• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

19

JPMP 1 (1) (2017) 19-27

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti

http://e-journal.ups.ac.id/index.php/jpmp email: adminjpmp@upstegal.ac.id

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK MATERI AJAR

OPERASI HITUNG ALJABAR DENGAN PEMODELAN TEORI

RESPON BUTIR

(Studi Pengembangan pada Pembelajaran Matematika di SMP Negeri 1

Adiwerna Tahun Ajaran 2016/2017)

Indah Rizqi Kurniawati1, Purwo Susongko2, Paridjo3

1Prodi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Pancasakti Tegal, Indonesia 2Prodi Pendidikan IPA, FKIP Universitas Pancasakti Tegal, Indonesia 3Prodi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Pancasakti Tegal, Indonesia

Kata Kunci: Instrumen tes, tes diagnostik, model teori respons butir

Abstrak

___________________________________________________________ Tujuan penelitian ini adalah 1. Mengetahui prosedur penyusunan tes diagnostik kesulitan belajar matematika materi operasi hitung aljabar dengan pemodelan teori respons butir,2. Mengetahui kualitas tes diagnostik kesulitan belajar matematika operasi hitung aljabar yang dianalisis dengan teori respons butir, 3.Memperoleh informasi kesulitan-kesulitan belajar matematika yang dimunculkan dalam tes diagnostik yang telah disusun.Penelitian ini merupakan penelitian research and development yang dengan dengan prosedur penelitian

research and development Sugiyono, yaitu: Potensi dan masalah, mengumpulkan Informasi,

desain produk, validasi desain, perbaikan desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba yang diperluas, dan penggunaan produk pada kondisi sesungguhnya. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 102 peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan tes. Hasil penelitian menunjukan tes diagnostik yang telah disusun secara kualitatif memenuhi aspek velid, aspek praktis, dan aspek efektif. Tes diagnostik yang telah disusun cocok dengan model dua parameter dan memiliki tingkat kesukaran berkisar antara -2,080 sampai 1,749. Tes diagnostik memberikan informasi Indikator kesulitan yang paling banyak terjadi adalah kesalahan konsep dengan presentase rata-rata sebanyak 15.15%, yang kedua adalah kesalahan konsep dan hitung dengan presentase rata-rata 11,51%, yang ketiga kesalahan hitung dengan presentase rata-rata 9.09%, dan yang terakhir kesalahan analisis atau pemahaman soal dengan presentase rata-rata 7.78%. Lebih dari 50% peserta didik harus remidi dan mengulang sebagian.

© 2017 Universitas Pancasakti Tegal ISSN : 2597-7024

(2)

20

PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang berkelanjutan, hasil belajar matematika saat ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan matematika sebelumnya. Sehingga jika terjadi kesalahan pada pembelajaran sebelumnya maka akan berakibat pula pada pembelajaran berikutnya. Apabila tidak ada tindak lanjut terhadap kesalahan ini, maka akan berakibat pada lemahnya kemampuan matematika peserta didik.

Kemampuan matematika peserta didik di Indonesia masih terbilang sangat rendah. Berdasarkan hasil survei programme for International Student Assesment (PISA) kemampuan matematika anak-anak Indonesia dalam usia kisaran 15 tahun di dunia masih jauh di bawah rata-rata. Pada tahun 2006 menduduki peringkat 50 dari 57 negara dengan skor rata-rata 391, tahun 2009 menduduki peringkat 61 dan 65 negara dengan skor rata-rata 371 (Litbang Kemendikbud 2011). Trend in International Mathematics and science study (TIMSS) Pada tahun 2003, 2007 dan 2011 melakukan studi international tentang prestasi belajar matematika dan sains siswa SMP. Bidang matematika yang diuji dalam studi tersebut adalah tahun 2003 anak-anak Indonesia berada di peringkat 36 dari 46 negara dengan rata-rata skor 397 untuk kemampuan pengetahuan dasar matematika, pada tahun 2007 Indonesia berada di peringkat 34 dari 46 negara dengan rata-rata nilai 411 untuk kemampuan pengetahuan dasar matematika dan di tahun 2011 Indonesia berada di peringkat 40 dari 44 negara dengan rata-rata nilai 386 untuk prestasi peserta didik dalam pembelajaran matematika.

