• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERIJINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM (ORANG) DALAM TRAYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PERIJINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM (ORANG) DALAM TRAYEK"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Prosedur Perijinan Pengadaan Angkutan Umum (Orang) Dalam Trayek

Menurut Peraturan Daerah Pemerintah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun

2006 (Pasal 1), Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa

angkutan orang dengan mobil bus atau mobil penumpang, yang mempunyai

asal dan tujuan perjalanan tetap , lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak

terjadwal. Dan setiap angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum wajib

memiliki beberapa izin diantaranya (Peraturan Daerah Pemerintah Kota

Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di

Jalan Dengan Kendaraan Umum (Pasal 15) :

a. Izin usaha angkutan b. Izin trayek

c. Izin operasi d. Izin insidentil

(2)

a. Izin Usaha Angkutan

Untuk melakukan usaha angkutan, penyelenggara angkutan wajib

memiliki izin usaha angkutan. Untuk memperoleh izin usaha angkutan

tersebut, penyelenggara angkutan waib memenuhi persyaratan, yaitu :

1) Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

2) memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha, akte pendirian koperasi bagi pemohon yang berbentuk koperasi, tanda jati diri bagi pemohon perorangan;

3) Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; 4) Memiliki surat izin tempat usaha;

5) Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima) kendaraan bermotor;

6) Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan (garasi/pool).

Kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk memberikan surat izin

atas permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan tata cara yang

berlaku (Peraturan Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 17

Tahun 1993 Tentang Izin Usaha Angkutan Umum di Kotamadya Daerah

Tingkat II Surabaya). Surat izin ini berlaku selama penyelenggara

angkutan tersebut masih menjalankan usahanya. Bagi penyelenggara

angkutan yang telah memiliki surat izin usaha angkutan, maka akan

mendapatkan stiker bukti kepemilikan izin usaha angkutan dan harus di

tempelkan pada kendaraan yang akan digunakan sebagai angkutan umum

penumpang dan lokasi penempelan stiker harus mudah dilihat dari luar.

(3)

GAMBAR 1

Sumber : Sumber : Imaniar Rosanti, Bag. Pengendalian dan Operasional Dinas Perhubungan Kota Surabaya

Untuk menyelenggarakan suatu usaha angkutan umum penumpang,

pemohon harus mendapatkan suatu izin usaha angkutan. Langkah awal

pemohon melengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan menurut

peraturan-peraturan yang berlaku. Setelah melengkapi syarat-syarat yang

telah ditentukan, pemohon mengajukannya ke petugas loket, dan akan

melalui pengecekan kelengkapan syarat-syarat. Jika tidak lengkap (T),

maka petugas akan menyuruh pemohon untuk melengkapi syarat-syarat

yang telah diatur menurut peraturan yang berlaku. Dan apabila lengkap

(4)

mendapatkan surat persetujuan, kemudian kembali ke sekretaris, dan

selanjutnya ke kepala bidang angkutan, kepala seksi angkutan darat, serta

dibuatkan konsep surat izin / penolakan, yang kemudian diajukan

kembali ke kepala bidang angkuta, sekretaris, kepala dinas, kemudian

kembali ke sekretaris, dan ke petugas loket. Jika disetujui (Y), maka surat

izin usaha angkutan akan diberikan kepada pemohon. Dan jika tidak

disetujui (T), maka pemohon diharuskan memperbaiki surat permohonan

yang telah diajukan, atau melengkapi syarat-syarat yang kurang.

Untuk setiap pemberian surat izin usaha angkutan, dikenakan

pungutan retribusi. Besarnya retribusi untuk setiap kendaraan umum

ditetapkan sebagai berikut :

1) Untuk usaha dengan truk gandengan, trailer atau kendaraan lain yang sejenis sebesar Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah);

2) Untuk usaha dengan truk tanpa gandengan, light truck atau bus, sebesar Rp. 24.000,00 (dua puluh empat ribu rupiah);

3) Untuk usaha dengan subur ban, oplet, colt, pick up, dan bemo, sebesar Rp. 11.000,00 (sebelas ribu rupiah);

4) Untuk usaha dengan kendaraan hasil produksi tahu 1975 atau sebelumnya dapat diberikan keringanan sebesar 50 % (lima puluh persen) dari ketentuan tarif sebagaimana disebutkan di atas.

b. Izin Trayek

Izin trayek merupakan satu kesatuan dokumen yang terdiri dari

1) Keputusan Izin Trayek;

2) Keputusan pelaksanaan izin trayek;

3) Lampiran keputusan berupa daftar kendaraan; 4) Kartu pengawasan kendaraan.

Untuk memperoleh izin trayek, pemohon menyampaikan

(5)

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin trayek sebagai

berikut ( Pasal 23 Ayat 2 Peraturan Daerah Pemerintah Kota Surabaya

Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan

Dengan Kendaraan Umum) :

1) Memiliki surat izin usaha angkutan ;

2) Menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang izin trayek ;

3) Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan foto copy surat tanda nomor kendaraan bermotor sesuai domisili perusahaan dan foto copy buku uji ;

4) Menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan ;

5) Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan ; 6) Surat keterangan kondisi usaha, seperti permodalan dan sumber daya

manusia ;

7) Surat keterangan komitmen usaha, seperti jenis pelayanan yang akan dilaksanakan dan standar pelayanan yang diterapkan.

