• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PEMERIKSAAN GUNSHOT RESIDUE (GSR) PADA AMUNISI JENIS PISTOL DAN REVOLVER MENGGUNAKAN INSTRUMEN SEM-EDX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PEMERIKSAAN GUNSHOT RESIDUE (GSR) PADA AMUNISI JENIS PISTOL DAN REVOLVER MENGGUNAKAN INSTRUMEN SEM-EDX"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PEMERIKSAAN GUNSHOT RESIDUE (GSR)

PADA AMUNISI JENIS PISTOL DAN REVOLVER

MENGGUNAKAN INSTRUMEN SEM-EDX

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:

Amalia Riza

105116018

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN KOMPUTER

UNIVERSITAS PERTAMINA

(2)

ANALISA PEMERIKSAAN GUNSHOT RESIDUE (GSR)

PADA AMUNISI JENIS PISTOL DAN REVOLVER

MENGGUNAKAN INSTRUMEN SEM-EDX

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:

Amalia Riza

105116018

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN KOMPUTER

UNIVERSITAS PERTAMINA

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini. Laporan Kerja Praktik ini berjudul Analisis Pemeriksaan Gunshot Residue (GSR) pada Amunisi Jenis Pistol dan Revolver Menggunakan Instrumen SEM-EDX. Kerja praktik ini telah penulis laksanakan dengan baik di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) yang berlokasi di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur.

Laporan Kerja Praktik ini merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh mahasiswa jurusan Kimia program S1 di Universitas Pertamina. Sesuai dengan judul laporan ini, penulis hanya membahas tentang analisa kandungan GSR yang hanya terdapat pada amunisi pistol dan revolver saja. Dalam proses pembuatan laporan ini tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah banyak memberikan dorongan semangat kepada penulis dari awal hingga selesainya laporan ini.

Ucapan terima kasih ini penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Arif Sumirat S,T. selaku Kasubbid senjata api yang telah memberikan izin untuk beberapa kerpeluan kerja praktik saya

2. Bapak Hartanto Bisma S,T. M.Pd selaku pembimbing saya 3. Ibu Dr. Suharti, SPd., MSi. selaku dosen pembimbing saya.

4. Ibu Afifah dan ibu Azizah yang telah memberikan berbagai informasi terkait bahan untuk laporan KP saya

5. Para kaka bintara yang telah memberikan berbagai informasi terkait bahan untuk laporan KP saya dan menjadi teman yang baik kepada saya.

6. Orang tua dan teman-teman yang senantiasa mendukung penulis baik secara moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan segala kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan dari laporan kerja praktik ini. Akhir kata penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan pembaca sekaligus demi menambah pengetahuan tentang Kerja Praktik.

Jakarta, 2019

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul Dalam ... i

Lembar Persetujuan... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... iv

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 1

1.3. Waktu dan Tempat Kerja Praktik ... 1

Bab II Profil Instansi 2.1. Gambaran Umum Instansi ... 3

2.2. Sejarah Puslabfor ... 3

2.3. Bagan Organisasi Puslabfor... 4

2.4. Alur Pemeriksaan Barang Bukti ... 6

2.5. Bidang di Instansi ... 8

Bab III Aktivitas Kerja Praktik 3.1. Uji Tembak ... 11

3.2. Analisa GSR ... 12

Bab IV Hasil Kerja Praktik ... 15

Bab V Tinjauan Teoritis 5.1. SEM (Scanning Electron Microscope) ... 22

5.2. GSR (Gunshot Residue)... 24

Bab VI Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. Saran ... 28

Daftar Pustaka ... 29

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gunshot Residue (GSR) merupakan residu yang dihasilkan dari peluru senjata api baik laras

pendek maupun laras panjang. GSR ini akan menempel di anggota tubuh seperti di telapak atau punggung tangan dan pakaian milik pemegang senjata api. GSR akan terlihat pada target dari pemegang senjata api. Jarak yang dihasilkan dari GSR setelah peluru ditembakkan adalah sebesar 0.9 – 1.5 meter. Jika melebihi jarak tersebut akan menghasilkan jumlah GSR yang sedikit.

Metode GSR memiliki fungsi untuk memverifikasi senjata api yang terdapat di TKP (Tempat Kejadian Perkara) dengan dilihat dari amunisi yang terdapat di TKP dan amunisi dari sampel. GSR memiliki kandungan berupa mesiu dan primer yang didapat dari hasil ledakan saat penembakan proyektil peluru di dalam senjata api. Senjata api laras pendek yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis revolver dan pistol. Kedua jenis senjata api ini memiliki kaliber peluru sebesar .38 Special dan 9mm. Adapun dilakukan kerja praktik ini adalah untuk melihat adakah perbedaan dalam kandungan GSR yang dimiliki oleh pistol dan revolver dikarenakan jika dilihat dari fisik anak peluru atau amunisi kedua jenis senjata api ini serupa.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kerja praktik ini adalah:

