Modul ke:
Fakultas
Program Studi
KEWARGANEGARAAN
PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA
Nurohma, S.IP, M.Si
FASILKOM
Teknik Informatika
Pendahuluan
Abstract :
•
Memahami
Pancasila dan Implementasinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
•
.
Kompetensi :
•
Mahasiswa mampu menjelaskan menjelaskan kedudukan dan
fungsi Pancasila, tokoh perumus Pancasila, pengertian
Pancasila sebagai pandangan hidup, ideologi/dasar negara,
dan sumber hukum dasar NKRI, dan mampu menguraikan
sistematika Pancasila secara tepat, serta mampu
mengimplementasikan Pancasila dalam dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendahuluan
Setiap negara yang hidup di dunia ini, dapat dikatakan memiliki dasar
nilai dan ideologi yang digunakan sebagai alasan mengapa bangsa dan
negara itu dibentuk sekaligus menjadi standar acuan/patokan hendak
dibawa kemana negara itu selanjutnya. Demikian halnya dengan
negara Indonesia dibentuk yang ketika itu Republik Indonesia
diproklamasikan,
dunia
dicekam
oleh
pertentangan
ideologi
kapitalisme dengan ideologi komunisme.
Namun para pendiri negara Republik Indonesia mampu melepaskan
diri dari tarikan-tarikan dua kutub ideologi dunia tersebut, dengan
merumuskan pandangan dasar (philosophische grondslag) pada
sebuah konsep filosofis yang bernama Pancasila. Nilai-nilai yang
terkandung pada Pancasila bahkan bisa berperan sebagai penjaga
keseimbangan (margin of appreciation) antara dua ideologi dunia yang
bertentangan, karena dalam ideologi Pancasila hak-hak individu dan
masyarakat diakui secara proporsional.
Kedudukan dan Fungsi
Pancasila
KEWARGANEGARAAN
Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Ada tiga hal pokok kedudukan& Fungsi Pancasila dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia :
¾ Pancasila sebagai pandangan hidup
¾ Pancasila sebagai ideologi / dasar negara (konstitusi)
¾ Pancasila sebagai sumber hukum dasar (sumber
segala sumber hukum) NKRI
Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Sebab Pancasila lahir dari Perjalanan sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia yang panjang. Nilai-nilai Pancasila berasal dari bangsa
Indonesia sendiri. Sebagai nilai yang berasal dari bangsa
Indonesia maka nilai-nilai Pancasila hidup dan berkembang
didalam masyarakat sudah sejak dari dahulu kala.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Sebagai pandangan hidupPancasila yang begitu kuat
dan mengakarnya dalam jiwa bangsa hingga tetap
berjaya sepanjang masa. Ini karena ideologi Pancasila
bukan sekedar “confirm and deepen” (identitas Bangsa)
Indonesia, namun sudah merupakan identitas bangsa
Indonesia sepanjang sejarah. Sejak Pancasila digali
kembali dan dilahirkan kembali menjadi Dasar dan
Ideologi Negara, maka ia membangunkan dan
membangkitkan identitas yang dormant, yang “tertidur”
dan yang “terbius” selama kolonialisme” dari era
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Nilai-nilai Pancasila telah hidup dalam sejarah Indonesia yang terdapat dalam beberapa kerajaan yang ada di Indonesia, seperti berikut :
¾ Kerajaan Kutai, telah menampilkan nilai sosial politik dan keTuhanan dalam kenduri sedekah kepada para Brahmana.
¾ Kerajaan Sriwijaya, nilai-nilai persatuan dan nilai ke-Tuhanan telah nampak dengan raja sebagai pusat kekuasaan dan kekuatan religius. Demikian juga nilai-nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin dengan nilai internasionalisme dalam bentuk hubungan dagang yang terentang dari pedalaman sampai ke negeri-negeri seberang lautan kerajaan yang diamankan oleh para nomad laut yang jadi bagian dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya.
¾ Kerajaan Majapahit, pada masa kerajaan ini, istilah Pancasila dikenali dalam buku “Nagarakertagama” karangan Empu Prapanca dan buku “Sutasoma” karangan Empu Tantular. Istilah Pancasila selain di artikan sebagai “berbatu sendi yang lima” juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu; 1) Tidak boleh
melakukan kekerasan; 2) Tidak boleh mencuri; 3) Tidak boleh berjiwa dengki; 4) Tidak boleh bohong; 5) Tidak boleh mabuk minuman keras .
