V.
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil5.1.1. Model dan Konfigrasi Cengkareng Drain
Cengkareng Drain yang dianalisis disini dimulai dari Daan Mogot (Pertemuan dengan Saluran Mookevart) Sampai ke laut dengan panjang 6.022 m2 dengan luasan sekitar 21 m2. Aliran-aliran sungai yang menjadi masukan ke induk Cengkareng didaerah hulu adalah kali angke atas, kali pesanggrahan, grog01 hulu serta saluran mookevart. Beban limpasan ke Cengkareng Drain selain dari hulu adalah lateral inflow (limpasan permukaan) disepanjang sungai mulai dari Daan Mogot sampai muara ditambah dengan drainase-drainase sub makro yang masuk ke sungai Cengkareng Drain adalah:
-
Saluran Cengkareng Timur- Saluran Perurnahan (Pantai Indah Barat)
-
Dari Pantai Indah Selatan- Saluran Mandara Permai (Pantai Indah Utara)
Sebelum masuk kepemodelan dipersiapkan dahulu konfigurasi Cengkareng Drain, dimana dibagi menjadi 13 Node dengan titik masukan ke Node yang terdekat dengan saluran tersebut. Saluran irigasi yang berubah fungsi ini menjadikan hambatan pengaliran dari daerah layanan. Dengan peralihan fungsi dari sawah menjadi pemukiman, daerah layanan banyak dinaikan atau banyak mengalirkan air sungai dan rawa melalui pompa ke saluran Cengkareng Drain dan ha1 ini banyak menimbulkan endapan pada aliran Cengkareng Drain. Gambar 10. dan 11.
1 TMAPASUT
Pompa Golf (1
,O
m3/det)(1 1) Pompa (2,4 mldet) Pantai Indah Utara Ke Bandara Soekarno Hatta Jl. Tol Prof. Sedyatmo
Pompa 0,6 m3ldet (13) D4 5 (12) Pompa (l,6 m3Idet) Pantai Sebelah Barat Pantai Indah Selatan
JI. Daan Mogot h Kdi Mookervart
Keterangan :
Ruas Sungai
0
PompaDari rawaDl, D3, D5, D7. (Titik Pengukuran)
I TMAPASUT
Pompa (2,4 3m/det) Pantai Indah Utara
Pompa (1,6 m3/det)
Pantai Sebelah B Pantai Indah Selatan
Keterangan :
Ruas Sungai
0
Pompauntuk rawaDl, D3, D5, D7 (Titik Pengukuran)
Gambar 11. Peta Skematik Sungai dan Rawa Cengkareng Drain
.
Tabel 4. Sesion dan Node Sistem Cengkareng Drain
Tabel 6. Data Debit dan Pengamatan Muka Air yang Terelevasi pada Cengkareng Drain Tanggal 7-8 Mei 2001
Keterangan:
Q = Debit (m3ldet)
5.1.2. Resistansi Cengkareng Drain Pasang Sumt
Kalibrasi model yang dilakukan dalam penelitian ini, hanya sebatas pada kalibrasi kualitatif atau penyesuaian model, dengan membandingkan tinggi muka air (AL) dan debit (Q = Fin) atau kecepatan hasil hitungan dibeberapa saluran dan lokasi pertemuan terhadap hasil pengamatan pada aliran sungai dan rawa. Dimana resistansi disimulasikan berdasakan persamaan dua (2), untuk mensimulasikan model matematik dari persamaan aliran sungai dan rawa seperti terlihat dibawah ini:
Pada patok vengukuran (Dl) titik 8 versamaan yang didapat:
F9 - F8 = L9
-
L81~ 9.8...
(6)Pada patok venmkuran (D5) titik 4 versamaan vang didavat:
F6 - F4 = L6 - L4lr 6 4 + L13 - L4lr 134
+
L11 - L41r 14...
(7)Pada vatok vengukuran (D7) titik 2 persamaan vane didapat:
F4 - F2 = L4 - L2lr 4.2
+
L11 - L21r 11.2...
(8)Dari persamaan tersebut diambil persamaan ( 6 ) dan (8) sebagai model yang dipergunakan untuk hidrologi sungai d& rawa pada aliran Cengkareng Drain dengan memperhitungkan besaran aliran yang masuk sebelumnya pada persamaan tersebut sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
Pada patok vengukuran
(D5)
dan (D7) titik 2 dan 4 sehingga persamaan yang didavat:F6 - F2 = L6 - L41r64
+
L12 - L4Ir12-4+
L13-
L4Irj34+
L11 - L4/rl14+
L4 - L2lr4.2 + L10 - L21r10.2
...