1. Mengetahui bidang-bidang dan instrumen yang dipakai di Pusat Laboratorium Forensik khususnya sub bidang Senpifor yang merupakan bagian dari bidang Balmetfor

2. Membandingkan dua GSR yang berasal dari amunisi senjata api laras pendek jenis pistol dan revolver menggunakan SEM-EDX

1.3 Tempat dan Waktu Kerja Praktik Proses kerja praktik ini dilakukan di:

Tempat : Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia (Puslabfor Bareskrim Polri)

(8)
(9)

BAB II PROFIL INSTANSI 2.1. Gambaran Umum Instansi

Pusat Laboratorium Forensik merupakan anak instansi dari Bareskrim Polri. Institusi tersebut merupakan tempat Kerja Praktik penulis. Dibawah ini dideskripsikan tentang sejarah awal mula didirikannya instansi, bagan organisasi Puslabfor, alur pemeriksaan barang bukti, dan pembagian bidang-bidang pada instansi ini. Dengan demikian dapat dijelaskan seluruh keadaan yang ada di Pusat Laboratorium Forensik.

2.2. Sejarah Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor)

Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik) merupakan bagian dari Bareskrim Polri yang menangani kasus yang melibatkan adanya penelitian dan uji laboratorium untuk menunjang verifikasi data yang terdapat di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Berikut merupakan sejarah singkat tentang berdirinya Puslabfor :

a. Periode 1954 – 1959

Kelahiran Puslabfor tidak terlepas dari sejarah berdirinya NCB/ INTERPOL. Pada tanggal 15 Januari 1954 dengan order Kepala Kepolisian Negara Nomor : 1 / VIII / 1954, dibentuklah Seksi Interpol dan Seksi Laboratorium, di bawah Dinas Reserse Kriminil. Sehingga Seksi Laboratorium bertugas melakukan pemeriksaan surat-surat/dokumen dan pemeriksaan senjata api/balistik.

Pada tanggal 16 April 1957 didirikan Laboratorium Kriminil Cabang Surabaya dengan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Nomor : 26 / Lab / 1957 dan dilakukan kerja sama dengan Depot Farmasi Depkes di Surabaya dan kamar mayat di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya sehingga kegiatan ilmiah laboratoris yang berikatan dengan bidang kimia dapat berjalan.

b. Periode 1960 – 1972

Pada tahun 1972 Laboratorium Kriminil Koserse dipercayakan oleh Pimpinan Polri untuk melaksanakan Operasi Narkotik “B”. Di sini terlihat, bahwa Laboratorium Kriminil bukan saja hanya dibebani tugas bantuan teknik penyidikan (represif), tetapi juga diberi tugas dalam bidang preventif dan pembinaan masyarakat. Lalu pada tahun 1972 dibentuklah Labforcab Medan yang melayani Aceh, Sumut, Padang, dan Riau.

c. Periode 1973 – 1985

Pada tanggal 9 Desember 1982 dibentuk Labforcab Semarang yang melayani Jawa Tengah dan Yogyakarta serta tugas khusus sebagai teaching laboratory bagi taruna Akpol dan pendidikan

(10)

sejenis lainnya. Selang 3 (tiga) tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1985 dibentuklah Labforcab Makassar yang melayani Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

d. Periode 1986 – 1999

Berdasarkan Surat Keputusan Pangab No. Kep/11/X/1992, tanggal 5 Oktober 1992 Laboratorium Kriminil berubah nama menjadi Pusat Laboratorium Forensik. Pada tanggal 3 Maret 1999 dengan Keputusan Kapolri No. Pol : Kep / 11 / III / 1999 dibentuk dan disahkan Laboratorium Forensik Cabang Palembang dan Denpasar.

e. Periode 2000 – 2010

Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep / 9 / V /2001, tanggal 25 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Mabes Polri, Puslabfor kembali menjadi bagian dari Korserse Polri dan dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep / 53 / X / 2002 dengan perubahan Korserse menjadi Bareskrim maka sampai sekarang Puslabfor berkedudukan di bawah Bareskrim Polri atau menjadi Puslabfor Bareskrim Polri.

f. Periode 2010 – sekarang

Berdasarkan Peraturan Kapolri nomor 21 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Mabes Polri, Puslabfor tetap berada dibawah struktur Bareskrim Polri bersama PUSINAFIS dan PUSIKNAS. Dalam organisasi baru terdapat beberapa perubahan dan penambahan antara lain penambahan bidang baru yaitu bidang Narkobafor, penambahan subbid Komputer Forensik serta beberapa perubahan nomeklatur dan titelaturnya.

Saat ini Puslabfor Bareskrim Polri telah mempunyai 6 Labforcab yang tersebar di Medan, Palembang, Semarang, Surabaya, Makasar dan Denpasar .Untuk meningkatkan pelayanan sesuai tugas pokok, fungsi dan perannya, dalam waktu yang tidak lama lagi akan segera di resmikan Lapforcab Balikpapan, Pontianak, Pekanbaru dan Papua.