Sejalan dengan pernyataan di atas, salah satu faktor penyebab lemahnya kemampuan peserta didik yaitu kesulitan siswa memahami materi. Salah satu penyebab kesulitan siswa memahami materi adalah katidakmampuan siswa memahami konsep matematika, namun tidak adanya tindak lanjut terhadap ketidakmampuan tersebut. Untuk itu perlu adanya penanganan terhadap masalah yang terjadi pada peserta didik. Sebelum dilakukan

penanganan tersebut diperlukan diagnostik untuk peserta didik agar dapat diketahui dimana letak kesulitan dari peserta didik tersebut.

“Diagnostik dalam pendidikan merupakan konsep yang luas, meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik.” (Sriati 1993 dalam Duskri 2014). Sheehan (1997) dalam Duskri (2014) menyatakan bahwa hasil tes bukan hanya menunjukan berapa skor yang benar dan salah dari setiap peserta didik, namun memberikan informasi pola pencapaian ketuntasan kemampuan siswa. Untuk itu, diperlukan instrumen tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik, sehingga dapat diketahui ketidakmampuan siswa atau biasa disebut dengan kesulitan belajar siswa.Susongko (2013:40) dalam bukunya menyatakan bahwa “Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahpahaman konsep”. Tes diagnostik akan sangat bermanfaat untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dan merupakan langkah awal untuk perbaikan proses beajar mengajar. Informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tes diagnostik akan dapat digunakan untuk membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik. Informasi dari tes diagnostik juga dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran (Suwarto 2010:46).Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 1 Adiwerna, sebagian besar peserta didik di SMP N 1 Adiwerna memiliki kesulitan belajar matematika pada materi operasi hitung aljabar. Hal ini dapat dilihat dari kesalahan siswa pada ulangan akhir semester maupun ujian nasional banyak mengalami kesalahan pada soal yang berkaitan dengan operasi hitung aljabar. Menurut guru kelas VIII operasi hitung aljabar mudah untuk diajarkan namun sulit untuk dipahami siswa (Sumber: Ibu Ningrum, S.Pd guru kelas VIII dan IX SMP N 1 Adiwerna). Untuk itu diperlukan tes diagnostik materi operasi hitung aljabar untuk SMP khususnya untuk peserta di SMP N 1 Adiwerna, sehingga dilakuakn penelitian penyususnan instrumen tes diagnostik materi ajar operasi

(3)

Indah Rizqi Kurniawati, dkk / JPMP 1 (1) (2017) 19-27

21

hitung aljabar di SMP N 1 Adiwerna. Penelitian yang telah dilakukan oleh M. Duskri, Kumaidi, Suryanto (2015) yang berjudul Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD memberikan informasi tentang prosedur penyusunan tes diagnostik, dan penelitian yang dilakukan oleh Arini Fardianasari (2014) yang berjudul Analisis Kesalahan Siswa dalam Melakukan Operasi Aljabar memberikan informasi tentang faktor kesalahan peserta didik dalam melakukan operasi aljabar diantaranya: peserta didik belum menguasai konsep operasi aljabar, peserta didik tidak dapat memaknai variabel, terjadi miskonsepsi saat menerima penjelasan guru, tidak dapat melakukan komputasi dengan tepat, dan tidak dapat menerapkan sifat-sifat operasi dalam aljabar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kedua penelitian tersebut peneliti mengembangkan tes diagnostik pada materi pokok Operasi hitung aljabar sesuai kebutuhan peserta didik di SMP N 1 Adiwerna.

Teori respons butir dikembangkan atas dua asumsi. Asumsi pertama, peluang menjawab benar suatu butir tidak dipengaruhi oleh peluang menjawab benar butir lain atau independensi lokal. Asumsi yang kedua, tes mengukur satu dimensi kemampuan atau unidimensi Mardapi (2008) dalam Susongko (2013). Dalam hal ini teori respons butir memiliki tingkat keketatan lebih tinggi dibandingkan dengan teori tes klasik dalam hal pemenuhan asumsi, selain itu dalam teori respons butir menganalisis butir tes berdasarkan kemampuan (laten trait) yang karakteristiknya tidak tergantung kelompok. Sehingga dalam penelitian ini akan menggunakan teori respons butir untuk menganalisis butir tes, karena dalam tes diagnostik akan diukur kemampuan setiap peserta didik dan bukan kelompok peserta didik secara keseluruhan.Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:Bagaimana prosedur penyusunan tes diagnostik kesulitan belajar matematika operasi hitung aljabar?, Bagaimana kualitas tes diagnostik kesulitan belajar matematika operasi hitung aljabar yang dianalisis dengan teori respons butir?, Apa

Informasi yang dihasilkan dari tes diagnostik kesulitan belajar matematika materi operasi hitung aljabar yang telah disusun?

