• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FRAMING (PEMBINGKAIAN) DALAM GERAKAN LINGKUNGAN HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FRAMING (PEMBINGKAIAN) DALAM GERAKAN LINGKUNGAN HIDUP"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FRAMING (PEMBINGKAIAN) DALAM GERAKAN

LINGKUNGAN HIDUP

(Studi Kasus Gerakan Anti Batubara oleh LSM Greenpeace Asia

Tenggara Indonesia, Jakarta)

IKHSAN PRATAMA WICAKSONO

(2)

ABSTRACT

This research shows that social movement frame in GPSEA Indonesia consist of : (1)aggregate frame, through this frame GPSEA want to make the people of Southeast Asia realize that climate change is a big problem, especially in Indonesia, this problem caused by two sector, forest and energy (coal);(2)consensus frame, through this frame GPSEA want to make people of Southeast Asia realize that, the climate change can make people suffers, and carry on external costs of coal as a burden;(3)collective action frame, through this frame we can see the injustice condition that caused by the chain of custody (coal’s journey from the ground to the waste heap) on injustice frame, agency frame in GPSEA define that the supporter and the anti-coal coalition as the source of organization power and the government as a party who has no commitment and good will to solve all problem especially energy on ageny frame, and last, the identity frame, GPSEA see them self as independent global campaigning organization that acts to change attitudes, to protect and conserve the environment and to promote peace that use creative confrontation.

The collective identity attached to the members of the Greenpeace campaigners, DDC members, volunteers, student members of the GPU and new media division is a result of the interaction as well as their interpretation of the frames of social movements in the form of a book of communication media, actions, and attributes of clothes contains values of the organization's culture NGO Greenpeace Southeast Asia. Interpretation and interaction of the communication media that contains the frames of social movements of anti-coal allows them to put an event in the minds of each member, felt the same anxiety, identifying the background with the emergence of agitation against the use of coal to the appropriate solution, and label the related parties in it, so that formed a collective identity among its members. The difference between a collective identity with others also due to the activist history of each member and the intensity of interaction with members of the organization's communications media. Although there are differences between a collective identity with other members, coal framing in this organization can be said to succeed, because there is a change some or all members of the collective identity of the respondents of this research. In addition, Greenpeace as a NGOs has succeed to framing their members, it is based on the ideas or arguments they put on the environmental conditions of Indonesia, especially in the context of coal issues, despite the arguments that they express are not always be the same that these NGOs want to build.

(3)

RINGKASAN

IKHSAN PRATAMA WICAKSONO.

ANALISIS

FRAMING

(PEMBINGKAIAN)

DALAM

GERAKAN

LINGKUNGAN

HIDUP.

(Di bawah bimbingan Sarwititi Sarwoprasodjo)

Dimasa yang akan datang batubara akan dijadikan bagian dari usaha diversifikasi energi oleh Pemerintah, sehingga mendorong perusahaan nasional maupun asing untuk melakukan eksploitasi batubara. Kegiatan eksploitasi batubara tersebut, sangat potensial menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan. Kalangan aktivis dari berbagai LSM yang bergerak di bidang lingkungan giat menentang kegiatan penambangan batubara di Indonesia melalui aksi-aksi yang mereka lakukan, maupun diskusi langsung dengan pihak-pihak yang terkait. Salah satu LSM yang giat menentang batubara adalah LSM Greenpeace Asia Tenggara Indonesia. Namun dalam perjalanannya LSM sebagai bagian dari gerakan sosial memiliki tantangan yaitu kemampuan LSM tersebut dalam membangun kekuatan internal, termasuk dalam hal menggalang dana dan membangun komitmen anggotanya. Dalam mengatasi keterbatasan maupun membangun kekuatan internal, LSM perlu membangun identitas kolektif anggotanya yang berguna dalam meningkatkan komitmen anggotanya demi mencapai visi dan misi dari LSM tersebut. Pembentukan identitas kolektif ini merupakan hasil dari framing anggota pada LSM tersebut. Framing berguna dalam menkonstruksi gagasan seorang individu, sehingga mereka dapat menempatkan, merasakan, mengidentifikasi, dan melabeli sesuatu sesuai dengan pandangan yang organisasi tersebut pegang Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat framing pada anggota organisasi LSM Greenpeace dalam membentuk identitas kolektif guna mempertahankan partisipasi ataupun komitmen anggotanya sebagai aktivis lingkungan hidup.