Pancasila Sebagai Ideologi & Dasar Negara
Penemuan kembali Pancasila sebagai jati diri bangsa untuk kemudian dijadikan sebagai dasar Negara/ ideologi terjadi pada sidang pertama BPUPKI yang
dilaksanakan pada 29 Mei -1 Juni 1945. Saat itu, Dr. Radjiman Wediodiningrat (Ketua BPUPKI) meminta kepada sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka.
Mr. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri kerakyatan, dan Kesejaahteraan Rakyat. Selanjutnya Prof. Supomo, mengemukakan teori-teori Negara yaitu: Teori Negara perseorangan (individualis), Paham Negara Kelas dan Paham negara integralistik. Terakhir, oleh Soekarno yang mengusulkan lima dasar negara yang terdiri:
Nasionalisme, Internasionalisme, Mufakat , Kesejahteraan sosial, Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan) .
Lalu dibentuk Panitia 9 yang diberi tugas untuk menyusun rumusan Dasar Negara. dan berhasil menyepakati “Piagam Jakarta” sebagai rumusan dasar negara pada 22 Juni 1945, isinya sebagai berikut ; Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila Sebagai Ideologi & Dasar Negara
Hasil dari kesepakatan Piagam Jakarta di bawa ke dalam sidang BPUPKI kedua, 10-17 Juli 1945, namun terjadi perdebatan sengit yang disebabkan perbedaan pendapat. Elit Nasionalis Muslim di BPUPKI mengusulkan
Islam sebagai dasar Negara, namun ditolak keras oleh kalangan elit nasionalis Kristen dan sebagian elit nasionalis netral agama. Untuk menghindari perpecahan yang dapat mengancam cita-cita berdirinya
Negara Indonesia Merdeka maka dengan kesadaran tinggi akhirnya terjadi kompromi politik untuk menyepakati Piagam Jakarta (22 Juni 1945) yang berisi “tujuh kata”: “…dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dari pemahaman Pancasila sebagai Ideologi, maka dapat dikatakan
Pancasila adalah sebuah ideologi terbuka dengan tujuan agar Pancasila dapat mengikuti perkembangan jaman. Ideologi Pancasila tidak kaku, ideologi pancasila perlu selalu mengikuti perkembangan jaman yang tentunya melalui seleksi dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Sehingga masyarakat Indonesia perlu lebih berupaya keras
agar dapat menyeleksi pengaruh asing sebab tidak semua pengaruh asing itu baik tetapi ada yang kurang baik.
Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dasar
Kedudukan Pancasila juga merupakan sebagai sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia. Karena dengan tercantumnya dalam pembukaan, mengandung konsekuensi bahwa secara formil Pancasila sebagai norma hukum dasar positif, objektif, dan subjektif adalah mutlak tidak dapat diubah dengan jalan hukum. Secara materiil adalah juga mutlak tak dapat diubah, disebabkan kehidupan
kemasyarakatan, kebudayaan, termasuk kefilsafatan, kesusilaan,
keagamaan merupakan sumber hukum positif yang unsur-unsur intinya telah ada dan hidup sepanjang masa, di samping sifat kenegaraannya juga mempunyai sifat adat kebudayaan (kultural) dan sifat keagamaan (religius).
Menurut Ruslan Saleh menjelaskan bahwa terdapat tiga fungsi Pancasila terhadap Perundang-undangan Indonesia, yaitu:
• sebagai dasar dan pangkal tolak perundang-undangan Indonesia • sebagai papan uji bagi perundang-undangan Indonesia
• sebagai sumber bahan hukum dari perundang-undangan Indonesia itu sendiri.
Perkembangan Implementasi Pancasila
Dalam kurun dasa warsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan
perubahan yang luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi yang hampir membuat tak ada lagi batas kerahasiaan di negara kita. Liberalisasi
bersamaan dengan demokratisasi di bidang politik, melahirkan sistem multi partai yang cenderung tidak efektif, pemilu presiden & wakil presiden / kepala daerah secara langsung belum diimbangi kesiapan infrastruktur sosial berupa kesiapan mental elit politik dan masyarakat yang kondusif bagi terciptanya demokrasi yang bermartabat.