(9)Keterangan:
F6 = Debit (m3Idt) pada patok D3; F2 = Debit (m3ldt) pada patok D7 L6 = Tinggi muka air pada patok D3; L4 = Tinggi muka air pada patok D5 L2 = Tinggi muka air pada patok D7
Lll,L12,L13=L4(,.1, =TMA padapatokD-5sejamsebelumnya L10=L2 (,.I, = TMA pada patok D-2 sejam sebelumnya.
Dari data debit dan pengamatan muka air pasang sumt secara keselumhan menggunakan data 184 buah, dengan jumlah komponen 4 (empat) buah D 1, D3, D5, dan D7 dengan 72 data sekunder. Selanjutnya berdasarkan persamaan (1 11, dibuat prediksi debit dan muka air dengan besarnya resistansi pada aliran sungai dan rawa Cengkareng Drain. Kemudian debit dan muka air hasil prediksi model dianalisa bersama-sama dengan resistansi hasil simulasi model. Dengan menggunakan program minitab untuk pengolahan data analisis, didapat hasil seperti pada Tabel 7.
5.1.3. Penerapan Model
Pada tahap penerapan model ini menggunakan data pola penyebaran vegetasi mangrove
.
129 koordinat penyebaran vegetasi pada lokasi A, 329 koordinat penyebaran vegetasi pada lokasi B, 292 koordinat penyebaran pada lokasi C, 406 koordinat penyebaran vegetasi pada lokasi D. Dengan Luas lokasi A = 2. 427 m2. luas lokasi B =2.354 m2. luas lokasi C = 2.266 m', luas lokasi D = 1.847 m2 dan kerapatan vegetasi seperti terlihat pada tabel 8 di bawah ini :
Tabel 8. Kerapatan dan Luas Vegetasi pada Daerah Penelitian
Berdasarkan parameter-parameter tersebut dengan menggunakan metoda spasial titik data diperoleh hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 9
.
Kerapatan
(1)
Luas (m)1
Vegetasi Lokasi A 1.062 2.427 129 Lokasi B 2.795 2.354 329 Lokasi C 2.577 2.266 292 Lokasi D 4.395 1.847 406Tabel 9. Hasil Simulasi dengan Menggunakan Data Vegetasi Mangrove
Garnbar
13.Gratik Hasif Siulasi Lokasi
4
B, C, danD
Lokasi B
35 3.0 26g "
1 .S 1.o
a6 0.0 0 10 a0 JO 40 50 60 70 80k
Gambar
15.Grafik Haail Simulasi pada Lokasi B
V
l
. -~ ---- ~
Gambar 17. Grafik Hasil Simulasi pada Lokasi D 5.2. Pembahasan
5.2.1. Model Simulasi Hidrologi Cengkareng Drain
Berdasarkan model peta skematik Cengkareng Drain (Gambar 11) aliran sungai dan rawa dibagi menjadi 13 node, dimana node 10, 11, 12, dan 13 merupakan lokasi rawa yang fluktuasi tinggi muka aimya yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang masuk melalui aliran Cengkareng Drain. Node 1 merupakan masukkan tinggi muka air laut yang masuk ke Cengkareng Drain, rawa disekitar areal golf dimasukkan pada node 2 pada aliran Cengkareng Drain, juga pada titik ini dilakukan pengukuran tinggi muka air dan debit pada patok D7. Rawa pada node 11 yang terletak di pantai indah utara dimasukkan pada node 4, sedangkan pada node 5 merupakan masukkan rawa yang berasal dari pantai indah Selatan (nodel2) dan pantai indah sebelah Barat (node 13), yang juga lokasi pengukuran tinggi muka air dan debit pada patok D5.
Model yang dikembangkan ini mempakan model aliran sungai dan rawa pada daerah pesisir Angke Kapuk yang disesuaikan dengan keadaan lokasi aliran rawa pada Cengkareng Drain.