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai LSM dan kaitannya dengan gerakan sosial sudah dilakukan yaitu Sari (2004), Assa’di (2004), dan Assa’di (2009). Ketiga penelitian tersebut lebih fokus kepada aktifitas maupun keberhasilan LSM dalam menjalankan salah satu fungsinya sebagai organisasi gerakan sosial, namun belum ada yang mengungkapkan bagaimana LSM sebagai organisasi gerakan sosial membangun identitas kolektif pada anggotanya.

Untuk menjawab rumusan masalah penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi frame gerakan sosial berupa content yang terdapat pada media komunikasi LSM Greenpeace Asia Tenggara Indonesia berupa aksi, buku, booklet dan movement document yang terdapat pada situs resmi LSM tesebut dan identitas kolektif yang melekat pada anggota LSM tersebut.

(4)

dan booklet yang diberikan oleh LSM in sebagai souvenir kepada supporter serta profil LSM ini yang terdapat pada situs resmi Greenpeace Asia Tenggara Indonesia.

Pertama, Aggregate frame pada LSM ini, memandang perubahan iklim sebagai tantangan terbesar masyarakat dunia karena dampak-dampaknya bersifat irreversible dan di Indonesia penyebab dari perubahan iklim berasal dari dua sektor yaitu sektor hutan dan sektor energi khusunya batubara. Kedua, Consensus frame yang terlihat adalah seruan bagi masyarakat untuk bersama-sama mendesak pemerintah maupun perusahaan untuk mengembangkan energi terbarukan dan menghentikan penggunaan batubara karena apabila terus menerus digunakan laju perubahan iklim global akan semakin cepat dan masyarakat yang bermukim dekat dengan PLTU akan terus menanggung beban ekonomi, kesehatan dan semakin rusaknya kondisi lingkungan. Terakhir, collective action frame, frame ini dikonstruksi oleh injustice frame, agency frame, dan identity frame. injustice frame pada gerakan anti-batubara Greenpeace berasal dari dampak-dampak yang ditimbulkan sepanjang rantai aliran produksi batubara. Dalam agency frame gerakan anti-batubara, masyarakat dipandang Greenpeace sebagai sumber kekuatan sedangkan pemerintah dianggap sebagai ’lawan’, serta melabeli pejabat pemerintah yang berusaha di bidang batubara sebagai mafia batubara.

Identitas kolektif anti-batubara yang melekat pada anggota Greenpeace Asia Tenggara Indonesia merupakan hasil interaksi anggota dengan media komunikasi dan pemaknaan mereka terhadap frame gerakan sosial pada media komunikasi LSM Greenpeace Asia Tenggara di Indonesia.

Identitas kolektif pada subjek penelitian dapat dilihat melalui tiga jenis identitas yang melekat yaitu identitas aktivis, identitas organisasi, dan identitas taktik. Identitas aktivis yang melekat pada kelima subjek penelitian adalah aktivis lingkungan. Sebagai aktivis lingkungan, mereka memiliki aggregate frame maupun consensus frame yang sama dengan Greenpeace. Perbedaan terdapat pada identitas organisasi maupun taktik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah keaktivisan mereka sebelum bergabung dan berinteraksi secara langsung dengan LSM Greenpeace sehingga mempengaruhi dan membentuk collective action frame mereka, dan interaksi mereka dengan media komunikasi juga turut mempengaruhi pembentukan collective action frame mereka.