Situasi lainnya muncul yaitu melemahnya komitmen masyarakat terhadap nilai-nilai dasar yang telah lama menjadi prinsip dan pandangan hidup, mengakibatkan sistem filosofi bangsa Indonesia menjadi rapuh. Ada dua faktor penyebabnya,
yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal, berupa pengaruh globalisasi mendorong lahirnya sistem
kapitalisme di bidang ekonomi dan demokrasi liberal di bidang politik. Eksistensi Pancasila hanya dalam status formalnya yaitu sebagai dasar negara, tetapi
sebagai sistem filosofi bangsa sudah tidak memiliki daya spirit bagi kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Sistem filosofi Pancasila sudah rapuh. Bangsa Indonesia kehilangan dasar, pegangan dan arah pembangunan.
Perkembangan Implementasi Pancasila
Faktor internal, yaitu bersumber dari internal bangsa Indonesia sendiri.
Banyak kalangan masyarakat memandang Pancasila tidak dapat mengatasi
masalah krisis. Sebagian lagi masyarakat menganggap bahwa Pancasila
merupakan alat legitimasi kekuasaan Orde Baru. Segala titik kelemahan
pada Orde Baru linier dengan Pancasila. Akibat yang timbul dari kesalahan
pemahaman tentang Pancasila ini sebagian masyarakat menyalahkan
Pancasila, bahkan anti Pancasila. Kesalahan pemahaman (epistemologis)
ini menjadikan masyarakat telah kehilangan sumber dan sarana orientasi
nilai.
Dalam masa transformasi, terjadi pergeseran tata nilai kehidupan
sebagian masyarakat Indonesia sebagai dampak dari proses transisi, misal
beralihnya dari kebiasaan cara pandang masyarakat yang mengapresiasi
nilai-nilai tradisional ke arah nilai-nilai modern yang cenderung rasional
dan pragmatis, dari kebiasaan hidup dalam tata pergaulan masyarakat
yang konformistik bergeser ke arah tata pergaulan masyarakat yang
dilandasi cara pandang individualistik.
Perkembangan Implementasi Pancasila
Distorsi nasionalisme, suatu fenomena sosial pada sebagian
masyarakat Indonesia yang menggambarkan semakin pudar rasa
kesediaan mereka untuk hidup eksis bersama, menipisnya rasa dan
kesadaran akan adanya jiwa dan prinsip spiritual yang berakar pada
kepahlawanan masa silam yang tumbuh karena kesamaan
penderitaan dan kemuliaan di masa lalu. Hilangnya rasa saling
percaya (trust) antar sesama baik horizontal maupun vertikal.
Fenomena yang kini berkembang adalah rasa saling curiga, dan
menjatuhkan sesama. Inilah tanda-tanda melemahnya kohesivitas
sosial kemasyarakatan di antara kita sekarang ini.
Revitalisasi Pancasila dan Implementasinya
Pancasila sebagai pandangan hidup, ideologi dan dasar negara,
serta sumber dari segala sumber hukum di Indonesia berisi
nilai-nilai yang harus terus direvitalisasi (diperkuat dan disesuaikan) dan
tertanam kuat dalam jiwa, pikiran, perilaku dan tindakan dari
seluruh komponen bangsa ini.
Sebagai pandangan hidup, maka Pancasila adalah jiwa dan
kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga Setiap warganegara
Indonesia perlu dijiwai dengan nilai-nilai Pancasila, ber-Ketuhanan,
Berkemanusiaan, Berpersatuan,
Berdemokrasi(musyawarah-mufakat) terhadap semua masalah yang dihadapi, dan berkeadilan
sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Kemudian terrefleksi
dalam kepribadiaan yang tertanam pada segenap warganegara
Indonesia. Integritas sebagai warganegara Indonesia akan
merupakan benteng utama bagi kemajuan dan kesinambungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).
Revitalisasi Pancasila dan Implementasinya
Sebagai ideologi dan dasar negara, Pancasila mengandung makna bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan bernegara. Nilai-nilai Pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai Filsafat yang sifatnya mendasar. Nilai Dasar Pancasila bersifat Abstrak, Normatif dan nilai itu menjadi motivator
kegiatan dan penyelenggaraan bernegara. Pancasila sebagai Dasar Negara berarti nilai-nilai Pancasila Normatif bagi penyelenggaraan bernegara.
Pengertian ini menempatkan Pancasila sebagai Ideologi Nasional Indonesia yang dimaksud adalah cita-cita bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus menerapkan dasar/ pandangan oleh setiap komponen bangsa ini. Mengingat hubungan manusia dengan cita-citanya secara harfiah difahami sebagai ideologi, yakni berisi
seperangkat nilai dimana nilai itu menjadi cita-citanya atau manusia bekerja dan bertindak untuk mencapai cita-citanya.
