• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus kebijakan pembangunan nasional yang tercantum dalam GBHN 1999 – 2004 adalah pengembangan yang berorientasi global dengan membangun keunggulan komparatif produk-produk daerah berdasarkan kompetensi dan keunggulan komparatif sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Berdasarkan hal tersebut di atas maka sekarang ini digalakkan agar setiap daerah memiliki keunggulan produk yang dapat mendukung pembangunan pertanian di daerah tersebut.

Pelaksana utama pembangunan pertanian terdiri dari warga masyarakat dalam hal ini petani yang pada umumnya termasuk golongan yang lemah. Petani mempunyai kelemahan dalam hal permodalan, tingkat pendidikan, keterampilan dan teknologi serta peralatan yang digunakan dalam pengelolaan usahataninya.

Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Upaya pembangunan pertanian erat berkaitan dengan upaya pengembangan sumberdaya manusia khususnya para petani, karena para petani yang mengatur dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dan hewan dalam usahataninya (Mosher 1990).

Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian memerlukan: (1) Peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, (2) Pemberian nasehat teknis dan informasi, (3) Peningkatan mutu organisasi dan kepemimpinan usahataninya dan (4) Penanaman motivasi dan percaya diri dalam menangani usahataninya (Abbas 1995).

Menurut Husodo (2004) kebutuhan beras nasional mencapai sekitar 36 juta ton pada tahun 2035 dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai sekitar 400 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,6 persen per tahun, sedangkan produksi dalam negeri tahun 2001 hanya mencapai sekitar 29 juta ton. Untuk mencapai kecukupan beras yang terus meningkat dihadapkan pada berbagai tantangan seperti: 1) pertambahan penduduk yang relatif tinggi, 2) ketersediaan

(2)

lahan produktif semakin terbatas, 3) petani gurem semakin meningkat, 4) pola usahatani masih tradisional dan subsisten, 5) produktivitas lahan sawah masih rendah, 6) tenaga kerja generasi baru semakin tidak tertarik pada usahatani sawah, 7) adopsi inovasi teknologi pertanian masih terbatas, dan 8) tingkat kesejahteraan petani masih rendah.

Provinsi Maluku adalah merupakan suatu provinsi kepulauan dengan luas 712.470,69 km2 yang terdiri dari 812 pulau-pulau kecil hingga sedang. Sebagai provinsi kepulauan Maluku memiliki daratan seluas 54.185 km2. Kabupaten Seram Bagian Barat adalah salah satu kabupaten baru berdasarkan pemekaran Wilayah pada tahun 2004. Luas wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat kurang lebih 10.149.35 km2 dan terdapat 10 pulau, terdapat empat kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat, dengan jumlah desa sebanyak 89 buah, jumlah sungai sebanyak 29 buah, sehingga menyimpan potensi yang sangat berlimpah untuk didayagunakan (BPS Provinsi Maluku 2007).

Maluku adalah salah satu daerah yang memproduksi beras di samping daerah-daerah lain di Indonesia. Kabupaten Pulau Buruh dan Kabupaten Seram Bagian Barat adalah merupakan daerah sentral produksi beras di Provinsi Maluku dan merupakan salah satu daerah produsen atau penyalur produksi beras di Indonesia. Hal ini terbukti dari kegiatan panen raya yang dibuka oleh Presiden Soeharto di Provinsi Maluku pada Tahun 1987. Diharapkan bahwa kondisi ini tetap dipertahankan dan ditingkatkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Namun berdasarkan BPS Provinsi Maluku (2007) menunjukkan bahwa produksi beras pada Tahun 2003 sebanyak 10.503 ton per hektar, Tahun 2004 produksi sebanyak 7.626 ton per hektar, Tahun 2005 produksi sebanyak 3.201 ton per hektar dan Tahun 2006 produksi sebanyak 2.679 ton per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa produksi beras di Provinsi Maluku dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kabupaten Pulau Buru dan Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan sumber permasalahan penurunan produksi beras di Provinsi Maluku, terkait kedua daerah tersebut merupakan produsen beras di wilayah itu.