Berdasarkan hal tersebut terdapat lima tipe identitas kolektif, yaitu (1) identitas kolektif juru kampanye terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Greenpeace dan identitas aksi langsung, dimana identitas ini adalah hasil interaksi juru kampanye dengan buku, aksi-aksi Greenpeace, maupun situs resmi Greenpeace dan dipengaruhi oleh sejarah keaktivisan juru kampanye sebagai seorang peneliti pada Yayasan Pelangi Indonesia; (2) identitas kolektif anggota divisi new media terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Greenpeace dan identitas independen, dimana identitas ini adalah hasil interaksi anggota divisi tersebut dengan buku maupun aksi-aksi Greenpeace; (3) identitas kolektif siswi GPU terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Education Care Unit dan identitas aksi langsung maupun independen, dimana identitas ini adalah hasil interaksi siswi GPU dengan aksi-aksi Greenpeace maupun situs resmi Greenpeace dan dipengaruhi oleh sejarah keaktivisan siswi tersebut sebagai seorang aktivis di LSM Education Care Unit ; (4) identitas kolektif anggota DDC terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Greenpeace dan identitas aksi

(5)

langsung dan independen, dimana identitas ini adalah hasil interaksi anggota DDC tersebut dengan buku, aksi-aksi Greenpeace, maupun situs resmi Greenpeace dan dipengaruhi juga oleh interaksi dia dengan pegawai Taman Nasional dan guide Taman Nasional; (5) identitas kolektif volunter terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas MAPALA Titas Karya Bakti dan identitas aksi langsung, dimana identitas ini adalah hasil interaksi juru kampanye dengan aksi-aksi Greenpeace dan dipengaruhi oleh sejarah keaktivisan volunter sebagai seorang anggota MAPALA Titas Karya Bakti.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Greenpeace Asia Tenggara sebagai organisasi gerakan sosial menyebarkan maupun mengkontruksi gagasan anggotanya dengan cara menyebarkanluaskan frame gerakan sosial melalui media komunikasi organisasi, hal ini mempengaruhi ataupun membentuk identitas kolektif anggotanya. identitas kolektif yang melekat pada anggota Greenpeace yaitu juru kampanye, anggota DDC, volunteer, siswi GPU dan anggota divisi new media merupakan hasil dari interaksi maupun pemaknaan mereka terhadap frame gerakan sosial pada media komunikasi berupa buku, aksi-aksi, dan atribut berupa baju yang memuat nilai-nilai dari budaya organisasi LSM Greenpeace Asia Tenggara. Pemaknaan maupun interaksi anggota terhadap media komunikasi yang mengandung frame gerakan sosial anti-batubara membuat mereka dapat menempelkan suatu peristiwa dalam benak masing-masing anggota, merasakan keresahan yang sama, mengidentifikasi latar belakang munculnya keresahan bersama terhadap digunakannya batubara hingga solusi yang sesuai, dan melabeli pihak-pihak yang terkait di dalamnya, sehingga terbentuk suatu identitas kolektif di antara anggotanya. Perbedaan identitas kolektif antara satu dengan yang lain juga diakibatkan oleh sejarah keaktivisan masing-masing anggota dan intensitas interaksi anggota dengan media komunikasi organisasi. Walaupun terdapat perbedaan identitas kolektif antara satu anggota dengan yang lain, framing batubara pada organisasi ini dapat dikatakan berhasil, sebab terjadi perubahan sebagian ataupun seluruh identitas kolektif anggota yang menjadi responden penelitian ini. Selain itu, selarasnya frame gerakan sosial yang melekat anggota LSM Greenpeace, termasuk ke dalam suatu keberhasilan, hal ini yang didasari oleh gagasan atau argumen yang mereka kemukakan mengenai kondisi lingkungan Indonesia, khususnya dalam konteks isu batubara, walaupun argumen-argumen yang mereka utarakan tidak selalu sama dengan gagasan-gagasan yang LSM ini ingin bangun.