2.3. Bagan Organisasi Puslabfor

Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Dengan adanya struktur organisasi pada perusahaan, maka job description yang dikerjakan semakin jelas antara atasan dan karyawan.Sehingga memudahkan perusahaan dalam menjalankan fungsinya. Adapun bagan organisasi yang terdapat di Puslabfor, sebagai berikut :

(11)

Gambar 2.1 Bagan Organisasi yang dimiliki Puslabfor

Berikut merupakan keterangan dari singkatan dan pengemban jabatan tersebut:

 Kapuslabfor (Kepala Pusat Laboratorium Forensik) Dijabat oleh : Drs. Alex Mandalika

Jika dilihat dari bagan, maka Kapuslabfor membawahi beberapa bagian dalam organisasi, yaitu :

 Urkeu (Urusan Keuangan)

 Bagjenmut (Bagian Menejemen Mutu)

 Jabfung TTT

 SET (Kesesrtariatan)

 Dan Beberapa Bidang dalam Puslabfor

Untuk bagian SET (Kesertariatan) membawahi beberapa bagian, seperti :

 Urtu (Urusan Tata Usaha)

 Subbag REN (Sub bagian Perencanaan dan Anggaran)

 Subbag Sumda (Sub bagian Sumber Daya Manusia)

 Dan Subbag Binfung (Sub bidang Pembinaan dan Fungsi) Sementara itu, Bagjenmut membawahi beberapa bagian, seperti:

 Urmin (Urusan Administrasi)

 Subbag Instal (Sub bagian Instalasi Alat)

 Subbag Bangmet (Sub bagian Pengembangan dan Metologi)

(12)

Beberapa bidang dalam Puslabfor, seperti Dokupalfor, Narkobafor, Kimbiofor, Balmetfor, dan Fiskomfor memebawahi beberapa unit, seperti :

 Urmin (Urusan Administrasi)

 Dan beberapa sub bidang terkait. 2.4. Alur Pemeriksaan Barang Bukti

Sub bidang senjata api Puslabfor memiliki alur untuk pemeriksaan barang bukti yang berfungsi untuk memudahkan pemeriksaan barang bukti yang diterima untuk ditangani lebih lanjut. Oleh sebab itu, berikut penulis lampirkan alur pemeriksaan barang bukti yang terdapat pada sub bidang senjata api Puslabfor berikut ini:

Gambar 2.2 Alur Pemeriksaan BB Subbid Senjata Api Puslabfor

Adapun alur untuk dilakukan pemeriksaan barang bukti yang diterima untuk ditangani sebagai berikut:

1. Penyidik

a. Berada di awal struktur dikarenakan akan mengirimkan barang bukti yang didapat dari

(13)

b. Berada di akhir struktur dikarenakan ketika barang bukti sudah di analisa dan

didapatkan hasil, maka akan dilimpahkan lagi ke penyidik yang terkait untuk diberikan vonis atau hukuman yang sesuai dengan hasil dari analisa barang bukti.

c. Penyidik yang dimaksud adalah kepolisian ataupun instansi terkait.

2. BB (Barang Bukti)

Barang bukti yang didapat, dapat berupa:

a. Anak Peluru b. Selongsong c. Senjata

d. GSR (Gun Shot Residue)

3. Riksa

Instrumen yang digunakan untuk proses analisa barang bukti, antara lain:

a. Comparison Microscope merupakan instrumen yang berfungsi untuk membandingan

secara fisik atau visual antara anak peluru barang bukti dan anak peluru pembanding.

b. Profile Projektor merupakan instrumen yang berfungsi untuk menganalisa dataran dan

galangan dari anak peluru.

c. SEM-EDX GSR merupakan instrumen yang berfungsi untuk menganalisa kandungan

baik GSR ataupun anak peluru barang bukti.

d. Evofinder merupakan instrumen yang berfungsi untuk menganalisa secara fisik anak

peluru namun dalam skala kecil

e. POISC merupakan instrumen yang berfungsi untuk menganalisa anak peluru secara

fisik dengan prinsip memfoto anak peluru untuk dibentangkan sehingga mudah untuk dianalisa.

Dalam proses pemeriksaaan dilakukan uji, antara lain:

i. Identifikasi yang berisi penampakan secara fisik maupun secara kandungan dari senjata api, selongsong, dan anak peluru yang didapatkan dari barang bukti.

ii. Perbandingan yang berisi tentang hasil yang diapatkan dari uji balistik, hasil yang didapat berupa:

 Identik yang berarti barang bukti tersebut sesuai dengan pembanding.