Kabupaten Seram Bagian Barat mempunyai potensi sumberdaya alam yang layak untuk menumbuhkembangkan usaha pertanian khususnya komoditi tanaman padi. Dasar pelaksanaan dikembangkan usaha padi karena ketersediaan

(3)

lahan yang cukup luas. Pertanian padi dapat memberikan pendapatan, penyerapan lebih banyak tenaga kerja dan meningkatkan ketersediaan bahan pokok konsumsi masyarakat Maluku yang penduduknya semakin meningkat dan juga membantu menyediakan stok beras bagi Kabupaten Seram Bagian Barat dan Provinsi Maluku maupun bangsa ini yang akhir-akhir ini dilanda krisis pangan terutama beras sehingga mengurangi impor beras dari luar negeri terhadap bangsa ini. Pengembangan pada sektor ini akan mampu membuka kran peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti telah dicanangkan oleh pemerintah daerah sebagai salah satu program otonomi daerah. Pengembangan sektor ini sangat memerlukan keterlibatan semua elemen masyarakat dan komitmen yang tinggi. Dipilihnya daerah ini sebagai lokasi penelitian karena daerah ini kerap disebut lumbung padi Maluku.

Salahsatu akibat terjadinya penurunan produksi beras di Provinsi Maluku disebabkan karena kurangnya perhatian berbagai unsur terkait terhadap pola usahatani yang dikembangkan. Pola usahatani tradisional yang dilakukan oleh petani sulit diubah, karena kurangnya intensitas penyuluhan, bimbingan dan latihan untuk meningkatkan keterampilan serta memotivasi petani dalam melakukan kegiatan usahatani padi sawah, khususnya menyangkut cara-cara bercocok tanam. Petani untuk mendapatkan informasi tentang padi sawah lebih banyak pada komunikasi interpersonal yaitu antara sesama petani dalam lingkungannya saja dan mengandalkan kemampuan dan pengalaman pribadi sebagai sumber informasi. Masalah lain yang dihadapi oleh petani adalah kemampuan tenaga penyuluh dalam penguasaan materi atau teknologi yang dibutuhkan petani masih sangat terbatas, dikarenakan kurangnya materi penyuluhan yang dapat diperoleh, ketersediaan sarana produksi di tempat seperti bibit, pupuk, alat dan obat-obatan sangat sulit. Demikian halnya dukungan kelembagaan layanan informasi tentang padi sawah melalui media massa (media elektronik dan media cetak) dirasakan sangat minim atau kurang di daerah tersebut melalui program-program pemberitaannya. Hal ini mengingat daerah-daerah yang merupakan produsen beras tersebut adalah merupakan daerah-daerah baru yang dimekarkan pada Tahun 2004 sehingga sarana dan prasarana serta informasi

(4)

untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut juga sangat terbatas dan sulit terjangkau.

Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan daerah yang baru dimekarkan sehingga potensi sumberdaya alam belum dapat dikelola secara baik guna pengembangan usahanya, khususnya para petani untuk kegiatan usaha pertanian dalam hal ini cara bercocok tanam padi. Produktivitas usahatani yang dihasilkan masih tergolong rendah. Pembinaan usahatani yang dilakukan oleh penyuluh pertanian belum memberikan hasil yang memuaskan. Kelompok tani adalah satu-satunya wadah penyuluhan pertanian, namun rendahnya aktivitas para pengurus kelompok, menyebabkan fungsi kelompok tani belum dimanfaatkan secara optimal.

Masalah lain yang dihadapi petani di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah dukungan kelembagaan layanan informasi maupun kebutuhan pertanian masih sangat terbatas. Seperti informasi melalui media cetak, media elektronik seperti radio dan televisi belum bisa memuaskan, karena selain faktor geografis juga di sebabkan jumlah kepemilikan media televisi dan radio masih sedikit, daya tangkap siaranpun kurang baik serta listrik yang masih terbatas penggunaannya.