(6)

ANALISIS FRAMING (PEMBINGKAIAN) DALAM GERAKAN

LINGKUNGAN HIDUP

(Studi Kasus Gerakan Anti Batubara oleh LSM Greenpeace Asia

Tenggara Indonesia, Jakarta)

Oleh:

Ikhsan Pratama Wicaksono I34052619

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(7)

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama : Ikhsan Pratama Wicaksono

NRP : I34052619

Judul Skripsi : Analisis Framing (Pembingkaian) dalam Gerakan Lingkungan Hidup

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS

NIP. 19630904 199002 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

(8)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS

FRAMING

(PEMBINGKAIAN)

DALAM

GERAKAN LINGKUNGAN HIDUP” BENAR-BENAR MERUPAKAN

HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI. TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK MANAPUN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH SAYA. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Januari 2010

Ikhsan Pratama Wicaksono I34052619

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, 30 Juli 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, yang merupakan anak dari pasangan suami istri Dedi Bambang Isdarmawan dan Sri Yuliani Ekawasti. Pada tingkat sekolah dasar penulis bersekolah di SD Polisi 1 Bogor, kemudian melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 4 Bogor dan SMU Negeri 5 Bogor.

Penulis memiliki hobi berolah raga, terutama berenang dan bermain musik. Pada saat Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas, penulis aktif dalam Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dan ekstrakulikuler PRAMUKA.

Setelah lulus dari SMU Negeri 5 Bogor, penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Penulis mengambil jurusan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia. Selama berada di IPB penulis aktif mengikuti berbagai keorganisasian seperti Himasiera sebagai anggota Divisi Public Relation, Commnex 2008, dan berbagai kegiatan kemahasiswaan seperti AIDS, Masa Pekenalan Departemen, Malam Keakraban KPM, dan juga penulis aktif dalam UKM MAX!! di IPB selama tiga tahun.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Analisis Framing (Pembingkaian) dalam Gerakan Lingkungan Hidup” ini berhasil diselesaikan.

Selesainya penyusunan skripsi ini atas masukan, arahan dan bimbingan dari Ibu Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS. sebagai dosen pembimbing, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih. Juga kepada seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, teman-teman atas dukungannya, dan pihak-pihak lain yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini belum dapat disusun secara sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca senantiasa mahasiswa harapkan, semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Januari 2010

Referensi

Dokumen terkait

yang melaksanakan tugas berdasarkan suatu perjanjian formal, dengan perhimpunan penghuni. 2) Badan pengelola yang dibentuk oleh perhimpunan penghuni ini harus

Terjadinya dikotomi ilmu pengetahuan Islam dengan ilmu-ilmu umum menyebabkan para ilmuan Islam berusaha melakukan Islamisasi atau integrasi kedua ilmu tersebut,

Tamu datang ke hotel dan menuju bagian receptionist untuk melakukan Check- indan memberi tahukan kode reservasi bagi yang Chek in dengan reservasi, Sedangkan tamu yang tanpa

(CB), Crack sidewall (CS), Dirty mould (DM), Blown tread ((BT), Under Cure Tread (UCT), Internal Failure (IF). Sedangkan penyebab utama cacat produk ban vulkanisir jenis truk

Data yang dikumpulkan adalah 1 sampel produk snack Mie Goreng merek Spix, bentuk dan material kemasann snack Mie Goreng merek Spix baru (kemasan primer dan

Kriteria akses visual tidak tercapai dikarenakan terdapat tangga yang menghalangi sehingga aktivitas di dalam ruang publik kurang terlihat, namun kehadiran tangga

Hasil penelitian ini menunjukkan dukungan terhadap teori berbasis ekonomi khususnya teori signaling karena ter- dapat bukti empiris yang konsisten bahwa tingkat

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:.. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan media buku cerita