• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN PENGOLAHAN, PRODUKSI DAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU DAN EKSPOR ASPAL BUTON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN PENGOLAHAN, PRODUKSI DAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU DAN EKSPOR ASPAL BUTON"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATURAN PENGOLAHAN, PRODUKSI DAN PERDAGANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : a. bahwa Aspal Buton adalah produk tambang dihasilkan dari Kabupaten Buton ;

b. bahwa berdasarkan penelitian

umumnya baru mampu di produksi dalam bentuk bahan baku ( raw material) dan dapat ditingkatkan kualitas produksinya melalui proses pengolahan yang modern sehingga

nasional dan kebutuhan ekspor ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengaturan Pengolahan, Produksi dan Perdagangan Antarpulau dan Ekspor Aspal Buton.

Mengingat : 1. Undang

Pertambangan (Lembaran Negara Republik In

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831) ; 2. Undang

Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274

3. Undang

Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612);

4. Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) ;

5. Undang

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang

Pokok

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 11 TAHUN 2007

TENTANG

PENGATURAN PENGOLAHAN, PRODUKSI DAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU DAN EKSPOR ASPAL BUTON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON,

bahwa Aspal Buton adalah produk tambang dihasilkan dari Kabupaten Buton ;

bahwa berdasarkan penelitian Departeman Pekerjaan Umum,

umumnya baru mampu di produksi dalam bentuk bahan baku ( raw material) dan dapat ditingkatkan kualitas produksinya melalui proses pengolahan yang modern sehingga memiliki kelayakan teknis dan ekonomis dalam

nasional dan kebutuhan ekspor ;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengaturan Pengolahan, Produksi dan Perdagangan Antarpulau dan Ekspor Aspal Buton.

Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pertambangan (Lembaran Negara Republik In

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831) ;

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612);

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) ;

Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan

Pokok-pokok Pertambangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON

TAHUN 2007

PENGATURAN PENGOLAHAN, PRODUKSI DAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU DAN EKSPOR ASPAL BUTON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

bahwa Aspal Buton adalah produk tambang unggulan Kabupaten Buton yang

Departeman Pekerjaan Umum, , Aspal Buton pada umumnya baru mampu di produksi dalam bentuk bahan baku ( raw material) dan dapat ditingkatkan kualitas produksinya melalui proses pengolahan yang modern memiliki kelayakan teknis dan ekonomis dalam rangka perdagangan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengaturan Pengolahan, Produksi dan Perdagangan Antarpulau dan Ekspor Aspal Buton.

Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831) ;

Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

);

Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612);

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) ;

Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

pokok Pertambangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan yang

pada umumnya baru mampu di produksi dalam bentuk bahan baku ( raw material) dan dapat ditingkatkan kualitas produksinya melalui proses pengolahan yang modern perdagangan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengaturan Pengolahan, Produksi

ketentuan Pokok donesia Tahun 1967 Nomor 22,

Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan ketentuan pokok Pertambangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

(2)

Pemerintah Nomor 79 Tahun 1992 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3510) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3174) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4154 ) ;

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 35/PRT/M/2006 tentang Peningkatan Pemanfaatan Aspal Buton untuk Pemeliharaan dan Pembangunan Jalan ;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Buton Nomor 7 Tahun 2003 tentang Usaha Pertambangan Umum.

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BUTON DAN

BUPATI BUTON

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON TENTANG PENGATURAN PENGOLAHAN, PRODUKSI DAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU DAN EKSPOR ASPAL BUTON

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini , yang dimaksud dengan : 1. Kepala Daerah adalah Bupati Buton ;

2. Aspal Buton yang selanjutnya disebut Asbuton adalah aspal alam yang merupakan bahan tambang galian golongan A (Strategis) yang dimiliki oleh Kabupaten Buton yang dapat digunakan untuk menunjang pembangunan infrastruktur jalan maupun kebutuhan industri lainnya.

3. Bahan Baku (Raw Material) adalah bahan hasil tambang asbuton yang belum melalui proses pengolahan pabrikasi.

4. Pengolahan Asbuton adalah kegiatan pabrikasi yang merubah dari bahan baku (raw material) menjadi beberapa jenis produk.