Kurangnya informasi menyebabkan tingkat kontak petani dengan berbagai sumber informasi sangat terbatas dalam pelaksanaan kegiatan usahatani padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat. Keterbatasan informasi umumnya disebabkan kurangnya komunikasi antara petani dengan sumber-sumber informasi

(penyuluh, tokoh masyarakat dan pihak-pihak sumber informasi lainnya) disebabkan kurangnya materi penyuluhan yang dapat diperoleh. Sekalipun para

penyuluh berinisiatif mencari bahan penyuluhan ke sumber-sumber informasi, seperti Dinas Pertanian Kabupaten Seram Bagian Barat dan ke BPTP Maluku, atau toko-toko buku memerlukan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Sehingga petani dalam melakukan kegiatan usahatani padi sawah selalu memperoleh informasi melalui komunikasi interpersonal antara petani dalam lingkungannya saja, hanya mengandalkan kemampuan dan pengalaman pribadi sebagai sumber informasi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa keterbatasan petani untuk memperoleh informasi dapat mengurangi derajat kemampuan masing-masing petani dalam

(5)

melakukan kegiatan berusahatani padi sawah. Sebab derajat kemampuan petani dapat menjadi motivasi bagi petani dalam bertindak. Kesiapan masing-masing petani untuk berusaha memperoleh informasi, dipengaruhi oleh faktor personal petani dan faktor situasional yang mendukung kegiatan usahatani padi sawah tersebut. Faktor-faktor ini secara tidak langsung berpengaruh pada perilaku petani dalam melakukan kegiatan usahatani padi sawah, khususnya cara-cara bertanam padi sawah.

Setiap petani ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui usahanya, dan untuk membuka seluruh wawasan pengetahuannya, maka diperlukan sarana komunikasi untuk menjembatani usaha pertaniannya agar dapat membantu membuka cara berpikir, cara berkerja termasuk cara berusahatani dan cara hidupnya, agar terjadi pengembangan pada usahanya. Petani di Kabupaten Seram Bagian Barat yang masih terbatas dengan sumber informasi media massa, lebih menggunakan sumber informasi dalam bentuk interpersonal untuk menciptakan kesadaran akan suatu inovasi. Keberlangsungan kegiatan petani-petani padi sawah semuanya tidak terlepas dari proses komunikasi yang berlangsung di antara individu-individu petani, karakteristik petani akan sangat menentukan tingkat pemahaman petani terhadap informasi-informasi pertanian, juga hubungan komunikasi interpersonal di antara para petani melalui perilaku komunikasi untuk memperoleh informasi. Oleh sebab itu, ketersediaan informasi dan kesiapan petani untuk menerima dan berbagi informasi, sangat membantu dalam meningkatkan mutu sumberdaya manusia (SDM) petani padi sawah.

Ketersediaan sumber informasi dan saluran informasi di lapangan sangat diperlukan. Sumber informasi digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda; media massa untuk menyebarkan fakta kepada petani secara cepat. Penggunaan media massa sebagai saluran informasi dimaksudkan untuk memperkuat penyebaran pesan, sedangkan saluran interpersonal misalnya berhubungan dengan petani, kawan, guru, PPL, aparat pemerintah, keluarga dan tetangga dimaksudkan untuk mempengaruhi perubahan perilakunya. Di dalam berhubungan secara langsung masing-masing dapat saling berbagi informasi dan respons yang akan timbul berupa keputusan menerima dan menolak.

(6)

Informasi menciptakan suatu situasi dimana pemakai informasi tersebut harus melakukan pemilihan kemungkinan. Seseorang yang sadar dan merasakan adanya kebutuhan atau masalah, akan berusaha untuk mencari keterangan mengenai hal-hal baru untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Kesadaran akan adanya kebutuhan informasi dapat mendorong mencari informasi lebih banyak tentang hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, untuk dapat memperoleh informasi dengan baik maka komunikasi interpersonal dapat menjembatani segala keterbatasan petani dalam melakukan kegiatan tersebut.