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development), dengan prosedur penelitian Sugiyono (2008:289) yang meliputi langkah pengembangan: Potensi dan masalah, mengumpulkan Informasi, desain produk, validasi desain, perbaikan desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba yang diperluas, dan penggunaan produk pada kondisi sesungguhnya.Sampel dalam penelitian ini yaitu 102 jawaban respondens yang berasal dari peserta didik kelas VIII SMP N 1 Adiwerna pada soal tes diagnostik berbentuk pilihan ganda materi ajar operasi hitung aljabar yang telah disusun. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara tak terstruktur, angket, dan tes. Data yang diperoleh berupa informasi materi yang dianggap sulit oleh peserta didik, Masukan dari para ahli yang digunakan sebagai validasi tes, jawaban pesrta didik pada soal tes essay yang digunakan untuk menentuka option-option pada soal pilihan ganda, serta jawaban peserta didik terhadap soal pilihan ganda yang digunakan untuk analisis soal secara kuantitatif dengan teori respons butir. Teknik analisis data menggunakan teori yang diadaptasi dari Nieevan (1999) untuk menentukan kualitas tes. Teknik analisis data secara kualitatif dengan penilaian para ahli masukannya berupa berupa kebenaran konsep matematika yang diujikan dalam instrumen (butir tes), kesesuaian indikator kemampuan dengan Kompetensi Dasar, kesesuaian butir soal dengan materi yang terkandung dalam kurikulum yang didasarkan pada Kompetensi Dasar konstruksites bahasa yang digunakan, ketepatan instrumen untuk mendiagnosis kesulitan belajar matematika peserta didik khususnya pada materi operasi hitung aljabar, kesesuaian rumusan pilihan alternatif jawaban tiap butir soal, kesjelasan petunjuk, dan kecakupan alokasi waktu yang tersedia untuk meyelesaikan soal. Analisis secara kuantitatif dengan teori respon butir menggunakan

(4)

Indah Rizqi Kurniawati, dkk / JPMP 1 (1) (2017) 19-27

22

bantuan R program versi 3.03 dengan uji ltm, untuk menentukan kecocokan model parameter serta tingkat kesukaran soal tes diagnostik. HASIL

Dalam penelitian ini data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif berupa masukan para ahli yang terdidri dari guru kelas, dosen pendidikan matematika, dan dosen evaluasi. Masukannya berupa kebenaran konsep matematika yang diujikan dalam instrumen (butir tes), kesesuaian indikator kemampuan dengan kompetensi dasar, kesesuaian butir-butir soal dengan materi yang terkandung dalam kurikulum yang didasarkan pada kompetensi dasar, konstruksi tes, bahasa yang digunakan, dan ketepatan instrumen untuk mendiagnosisi kesulitan belajar peserta didik khususnya materi operasi bentuk aljabar. Hasil penskoran yang dilakukan oleh para ahli dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil validasi

Aspek Validasi Skor

Kesesuaian Materi 27

Konstruksi Tes 73

Bahasa yang

Digunakan 42

Skor Total 142

Rerata Penilaian ahi 3,15 Simpulan Perangkat dapat

digunakan dengan sedikit revisi

Setelah dilakukan validasi rasional, dilakukan validasi empiris dengan teori respon butir model logistik 1 parameter, 2 parameter dan 3 parameter. Hasil analisis dengan teori respons butir dapat dijelaskan sebagai berikut:

Butir soal yang dianalisis dengan model satu parameter terdapat 21 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah, terdapat 9 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sukar. Nilai tingkat kesukaran berkisar antara -1.916 sampai 1.003. Dari hasil analisis butir

soal dengan model satu parameter maka dapat disimpulkan soal dikategorikan termasuk soal dalam kategori sedang.