Penyelenggara angkutan yang telah memperoleh izin trayek

diwajibkan untuk (Pasal 24 Peraturan Daerah Pemerintah Kota Surabaya

Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan

Dengan Kendaraan Umum) :

1) Melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan ; 2) Melaporkan apabila terjadi perubahan domisili perusahaan; 3) Melaporkan kegiatan operasional angkutan setiap bulan ; 4) Melunasi iuran wajib asuransi pertanggungan kecelakaan; 5) Mengembalikan dokumen izin trayek setelah terjadi perubahan ; 6) Mengoperasikan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan

laik jalan;

7) Mengoperasikan kendaraan dilengkapi dokumen perjalanan yang sah yang terdiri dari kartu pengawasan, surat tanda nomor kendaraan, buku uji dan tanda uji kendaraan bermotor;

8) Mengangkut penumpang sesuai kapasitas yang ditetapkan; 9) Mengoperasikan kendaraan sesuai izin trayek yang dimiliki;

(6)

10) Mengutamakan keselamatan dalam mengoperasikan kendaraan sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa; 11) Mengoperasikan kendaraan cadangan yang harus dilengkapi dengan

kartu pengawasan kendaraan yang digantikan ;

12) Mengoperasikan kendaraan dengan identitas sesuai dengan ketentuan ;

13) Mematuhi jadwal waktu perjalanan dan terminal singgah sesuai ketentuan yang tercantum dalam kartu pengawasan ;

14) Mematuhi waktu kerja dan waktu istirahat pengemudi ;

15) Mempekerjakan pengemudi yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan merupakan pengemudi perusahaan yang bersangkutan ;

16) Menyelenggarakan peningkatan kemampuan dan keterampilan pengemudi secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali oleh perusahaan ;

17) Melayani trayek sesuai izin trayek yang diberikan ;

18) Menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang telah ditentukan;

19) Mematuhi ketentuan tarif;

20) Mematuhi ketentuan pelayanan angkutan.

Sedangkan untuk struktur dan besarnya tarif retribusi izin trayek

angkutan umum penumpang, sebagai berikut :

1) Bus besar sebesar Rp. 120.000,- (seratus dua puluh ribu rupiah) setiap tahun setiap kendaraan;

2) Bus sedang sebesar Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) setiap tahun setiap kendaraan;

3) Bus kecil sebesar Rp.48.000,- (empat puluh delapan ribu rupiah) setiap tahun setiap kendaraan;

Berikut ini merupakan skema prosedur permohonan izin trayek di

(7)

START PEMOHON PETUGAS LOKET KEPALA DINAS KEPALA SUB DINAS ANGKUTAN DARAT KEPALA SEKSI ANGKUTAN ORANG KEPALA SUB DINAS ANGKUTAN DARAT KEPALA DINAS KEPALA SUB DINAS ANGKUTAN DARAT PEMOHON PETUGAS LOKET GAMBAR 2

Sumber : Riza , Bagian Angkutan Dinas Perhubungan Kota Surabaya

Pertama, pemohon mengajukan permohonan izin dengan mengisi

formulir yang telah disediakan dengan dilampiri :

1) Fotocopy KTP yang masih berlaku; 2) Fotocopy STNK yang masih berlaku;

3) Fotocopy Izin Usaha (Kartu Pengawasan Izin Usaha); 4) Fotocopy Tanda Uji Kendaraan.

Kepala Bagian Tata Usaha menerima dan mencatat berkas permohonan

dan menyampaikan kepada Kepala Dinas (kegiatan tersebut diselesaikan

dalam waktu 1 hari). Kepala Dinas meneliti permohonan, memberi

disposisi untuk diproses dan menyampaikan berkas tersebut kepada

Kepala Sub Dinas Angkutan Darat (kegiatan tersebut diselesaikan dalam

waktu 1 hari). Setelah Kepala Sub Dinas Angkutan Darat menerima

L

T

(8)

berkas permohonan dari Kepala Dinas segera meneliti dan memberi

disposisi kepada Kepala Seksi Angkutan Orang untuk diproses (kegiatan

tersebut diselesaikan dalam waktu 2 hari). Setelah Kepala Seksi

Angkutan Orang menerima berkas permohonan dari Kepala Sub Dinas

Angkutan Darat segera :

1) Mengadakan penelitian ke lokasi sebagai dasar persetujuan / penolakan pemberian izin;

2) Meneliti dan memproses konsep surat izin;

3) Menyampaikan konsep surat izin kepada Kepala Sub Dinas Angkutan Darat (kegiatan tersebut diselesaikan dalam waktu 7 hari.

Kepala Sub Dinas Angkutan Darat menerima konsep surat izin dari

Kepala Seksi Angkutan Orang untuk diteliti dan diteruskan kepada

Kepala Dinas (kegiatan tersebut diselesaikan dalam waktu 2 hari).