(3)

5. Pabrikasi adalah proses produksi dengan memanfaatkan full/semiteknologi untuk menghasilkan standar kualitas produk meliputi kegiatan menyeragamkan kadar aspal, spesipikasi butir dan menurunkan kadar air.

6. Perdagangan antarpulau adalah kegiatan pengangkutan dan penjualan asbuton keluar dari Wilayah Kabupaten Buton.

7. Perusahaan produsen adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang berusaha dibidang Pertambangan atau Perdagangan asbuton.

8. Perorangan adalah individu secara pribadi yang berusaha dibidang Pertambangan atau Perdagangan asbuton.

BAB II

PENGATURAN PENGOLAHAN, PRODUKSI DAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU DAN EKSPOR ASBUTON

Pasal 2

Setiap Perusahaan produsen dan atau perorangan yang bermohon untuk memiliki izin eksploitasi serta perdagangan dan melakukan aktifitas perdagangan antar pulau maupun ekspor dari Kabupaten Buton, maka diwajibkan untuk membangun pabrik pengolahan asbuton di Wilayah Kabupaten Buton.

Pasal 3

(1) Setiap Perusahaan produsen dan atau perorangan yang memiliki izin dari Pemerintah Daerah Kabuparen Buton dapat memperdagangkan hasil produksinya untuk kebutuhan dalam negeri melalui perdagangan antar pulau atau kebutuhan ekspor.

(2) Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah melalui proses pabrikasi.

Pasal 4

Setiap Perusahaan produsen dan atau perorangan dilarang melakukan perdagangan asbuton dalam bentuk bahan baku (raw material), untuk keluar dari Kabupaten Buton.

Pasal 5

Bagi perusahaan produsen dan atau perorangan yang telah melakukan kegiatan eksploitasi, perdagangan antar pulau asbuton dimana pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan telah memiliki pabrik pengolahan aspal yang berada diluar Kabupaten Buton (dalam Negeri), maka paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun setelah peraturan daerah ini ditetapkan, sudah harus mendirikan / memindahkan / relokasi pabriknya diwilayah Kabupaten Buton.

Pasal 6

Bagi perusahaan produsen yang telah mendirikan pabrik pengolahan aspal di luar Kabupaten Buton baik dalam negeri maupun kerja sama dengan pihak luar negeri dapat mengantarpulaukan bahan baku aspal alam (raw material) dari Kabupaten Buton hanya untuk kebutuhan pabrik dimaksud setelah mendapat izin dari Pemerintah Kabupaten Buton serta izin lain yang diperlukan sesuai ketentuan perundang-undangan.

BAB III PENGECUALIAN

Pasal 7

Bahan baku (raw material) dari Kabupaten Buton dapat diantarpulaukan dan atau keluar negeri hanya untuk kebutuhan penelitian, uji coba, promosi, contoh, pameran, setelah mendapat izin dari Pemerintah Daerah Kabupaten Buton serta izin lain yang diperlukan sesuai ketentuan perundang-undangan.

(4)

BAB IV S A N K S I

Pasal 8

Setiap perusahaan produsen dan atau perorangan yang melakukan pengolahan aspal Buton yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, 3, 4, dan 5, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Buton dapat mencabut izin kegiatannya.

BAB V PERALIHAN

Pasal 9

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 berlaku terhitung sejak Peraturan Daerah ini ditetapkan.

(2) Segala ketentuan yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai aturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VI PENUTUP

Pasal 10

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Buton

Ditetapkan di P a s a r w a j o pada tanggal 30 November 2007

BUPATI BUTON, Cap/ Ttd

H. LM. SJAFEI KAHAR Diundangkan d i P a s a r w a j o

pada tanggal 6 Desember 2007

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BUTON,

Cap / Ttd

H. L.M. T A S L I M Pembina Utama Muda, IV/c

NIP. 010 124 093

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON TAHUN 2007 NOMOR 43

Disalin sesuai dengan aslinya ; Kasubag. Dokumentasi dan Perpustakaan Setda Kabupaten Buton

WA ODE ISRA, SH NIP. 19650509 199403 1 009

(5)

3. Pengolahan Asbuton adalah kegiatan pabrikasi yang merubah dari bahan baku (raw material) menjadi beberapa jenis produk.

