup 15 subsektor, antara lain:4

1. Periklanan (Advertising) 2. Arsitektur

3. Pasar Barang Seni 4. Kerajinan (Craft) 5. Desain

6. Fesyen (Fashion)

7. Video, Film dan Fotografi 8. Permainan Interaktif (Game) 9. Musik

10. Seni Pertunjukkan (Showbiz) 11. Penerbitan dan Percetakan

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (Software) 13. Televisi & Radio (Broadcasting)

14. Riset dan Pengembangan (R&D) 15. Kuliner

Surakarta sebagai kota yang bangga akan tradisi dan kebudayaannya bertumbuh bersama sejarah, kesenian, dan gaya hidup yang menjadi daya tarik dari segi pariwisata. Industri kreatif sedang berkembang pesat sebagai wajah lain dari Surakarta tanpa meninggalkan tradisi dan budaya yang telah mengakar di masyarakat. Potensi industri kreatif ini mencakup subsektor desain, kerajinan, fesyen, seni pertunjukan, dan kuliner.

3 Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2013/08/05/four-indonesian-cities-vie-unesco-recognition.html, diakses pada 17 Oktober 2014

4 Sumber: http://jogja.in/14-sub-sektor-industri-kreatif-di-indonesia/#.VEHCNfmSxu0, diakses pada 17 Oktober 2014

(3)

3

Perkembangan Sektor Komersil dan Pariwisata Surakarta

Indonesia merupakan destinasi investasi nomor dua di Asia versi Economist

Corporate Network Asia Business Outlook Survey 2014, dan nomor empat dunia versi

UNCTAD World Investment Prospect 2013-2015. Investasi terbesar di bidang industri dan perumahan serta ruang retail (pusat belanja), merupakan dampak positif dari meningkatnya jumlah kalangan kelas menengah hingga elite (middle affluent) dari tahun ke tahun dengan daya beli tinggi. Menurut McKinsey Global Institute, pada tahun 2012, Indonesia memiliki 45 juta masyarakat kelas menengah yang mampu membelanjakan uangnya di luar kebutuhan pokok. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada peringkat 16 kekuatan ekonomi dunia.5

Surakarta sendiri merupakan salah satu kota di Indonesia dengan pertumbuhan pesat, terutama di bidang ruang retail. Terdapat 4 pusat perbelanjaan tradisional terbesar, yaitu Pasar Gede, Pasar Triwindu (barang antik), Pasar Klewer (tekstil dan batik), dan Pasar Malam Ngarsopuro. Dan terdapat 7 pusat perbelanjaan modern terbesar, yaitu: Pusat Grosir Solo, Benteng Trade Center, Solo Grand Mall, Solo Square, Solo Paragon, Hartono Mall, dan The Park.

Sementara itu di sektor pariwisata, Surakarta merupakan salah satu dari sedikit kota di Indonesia yang menyambut hangat dan sigap berbenah saat ekonomi kreatif, industri kreatif, dan kota kreatif mulai dikembangkan di negeri ini sekitar 7-10 tahun silam. Pembenahan ini memiliki dampak dalam peningkatan jumah wisatawan yang berkunjung tiap tahunnya.

Secara serius pemerintah menggarap pariwisata dibuktikan dengan penerimaan “Indonesia Tourism Award 2009” untuk kategori Indonesia Best Destination.6 Joko Widodo, walikota Surakarta pada waktu itu, berani memperkenalkan Surakarta sebagai kota MICE di berbagai kesempatan, salah satunya di “World Heritage Cities Conference and Expo 2008”. Pemerintah juga membentuk Badan Promosi Pariwisata Daerah untuk meningkatkan citra pariwisata dan kunjungan wisatawan baik

5 Sumber: http://properti.kompas.com/index.php/read/2015/02/20/083000121/Indonesia .Investor.Darling.Tahun.Ini, diakses pada 9 Maret 2015

6 Sumber: http://tekno.kompas.com/read/2009/11/21/10485432/solo.terima.mice.award.2009., diakses 9 Maret 2015

(4)

4 mancanegara maupun nusantara serta mengkoordinasikan kegiatan promosi pariwisata yang dilakukan dunia usaha di Kota Surakarta.7

City Walk sebagai Wadah Industri Kreatif Kota Surakarta

Industri kreatif yang memiliki peran besar dalam perkembangan Kota Surakarta, memerlukan sebuah wadah untuk mengembangkan dan memperkenalkan diri pada masyarakat dan wisatawan. Sebuah pusat perbelanjaan bertema industri kreatif dengan konsep city walk dapat menjadi wadah yang pas selaras dengan perkembangan sektor komersil dan pariwasata Kota Surakarta.