Setelah Kepala Dinas menerima berkas konsep surat izin dari Kepala Sub

Dinas Angkutan Darat untuk ditanda tangani dan dikirim kembali kepada

Kepala Sub Dinas Angkutan Darat (kegiatan tersebut diselesaikan dalam

waktu 1 hari). Setelah Kepala Sub Dinas Angkutan Darat menerima

berkas surat izin dari Kepala Dinas melakukan kegiatan :

1) Mencatat, memberi nomor agenda, menyimpan arsip, dan memberi stempel dinas;

2) Menerima dan membayar retribusi ke Bendaharawan Khusus Penerima;

3) Menyerahkan surat izin kepada pemohon (kegiatan tersebut diselesaikan dalam waktu 1 hari).

Sedangkan untuk prosedur pemrosesan Kartu Pengawasan Izin

(9)

START PEMOHON PETUGAS LOKET KEPALA DINAS KEPALA SUB DINAS ANGKUTAN DARAT KEPALA SEKSI ANGKUTAN ORANG KEPALA SUB DINAS ANGKUTAN DARAT KEPALA DINAS KEPALA SUB DINAS ANGKUTA PEMOHON PETUGAS LOKET GAMBAR 3

Sumber : Riza , Bagian Angkutan Dinas Perhubungan Kota Surabaya

Pemohon mengambil dan mengisi formulir surat permohonan yang

telah disediakan dengan dilampiri :

1) Fotocopy KTP yang masih berlaku; 2) Fotocopy STNK yang masih berlaku;

3) Fotocopy Izin Usaha (Kartu Pengawasan Izin Usaha); 4) Fotocopy izin trayek / izin operasi sebelumnya; 5) Fotocopy Surat Tanda Uji Kendaraan.

Kepala Sub Dinas Angkutan Darat :

1) Menerima dan mencatat berkas permohonan;

2) Meneliti kelengkapan berkas dan memproses Kartu Pengawasan; 3) Menyampaikan berkas kepada Kepala Seksi Angkutan Orang;

4) Menerima dan membayar uang retribusi ke Bendahara Khusus Penerima.

Kepala Seksi Angkutan Orang :

1) Menerima berkas dari Kepala Sub Dinas Angkutan Darat; 2) Meneliti dan memberi persetujuan untuk diproses;

L

T

(10)

START PEMOHON KEPALA BAGIAN TATA USAHA KEPALA DINAS KEPALA SUB DINAS ANGKUTAN DARAT KEPALA SEKSI ANGKUTAN ORANG KEPALA SUB DINAS ANGKUTAN DARAT KEPALA DINAS PEMOHON KEPALA SUB DINAS ANGKUTAN DARAT

3) Mengembalikan berkas yang tidak disetujui kepada Kepala Sub Dinas Angkutan Darat;

4) Meneruskan berkas yang telah disetujui kepada Kepala Sub Dinas Angkutan Darat.

Kepala Sub Dinas Angkutan Darat :

1) Menerima konsep Kartu Pengawasan dari Kepala Seksi Angkutan Orang;

2) Menandatangani Kartu Pengawasan;

3) Mencatat dan memberi nomor agenda, menyimpan dan memberi stempel dinas.

4) Menyerahkan Kartu pengawasan kepada pemohon.

Apabila izin trayek masanya telah habis (berlaku untuk jangka

waktu 5 tahun), maka harus diperpanjang lagi selama masih beroperasi.

Berikut ini adalah skema prosedur perpanjangan izin trayek di Dinas

Perhubungan Surabaya :

GAMBAR 4

Sumber : Riza , Bagian Angkutan Dinas Perhubungan Kota Surabaya

L

T

(11)

Pemohon mengambil dan mengisi formulir surat permohonan yang

telah disediakan dengan dilampiri :

1) Fotocopy KTP yang masih berlaku; 2) Fotocopy STNK yang masih berlaku;

3) Fotocopy surat izin usaha (Kartu Pengawasan Izin Usaha); 4) Fotocopy izin trayek / izin operasi sebelumnya.

Kepala Bagian Tata Usaha menerima berkas permohonan dan

menyampaikan berkas kepada Kepala Dinas (kegiatan tersebut

diselesaikan dalam waktu 1 hari). Kepala Dinas menerima dan meneliti

berkas permohonan serta mendisposisi kepada Kepala Sub Dinas

Angkutan Darat untuk diproses. Kepala Sub Dinas Angkutan Darat :

1) Menerima berkas permohonan yang telah didisposisi oleh Kepala Dinas;

2) Meneliti dan memberi disposisi kepada Kepala Seksi Angkutan Orang untuk diproses (kegiatan tersebut diselesaikan dalam waktu 2 hari).

Kepala Seksi Angkutan Orang :

1) Menerima berkas permohonan yang telah didisposisi oleh Kepala Sub Dinas Angkutan Darat;

2) Meneliti dan memproses konsep surat izin;

3) Memberi paraf dan menyampaikan konsep surat izin kepada Kepala Sub Dinas Angkutan Darat (kegiatan tersebut diselesaikan dalam waktu 2 hari).