Berdasarkan kondisi di atas, maka petani di Kabupaten Seram Bagian Barat dalam berusahatani padi sawah menjadi kurang optimal. Hal ini terbukti dari produksi padi yang dihasilkan terjadi penurunan dan belum memberikan nilai tambah padahal daerah ini kerap disebut lumbung padi Maluku. Beberapa faktor yang perlu dikaji dalam hal usahatani padi sawah antara lain cara pengolahan lahan, penggunaan varietas padi, cara pemeliharaan dan pemupukan serta pemberantasan hama penyakit. Aspek-aspek pendorong petani untuk lebih berdaya dalam berusahatani padi baik pada tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan perlu dikaji untuk menghasilkan cara kerja baru yang lebih efektif dan efisien adalah faktor internal dan situasional individu petani. Faktor internal dimaksud adalah karakteristik individu petani, sedangkan faktor situasional adalah perilaku komunikasi interpersonal.

Kesiapan petani (karakteristik petani) untuk menerima dan berbagi informasi melalui komunikasi interpersonal antara petani dengan sesama petani lain maupun pihak-pihak sumber informasi lainnya dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi petani sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan seorang petani, menguatkan sikap dan tindakan. Selanjutnya ada kemungkinan terjadi perubahan pada diri seseorang atau perubahan perilaku. Perubahan itu berupa perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan atau tindakan nyata khususnya menyangkut cara-cara bertanam padi sawah. Oleh sebab itu, komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang dianggap tepat dan lebih ampuh dibanding bentuk komunikasi lainnya dalam hal mengubah pengetahuan, sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan (Effendy 2004).

(7)

Perumusan Masalah

Untuk memperkuat basis ketahanan ekonomi di daerah maka diperlukan upaya pengembangan yang memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal. Oleh karena itu pengembangan usahatani padi sawah pada kondisi pertanian rakyat menjadi pilihan yang tepat. Perkembangan ekonomi global menuntut sistem usahatani yang berorientasi agribisnis, hal ini akan mempengaruhi agroindustri pertanian di masa yang akan datang. Sistem produksi yang sampai saat ini masih bersifat tradisional perlu diubah, demikian pula skala pengusahaan padi yang kecil dan tersebar perlu ditingkatkan pada skala usaha yang ekonomis dan terorganisir sehingga dapat meningkatkan hasil produksi baik secara kualitas maupun kuantitas.

Komunikasi memiliki peran yang sangat penting baik dalam proses pemahaman dan proses penerapan suatu temuan hasil penelitian ataupun pengalaman suatu kegiatan. Melalui komunikasi, seseorang dapat menyampaikan pengalamannya kepada orang lain tanpa orang lain tersebut mengalaminya sendiri. Tubbs dan Moss (2000) mengemukakan bahwa dengan berkomunikasi manusia dapat menyampaikan pesan, pendapat, ide, konsep, pengetahuan, perasaan, sikap dan perbuatan kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai sumber maupun sebagai menerima pesan.

Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini selalu berusaha melakukan sesuatu yang baik untuk hidupnya, manusia cenderung melaksanakan semua aktivitas yang berkaitan dengan hidupnya sepanjang itu menguntungkan dirinya. Demikian halnya dengan petani di Kabupaten Seram Bagian Barat selalu berusaha untuk melaksanakan semua hal yang berkaitan dengan kegiatan pertanian, seperti cara-cara bercocok tanam padi sawah.

Petani merupakan subjek utama yang mengendalikan dan mengelola berbagai proses usahatani sehingga mampu menghasilkan atau berproduksi. Petani harus mampu mengambil keputusan terhadap usaha yang dipilih, cabang usaha, pengelolaan, permodalan dan berbagai faktor pendukung lainnya. Petani sebagai anggota masyarakat, memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, mempelajari hal-hal baru dan mengikuti perkembangan yang ada. Hal tersebut akan membentuk karakteristik petani dan perilaku komunikasi

(8)

interpersonal yang berhubungan dengan perilaku petani tersebut dalam berusahatani.

Melalui komunikasi interpersonal antar petani diharapkan terjalin sebuah pengertian bersama sehingga sadar akan potensi daerahnya dan juga termotivasi untuk ikut dalam program pengembangan padi sawah. Hal ini sangat beralasan karena berbagai alasan yang terutama jika ditinjau dari segi geografisnya yang daerahnya subur dan masih luas karena merupakan kabupaten baru, sehingga pemanfaatan sumberdaya lokal dapat memperkuat basis ketahanan ekonomi daerah. Pertanyaannya adalah sejauh mana perilaku komunikasi interpersonal antar petani dan karakteristik petani mampu menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif sehingga merubah perilaku petani di tengah terbatasnya teknologi dan sumber-sumber informasi serta keberadaan media komunikasi elektronik dan media cetak masih sulit terjangkau.

Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi untuk diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan karakteristik individu dengan perilaku komunikasi interpersonal petani padi sawah di Desa Waimital Kecamatan Kairatu?

2. Seberapa jauh efektivitas komunikasi interpersonal petani padi sawah di Desa Waimital Kecamatan Kairatu?

3. Sejauh mana hubungan karakteristik individu dan perilaku komunikasi interpersonal dengan efektivitas komunikasi interpersonal petani padi sawah di Desa Waimital Kecamatan Kairatu?

4. Sejauh mana hubungan karakteristik individu dan perilaku komunikasi interpersonal dengan perilaku petani di Desa Waimital Kecamatan Kairatu dalam bertanam padi sawah?

5. Sejauh mana hubungan efektivitas komunikasi interpersonal dengan perilaku petani di Desa Waimital Kecamatan Kairatu dalam bertanam padi sawah?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari hubungan efektivitas komunikasi interpersonal dengan perilaku petani dalam bertanam padi sawah. Secara khusus dan rinci penelitian ini bertujuan untuk:

(9)

1. Mengetahui hubungan karakteristik individu dengan perilaku komunikasi interpersonal petani padi sawah di Desa Waimital Kecamatan Kairatu.

2. Mengetahui efektivitas komunikasi interpersonal petani padi sawah di Desa Waimital Kecamatan Kairatu.

3. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan perilaku komunikasi interpersonal dengan efektivitas komunikasi interpersonal petani padi sawah di Desa Waimital Kecamatan Kairatu.

4. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan perilaku komunikasi interpersonal dengan perilaku petani di Desa Waimital Kecamatan Kairatu dalam bertanam padi sawah.

5. Menganalisis hubungan efektivitas komunikasi interpersonal dengan perilaku petani di Desa Waimital Kecamatan Kairatu dalam bertanam padi sawah.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna bagi pengetahuan dan perilaku petani padi sawah terutama dalam menggunakan komunikasi interpersonal yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Barat, oleh karena itu penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. implikasi bagi peneliti dalam mempelajari ilmu komunikasi terutama pendalaman tentang penggunaan komunikasi interpersonal.

2. masukan dan pertimbangan bagi peneliti-peneliti di bidang lain terutama untuk bidang komunikasi.

3. masukan kepada pemerintah daerah tentang langkah-langkah strategis melalui perilaku komunikasi interpersonal dan karakteristik individu dengan perilaku petani dalam bertanam padi sawah.

Referensi

Dokumen terkait

kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu Ada pengaruh yang positif antara pernikahan pada usia dini terhadap kehidupan keluarga di Desa Bero Kecamatan Trucuk

Southern New England Offshore Wind Energy Science Forum December 11-12 2017, URI Narragansett Bay Campus.. Southern New England Offshore Wind Energy Science Forum December 11-12

Untuk kondisi MAT yang tidak jenuh dalam pengolahan data didapatkan nilai faktor keamanan untuk overall slope didapatkan nilai faktor keamanan 1,036 pada metode

Hasil penelitian dan pembahasan ten­ tang optimalisasi dalam menyusun rencana pelaksanaan melalui supervisi klinis pada kepala SD Daerah Binaan II UPTD Pendidi­ kan

Indikator Soal Nomor Soal Skor Menjelaskan konsep usaha, pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Usaha L1 Disajikan pernyataan, peserta didik

Pimpinan media massa cetak dihadapkan pada suatu persoalan, bagaimana dapat menciptakan situasi agar wartawan dapat mencapai kepuasan kerja secara individu dengan

Mayoritas masyarakat bantaran sungai akan tinggal dan bekerja di CRP yang dapat dipahami sebagai kota baru di Jakarta, walaupun terkadang sangat sulit untuk

Jadi inti dari teori ini adalah suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis atau beberapa jenis barang tertentu, dimana negara tersebut tidak