 Non identik yang berarti barang bukti tersebut tidak sesuai dengan pembanding. 4. BAP (Berita Acara Pemeriksaan)

(14)

2.5. Bidang di Instansi

1. KIMBIOFOR (Kimia Biologi Forensik) meliputi beberapa sub bidang, antara lain :

a. Toksikologi membantu menangani kasus yang barang bukti nya sudah masuk ke dalam tubuh manusia, seperti keracunan, dan lain-lain.

b. Biologi membantu menangani kasus yang barang bukti nya belum masuk ke dalam tubuh manusia, seperti limbah, analisa dna, dan lain-lain.

c. Kimia membantu menangani kasus yang berkaitan dengan proses reaksi kimia pada makhluk hidup

2. FISKOMFOR (Fisika dan Komputer Forensik) meliputi beberapa sub bidang, antara lain : a. Fisika membantu menangani kasus yang berkaitan dengan kejadian alam namun dapat

diinterpresentasikan dengan sains

b. Komputer yang mencangkupi bagian audio dan video forensik dan menangani kasus seperti hoax.

3. BALMETFOR (Balistik dan Metalurgi Forensik) meliputi beberapa sub bidang, antara lain:

a. Senjata Api yang menangani kasus dalam pemakaian senjata api sebagai barang bukti. b. Bahan Peledak yang menangani kasus ditemukan nya barang bukti berupa bahan

peledak baik sebelum diledakkan atau sesudah diledakkan.

c. Metalurgi yang menangani kasus dalam keterlibatan logam didalamnya, seperti pemalsuan logam dan pemalsuan nomor seri kendaraan.

4. DOKUPALFOR (Dokumen dan Uang Palsu Forensik) meliputi beberapa sub bidang, antara lain:

a. Dokumen yang menangani kasus dalam identifikasi tulisan tangan, tulisan ketik, dan tanda tangan

b. Uang palsu yang menangani kasus unutk identifikasi uang kertas RI, uang kertas asing, dan uang logam

c. Produk cetak

5. NARKOBAFOR (Narkotika, Psikotroprika, dan Obat Berbahaya Forensik) meliputi beberapa sub bidang antara lain :

a. Narkotika yang menangani barng bukti seperti narkotika bahan alam, bahan sintesa & semi sintesa, dan cairan tubuh

b. Psikotropika yang menangani barang bukti seperti bahan & sediaan psikotropika, laboratorium illegal (clandestine labs) bahan psikotropika

c. Obat yang menangani barang bukti seperti bahan kimia obat berbahaya, bahan kimia adiktif, dan prekursor.

(15)
(16)

BAB III

AKTIVITAS KERJA PRAKTIK

Kerja Praktik (KP) bertujuan untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki mahasiswa Kimia, sehingga mahasiswa lulusan Universitas Pertamina akan mendapatkan bekal pengetahuan dan keterampilan serta mampu menjadi lulusan yang terampil, profesional dan siap kerja. KP diharapkan dapat menjadi sarana penerapan pengetahuan teori dan praktik yang telah didapat di Universitas Pertamin, serta dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki.

KP ini telah dilaksanakan di instansi yang bergerak di bidang untuk menangani kasus yang berfungsi yudisial namun bersifat ilmiah yaitu Pusat Laboratorium Forensik atau disebut Puslabfor. Puslabfor berlokasi di Jln. Kav. Agraria No.94, RT.2/RW.16, Duren Sawit, Kec. Duren Sawit, Kota Jakartra Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13440. Kegiatan KP ini dilaksanakan selama 4 (empat) minggu yang setiap minggunya terdiri atas 5 (lima) hari kerja, mulai tanggal 10 Juni 2019 sampai dengan 10 Juli 2019.

Pemilihan tempat ini telah disesuaikan dengan jurusan yaitu Kimia. Pelaksanaan KP ini dilakukan di Bidang Balistik dan Metalurgi dengan sub bidang senjata api. Tujuan dari dilaksanakan KP ini untuk menganalisa kandungan dari GSR yang berasal dari amunisi peluru dan revolver dengan menggunakan instrumen SEM-EDX. Berikut ini adalah rincian aktivitas selama 4 (minggu) minggu dalam pelaksanaan KP:

3.1. Uji Tembak

3.1.1. Tempat Penugasan

Tempat dilakukannya dari uji tembak yaitu dilaksanakan di ruang uji tembak Pusat Laboratorium Forensik

3.1.2. Tujuan Aktifitas

Uji tembak dilakukan untuk mengidentifikasi anak peluru yang digunakan.

3.1.3. Uraian Proses Pengerjaan

Proses pengujian tembak diawali terlebih dahulu dengan memeriksa kode yang terdapat pada senjata api. Setelah dipastikan bahwa senjata tersebut memang benar maka langkah selanjutnya adalah senjata api dibawa ke ruang uji tembak. Dikarenakan senjata api yang digunakan, maka digunakan shooting box atau tempat eksekusi dengan media kapas. Lalu setelah dilakukan penembakan, dilakukan pengambilan peluru secara manual. Setelah didapatkan peluru, lalu diambil sampel GSR dan dilakukan verifikasi dengan senjata api tersebut.