Setelah Kepala Sub Dinas Angkutan Darat menerima konsep surat izin

dari Kepala Seksi Angkutan Orang, segera memberikan paraf dan

menyampaikan konsep surat izin tersebut kepada Kepala Dinas (kegiatan

tersebut diselesaikan dalam waktu 2 hari). Setelah Kepala dinas

menerima berkas konsep surat izin dari Kepala Sub Dinas Angkutan

(12)

kepada Kepala Sub Dinas Angkutan Darat. Setelah Kepala Sub Dinas

Angkutan Darat menerima berkas surat izin dari Kepala Dinas segera :

1) Mencatat, memberi nomor agenda, menyimpan arsip, dan memberi stempel dinas;

2) Menerima dan membayar retribusi ke Bendaharawan Khusus Penerima;

3) Menyerahkan surat izin ke pemohon.

c. Izin Operasi

Untuk melakukan kegiatan angkutan tidak dalam trayek,

penyelenggara angkutan wajib memiliki izin operasi. Izin operasi

merupakan satu kesatuan dokumen yang terdiri dari (Pasal 25 Ayat 2

Peraturan Daerah Pemerintah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006

Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan

Umum) :

1) Keputusan Izin Operasi.

2) Keputusan pelaksanaan izin operasi.

3) Lampiran keputusan berupa daftar kendaraan. 4) Kartu pengawasan kendaraan.

Untuk memperoleh izin operasi, pemohon menyampaikan

permohonan secara tertulis kepada Kepala Daerah melalui Kepala Dinas.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi pemohon untuk

memperoleh izin operasi meliputi (Pasal 26 Ayat 2 Peraturan Daerah

Pemerintah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum) :

1) Memiliki izin usaha angkutan ;

2) Menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang izin operasi;

(13)

3) Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan fotocopy surat tanda nomor kendaraan bermotor sesuai domisili perusahaan dan fotocopy buku uji ;

4) Menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan ;

5) Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan; 6) Surat keterangan kondisi usaha, seperti permodalan dan sumber daya

manusia ;

7) Surat keterangan komitmen usaha, seperti jenis pelayanan yang akan dilaksanakan dan standar pelayanan yang diterapkan.

Izin operasi diberikan oleh Kepala Daerah. Namun Kepala Daerah

dapat melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Kepala Dinas.

Izin operasi berlaku dalam jangka 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Penyelenggara angkutan yang telah memperoleh izin operasi diwajibkan

untuk (Pasal 27 Peraturan Daerah Pemerintah Kota Surabaya Nomor 7

Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan

Kendaraan Umum) :

1) Melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan ; 2) Melaporkan apabila terjadi perubahan domisili perusahaan ; 3) Melaporkan kegiatan operasional angkutan setiap bulan ; 4) Melunasi iuran wajib asuransi angkutan setiap bulan ;

5) Mengembalikan dokumen izin operasi setelah terjadi perubahan; 6) Mengoperasikan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan

laik jalan ;

7) Mengoperasikan kendaraan dilengkapi dokumen perjalanan yang sah yang terdiri dari kartu pengawasan, surat tanda nomor kendaraan, buku uji dan tanda uji kendaraan bermotor ;

8) Mengangkut penumpang sesuai kapasitas yang ditentukan ; 9) Mengoperasikan kendaraan sesuai izin operasi yang dimiliki ; 10) Mengutamakan keselamatan dalam mengoperasikan kendaraan

sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa; 11) Mengoperasikan kendaraan dengan identitas sesuai dengan

ketentuan ;

(14)

13) Mempekerjakan pengemudi yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan merupakan pengemudi perusahaan yang bersangkutan ;

14) Menyelenggarakan peningkatan kemampuan dan ketrampilan pengemudi secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali oleh perusahaan ;

15) Beroperasi pada wilayah operasi sesuai dengan izin yang diberikan; 16) Menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang telah

ditentukan ;

17) Mematuhi ketentuan tarif;

18) Mematuhi ketentuan pelayanan angkutan.

Untuk retribusi izin operasi sebesar Rp. 90.000,- (sembilan puluh

ribu rupiah) setiap tahun setiap kendaraan. Sedangkan untuk prosedur

permohonan dan perpanjangan izin operasi di Dinas Perhubungan, sama

seperti prosedur izin trayek. Izin Operasi berlaku dalam jangka 5 (lima)

tahun dan dapat diperpanjang.

d. Izin Insidentil

Pemegang izin trayek atau izin operasi yang melakukan kegiatan,

menyimpang dari izin trayek atau izin operasi yang dimiliki, wajib

memiliki izin insidentil (Pasal 28 Peraturan Daerah Pemerintah Kota

Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan

Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum). Izin insidentil hanya

diberikan untuk kepentingan :

1) Menambah kekurangan angkutan pada waktu keadaan tertentu, seperti angkutan pada hari-hari besar keagamaan, angkutan haji, angkutan liburan sekolah dan angkutan transmigrasi;

2) Keadaan darurat tertentu, seperti bencana alam dan lain-lain.

Kepala Daerah berwenang menerbitkan izin insidentil yang

dimohon oleh pengusaha angkutan umum dan dapat melimpahkan

(15)

memperoleh izin insidentil, pemohon harus mengajukan surat

permohonan kepada Kepala Daerah. Dalam mengajukan permohonan,

pemohon wajib melampirkan Foto copy izin trayek/izin operasi, foto

copy STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), dan foto copy STUK

(Surat Tanda Uji Kendaraan). Masa berlaku izin insidentil paling lama 14

(empat belas) hari dan tidak dapat diperpanjang.