Konsep city walk telah ada di jalur pejalan kaki sepanjang 7 km di jalan arteri primer Slamet Riyadi di Kota Surakarta, yang memiliki pepohonan rindang dan jalur pejalan kaki yang lebar. Kota Surakarta dikenal dengan kawasan pejalan kaki paling asyik di Indonesia dengan keberadaan jalur yang telah dibangun oleh pemerintah selama 5 tahun terakhir. Pejalan kaki dapat menemui berbagai kantor pemerintah dan swasta, serta destinasi wisata yang terletak di jalan arteri ini, seperti: Kampung Batik Kauman, Ngarsopura, Mangkunegaran, Museum Batik Kuno Nasional Danar Hadi, Museum Radya Pustaka, dan Taman Sriwedari, Stadion R Maladi dan Alun-alun Utara Solo. Sehingga dapat dikatakan jalan raya ini merupakan pusat Kota Surakarta.

Gambar 2 Jalur Pejalan Kaki Slamet Riyadi Sumber : http://regional.kompasiana.com

Pusat perbelanjaan dengan konsep city walk yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi ini dapat menyediakan ruang publik untuk memasarkan produk-produk hasil ekonomi

7 Sumber: http://www.surakarta.go.id/konten/jokowi-resmikan-badan-promosi-pariwisata-daerah, diakses 9 Maret 2015

(5)

5 kreatif, dengan memadukan event pariwisata dan seni budaya lokal sebagai modal dasar memasarkan ekonomi kreatif dengan potensi lokal Surakarta.

Pendekatan Creative Cityscape

Dalam perkembangannya, pusat perbelanjaan menjadi pusat keramaian dan pusat aktivitas sebuah kota. City Walk dirancang untuk mewadahi potensi kreatifitas Kota Surakarta dengan mengemas 15 subsektor industri kreatif dengan taraf internasional, sehingga mendukung bidang perekonomian dan pariwisata Kota Surakarta di persaingan global.

Hal ini sesuai dengan visi dari Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2001 tanggal 13 Desember 2001, yaitu:

"Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga.”

Di samping fungsi utamanya sebagai fasilitas perbelanjaan dan fasilitas rekreasi di pusat Kota Surakarta, City Walk ini dirancang untuk menjadi galeri industri kreatif yang tersebar di Kota Surakarta dan kabupaten sekitarnya. Pemusatan ini juga memiliki dampak positif untuk mengurangi kemacetan jalan karena pariwisata.

Konsep industri kreatif ini juga dipadukan dengan konsep city landscape yang berperan menyediakan ruang publik dan ruang terbuka hijau di tengah padatnya pusat Kota Surakarta. Perancangan fungsi usaha dan fungsi sosial-budaya diintagrasikan dengan Transit Oriented Development Kawasan Purwosari diperkuat dengan konsep city walk Jalan Slamet Riyadi.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang difokuskan adalah permasalahan yang bersifat arsitektural. Permasalahan berdasarkan analisa penulis:

Cara merancang City Walk dengan pendekatan creative cityscape yang memiliki fungsi utama pusat perbelanjaan, dapat diuraikan sebagai berikut:

Memadukan konsep rancangan City Walk dengan lingkungan tapak site.

Mengintegrasikan aspek creative dalam kegiatan dan pola perilaku dalam City

(6)

6  Merancang dan mengintegrasikan City Walk yang memadukan berbagai fungsi

City Walk dalam satu site terhadap tata lansekap kota (cityscape).

1.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan adalah untuk merumuskan konsep rancangan City Walk yang terintegrasi dengan lingkungan menggunakan pendekatan creative cityscape sebagai bagian dari pengembangan Kota Surakarta sebagai kota kreatif.

Sasaran penulisan adalah menjawab permasalahan umum tentang desain yang sesuai untuk sebuah City Walk yang bertema “Industri Kreatif Kota Surakarta”. Dengan pendekatan creative cityscape, desain dapat terintegrasi dengan tata kota yang telah ada, sehingga City Walk dapat berperan dalam perkembangan Kota Surakarta sebagai kota kreatif.