(17)

3.1.4. Sarana yang Dipergunakan

Sarana dan peralatan yang dibutuhkan dalam aktivitas ini adalah :

1. Kartu tamu 2. Kapas 3. Kertas A4

4. Kardus tebal untuk pembatas yang sudah dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan 5. Spidol

6. Lakban coklat

7. Peredam suara atau headphone 8. Gunting

9. Plastik

10. Shooting box media kapas

3.1.5. Permasalahan yang Dihadapi dan Cara Penyelesaiannya

Dalam pelaksanaan aktifitas uji peluru menggunakan media kapas dilakukan pencarian peluru secara manual sehingga kadang terjadi kekeliruan untuk menemukan anak peluru. Sehingga digunakan metal detector untuk meminimalisir kesalahan dan menghemat waktu.

3.2. Analisa GSR 3.2.1. Tempat Penugasan

Tempat dilaksanakan nya analisa GSR terletak di ruang subbid senjata api bidang Balmetfor yang berada di lantai satu Pusat Laboratorium Forensik.

3.2.2. Tujuan Aktifitas

Tujuan dilaksanakannya aktifitas adalah dapat mengetahui kandungan GSR yang terdapat pada amunisi senjata api baik laras panjang ataupun laras pendek

3.2.3. Uraian Proses Pengerjaan

Proses analisa GSR diawali dengan mengambil sampel yang berada di target, karena menggunkan media kapas, maka yg diambil adalah residu yang tertinggal pada kardus pembatas yang berada pada shooting box. Setelah diambil kardus pembatas, lalu dilakukan preparasi sampel dengan cara menempelkan sampel di carbon tape sebanyak satu kali. Setelah itu dilakukan pengujian dengan instrumen SEM-EDX, dan ketika di dapatkan hasil maka data bisa di analisa.

3.2.4. Sarana yang Dipergunakan

(18)

2. Buku Catatan 3. Pulpen 4. Jas lab 5. Sarung tangan 6. Instrumen SEM-EDX. 7. Carbon tape 8. Gunting

3.2.5. Permasalahan yang Dihadapi dan Cara Penyelesaiannya

Dalam pelaksanaan aktifitas menganalisa GSR dari barang bukti dari analisa tersebut, permasalahan yang dapat terjadi adalah kandungan dalam GSR kurang terdeteksi dan cara penyelesaiannya adalah mencari sumber GSR lain yang memungkinkan memiliki jumlah residu yang lebih banyak.

(19)
(20)

BAB IV

HASIL KERJA PRAKTIK

Untuk didapatkan hasil GSR, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan. Langkah awal yaitu dilakukan verifikasi data pada anak peluru sehingga dapat dilihat jenis kaliber yang dipakai, seperti berikut ini :

Gambar 4.1 Identifikasi anak peluru

Jika dilihat dari gambar tersebut, sebenarnya anak peluru kaliber 9mm dan .38 Special memiliki warna yang berbeda. Karena 9mm memiliki kandungan tembaga lebih sedikit, maka warna lebih cepat pudar jika terlalu lama dibiarkan. Adapun perbedaan antara kaliber 9mm dan .38 Special jika dilihat dari gambar adalah kaliber .38 Special memiliki warna emas dan memiliki tinggi yang lebih kecil. Jika dilihat diameter, kedua kaliber tersebut memilki diameter yang hampir sama.

Langkah selanjutnya adalah dilakukan uji tembak dengan menggunakan shooting box media kapas. Hal ini dilakukan untuk mengambil sampel GSR. Sehingga digunakan media kapas agar mempermudah untuk pengambilan GSR. GSR dapat diambil dari beberapa tempat termasuk target dari penembak. Target dalam hal ini merupakan sekat atau pembatas yang terdapat pada shooting

(21)

Gambar 4.2 Shooting box media kapas dan media air

Shooting box merupakan tempat dilakukan nya uji tembak untuk senjata api jenis laras pendek

atau laras panjang. Pengujian tembak ini berfungsi dalam beberapa hal, antara lain membantu verifikasi anak peluru yang didapat dari barang bukti, dan dapat diambil sampel GSR untuk memperkuat barang bukti. Shooting box dapat menggunakan beberapa media, seperti air, kapas dan gel. Adapun perbedaan fungsi dan kegunaan nya adalah, digunakan media kapas pada umumnya untuk senjata api jenis laras panjang ataupun pendek, tapi lebih umum digunakan senjata api laras panjang. Kelebihan dari shooting box media kapas adalah mudah untuk diambil sampel GSR. Kekurangan nya adalah sulitnya mengambil anak peluru yang berada di kapas.

Shooting box dengan media air lebih umum digunakan untuk senjata api laras pendek, karena

lebih mudah untuk diambil anak peluru setelah ditembakkan. Kekurangan nya adalah tidak dapat digunakan untuk senjata api yang memiliki amunisi berkaliber 5,56 dikarenakan akan pecah jika ditembakkan ke air, selain itu lebih sulit untuk diambil sampel GSR nya. Selanjutnya adalah dengan media gel, kelebihan nya adalah dapat digunakan senjata api baik laras pendek ataupun laras panjang. Selain itu mudah untuk diambil sampel GSR nya. Kekurangan dari media gel yang digunakan mahal dan sulit untuk didapatkan.