Butir soal yang dianalisis dengan model dua parameter terdapat 20 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah, 1 soal dengan tingkat kesukaran terlalu mudah, terdapat 8 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sukar, dan 1 soal yang memiliki tingkat kesukaran terlalu sukar. Nilai tingkat kesukaran berkisar antara -2.080 sampai 1.749. Dari hasil analisis butir soal dengan model satu parameter maka dapat disimpulkan soal dikategorikan termasuk soal dalam kategori sedang.

Butir soal yang dianalisis dengan model tiga parameter terdapat 19 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah, terdapat 10 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sukar, dan 1 soal yang memiliki tingkat kesukaran terlalu sukar. Nilai tingkat kesukaran berkisar antara -1.885 sampai 2.007. Dari hasil analisis butir soal dengan model satu parameter maka dapat disimpulkan soal dikategorikan termasuk soal dalam kategori sedang.

Berdasarkan hasil analisis model logistik dua parameter terdapat 16 butir memiliki daya beda rendah, terdapat 10 butir memiliki daya beda sedangdan 4 butir memiliki daya beda tinggi. Nilai daya beda berkisar antara 0.085 sampai 2.763.Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa soal memiliki daya beda rendah.

Berdasarkan hasil analisis model logistik tiga parameter terdapat 12 butir memiliki daya beda rendah, dan 11 butir memiliki daya beda tinggi. Nilai daya beda berkisar antara 0.091 sampai 807.490.Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa soal memiliki daya beda rendah.

Berdasarkan hasil analisis model logistik tiga parameter terdapat 21 butir merupakan butir soal yang baik, dan 9 butir merupakan butir soal yang tidak baik. Nilai faktor tebakan berkisar anatara 0.000 sampai 0.598.Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa butir soal dapat disimpulkan bahwa soal memiliki faktor tebakan yang baik.

Berdasarkan hasil uji fit model logistik satu parameter, dua parameter, dan tiga parameter dengan 𝛼 = 5% atau 𝛼 = 0,05, instrumen tes diagnostik yang telah disusun cocok dengan model logistik dua parameter. Karena banyaknya butir soal yang cocok

(5)

Indah Rizqi Kurniawati, dkk / JPMP 1 (1) (2017) 19-27

23

memiliki presentase lebih besar dari yang lain yaitu mencapai 93.33%.

Berdasarkan hasil tes diagnostik yang telah dilakukan oleh peserta didik kelas VIIIB SMP N 1 Adiwerna, maka dapat dibuat profil peserta didik. Profil peserta didik tersebut terdiri dari penguasaan peserta didik terhadap materi ajar operasi hitung aljabar, analisis kesalahan tiap

indikator materi dan tindak lanjut yang harus diberikan oleh guru kepada peserta didik. Profil peserta didik tersebut disajikan dalam bentuk aplikasi Komputer yang diadaptasi dari laporan tes diagnostik oleh Rupp, Templin, & Henson (2010). Berikut salah satu profil peserta didik yang disajikan dalam aplikasi komputer dengan menggunakan Microsoft Excel:

Gambar 1. Laporan hasil tes diagnostk PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian serta analisis data yang dilakukan peneliti, maka hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Bentuk soal tes diagnostik yang digunakan yaitu bentuk pilihan ganda (multiple choice) dimana option-option pada tes diperoleh dari polarisasi jawaban peserta didik pada tes bentuk uraian yang telah dilakukan sebelumnya. Option-option pada soal tes diagnostik bentuk pilihan ganda digunakan sebagai diagnotik jawaban respondens. Sehingga jawaban yang diberikan respondens akan dapat memberikan informasi tentang kesulitan yang dihadapi. Penyusunan kisi-kisi tes beracuan pada penyusunan kisi-kisi tes evaluasi. Terdapat 11 Indikator yang tercakup pada penelitian ini, diantaranya 1. Menyelesaikan perkalian suku dua dengan suku tiga dari bentuk aljabar, 2. Menyelesaikan pembagian suku banyak dengan pembagi suku

dua, 3. Pemangkatan bentuk aljabar suku tunggal dan suku dua, 4. Menentukan faktor dari bentuk aljabar dengan selisih dua kuadrat, 5. Menentukan faktor dari bentuk aljabar dengan bentuk 𝑎𝑥2+ 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0,