5.2.2. Resistansi Cengkareng Drain
Simulasi hidrologi sungai dan rawa yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh resisansi Cengkareng Drain, pada dasamya dipengaruhi oleh perubahan tinggi muka air pasang surut setiap jamnya. Gelombang pasang surut hasil pengamatan pada dasarnya mempunyai bentuk tidak simetris dimana gelombang pasang sumt mempunyai periode pasang yang lebih kecil daripada periode surut, pada simulasi ini pengaruh evaporasi dan curah hujan yang masuk dalam aliran sungai dan rawa diabaikan. Pada hasil simulasi resistan (Gambar 12) terlihat bahwa: RI,4, R1z4 dan Rl04 dari analisis menunjukkan kecendrungan keluaran grafik yang mendapatkan aliran yang berasal dari rawa dan resistansi-resistansi tersebut setelah diidentifikasi temyata mempakan grafik aliran berasal dari masukan rawa yang diukur pada titik terdekat pada aliran Cengkareng Drain, sedangkan grafik %4 dan h . 2 adalah aliran sungai );ang tidak mendapatkan
masukan dari rawa.
Pada aliran Rg4 dan R4.2 terlihat adanya flat perubahan puncak grafik yang
berbeda. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh tinggi muka air pasang surut pada jam- jam tertentu yang tiba-tiba menyebabkan adanya lonjakan grafik yang tinggi pada jam 15 ke 16. Terjadinya pembahan tinggi muka air berarti aliran sungai ke hilir (laut) dengan berkurang kapasitas debitnya, kemudian grafik terlihat cenderpg datar, setelah jam 5 ke 6 terjadi kenaikkan tinggi muka air dimana menurut hasil pengukwan di lapangan teqadi kenaikkan pasang air laut yang masuk ke dalam aliran sungai sehingga menyebabkan
tinggi muka air yang meningkat, sedangkan pada h . 2 terjadi perubahan fluktuasi yang
menyatakan kenaikan tinggi muka air pada jam 23 ke jam 1 setelah itu terlihat relatif stabil.
Pada aliran rawa Rlo, R I I , R12, R13, pada grafik hasil simulasi terlihat mempunyai
.
bentuk relatif simetris atau periode pasang hampir sama dengan periode surut ha1 ini sesuai dengan fungsi rawa yang bersifat menampung air secara perlahan- lahan pada waktu pasang dan melepaskan air tersebut secara perlahan-lahan pada waktu sumt, juga pada lokasi pengamatan mempakan tanah gambut yang mempunyai porositas besar menyebabkan gaya kapiler kecil dan juga mudah mengikat dan melepaskan air.
5.2.3. Pengaruh Efek Pola Penyebaran Hutan Mangrove Terhadap Resistansi Cengkareng Drain
Berdasarkan analisis pola sebaran mangrove menyatakan bahwa nilai
Rk
> 1. Hal ini mencerminkan penyebaran vegetasi dari lokasi sampel (A, B, C, dan D) berpola (keteraturan), ha1 ini terlihat bahwa lokasi B yang mempunyai pola penyebaran vegetasi yang sangat teratur, kemudian C, D, dan lokasi A. Setelah dianalisa dengan data, pola penyebaran vegetasi mangrove di lapangan terlihat adanya korelasi terhadap rasio titik tengah sampel (Rk) pada jarak terdekat.
Hasil analisis simulasi terlihat bahwa adanya korelasi hubungan resistansi (R) dengan kerapatan mangrove seperti terlihat pada lokasi D dan B, sedangkan pada lokasi A dan C tidak terlihat adanya korelasi, ha1 ini diperkirakan karena pada lokasi A dan C kerapatan vegetasinya sangat kecil dimana jumlah vegetasi pada lokasi tersebut sangat kecil dibandingkan dengan luasan pola sebarannya.
Nilai kerapatan (h) bila dibandingkan dengan rasio titik tengah sampel pada jarak terdekat (Rk) berdasarkan Tabel 10 tidak terlihat adanya hubungan, ha1 ini kemungkinan disebabkan keterbatasannya perangkat lunak yang digunakan hanya mampu mengurutkan data terdekat Wki < 200 data, sehingga data yang dipilih acak oleh perangkat lunak maksimal 199 data walaupun data yang tersedia pada lokasi B, C, dan D mempunyai data koordiant vegetasi lebih dari 200 data.
Untuk mempennudah perbandingan hubungan variabel-varibel tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hubungan Kerapatan Vegetasi (h), Rasio Titik Tengah Sampel pada Jarak Terdekat (Rk) dan Pola penyebaran Vegetasi Mangrove di lokasi Studi
Keterangan :