2.2 Jenis Pelanggaran / Penyalahgunaan Perijinan Penyelenggaraan

Angkutan Orang Dalam Trayek

Pelanggaran terhadap perijinan pengadaan angkutan orang dalam trayek

merupakan hal yang selalu terjadi di beberapa tempat-tempat umum (terutama

daerah terminal angkutan umum penumpang). Beberapa bentuk-bentuk

pelanggaran yang pernah terjadi dan terjaring dalam operasi gabungan yang

dilakukan oleh pihak Dinas Perhubungan Kota Surabaya, UPTD Terminal

Purabaya, dan instansi terkait (lokasi operasi di Terminal Purabaya), sebagai

berikut :

a. Kendaraan angkutan umum penumpang tanpa trayek. b. Masa izin trayek angkutan umum penumpang telah habis.

c. Kendaraan angkutan umum penumpang tanpa STUK (Surat Tanda Uji kendaraan) atau masanya telah habis.

d. Kurang layaknya kendaraan yang dipergunakan untuk angkutan umum penumpang (Kaca depan pecah, rem aus, ban sudah halus, dll.).

e. Kendaraan angkutan umum penumpang yang belum memiliki KPS (Kartu Pengawasan Izin Trayek) akan tetapi sudah beroperasi.

f. Penipuan tarif angkutan umum penumpang (penumpang yang semula menawarkan tarif biasa dan ternyata ditarik tarif patas).

Pelanggaran-pelanggaran di atas seharusnya jangan sampai terjadi,

karena secara langsung maupun tidak langsung dapat merugikan bahkan

(16)

selaku Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya mengatakan bahwa operasi

lapangan yang dilakukan oleh tim gabungan merupakan langkah antisipasi

terhadap hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan, dan berharap,

pelanggaran yang terjadi di wilayah terminal terus mengalami penurunan,

sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi seluruh

pengguna jasa transportasi. Dan hal ini secara tidak langsung dapat

mengurangi angka kecelakaan transportasi yang terjadi selama ini. Selain itu

juga mengurangi tindak kriminal yang dilakukan oleh oknum-oknum yang

tidak bertanggung jawab baik calo tiket, penipuan tarif angkutan, maupun

(17)

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DALAM

TRAYEK

3.1 Bentuk Pelanggaran dan Aturan Hukum Tentang Perijinan Penyelenggaraan Angkutan Umum (Orang) Dalam Trayek

Dalam upaya menciptakan kondisi yang aman dan nyaman bagi para

pengguna jasa transportasi darat khususnya angkutan umum penumpang, dan

mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pada armada

angkutan umum, maka pemerintah menetapkan beberapa peraturan baik

perundang-undangan, peraturan pemerintah, maupun peraturan daerah yang

mengatur tentang perijinan penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek,

diantaranya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang

Angkutan Jalan, Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006

Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Angkutan Umum,

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 1993 Tentang Izin Usaha

Angkutan Umum di Kota Surabaya, dan Peraturan Daerah Kota Surabaya

Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Tarif Angkutan Penumpang Umum

(Mikrolet) Dan Tarif Angkutan Taksi Argometer Dalam Wilayah Kota

(18)

Berikut ini merupakan data statistik yang diperoleh dari hasil operasi

lapangan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya di Terminal

Purabaya pada tahun 2011, diantaranya sebagai berikut :

NO. TANGGAL OPERASI

JUMLAH KENDARAAN YANG

DIPERIKSA

JENIS KENDARAAN JENIS PELANGGARAN JUMLAH PELANGGARAN

1 25/05/2011 25 BUS TIDAK ADA IJIN TRAYEK 2

2 26/05/2011 20 BUS TIDAK ADA IJIN TRAYEK 2

28 MPU TIDAK ADA IJIN TRAYEK 4

23 MIKROLET IJIN TRAYEK MATI 1

3 20/07/2011 25 BUS TIDAK ADA IJIN TRAYEK 1

IJIN TRAYEK MATI 3

30 MPU TIDAK ADA IJIN TRAYEK 4

IJIN TRAYEK MATI 5

15 MIKROLET TIDAK ADA IJIN TRAYEK 1

4 21/07/2011 20 BUS TIDAK ADA IJIN TRAYEK 1

IJIN TRAYEK MATI 7

20 MPU TIDAK ADA IJIN TRAYEK 1

IJIN TRAYEK MATI 6

21 MIKROLET TIDAK ADA IJIN TRAYEK 2

IJIN TRAYEK MATI 3

5 09/11/2011 25 BUS TIDAK ADA IJIN TRAYEK 1

IJIN TRAYEK MATI 7

25 MPU TIDAK ADA IJIN TRAYEK 1

IJIN TRAYEK MATI 6

25 MIKROLET TIDAK ADA IJIN TRAYEK 2

IJIN TRAYEK MATI 3

6 10/11/2011 15 BUS TIDAK ADA IJIN TRAYEK 1

IJIN TRAYEK MATI 7

25 MPU TIDAK ADA IJIN TRAYEK 1

IJIN TRAYEK MATI 6

23 MIKROLET TIDAK ADA IJIN TRAYEK 2

IJIN TRAYEK MATI 3

(19)