6.Menentukan faktor dari bentuk aljabar 𝑎𝑥2+ 𝑏𝑥𝑦 + 𝑐𝑦2= 0, 𝑎 ≠ 0 ,7. Menyelesaikan

operasi hitung pecahan bentuk aljabar dengan penyebut sama dan penyebut berbeda, 8. Menyelesaikan operasi perkalian pecahan bentuk aljabar dan menyederhanakannya. 9. Menyelesaikan operasi pembagian bentuk aljabar 10.Menyederhanakan pecahan bersusun bentuk aljabar. 11. Pemodelan matematika bentuk aljabar. Setiap indikator dibuat 2 sampai 3 butir soal.

Menurut Nieveen (1999) dalam Astuti (2009) suatu material dikatakan berkualitas jika memenuhi aspek-aspek kualitas produk antara NAMA SISWA: Nomor/Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Tingkat Kesukaran Mdh Skr Mdh Mdh Mdh Mdh Mdh Skr Skr Mdh Mdh Mdh Mdh Skr Mdh Mdh Mdh Skr Mdh MdhMdh Skr Mdh Skr MdhSkr MdhMdh Level Kognitif C2 C2 C2 C2 C2 C2 C1 C1 C1 C1 C1 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C2 C3C3 C3 C3 Kunci Jawaban D C A C B B D B C A B C D A B A A A B D D B D C B A B B Jawaban Siswa D C D D C C D B A A B A A C B C A A B A A B C A B A C B Benar(B)/Salah(S) B B S S S S B B S B B S S S B S B B B S S B S S B B S B Analisis Kesalahan KA KH KA KA KH KH KA KK B B KK B B KH KK KH B B KK B B KK KH B KK B KH KK Skor 3,5 3,5 0 0 0 0 3,5 3,5 0 3,5 3,5 0 0 0 3,5 0 3,5 3,5 3,5 0 0 3,5 0 0 3,53,5 0 3,5 Materi Pokok Nilai Ketuntasan 14 14 49 51 Tidak Tuntas

Faktorisasi Bentuk Aljabar 10, 11, 12, 13, 14, 15 3 Butir Nomor å Butir Benar

LAPORAN HASIL TES DIAGNOSTIK

NAFI'AH HARDIYANTI NISN: 16206

Operasi Bentuk Aljabar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 4

3

4 7

å Benar C2 å Benar C3 å Benar C1

å Benar å Salah å Skor

Pemodelan Bentuk Aljabar 25, 26, 27, 28 3

Pecahan Bentuk Aljabar 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 4 Rasio 0,44 0,50 0,444444444 0,75 0,44 0,50 0,444444444 0,75 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 OPERASI BENTUK ALJABAR

FAKTORISASI BENTUK ALJABAR PECAHAN BENTUK ALJABAR PEMODELAN BENTUK ALJABAR

KETERANGAN: REMIDIAL (<0,45) MENGULANG SEBAGIAN (0,45-0,75) PENGAYAAN: >0.75

(6)

Indah Rizqi Kurniawati, dkk / JPMP 1 (1) (2017) 19-27

24

lain: kevalidan (validity), kepraktisan (practivality), dan keefektifan (effectiveness). Instrumen tes diagnostik yang telah disusun ini telah memenuhi aspek valid, karena instrumen tes diagnostik telah memperoleh penilaian validitas oleh para ahli dengan rata-rata total nilai validasi 3,15, Instrumen tes diagnostik ini juga memenuhi aspek praktis karena dari hasil penilaian para ahli (validator) dapat disimpulkan bahwa tes diagnostik yang dikembangkan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Serta memenuhi aspek praktis berdasarkan kesesuaian antara hasil tes dengan tujuan tes yaitu mengidentifikasi kesulitan peserta didik pada materi ajar operasi hitung aljabar. Indikator kesulitan yang dianalisis yaitu: Kesalahan konsep, kesalahan hitung, kesalahan analisis, dan kesalahan konsep hitung. Sehingga instrumen tes diagnostik yang telah disusun memiliki kualitas yang baik, karena memenuhi aspek kevalidan (validity), kepraktisan (practivality), dan keefektifan (effectiveness).

