• Tidak ada hasil yang ditemukan

pedoman sistem rujukan jatim.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pedoman sistem rujukan jatim.pdf"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

KONTRIBUTOR iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 1 1.3 Sistem Rujukan 3 1.3.1 Definisi 3 1.3.2 Pengertian 3 1.3.3 Jenis Rujukan 4

1.4 Maksud, Tujuan, dan Sasaran 4

1.4.1 Maksud 4

1.4.2 Tujuan 4

1.4.3 Sasaran 4

1.5 Analisa Situasi Pelayanan Kesehatan di Jawa Timur 4 1.5.1 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 5 1.5.2 Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua 5 1.5.3 Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga 6 BAB II PERSYARATAN PELAYANAN KESEHATAN 7 2.1 Persyaratan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 7

2.1.1 Definisi 7

2.1.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Medis 7 2.1.3 Kemampuan Sarana Prasarana dan Peralatan

Puskesmas 7

2.1.4 Kemampuan Pelayanan dan Kasus-Kasus yang

Ditangani 9

2.2 Persyaratan Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua 9

2.2.1 Definisi 9

2.2.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Medis 9 2.2.3 Kemampuan Sarana dan Prasarana 10

2.2.4 Kemampuan Pelayanan Medis 16

2.2.4.1. Kemampuan Pelayanan Medis Penyakit Anak 16 2.2.4.2 Kemampuan Pelayanan Mediis Bedah 22 2.2.4.3. Kemampuan Pelayanan Medis Obgyn 41 2.2.4.4. Kemampuan Pelayanan Medis Penyakit Dalam 47 2.2.4.5. Kemampuan Pelayanan Medis Radiologi 53 2.2.4.6. Kemampuan Pelayanan Medis Rehab Medik 55 2.2.4.7. Kemampuan Pelayanan Medis Patologi Klinik 57 2.2.4.8. Kemampuan Pelayanan Medis Mata 60 2.2.4.9. Kemampuan Pelayanan Medis Telinga, Hidung, 66

Tenggorok dan Bedah Kepala Leher

2.2.4.10 Kemampuan Pelayanan Medis Saraf 70 2.2.4.11 Kemampuan Pelayanan Medis Jantung 73 2.2.4.12 Kemampuan Pelayanan Medis Kulit Kelamin 75 2.2.4.13 Kemampuan Pelayanan Medis Kedokteran Jiwa 78

(2)

2.3 Persyaratan Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga

2.3.1 Definisi 91

2.3.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Medis 91 2.3.3 Kemampuan Sarana Prasarana 91

2.3.4 Kemampuan Pelayanan Medis 101

BAB III STANDART OPERASIONAL PROSEDUR RUJUKAN 102

3.1 Prosedur Merujuk Pasien 102

3.1.1 Prosedur Klinis 102

3.1.2 Prosedur Administratif 102

3.2 Prosedur Menerima Rujukan Pasien 103

3.2.1 Prosedur Klinis 103

3.2.2 Prosedur Administrasi 103

3.3 Prosedur Membalas Rujukan Pasien 103

3.3.1 Prosedur Klinis 103

3.3.2 Prosedur Administratif 104

3.4 Prosedur Menerima Balasan Rujukan Pasien 104

3.4.1 Prosedur Klinis 104

3.4.2 Prosedur Administratif 104

3.5 Alur Rujukan 105

3.6 Rujukan Dari Masyarakat 106

3.7 Rujukan Pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 106 3.8 Rujukan Pada Pelayanan Tingkat Kedua 106 3.9 Rujukan Pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga 106

BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN 107

4.1 Pencatatan 107

4.2 Pelaporan 108

BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 109

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas perkenan-Nya buku Pedoman Sistem Rujukan Berbasis Indikasi Medis Provinsi Jawa Timur dapat diselesaikan. Buku pedoman ini disusun untuk menjamin terselenggaranya sistem rujukan yang terstruktur dan berjenjang untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, demi tercapainya cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata serta pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat.

Lebih lanjut, Sistem Kesehatan Nasional mengamanatkan tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas yang dilaksanakan dengan memperhatikan inovasi dan terobosan dalam penyelengaraannya yang berkesinambungan, terus menerus, terpadu dan paripurna melalui penguatan sistem rujukan. Untuk menjamin terselenggaranya sistim rujukan tersebut salah satu inovasi yang diharapkan dapat berhasil guna adalah melalui sistim rujukan berbasis indikasi medis. Sistem Rujukan berbasis indikasi medis tersebut adalah penyelenggaraan pelayanaan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayaan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal yang didasarkan pada kemampuan medis rumah sakit.