Angkutan umum penumpang yang terjaring dan terbukti melanggar,

langsung di data ( identitas sopir, nama perusahaan angkutannya) oleh aparat

dari Dinas Perhubungan yang bekerja sama dengan pihak aparat kepolisian

dari Polsek Waru. Setelah di data, perusahaan angkutan umum terkait yang

terbukti melanggar akan diberikan peringatan untuk segera melengkapi

terlebih dahulu syarat-syarat yang harus dimiliki oleh perusahaan umum

penumpang yang telah diatur dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta peraturan-peraturan yang

terkait. Apabila dalam waktu yang telah ditentukan oleh pihak Dinas

Perhubungan perusahaan angkutan umum penumpang tersebut masih belum

memiliki syarat-syarat yang harus dilengkapi dan armada (angkutan umum)

milik perusahaan angkutan tersebut kembali beroperasi, maka Dinas

Perhubungan secara tegas akan menyita dan menahan kendaraan yang

digunakan sebagai angkutan umum penumpang hingga kelengkapan surat

izinnya sudah dilengkapi. Walaupun angkutan tersebut terjaring saat

penumpang sudah naik ke dalam kendaraan, pihak Dinas Perhubungan akan

menurunkan seluruh penumpang dan menyuruh sopir untuk kembali ke garasi

perusahaan angkutannya.

Berikut ini merupakan beberapa pelanggaran yang sering terjadi pada

angkutan umum penumpang :

a. SIM (Surat Izin Mengemudi) sudah habis.

b. Tidak ada izin usaha angkutan.

(20)

d. Kondisi kendaraan yang kurang laik jalan (kaca retak atau pecah, ban

sudah habis tetapi masih dipakai, rem yang blong, dll.).

e. Pelanggaran tarif penumpang.

f. Angkutan umum penumpang yang termasuk trayek tetap dan tetratur yang

digunakan untuk keperluan khusus (wisata, mengantar rombongan

pernikahan, dll.), tidak memiliki izin insidentil.

Hal seperti ini pernah terjadi pada salah satu bus antar kota antar

propinsi milik PO. X (nama perusahaan dirahasiakan). Ketika saya

mewawancarai sopir yang busnya terjaring operasi, beliau mengatakan

memang terdapat sedikit kurang layak pada kendaraan yang ia kendarai untuk

angkutan. Salah satunya pada ban belakang yang sudah aus / habis akan tetapi

masih dipakai. Selain itu, bus juga tidak dilengkapi dengan beberapa

perlengkapan misalnya pemecah kaca, pemadam kebakaran, dan P3K

(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Beberapa perlengkapan tersebut

seharusnya wajib dilengkapi pada angkutan umum penumpang salah satunya

bus antar kota. Karena apabila pada suatu saat terjadi hal yang tidak

diinginkan dapat langsung diatasi dengan cepat. Sopir tersebut akhirnya

hanya mendapat peringatan, yaitu seluruh penumpang yang sudah terlanjur di

angkut, terpaksa diturunkan kembali dan sopir tersebut langsung membawa

busnya keluar dari terminal serta tidak dapat beroperasi hingga apa yang telah

dilanggar sudah dilengkapi.

Hal tersebut juga terjadi pada bus milik PO. Sabar Indah. Bus tersebut

(21)

untuk angkutan umum tersebut tidak laik jalan, mulai dari dari ban yang

sudah habis, rem yang habis, dan gas emisi pada pembuangan mesin

kendaraan tersebut sangat buruk. Hal ini sangat menjadi perhatian dari Dinas

Perhubungan, karena apabila kondisi kendaraan yang digunakan untuk

angkutan umum tidak laik jalan, hal tersebut dapat membuat penumpang

tidak nyaman bahkan dapat membahayakan penumpang. dengan melihat dan

mengecek kondisi bus tersebut, Dinas Perhubungan yang bekerja sama

dengan aparat kepolisian langsung segera memberi peringatan dan memberi

tilang kepada sopir dan perusahaan angkutan yang bersangkutan.

Selain kejadian-kejadian di atas, masih banyak lagi contoh-contoh

pelanggaran yang dilakukan oleh angkutan umum penumpang yang sering

terjadi akhir-akhir ini. Apalagi pada masa-masa liburan atau hari besar, para

angkutan umum akan berebut penumpang untuk menambah pendapatannya

demi tercapainya target yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan

angkutannya. Bahkan sopir tetap mengangkut penumpang walaupun kapasitas

kendaraannya sudah penuh. Hal ini memang sangat menguntungkan bagi para

sopir, namun sangat berbahaya bagi keselamatan penumpang. Demi menjaga

keamanan dan kenyamanan para pengguna angkutan umum, pihak Dinas

Perhubungan juga menjaga pada daerah pintu keluar dari terminal Purabaya

untuk mengontrol kapasitas penumpang pada angkutan umum (khususnya

bus). Apabila terdapat bus yang melanggar kapasitas penumpang, petugas

dari Dinas Perhubungan berhak dan langsung untuk menyuruh para

(22)

tersebut. Selain itu juga terjaringnya beberapa angkutan yang terbukti belum

memiliki surat izin trayek dan izin operasi. Pihak Dinas Perhubungan dengan

tegas langsung menahan sementara kendaraaan tersebut hingga pemilik

perusahaan angkutan tersebut memiliki surat izin trayek dan izin operasi.