Berdasarkan hasil uji fit yang telah dilakukan maka soal tes diagnostik yang telah disusun dianalisis dengan model teori respons butir model logistik 2 parameter. Dari 30 soal yang telah disusun maka terdapat 2 yang tidak cocok dengan model logistik 2 parameter, sehingga diambil 28 butir soal yang cocok yang digunakan sebagai produk akhir tes diagnostik bentuk pilihan ganda. Karena menggunakan model logistik 2 parameter maka dapat dianalisis tingkat kesukaran dan daya beda butir soal.

Hasil analisis tingkat kesukaran, produk akhir ini memiliki rantang tingkat kesukaran antara -2,080 sampai 1,749. Sebanyak 66,67 % soal memiliki tingkat kesukaran mudah, 3,33 % soal dengan tingkat kesukaran terlalu mudah, 26,67% soal memiliki tingkat kesukaran sukar dan 3,33 % soal memiliki tingkat kesukaran terlalu sukar. Sehingga tingkat kesukaran soal secara keseluruhan yang dianlisis dengan model teori respons butir dengan model logistik 2 parameter termasuk ke dalam soal yang sedang. Sehingga tes diagnostik ini sangat cocok bagi

peserta didik berkemampuan sedang. Dengan kata lain uji tes diagnostik yang dikembangkan dapat digunakan untuk melakukan diagnosisi kesulitan belajar peserta didik.Sedangkan hasil analisis daya beda butir soal memiliki nilai daya beda berkisar antara 0,085 sampai 2,763, secara keseluruhan butir soal memiliki daya beda dengan kategori sedang. Karena tes diagnostik bukanlah tes yang membandingkan satu peserta didik dengan peserta didik lainnya, sehingga daya beda yang rendah pun masih dikatakan sesuai untuk tes diagnostik.

Informasi yang diperoleh dari soal diagnostik ini berupa kesulitan peserta didik terhadap mata pelajaran matematika khususnya materi ajar operasi hitung aljabar, dan profil peserta didik yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan ataupun perlaukan yang tepat bagi peserta didik. Indikator kesalahan yang digunakan yang digunakan yaitu kesalahan konsep, kesalahan hitung, kesalahan analisis atau pemahaman soal, kesalahan konsep dan hitung, kesalahan konsep dan analisis.

Hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap masing-masing indikator pada kelas VIII B, kesalahan paling banyak yang dilakukan oleh peserta didik adalah kesalahan konsep dengan presentase rata-rata sebanyak 15.15%, yang kedua adalah kesalahan konsep dan hitung dengan presentase rata-rata 11,51%, yang ketiga kesalahan hitung dengan presentase rata-rata 9.09%, dan yang terakhir kesalahan analisis atau pemahaman soal dengan presentase rata-rata 7.78%.

Secara umum indikator materi merupakan penjabaran dari setiap materi yang ada pada materi ajar operasi hitung aljabar. Materi tersebut terdiri dari Operasi bentuk aljabar, faktorisasi bentuk aljabar, pecahan bentuk aljabar, Untuk memudahakan pemahaman terhadap kesulitan yang dihadapi peserta didik maka presentase indikator kesalahan dapat disajikan dalam tiap materi, penyajian tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

(7)

Indah Rizqi Kurniawati, dkk / JPMP 1 (1) (2017) 19-27

25

Gambar 2. Grafik Presentase Kesulitan Peserta Didik Grafik tersebut menunjukan bahwa

kesalahan paling banyak terjadi pada kesalahan konsep, dan kesalahan konsep paling besar terjadi pada pemodelan bentuk aljabar, kemudian operasi pecahan bentuk aljabar dan disusul pada materi operasi bentuk aljabar dan faktorisasi aljabar yang memiliki presentase yang hampir sama.Kemudian kesalahan yang sering terjadi berikutnya yaitu kesalahan hitung, dan kesalahan hitung paling banyak terjadi pada materi operasi bentuk aljabar. Pada urutan ketiga kesalahan paling banyak terjadi adalah kesalahan konsep dan hitung yang paling banyak terjadi pada materi operasi pecahan bentuk aljabar. Terakhir indikator kesalahan analisis yang paling banyak terjadi pada materi operasi pecahan bentuk aljabar.

