• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerja praktik ini mengambil sampel GSR dari pistol dan revolver yang memiliki kaliber 9mm dan .38 Special. Penelitian ini hanya berfokus pada sampel GSR nya saja dan terdapat pada target, dikarenakan informasi yang terkandung dalam GSR memiliki relevan dengan instansi tempat penulis melakukan KP. GSR merupakan singkatan dari Gunshot Residue yang berarti residu atau sisa dari tembakan melalui asap ketika ditembakkan. Residu berasal dari primer, propelan, peluru atau selongsong. Komponen pada GSR antara lain, adalah mesiu yang terbakar baik terbakar sempurna ataupun tidak sempurna, lalu logam partikel dari peluru, dan bahan-bahan primer.

Analisa GSR dapat menggunakan SEM-EDX ataupun Nitrit test. Adapun untuk analisa bentuk fisik dari amunisi dapat dilakukan menggunakan instrumen lainnya, seperti comparison microscope dan photo module. Namun, penulis memilih menggunakan SEM-EDX dikarenakan memiliki efisiensi yang lebih tinggi jika dilihat dari segi waktu ataupun hasil yang didapatkan. Selain itu subbidang senjata api forensik sudah tidak lagi menggunakan Nitrit test dikarenakan akan butuh waktu yang lebih lama dan akan memperlambat proses penyidikan.

Langkah awal untuk melakukan analisa GSR yang harus dilakukan adalah menentukan tempat atau daerah yang akan diambil sampel. GSR dapat diambil di beberapa tempat yang memungkinkan untuk dijadikan barang bukti, seperti telapak dan punggung tangan pemegang senjata api, pakaian korban, dan daerah di sekitar target penembakan yang diperkirakan memiliki residu dari peluru yang ditembakkan.

5.1. SEM (Scanning Electron Microscope)

SEM atau Scanning Electron Microscope merupakan mikroskop elektron yang didesain untuk menganalisa permukaan dari objek solid secara langsung. Adapun fungsi dari SEM adalah untuk mengetahui informasi-informasi seperti :

1. Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat memantulkan cahaya, dan sebagainya)

2. Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek (kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya)

3. Komposisi, yaitu data kuantitatif pada unsur dan senyawa yang terkandung didalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).

4. Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai susunan dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik, dan kekuatan).

Pada dasarnya prinsip dari SEM adalah electron gun yang berisi filamen sehingga menghasilkan electron beam. Pada umumnya electron gun yang digunakan merupakan tungsten

terjadi didalam instrumen sem diakibatkan oleh tegangan yang berikan oleh tungsten. Katoda selanjutnya akan membentuk gaya yang dapat menarik elektron menuju anoda. Kemudian electron

beam akan difokuskan ke suatu titik pada permukaan sampel menggunakan dua buah condenser lens. Lensa objektif atau condenser lens berfungsi untuk memfokuskan beam dengan diameter

sekitar 10-20 nm.

Hamburan elektron yang dapat terjadi, yaitu Secondary Electron (SE) dan Back Scattered

Electron (BSE) yang terdapat pada permukaan sampel akan dideteksi oleh detektor dan

dimunculkan dalam bentuk gambar pada layar monitor/CRT (Bisma,2016). Instrumen yang digunakan pada KP ini memiliki komponen penting lain yaitu Energy Dispersive X-ray (EDX). Sehingga memungkinkan dilakukannya mikroanalisis secara kualitatif dan semi kuantitatif untuk unsur-unsur mulai dari litium (Li) sampai Uranium (U).

Kesimpulannya adalah Scanning Electron Microscopy dengan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX) merupakan teknik untuk menganalisis unsur-unsur yang ada di dekat permukaan wilayah mikroskopis yang dipilih dari sampel. Dengan menggunakan gambar SEM untuk memilih bidang yang diminati, detektor dispersif energi digunakan untuk mengukur energi sinar-x yang berserakan kembali yang merupakan karakteristik dari elemen yang ada.

Hasil yang didapatkan menggunakan instruemn ini berupa grafik yang merepresentasikan kandungan yang terkandung dalam GSR. Langkah awal dimulai dengan pengambilan sampel GSR dengan kaliber 9mm dan .38 Special pada target lalu dilakukan pengujian menggunakan instrumen SEM-EDX.

Gambar 5.1. Penampakan GSR yang dianalisa menggunakan SEM EDX

Pada gambar tersebut memiliki beberapa garis menyerupai serat-serat halus. Hal ini terlihat karena sampel diambil dari lakban yang tertempel GSR sehingga akan muncul dalam analisa, namun akan terlihat seperti serat-serat halus.