Menurut kepala Dinas Perhubungan Bapak Eddy, tindakan-tindakan

yang dilakukan para awak angkutan umum tersebut tidak hanya

membahayakan diri mereka sendiri, akan tetapi juga sangat mengancam jiwa

para penumpang. maka dari itu Dinas Perhubungan yang bekerja sama

dengan aparat kepolisian akan menindak tegas bagi para pelanggar

aturan-aturan yang diperuntukkan bagi angkutan umum. Hal ini ditujukan demi

menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan para pengguna angkutan

umum penumpang dan dapat selamat sampai pada tujuan11.

3.2 Sanksi-sanksi Bagi Pelaku Pelanggaran / Penyalahgunaan Perijinan Penyelenggaraan Angkutan Umum Dalam Trayek

Menurut Soeroso, Sanksi adalah suatu tindakan hukum yang dijatuhkan

kepada siapa saja yang melakukan tindakan melanggar aturan-aturan hukum12.

Dengan adanya sanksi, maka akan menimbulkan efek jera terhadap pelaku

yang melakukan pelanggaran terhadap aturan hukum yang dilanggarnya.

Begitu pula dengan masalah angkutan jalan (angkutan orang), yang

mempunyai aturan-aturan hukum yang diantaranya diatur dalam

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

11

Hasil wawancara oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Bapak Eddy A. Md LLAJ, S.Sos, MM.

12

(23)

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Umum,

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, dan

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 1993 Tentang Izin Usaha

Angkutan Umum di Kota Surabaya.

Dalam sidak lapangan, Dinas Perhubungan tidak akan turun sendiri ke

lapangan, akan tetapi dengan bantuan aparat kepolisian dari Polsek setempat.

Peran dari instansi kepolisian tersebut yaitu ikut serta dalam penertiban

angkutan-angkutan yang terbukti melakukan pelanggaran. Selain itu aparat

kepolisian juga mengecek kelengkapan surat-surat lainnya misalnya SIM

(Surat Izin Mengemudi) dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan). Dalam

menertibkan pelanggaran-pelanggaran tersebut, pemerintah telah menetapkan

sanksi baik administratif maupun sanksi pidana yang akan dijatuhkan kepada

siapa saja yang melanggarnya. Sanksi-sanksi tersebut diantaranya :

a. Sanksi Administratif

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang

bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua

persen) dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang

bayar setiap bulan sejak tanggal ditetapkan dan ditagih dengan

menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah.

Kepala Daerah berwenang memberikan peringatan, menunda

(24)

trayek dan/atau izin operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum,

apabila ( Pasal 46 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006

Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan

Umum) :

a) pemegang izin usaha angkutan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum;

b) pemegang izin trayek melanggar ketentuan sebagaimana dalam Pasal 24 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum;

c) pemegang izin operasi melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum.

Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana

dimaksudkan di atas kepada Kepala Dinas. Sedangkan untuk kartu

pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan/atau Pasal 23

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum

(kartu pengawas kendaraan pada izin trayek), dinyatakan gugur apabila

pemegang kartu pengawasan tidak mengajukan permohonan

perpanjangan kartu pengawasan selama 2 (dua) kali masa berlaku secara

berturut-turut. Dalam hal kartu pengawasan dinyatakan gugur,

penyelenggara angkutan dapat diberikan perpanjangan, sepanjang trayek

(25)

Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan

Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum). Dan apabila pada saat

operasi yang diadakan oleh instansi terkait di lapangan menemukan

pelanggaran-pelanggaran misalnya kendaraan yang kurang layak (Kaca

depan pecah, rem aus, ban sudah halus, dll.), belum memiliki izin trayek,

penipuan tarif angkutan umum penumpang, kendaraan angkutan umum

penumpang tanpa STUK (Surat Tanda Uji kendaraan) atau masanya telah

habis, dan lain-lain, maka instansi yang terkait akan melakukan :

a) Pengosongan armada/kendaraan angkutan umum dan diberikan peringatan untuk memperbaiki kendaraan tersebut;

b) Peringatan tertulis dari instansi terkait yang akan diberikan kepada pemilik angkutan umum penumpang tersebut.

c) Penyitaan kendaraan yang dipergunakan sebagai angkutan umum dan/atau surat-surat terkait;

d) Pencabutan perizinan penyelenggaraan usaha angkutan dalam trayek (izin usaha angkutan, izin trayek, izin operasional, dan izin insidentil).

b. Sanksi Pidana

1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 302 :

“Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor umum angkutan orang yang tidak berhenti selain di tempat yang telah ditentukan, mengetem, menurunkan penumpang selain di tempat pemberhentian, atau melewati jaringan jalan selain yang ditentukan dalam izin trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)”.

Pasal 304 :

“Setiap orang yang mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang menaikkan atau menurunkan penumpang lain di sepanjang perjalanan atau menggunakan kendaraan angkutan tidak sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 153 ayat (1) dipidana

(26)

dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)”.