Selain informasi yang berkaitan dengan indikator kesulitan peserta didik pada materi ajar operasi hitung aljabar, dalam pelaksanaan tes diagnostik juga memberikan informasi tentang profil masing-masing peserta didik. Berdasarkan profil peserta didik tersebut dapat dilihat kesalahan peserta didik, perolehan nilai pada tiap materi pada materi ajar operasi hitung aljabar, serta perlakuan yang sesuai untuk peserta didik terhadap kesulitan yang dihadapi. Dari seluruh profil peserta didik pada kelas VIII B dapat memberikan tentang pencapaian peserta didik pada tiap materi secara keseluruhan, berikut pencapaian peserta didik pada tiap materi pada materi ajar operasi hitung aljabar:

Gambar 3. Grafik presentase pencapaian peserta didik Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui

bahwa pada materi operasi hitung aljabar hampir 40% peserta didik harus remidi, hal ini

berarti hampir 40% peserta didik memperoleh nilai kurang dari 45, sedangkan 30% lebih peserta didik harus mengulang sebagian dan

0.00% 20.00% 40.00%

Operasi Bentuk AljabarFaktorisasi Bentuk aljabarOperasi pecahan bentuk aljabarPemodelan bentuk aljabar

Presentase Indikator Kesulitan Peserta

Didik

Kesalahan Konsep Kesalahan Analaisis

Kesalahan hitung Kesalahan Konsep dan Hitung

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% Operasi Hitung Aljabar Faktorisasi Bentuk Aljabar Pecahan Bentuk Aljabar Pemodelan Bentuk Aljabar

Grafik Pencapaian Peserta Didik

(8)

Indah Rizqi Kurniawati, dkk / JPMP 1 (1) (2017) 19-27

26

kurang dari 30% peserta didik yang melebihi KKM. Untuk materi Faktorisasi aljabar 50% peserta didik harus mengulang sebagian yang berarti 50% peserta didik memiliki nilai antara 45-75, hampir 10% peserta didik harus remidi yang berarti hampir 10% peserta didik memiliki nilai di bawah 45, dan kurang dari 20% peserta didik yang telah mencapai KKM. Untuk materi pecahan bentuk aljabar lebih dari 20% peserta didik harus remidi, hampir 50% pesrta didik harus mengulang sebagian dan 20% peserta didik telah mencapai KKM. Sedangkan pada materi pemodelan bentuk aljabar 60% peserta didik harus mengulang sebagian, hampir 10% peserta didik harus remidi dan kurang dari 30% peserta didik yang mencapai KKM.

SIMPULAN

Penyususnan instrumen tes diagnostik materi ajar operasi hitung aljabar yang digunakan pada jenjang SMP khususnya di SMP N 1 Adiwerna menggunakan model penelitian Research and Development yang disesuaikan dengan penelitian Research and Develeopment yang dikemukakan oleh Sugiyono. Tahap Penelitian ini yaitu mencari potensi dan masalah (observasi awal), mengumpulkan informasi (Studi pendahuluan), desain produk (Penyusunan Produk I), validasi desain, perbaikan produk I, uji coba produk I, desain produk II, validasi produk III, uji coba produk II (uji coba yang diperluas), analisis produk II, penyusunan produk III, dan penggunaan produk III. Hasil analisis dengan model teori respons butir dengsn model logistik 2 parameter butir tes memiliki tingkat kesukaran berkisar antara -2,080 sampai 1,749, sehingga butir tes termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian butir soal tes cocok untuk peserta didik dengan kamampuan sedang. Hal ini berarti Instrumen tes diagnostik yang telah disusun cocok digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar matematika khususnya materi ajar operasi hitung aljabar. Hasil uji kecocokan (uji fit) yang telah dilakukan tes cocok menunjukan dengan model logistik 2 parameter pada analisis dengan model teori respons butir, karena dengan α=5% hanya ada dua butir soal yang memiliki nilai P(X2)<0,05, sedangkan