(22)

Gambar 4.3. Tempat pengambilan sampel GSR

Sampel diambil dari kardus yang terdapat GSR menggunakan carbon tape, untuk dimasukkan ke dalam step, seperti gambar berikut :

(23)

Selanjutnya adalah menempatkan step yang terdapat sampel kedalam ring besar, sebagai berikut :

Gambar 4.4. Peletakkan sampel di ring besar

Langkah selanjutnya adalah ring yang sudah diletakkan step berisi sampel untuk dimasukkan kedalam SEM, seperti gambar berikut :

Gambar 4.5. Peletakkan ring kedalam instrumen SEM

Setelah ring dimasukkan, langkah selanjutnya menganalisa data yang akan direpresentasikan oleh SEM-EDX untuk dianalisa. Data yang didapatkan adalah:

(24)

Gambar 4.6. Penampakan GSR Pistol 9mm

Gambar 4.7. Spektrum yang mepresentasikan kandungan GSR Pistol 9mm

(25)

Selanjutnya hasil analisa GSR Revolver kaliber .38 Special adalah sebagai berikut :

Gambar 4.8. Penampakan GSR Revolver .38 Special

Gambar 4.9. Spektrum yang mempresentasikan kandungan GSR Revolver .38 Special

(26)

Jika dilihat dari kedua data, hasil yang didapatkan hampir serupa. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi yang dimiliki oleh kedua GSR benar dan sesuai dengan teori. Tidak terdapat suatu kejangggalan ataupun kesalahan yang cukup fatal.

(27)
(28)

BAB V

TINJAUAN TEORITIS

Kerja praktik ini mengambil sampel GSR dari pistol dan revolver yang memiliki kaliber 9mm dan .38 Special. Penelitian ini hanya berfokus pada sampel GSR nya saja dan terdapat pada target, dikarenakan informasi yang terkandung dalam GSR memiliki relevan dengan instansi tempat penulis melakukan KP. GSR merupakan singkatan dari Gunshot Residue yang berarti residu atau sisa dari tembakan melalui asap ketika ditembakkan. Residu berasal dari primer, propelan, peluru atau selongsong. Komponen pada GSR antara lain, adalah mesiu yang terbakar baik terbakar sempurna ataupun tidak sempurna, lalu logam partikel dari peluru, dan bahan-bahan primer.

Analisa GSR dapat menggunakan SEM-EDX ataupun Nitrit test. Adapun untuk analisa bentuk fisik dari amunisi dapat dilakukan menggunakan instrumen lainnya, seperti comparison microscope dan photo module. Namun, penulis memilih menggunakan SEM-EDX dikarenakan memiliki efisiensi yang lebih tinggi jika dilihat dari segi waktu ataupun hasil yang didapatkan. Selain itu subbidang senjata api forensik sudah tidak lagi menggunakan Nitrit test dikarenakan akan butuh waktu yang lebih lama dan akan memperlambat proses penyidikan.

Langkah awal untuk melakukan analisa GSR yang harus dilakukan adalah menentukan tempat atau daerah yang akan diambil sampel. GSR dapat diambil di beberapa tempat yang memungkinkan untuk dijadikan barang bukti, seperti telapak dan punggung tangan pemegang senjata api, pakaian korban, dan daerah di sekitar target penembakan yang diperkirakan memiliki residu dari peluru yang ditembakkan.

5.1. SEM (Scanning Electron Microscope)

SEM atau Scanning Electron Microscope merupakan mikroskop elektron yang didesain untuk menganalisa permukaan dari objek solid secara langsung. Adapun fungsi dari SEM adalah untuk mengetahui informasi-informasi seperti :

1. Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat memantulkan cahaya, dan sebagainya)

2. Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek (kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya)

3. Komposisi, yaitu data kuantitatif pada unsur dan senyawa yang terkandung didalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).

4. Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai susunan dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik, dan kekuatan).

Pada dasarnya prinsip dari SEM adalah electron gun yang berisi filamen sehingga menghasilkan electron beam. Pada umumnya electron gun yang digunakan merupakan tungsten

(29)

terjadi didalam instrumen sem diakibatkan oleh tegangan yang berikan oleh tungsten. Katoda selanjutnya akan membentuk gaya yang dapat menarik elektron menuju anoda. Kemudian electron

beam akan difokuskan ke suatu titik pada permukaan sampel menggunakan dua buah condenser lens. Lensa objektif atau condenser lens berfungsi untuk memfokuskan beam dengan diameter

sekitar 10-20 nm.