Pasal 308 :

“Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor umum yang:

a) tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a; b) tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak

dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b;

c) tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan barang khusus dan alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c; atau

d) menyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173”.

2. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum

Pasal 50 :

1) “Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), Pasal 22 ayat (1), Pasal 25 ayat (1), Pasal 28 ayat (1) atau Pasal 29 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

2) Dikecualikan dari ketentuan tersebut pada ayat (1) apabila kendaraan umum yang digunakan untuk angkutan orang di jalan memenuhi Ketentuan Peralihan dalam Peraturan Daerah ini. 3) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga

merugikan keuangan Daerah dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang.

4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) adalah pelanggaran”.

3. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 1993 Tentang Izin Usaha Angkutan

Pasal 11 :

1) Pelanggaran atas ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) peraturan daerah ini, diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah);

2) Tindak pidana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah tindak pidana pelanggaran”.

(27)

4.1 Kesimpulan

1) Munculnya pelanggaran perizinan penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek tidak lepas dari kondisi sosial ekonomi yang ada dimasyarakat kita,

dimana setelah adanya krisis ekonomi yang melanda negara kita, kondisi

ekonomi dan sosial masyarakat kita menjadi kian merosot dan tidak teratur.

Kondisi inilah yang menjadi landasan kuat dari para oknum yang tidak

bertanggung jawab untuk melakukan pelanggaran pada angkutan orang

dalam trayek. Apalagi terdapat peran serta dari oknum-oknum

instansi/pejabat negara yang bekerja sama dengan para pelanggar, agar

pejabat tersebut mendapatkan uang bagian dari pelaku. Selain itu terdapat

sistem target pada hasil setoran pada beberapa perusahaan angkutan umum,

yang dapat mengakibatkan penyerobotan penumpang antar angkutan

umum.

2) Oleh karena itu, penegakkan hukum harus menjadi tumpuan utama dalam

melakukan pemberantasan kasus pelanggaran terhadap perizinan

penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek. Penegakan hukum ini

merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadi hukum, baik dalam arti

hukum yang sempit maupun dalam arti materiil yang luas, sebagai pedoman

perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum yang

bersangkutan maupun oleh para aparatur penegak hukum yang resmi diberi

(28)

norma – norma hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.

4.2 Saran

Dengan melihat hasil dari penelitian di atas, maka saran dari peneliti yang

perlu disampaikan sehubungan permasalahan di atas adalah sebagai berikut :

1) Seharusnya pihak dari Dinas Perhubungan, Polri, dan instansi-instansi terkait

mengoptimalkan kinerjanya terhadap pelaku utama yang memotori

pelanggaran atas perizinan penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek

tersebut, hingga dapat diberantas dari akarnya. Selain itu, juga diberantas

oknum-oknum pemerintah yang bekerja sama (menerima suap) dengan pihak

angkutan.

2) Aparat penegak Hukum dalam melakukan operasi penegakan hukum yang

terjadi di lapangan, dilakukan secara kontinyu atau secara terus- menerus

(29)

Buku Panduan

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga; Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998.

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1991.

Hobbs, F.D., Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta, 1995.

Ibrahim Jhonny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, PT. Bayu Media Publishing, Malang, 2010.

M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta PT Raja Grasindo Persada, Jakarta, 2007.

Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto, Perundang-undangan dan

Yurisprudensi, Penerbit Alumni Bandung, Bandung, 1979.

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan

Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara, USU Press, Medan, 2006.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan ketiga, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1986.

Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ITB Bandung, Bandung, 2004.

Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Undang-undang Nomor 22 Tahun1999 Tentang Peraturan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 1993 Tentang Izin Usaha Angkutan Umum di Kota Surabaya.

(30)

Hasil Wawancara Dengan Bapak Eddi, Selaku Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan analisis data kuantitatif yang peneliti maksud di dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kapasitas kognitif, afektif, dan psikomotorik mahasiswa S1

Sejauh mana efektifitas sanksi ekonomi dan diplomatic negara-negara Barat atas Rusia belum bisa dipastikan, namun Barat semakin menghadapi dilema karena harus melakukan

Pembimbing penulisan skripsi ini Saudara Mansyur, NIM: 40400112155, mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, setelah

Peradangan (pembengkakan) atau iritasi yang terjadi pada jaringan ikat yang berada pada sekitar persendian. Penyakit ini akibat posisi bahu yang janggal seperti mengangkat bahu

Berdasarkan hasil penelitian tentang pematangan buah pisang dengan menggunakan karbit (calcium carbida) di Pasar Punggur Kabupaten Lampung Tengah tinjauan etika

Bagi pelajar berdaftar KUIS, penyata kewangan yang dikeluarkan oleh Bahagian Pengurusan Hasil dan Kewangan Pelajar (BPHKP) adalah dokumen muktamat berkaitan jumlah

Kadar lemak gelatin hasil ekstraksi kulit segar ikan lele lebih tinggi (p<0,05) daripada gelatin kulit keringnya, hal ini karena pengaruh pengeringan kulit

Pada subbab ini akan dijelaskan proses penyusunan HR strategies. Proses penyusunan HR strategies ini berawal dari pengidentifikasian misi atau strategi dari unit HR