untuk model 1 parameter dan 3 parameter memiliki kecocokan butir soal yang lebih sedikit. Informasi yang diperoleh dari penyusunan tes diagnostik ini diantaranya identifikasi kesulitan yang dihadapi peserta didik, yang dibagi ke dalam empat indikator yaitu indikator kesalahan konsep, kesalahan analisis atau pemahaman soal, kesalahan hitung, kesalahan konsep dan hitung. Indikator kesulitan yang paling banyak terjadi adalah kesalahan konsep dengan presentase rata-rata sebanyak 15.15%, yang kedua adalah kesalahan konsep dan hitung dengan presentase rata-rata 11,51%, yang ketiga kesalahan hitung dengan presentase rata-rata 9.09%, dan yang terakhir kesalahan analisis atau pemahaman soal dengan presentase rata-rata 7.78%. Informasi yang lain yaitu berupa laporan profil kesulitan yang dihadapi peserta didik pada setiap materi pada materi ajar operasi hitung ajabar. Laporan hasil tes diagnotik yang diminculkan bermanfaat bagi guru merencanakan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran matematika khususnya pada materi ajar operasi hitung aljabar baik secara individual maupun secara klasikal. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan-2/E.

Astuti, R. B. B. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Berbasis Komputer Pada Materi Pecahan Untuk Kelas V SD. MATHEdunesa, 1(1).

Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang.

Fardianasari, A. (2014). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Melakukan Operasi Aljabar (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Krismasari , Elvira Resa. 2015. “Pengembangan Model Matematika Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Materi Aljabar untuk SMP/Mts”. Jurnal Pendidikan Matematika. 1 . 6-12.

Duskri, M., Kumaidi, K., & Suryanto, S. (2014). Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 18(1), 44-56.

(9)

Indah Rizqi Kurniawati, dkk / JPMP 1 (1) (2017) 19-27

27

Asih, R. N. (2011). Pengembangan Instrumen Tes

Diagnostik Matematika Materi Pokok Segiempat untuk Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri di Ungaran (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Pomalo, A., Kaluku, A., & Usman, K. (2015). Analisis Kesalahan Siswa Dalam menyelesaikan Soal-Soal Operasi Campuran Pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat. KIM Fakultas Matematika dan IPA, 3(3).

Puspendik, 2015. Survey International TIMSS.

Daikses dari

http://litbangkemendiknas.net. diakses pada tanggal 10 November 2016. Putra, N. (2012). Research & Development.

Depok: PT Raja GrafindoPersada.

Rizopolus, Dimitris. 2015. Laten Trait Models

Under IRT. Online.

http://rwiki.sciviews.org/doku.php?id= packages:cran:ltm. (10 Maret 2017) Nugraeni, D., Jamzuri, J., & Sarwanto, S.

(2013). Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Materi Listrik Dinamis. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2).

Subarinah, S. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Sudaryono. 2013. Teori Respons Butir. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susongko, P. (2010). Penilaian Hasil Belajar. Badan Penerbitan Universitas Pancasakti Tegal.

Suwandi, Sarwiji. 2011. Model-Model Assesment. Surakarta: Yuma Pustaka.

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Gambar 1. Laporan hasil tes diagnostk
Gambar 3. Grafik presentase pencapaian peserta didik  Berdasarkan  gambar  3  dapat  diketahui

Referensi

Dokumen terkait

Nilai IKG yang ditunjukkan kerang pokea jantan dan betina di Sungai Lasolo pada rentang bulan penelitian yang sama (September - Februari) berada pada kisaran

Selain mengajukan gugatan terhadap kelalaian produsen, ajaran hukum juga memperkenalkan konsumen untuk mengajukan gugatan atas wanprestasi. Tanggung jawab produsen yang dikenal

Hasil penelitian kami berbeda dengan penelitian yang dilakukan Wanner dkk tahun 1993 dan Stenvikel dkk tahun 1997, yang mengatakan bahwa tidak ada korelasi antara hipoalbuminemia

Para pemuda inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926 yang menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda tingkat Nasional.Dan atas usul

Ide membuat sebuah video animasi didapat ketika melihat kenyataan bahwa video animasi belum di manfaatkan untuk memberikan sosialisasi terutama untuk memberikan sosialisasi

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi

Pertanyaan tersebut adalah; apakah sistem komputer seseorang atau sebuah organisasi, atau website dalam jaringan komputer (internet) dapat dikategorikan sebagai

Cara Pengujian Terhadap Cuaca (Weathering Test) ... Cara Pengujian MOE dan MOR ... Grafik Nilai Kerapatan FPC Sebelum dan Setelah Pemaparan ... Grafik Nilai Kadar Air FPC Sebelum