Gambar 5.2. Spektrum yang mempresentasikan komposisi yang terlihat pada sampel

Tabel 5.1. Komposisi yang terdapat pada sampel

Gambar 5.2. dan tabel 5.1. mempresentasikan kandungan yang terdapat pada GSR sampel, hasil yamg didapat menunjukkan adanya Carbon, Oxygen¸ Alumunium, dan lain-lain. Carbon yang tertangkap pada hasil, berasal dari tape yang digunakan untuk mengambil sampel dari lakban untuk dimasukkan kedalam SEM-EDX. Namun hasil carbon yang tertangkap oleh sinar x cukup besar yaitu 57,53%. Ternyata tidak hanya carbon tape yang memiliki pengaruh dalam jumlah tersebut. Karena instrumen yang digunakan tidak memiliki filter untuk menyaring karbon yang terdapat di sampel sehingga hasil yang didapat memiliki jumlah karbon cukup besar.

Sementara itu, data rersebut juga memperlihatkan kandungan Alumunium, Silicon, Calcium, Antimon dan Copper berada dalam sampel, sehingga dapat dikatakan bahwa benar sampel tersebut GSR. Karena GSR memiliki empat komposisi yang karakteristik, yaitu barium, timbal, antimon, dan silikon (Wallace.2008).

5.2. GSR (Gunshot Residue)

Gunshot Residue (GSR) terdiri dari partikel primer yang didorong dari sisi dan laras senjata

api pada saat keluar. Setelah pelepasan, partikel GSR dapat dideteksi baik di tangan penembak maupun pada permukaan terdekat lainnya atau dalam beberapa kaki dari sisi senjata api (Anonymous,2019). GSR dapat dianalisa dengan menggunakan pemindaian mikroskop elektron

mikroskop elektron memungkinkan ukuran partikel dan morfologi atau bentuknya untuk diperiksa, sedangkan detektor sinar-X menyediakan data unsur pada partikel yang diinginkan. Unsur yang paling umum ditemukan dalam residu tembakan adalah timah, antimon, dan barium. Karena salah satu dari tiga elemen kunci (timbal, barium, atau antimon) juga dapat ditemukan dalam partikel lingkungan.

Pemeriksaan GSR tidak hanya bisa dilakukan meggunakan SEM-EDX. Nitrat test juga dapat dilakukan untuk dilakukan pemeriksaan GSR pada sampel. Namun, pengujian dengan metode

nitrat test tidak dilakukan kembali oleh Puslabfor dikarenakan perlu waktu dan proses lebih lama

dan tidak efisien. Sehingga metode yang dipakai untuk menganalisa GSR hanya dilakukan menggunakan SEM-EDX.

Cara kerja dari GSR berawal dari pistol ditembakkan, partikel berukuran nano dan micron yang menempel pada penembak dan apa pun yang memiliki radius dekat dari awan uap yang terbentuk oleh pembakaran primer peluru (Bisma,2016). Partikel-partikel ini dikenal sebagai residu tembak atau GSR. Partikel-partikel yang berasal dari GSR dan dianalisa dapat diverifikasi asal dari senjata api yang dijadikan barang bukti.

GSR yang digunakan berasal dari amunisi senjata api laras pendek yang memiliki kaliber 9mm dan .38 Special. Kedua kaliber tersebut memiliki perbedaan yang dapat dilihat secara fisik dari tinggi apabila disandingkan satu sama lain. Kaliber 9mm lebih tinggi dibanding dengan kaliber .38 Special. Selain dari bentuk fisik, hasil GSR yang sudah dianalisa menggunakan beberapa instrumen pun dapat dibedakan, seperti pada kaliber 9mm memiliki lapisan tambahan sehingga berfungsi sebagai jaket untuk melapisi anak peluru agar bentukmsetelah ditembakkan tidak berubah. Hasil yang didapat dari kerja praktik ini adalah data berupa spektrum untuk mempresentasikan komponen-komponen yang terdapat pada GSR.

Hasil yang sudah dianalisa, maka akan memperkuat barang bukti yang ditemukan. GSR sampel yang digunakan dalam kerja praktik ini amunisi yang memiliki kaliber 9mm dan .38 Special. Jika dilihat dari hasil yang sudah direpresentasikan, GSR kaliber baik .38 Special maupun 9mm tidak memiliki perbedaan yang dapat dikatakan spesifik. Karena hanya dilakukan pengujian terhadap kandungan GSR saja sehingga hasil yang terlihat hanya untuk memastikan bahwa keduanya memiliki kandungan barium, timbal, antimon. kandungan antimon lebih besar yang merepresentasikan dari karakteristik senjata api.

Gambar 5.3. Komposisi yang terkandung dalam sampel kaliber .38 Special dan 9mm

Berdasarkan dari gambar, terlihat bahwa kandungan yang dimiliki oleh sampel dari kedua kaliber tersebut berbeda. Karena setaip kaliber memiliki tujuan dan fungsi tertentu, selain itu perusahaan yang memproduksi kaliber dan tahun produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut tersebut memiliki pengaruh cukup besar.

BAB VI

Dokumen terkait