Hamburan elektron yang dapat terjadi, yaitu Secondary Electron (SE) dan Back Scattered

Electron (BSE) yang terdapat pada permukaan sampel akan dideteksi oleh detektor dan

dimunculkan dalam bentuk gambar pada layar monitor/CRT (Bisma,2016). Instrumen yang digunakan pada KP ini memiliki komponen penting lain yaitu Energy Dispersive X-ray (EDX). Sehingga memungkinkan dilakukannya mikroanalisis secara kualitatif dan semi kuantitatif untuk unsur-unsur mulai dari litium (Li) sampai Uranium (U).

Kesimpulannya adalah Scanning Electron Microscopy dengan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX) merupakan teknik untuk menganalisis unsur-unsur yang ada di dekat permukaan wilayah mikroskopis yang dipilih dari sampel. Dengan menggunakan gambar SEM untuk memilih bidang yang diminati, detektor dispersif energi digunakan untuk mengukur energi sinar-x yang berserakan kembali yang merupakan karakteristik dari elemen yang ada.

Hasil yang didapatkan menggunakan instruemn ini berupa grafik yang merepresentasikan kandungan yang terkandung dalam GSR. Langkah awal dimulai dengan pengambilan sampel GSR dengan kaliber 9mm dan .38 Special pada target lalu dilakukan pengujian menggunakan instrumen SEM-EDX.

Gambar 5.1. Penampakan GSR yang dianalisa menggunakan SEM EDX

Pada gambar tersebut memiliki beberapa garis menyerupai serat-serat halus. Hal ini terlihat karena sampel diambil dari lakban yang tertempel GSR sehingga akan muncul dalam analisa, namun akan terlihat seperti serat-serat halus.

(30)

Gambar 5.2. Spektrum yang mempresentasikan komposisi yang terlihat pada sampel

Tabel 5.1. Komposisi yang terdapat pada sampel

Gambar 5.2. dan tabel 5.1. mempresentasikan kandungan yang terdapat pada GSR sampel, hasil yamg didapat menunjukkan adanya Carbon, Oxygen¸ Alumunium, dan lain-lain. Carbon yang tertangkap pada hasil, berasal dari tape yang digunakan untuk mengambil sampel dari lakban untuk dimasukkan kedalam SEM-EDX. Namun hasil carbon yang tertangkap oleh sinar x cukup besar yaitu 57,53%. Ternyata tidak hanya carbon tape yang memiliki pengaruh dalam jumlah tersebut. Karena instrumen yang digunakan tidak memiliki filter untuk menyaring karbon yang terdapat di sampel sehingga hasil yang didapat memiliki jumlah karbon cukup besar.

Sementara itu, data rersebut juga memperlihatkan kandungan Alumunium, Silicon, Calcium, Antimon dan Copper berada dalam sampel, sehingga dapat dikatakan bahwa benar sampel tersebut GSR. Karena GSR memiliki empat komposisi yang karakteristik, yaitu barium, timbal, antimon, dan silikon (Wallace.2008).

5.2. GSR (Gunshot Residue)

Gunshot Residue (GSR) terdiri dari partikel primer yang didorong dari sisi dan laras senjata

api pada saat keluar. Setelah pelepasan, partikel GSR dapat dideteksi baik di tangan penembak maupun pada permukaan terdekat lainnya atau dalam beberapa kaki dari sisi senjata api (Anonymous,2019). GSR dapat dianalisa dengan menggunakan pemindaian mikroskop elektron

(31)

mikroskop elektron memungkinkan ukuran partikel dan morfologi atau bentuknya untuk diperiksa, sedangkan detektor sinar-X menyediakan data unsur pada partikel yang diinginkan. Unsur yang paling umum ditemukan dalam residu tembakan adalah timah, antimon, dan barium. Karena salah satu dari tiga elemen kunci (timbal, barium, atau antimon) juga dapat ditemukan dalam partikel lingkungan.

Pemeriksaan GSR tidak hanya bisa dilakukan meggunakan SEM-EDX. Nitrat test juga dapat dilakukan untuk dilakukan pemeriksaan GSR pada sampel. Namun, pengujian dengan metode

nitrat test tidak dilakukan kembali oleh Puslabfor dikarenakan perlu waktu dan proses lebih lama

dan tidak efisien. Sehingga metode yang dipakai untuk menganalisa GSR hanya dilakukan menggunakan SEM-EDX.

Cara kerja dari GSR berawal dari pistol ditembakkan, partikel berukuran nano dan micron yang menempel pada penembak dan apa pun yang memiliki radius dekat dari awan uap yang terbentuk oleh pembakaran primer peluru (Bisma,2016). Partikel-partikel ini dikenal sebagai residu tembak atau GSR. Partikel-partikel yang berasal dari GSR dan dianalisa dapat diverifikasi asal dari senjata api yang dijadikan barang bukti.