1.4. Metoda Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode pembahasan deskriptif dokumentatif yang dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Dalam pengumpulan data, dilaksanakan dengan:

 Studi Literatur yaitu pengumpulan data dengan mengkaji bahan dari pustaka dan referensi. Data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perencanaan dan perancangan

 Observasi Lapangan yaitu melakukan pengumpulan data langsung di lapangan. Kegiatan yang dilaksanakan berupa dokumentasi, pendataan, wawancara dan pengukuran. Hasil pengumpulan data akan dijadikan sebagai bahan dalam analisa studi kasus dan sebagai bahan dalam merancang konsep arsitektural.  Konsultasi dan Diskusi yaitu kegiatan diskusi dan tanya jawab bersama dosen

pembimbing dalam proses penyusunan kerangka pikir hingga perancangan konsep. Dengan adanya konsultasi dan diskusi diharapkan dapat memberikan wawasan yang jauh lebih luas guna menunjang proses perancangan.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Berupa pengantar yang menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, keaslian penulis, metode pembahasan, sistematika penulisan dan kerangka pemikiran

(7)

7 BAB 2 LANDASAN TEORI TIPOLOGI CITYWALK & PENDEKATAN CREATIVE

CITYSCAPE

Berupa dasar-dasar teori mengenai tipologi dan fungsi bangunan disertakan dengan analisa studi kasus berkaitan.

Berupa dasar-dasar teori mengenai teori pendekatan dengan disertakan analisa studi kasus berkaitan.

BAB 3 ANALISIS

Berupa analisis makro dan mikro BAB 4 PERUMUSAN KONSEP RANCANGAN

Berisikan perancangan City Walk dengan ketentuan dan pendekatan yang dibahas pada Bab 1, Bab 2, dan Bab 3.

1.6. Keaslian Penulisan

Penulisan Pra Tugas Akhir ini membahas tentang perancangan City Walk di Kota Surakarta dengan pendekatan Creative Cityscape. Berikut adalah judul-judul penulisan lain untuk dapat dibandingkan dengan keaslian tulisan ini.

Tabel 1 Judul Penulisan Terkait City Walk

Judul Kode Penulis

Tipologi Pemanfaatan Ruang Jalan Study Kasus City Walk Jalan Slamet Riyadi Surakarta

0372T Hartanto, Tri

City Walk Di Yogyakarta: Integrasi Fasilitas Komersil Dengan Ruang Terbuka Publik Dengan Pendekatan Arsitektur Landscraper

3242S Pradana, Ilham

City Walk Di Kawasan Das Brantas Kota

Malang 2988S Putri, Hasari Dwihana

Penerapan Konsep City Walk Pada Sekolah

Mataram Sebagai Ruang Publik Komersial 2985S Asrarie, Fitri

City Walk Di Kawasan Ketandan 2921S Rachmawati, Rr Coryna Yusi

Pendekatan City Walk Pada Fasilitas

(8)

8 Penerapan Konsep City Walk Dalam

Konteks Fungsi 2820S

Sunario, Christina Restiani

Kaliurang City Walk Alternatif Solusi Ruang

Terbuka Komersial Yogyakarta 2774S

Putra, Hatta Mustofa Adham

Gejayan Digital City Walk 2708S Adriani, Nur Anisa

Lempuyangan City Walk Rancangan

Alternatif Ruang Terbuka 2531S Nurdiana, Intisari Yogyakarta Citywalk Public Space Sebagai

Actifity Generator Bagi Daya Tarik Pusat Komersil

3206S Avriansyah, Riza

(9)

9

1.7. Kerangka Berpikir

Gambar

Gambar 1 15 sub-sektor Industri Kreatif
Gambar 2 Jalur Pejalan Kaki Slamet Riyadi   Sumber : http://regional.kompasiana.com
Gambar 3 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dan diharapkan sektor ekonomi unggulan seperti sektor pertanian, sektor pariwisata, sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor industri pengolahan yang meningkat dapat

Tinggi Sudah banyak pesaing dalam industri fashion muslim, Namun masih ada peluang untuk bersaing dengan menjual produk yang memiliki keunikan desain.. Pendatang baru

Adapun pusat industri kreatif di Indonesia hanya terdapat di Bali yaitu Bali Creative Industry Center BCIC dan Bandung yaitu Bandung Creative Center BCC yang belum dapat secara maksimal

Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari Ekonomi Kreatif, yang. terdiri dari core creative industri, forward dan backward

Dalam penelitian ini ditentukan faktor bauran pemasaran yakni harga, produk, tempat, promosi, bukti fisik, SDM, dan tempat pada industri kreatif sub-sektor kuliner

Ekonomi kreatif semakin meningkat mengingat peran ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan perekonomian suatu wilayah, terutama terhadap pengembangan ekonomi berbasis Usaha Mikro

Penelitian dilakukan pada salah satu industri kreatif yaitu industri blangkon yang ada di Kecamatan Serengan, Surakarta yang meliputi tujuh kelurahan yaitu:

Menjadi wadah para penggiat dunia kreatif dalam menyediakan ruang-ruang kreatif sebagai upaya dalam menjaga eksistensi industri kreatif untuk meningkatkan