4. Pabrikasi adalah proses produksi dengan memanfaatkan full/semiteknologi untuk menghasilkan standar kualitas produk meliputi kegiatan menyeragamkan kadar aspal, spesipikasi butir dan menurunkan kadar air.

5. Perdagangan antarpulau adalah kegiatan pengangkutan dan penjualan asbuton keluar dari Wilayah Kabupaten Buton.

6. Perusahaan produsen adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang berusaha dibidang Pertambangan atau Perdagangan asbuton.

7. Perorangan adalah individu secara pribadi yang berusaha dibidang Pertambangan atau Perdagangan asbuton.

BAB II

PENGATURAN PENGOLAHAN, PRODUKSI DAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU DAN EKSPOR ASBUTON

Pasal 2

Setiap Perusahaan produsen dan atau perorangan yang bermohon untuk memiliki izin eksploitasi serta perdagangan dan melakukan aktifitas perdagangan antar pulau maupun ekspor dari Kabupaten Buton, maka diwajibkan untuk membangun pabrik pengolahan asbuton di Wilayah Kabupaten Buton.

Pasal 3

(1) Setiap Perusahaan produsen dan atau perorangan yang memiliki izin dari Pemerintah Daerah Kabuparen Buton dapat memperdagangkan hasil produksinya untuk kebutuhan dalam negeri melalui perdagangan antar pulau atau kebutuhan ekspor.

(2) Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah melalui proses pabrikasi.

Pasal 4

Setiap Perusahaan produsen dan atau perorangan dilarang melakukan perdagangan asbuton dalam bentuk bahan baku (raw material), untuk keluar dari Kabupaten Buton.

Pasal 5

(1) Bagi perusahaan produsen dan atau perorangan yang telah melakukan kegiatan eksploitasi, perdagangan antar pulau asbuton dimana pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan telah memiliki pabrik pengolahan aspal yang berada diluar Kabupaten Buton baik dalam negeri atau di luar negeri, maka paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun harus mendirikan/memindahkan/relokasi pabriknya diwilayah Kabupaten Buton.

(2) Apabila Perusahaan Produsen dan atau perorangan setelah lewat jangka waktu 4 (empat) Tahun, belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk kelanjutan kegiatan pengolahaannya, harus mendapat izin khusus dari Kepala Daerah Kabupaten Buton.

Pasal 6

Bagi perusahaan produsen yang telah mendirikan pabrik pengolahan aspal di luar Kabupaten Buton dapat mengantarpulaukan bahan baku aspal alam (raw material) dari Kabupaten Buton hanya untuk kebutuhan pabrik dimaksud.

BAB III PENGECUALIAN

(6)

Bahan baku (raw material) dari Kabupaten Buton dapat diantarpulaukan dan atau keluar negeri hanya untuk kebutuhan penelitian, uji coba, promosi, contoh, pameran, setelah mendapat izin dari Pemerintah Daerah Kabupaten Buton.

Referensi

Dokumen terkait

Kementerian pendidikan mengharuskan anak sekolah melakukan pembelajaran di rumah masing-masing yang dikenal dengan istilah School From Home (SFH). Mulai dari tingat

Agar tidak memiliki satuan, maka diperbaiki (distandarkan) dengan ukuran statistik derajat xy jadi xy juga adalah ukuran derajat hubungan linier antara peubah acak

Permasalahan yang dihadapi pada penelitian sebelumnya adalah menggunakan papan siku sebagai cheesboard kalibrasi, ini menimbulkan permasalahan pemantulan sinar laser menjadi

No.  Tiga Sub kelompok yang mengalami inflasi atau kenaikan indeks terbesar pada bulan ini adalah sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok transportasi dan sub

Dengan kata lain, sukses terbesar lebih mudah diperoleh bagi mereka yang berkonsentrasi pada e- business untuk menciptakan produk atau jasa yang dapat dijual

Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan dan kepercayaan pasien.

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Buton Nomor 21 Tahun 2001 tentang Retribusi Tempat Rekreasi Pariwisata dan Olahraga

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, ditetapkan seluas 28.918 (dua puluh delapan ribu sembilan ratus delapan belas) hektar yang terdapat