GSR yang digunakan berasal dari amunisi senjata api laras pendek yang memiliki kaliber 9mm dan .38 Special. Kedua kaliber tersebut memiliki perbedaan yang dapat dilihat secara fisik dari tinggi apabila disandingkan satu sama lain. Kaliber 9mm lebih tinggi dibanding dengan kaliber .38 Special. Selain dari bentuk fisik, hasil GSR yang sudah dianalisa menggunakan beberapa instrumen pun dapat dibedakan, seperti pada kaliber 9mm memiliki lapisan tambahan sehingga berfungsi sebagai jaket untuk melapisi anak peluru agar bentukmsetelah ditembakkan tidak berubah. Hasil yang didapat dari kerja praktik ini adalah data berupa spektrum untuk mempresentasikan komponen-komponen yang terdapat pada GSR.

Hasil yang sudah dianalisa, maka akan memperkuat barang bukti yang ditemukan. GSR sampel yang digunakan dalam kerja praktik ini amunisi yang memiliki kaliber 9mm dan .38 Special. Jika dilihat dari hasil yang sudah direpresentasikan, GSR kaliber baik .38 Special maupun 9mm tidak memiliki perbedaan yang dapat dikatakan spesifik. Karena hanya dilakukan pengujian terhadap kandungan GSR saja sehingga hasil yang terlihat hanya untuk memastikan bahwa keduanya memiliki kandungan barium, timbal, antimon. kandungan antimon lebih besar yang merepresentasikan dari karakteristik senjata api.

(32)

Gambar 5.3. Komposisi yang terkandung dalam sampel kaliber .38 Special dan 9mm

Berdasarkan dari gambar, terlihat bahwa kandungan yang dimiliki oleh sampel dari kedua kaliber tersebut berbeda. Karena setaip kaliber memiliki tujuan dan fungsi tertentu, selain itu perusahaan yang memproduksi kaliber dan tahun produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut tersebut memiliki pengaruh cukup besar.

(33)
(34)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Gunshot Residue (GSR) merupakan residu yang dihasilkan dari peluru senjata api baik laras

pendek maupun laras panjang. GSR yang digunakan sebagai sampel berasal dari anak peluru memiliki kaliber sebesar 9mm dan .38 Special dan diambil dari target pada saat dilakukan uji tembak. Proses pengambilan sampel hingga pengolahan data dilakukan di Puslabfor, yang berada di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil yang didapatkan dari analisa data menggunakan instrumen SEM-EDX berupa spektrum yang mempresentasikan kandungan didalam sampel tersebut. Jika berdasarkan kandungan yang terlihat dalam sampel berupa GSR kaliber 9mm dan .38 Special, dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari senjata api karena memiliki tiga karakteristik penting, yaitu barium, silikon, timbal, dan antimon.

6.2. Saran

Berdasarkan dari penulis melakukan kerja praktik di Puslabfor, adapun hal-hal yang berkesan bagi penulis antara lain terdapat instrumen-instrumen yang sangat canggih sehingga dapat analisa data terkait barang bukti dapat lebih efisien. Namun, operator yang dapat menggunakan instrumen tersebut sangat sedikit, alangkah baiknya jika dari sub bidang senjata api mengajukan pelatihan terkait instrumen-instrumen tersebut. Sehingga akan membuat analisa terkait barang bukti lebih efisisen.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

1. A.J. Schwoeble, D.L. Exline.2000.Current Methods in Forensic Gunshot Residue Analysis.

CRC Press LLC

2. Anonymous.Gunshot Residue Analysis. In Forensic Analytical Crime Lab. Retrieved June 20, 2019, from https://www.facrimelab.com/general-criminalistics/gunshot-residue-analysis/

3. Anonymous.2019.Gunshot Residue Analysis. In Oxford Instruments. Retrieved June 21, 2019,

from https://www.oxinst.com/applications/gunshot-residue-analysis

4. Bisma, Hartanto.2016.Modul Pemeriksaan GSR dengan SEM-EDX.Jakarta : Pusat Laboratorium Forensik

5. J.S. Wallace.2008.Chemical Analysis of Firearms, Ammunition, and Gunshot Residue. CRC

(36)
(37)

Gambar 1. Penulis sedang diarahkan mengambil sampel GSR yang terdapat pada target

(38)
(39)

Tabel 1. Timeline Kegiatan Kerja Praktik

Keterangan

Minggu ke-

1 2 3 4

1. Pengambilan Data

a. Pengambilan sampel GSR 9mm b. Pengambilan sampel GSR .38 Special 2. Pengambilan Dokumentasi a. Kerangka Organisasi b. Shooting box  Media Kapas  Media Air c. Amunisi  Kaliber 9mm  Kaliber .38 Special d. Swab GSR  Kaliber 9mm  Kaliber .38 Special e. Instrumen SEM-EDX 3. Preparasi Sampel

4. Analisa Residu menggunakan SEM-EDX a. Mengidentifikasi Kandungan Residu

b. Melakukan perbandingan sampel antara kaliber 9mm dan .38 Special

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Organisasi yang dimiliki Puslabfor
Gambar 2.2 Alur Pemeriksaan BB Subbid Senjata Api Puslabfor
Gambar 4.1 Identifikasi anak peluru
Gambar 4.2 Shooting box media kapas dan media air
+7

Referensi

Dokumen terkait