Revitalisasi Pancasila dan Implementasinya
Pancasila merupakan hukum tertinggi dari hukum yang ada di Indonesia. Semua hukum perlu merujuk pada Pancasila sebagai dasar hukum yang tertinggi dalam rangka mewujudkan manusia yang bertuhan,
berkemanusiaa, persatuan, musyawarah mufakat(demokrasi) dan berkeadilan.
Jadi jelaslah bahwa kedudukan dan fungsi Pancasila dalam NKRI memiliki pemahaman, Pertama, nilai-nilai dasar yang merupakan
representasi dari nilai-nilai yang ada di masyarakat, Nilai dasar berkaitan dengan corak, gaya hidup (norma, adat, kebiasaan), serta kebudayaan.
Kedua, nilai-nilai instrumental (alat) yang selalu mengikuti
perkembangan jaman. Nilai instrumental merupakan nilai yang membuat dinamis, tidak usang, dan selalu mengikuti perkembangan jaman. ketiga, adalah nilai-nilai praktis yang mudah untuk diterapkan ditengah-tengah masyarakat. Nilai-nilai ada untuk diterapkan di masayarakat. Masyarakat perlu didasari oleh nilai yang mudah dan dapat diterapkan dalam
Revitalisasi Pancasila dan Implementasinya
Untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila perlu diwujudkan seperangkat pola pikir, perilaku dan tindakan dalam implementasi kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakata, berbangsa dan bernegara yaitu meliputi : ¾Implementasi Sila Ke-1
Beriman, dan bertakwa yaitu secara sadar patuh melaksanakan perintah Tuhan. Setiap umat yang menjadi warganegara Indonesia harus
mempelajari agama dan mengamalkannya serta tidak boleh menyimpang dan perlu menghormati agama dan lepercayaan yang lain. Oleh karena itu ada Kementerian Agama yang membina dan mengawasi setiap
Agama dan kepercayaam yang ada di Indonesia. Agama tidak boleh menjadi alat yang memecah belah bangsa tetapi harus menjadi pererat persatuan bangsa Indonesia. Sikap toleransi harus dibangun dalam
berbagai bidang. Hidup rukun dengan berbagai agama menjadi motivasi agama. Tidak menyebarkan agama kepada manusia yang sudah ber-Tuhan.
Revitalisasi Pancasila dan Implementasinya
¾ Implementasi Sila Ke-2
Sesama manusia tidak boleh saling melecehkan,merendahkan& menghina.
Sesama manusia punya rasa memiliki, pedulu dan empati.
Menjaga keseimbangan antara hak & kewajiban. Keseimbangan antara hak & kewajiban akan menimbulkan kehidupan yang harmonis.
Tidak semena-mena terhadap orang lain, semua masalah diselesaikan dengan baik, santun dan beretika. Bila perlu melalui proses hukum yang ada.
Mengakui adanya masyarakat majemuk (pluralisme); melakukan musyawarah dan kompromi; mempertimbangkan moral; berbuat jujur; tidak curang.
Gemar kegiatan kemanusiaan: donor darah, menyantuni anak yatim, kegiatan amal (charity),dll.
Mentaati hukum & tidak diskriminatif, hukum sejalan dengan keadilan. Ketaatan terhadap hukum perlu sebagai manusia yang beraklaq mulia dan bermartabat.
Revitalisasi Pancasila dan Implementasinya
¾ Implementasi Sila Ke-3
Menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi& gol. Berkorban demi negara, bekerja keras, taat membayar pajak, anti KKN Cinta tanah air dan meningkatkan prestasi di segala bidang.
Bangga sbg bangsa Indonesia & percaya diri sbg orang Indonesia.
¾ Implementasi Sila Ke-4
Aktif dalam musyawarah, memberikan hak suara, dan mengawasi wakil rakyat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dengan menggunakan akal sehat. Menerima hasil musyawarah apapun hasilnya dan melaksanakan
dengan tanggungjawab.
Revitalisasi Pancasila dan Implementasinya
¾ Implementasi Sila Ke-5
Mengembangkan perbuatan luhur dan gotong royong. Berbuat adil dan tidak berat sebelah/ pilih kasih.
Menghornati orang lain, tidak menghalangi orang lain untuk hidup lebih baik.
Suka memberi pertolongan, tidak egois, dan individualisme (hedonisme).
Bekerja keras, berusaha dan tidak mengenal menyerah (optimis). Menghargai karya orang lain, tidak memberi produk bajakan.
Tidak merusak prasarana dan sarana umum, menjaga ketertiban dan kebersihan umum.