Dalam perlaksanaannya pelayanan kesehatan rujukan yang terstruktur dan berjenjang tersebut dimulai dari institusi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua sampai pada pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Untuk itu dalam penyusunan buku ini telah melibatkan instansi lintas sektor dan lintas program, Rumah Sakit kelas A, B, C dan D serta melakukan pengumpulan data ke beberapa rumah sakit di daerah sesuai dengan kebutuhan yang kami pergunakan sebagai bahan masukan. Penyusunan pedoman ini juga melibatkan organisasi profesi kesehatan di Jawa Timur yaitu : Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI), Perhimbunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI), Perhimpunan Ahli Bedah Ortopaedi Indonesia (PABOI), Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung, Tenggorok dan Bedah Kepala Leher (PERHATIKL), Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDRSI), Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi (POGI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovasculer Indonesia (PERKI), Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Ikatan Dokter Spesialis Anestesi Indonesia (IDSAI), Perhimpunan Dokter

(4)

Rehabilitasi Medik Indonesia (PERDOSRI), Pehimpunan Dokter Spesialis Pathologi Klinik (PATKLIN), Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJ), PDGI, untuk menyempurnakan masukan dari berbagai pihak.

Dalam pelaksanaannya nanti, sistim rujukan berbasis indikasi medis ini akan dilakukan sosialisasi ke rumah sakit pemerintah di wilayah Jawa Timur dan dilakukan uji coba pada beberapa rumah sakit pemerintah; hasil dari kegiatan tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyempurnaan buku pedoman ini.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada anggota tim penyusun dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan buku ini; kami menyadari bahwa buku tidak luput dari kekurangan, namun upaya penyempurnaan akan terus dilaksanakan dan saran dari pembaca dan pengguna buku ini akan sangat kami perhatikan guna penyempurnaan buku ini.

Surabaya, Nopember 2012 Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur

Dr. BUDI RAHAJU, MPH NIP : 19551011 198210 2 001

(5)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sistem rujukan merupakan permasalahan yang belum terselesaikan dalam sistem kesehatan kita. Dalam sistem rujukan yang ideal, pasien mengunjungi layanan kesehatan tingkat pertama, yang dimulai dari puskesmas dan jaringannya atau layanan kesehatan tingkat pertama lainnya terlebih dahulu sebelum menuju ke layanan kesehatan di tingkat kedua ataupun tingkat ketiga, yang terdiri dari Rumah Sakit kelas D sampai kelas A. Dengan demikian sejak awal pasien dengan kasus ringan sudah dapat disaring pada layanan kesehatan tingkat dasar dan yang tidak dapat ditangani di tingkat dasar di rujuk ke layanan kesehatan tingkat selanjutnya secara berjenjang. Kondisi ini akan membentuk suatu piramida berjenjang yang mengerucut pada tingkat tertinggi pada Rumah Sakit Kelas A.

Namun dalam praktiknya kondisi ideal ini tidak terjadi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk di Jawa Timur. Masih banyak dijumpai menumpuknya pasien pada Rumah Sakit rujukan tingkat ketiga dengan kasus-kasus yang sebenarnya bisa diselesaikan di Rumah Sakit tingkat dibawahnya. Hal ini merupakan permasalahan yang tidak saja merugikan secara finansial tetapi juga akan berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan serta akan berpengaruh terhadap capaian kinerja di bidang kesehatan secara keseluruhan.

Beberapa hal yang berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem rujukan adalah:

1. Kebijakan tentang sistem rujukan belum dipatuhi

2. Aksesibilitas yang tidak merata karena masalah geografi 3. Ketimpangan ketersediaan Sumber Daya Kesehatan yang ada 4. Logistik dan bantuan teknis yang tidak memadai

5. Ketimpangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan antar tenaga kesehatan yang tersedia

6. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem rujukan

Dalam kaitan inilah pedoman ini disusun agar terjadi keseimbangan pelayanan kesehatan antar fasilitas kesehatan, masyarakat mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya pada fasilitas kesehatan yang sesuai. Pedoman ini tidak dimaksudkan untuk mengurangi kewenangan klinis dari dokter spesialis yang bekerja pada pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang memiliki fasilitas dan ketrampilan yang lebih kompleks.

I.2. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien, merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang

(6)

mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

4. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (ps 15). Selanjutnya dalam pasal 54 ayat 1 disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif. Ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut;

5. Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam pasal 42 disebutkan bahwa: sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban merujuk pasien yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah sakit;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 922/MENKES/SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan bidang Kesehatan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota;

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 340/MENKES/ PER/III/ 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit;

10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1438/Menkes/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran menyebutkan bahwa Standar Pelayanan Kedokteran meliputi Pedoman Nasional Praktik Kedokteran (PNPK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO). Untuk PNPK bersifat nasional dibuat oleh profesi ditetapkan oleh menteri sedangkan SPO dibuat dan ditetapkan oleh pimpinan di fasilitas kesehatan;

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 028/MENKES/SK/I/2011 tentang Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar;

12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 001/MENKES/PER/I/2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan disebutkan bahwa sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan

(7)

14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.02.04/I/92/12, tentang Pedoman Rujukan antar Rumah Sakit yang berisi hal-hal yang terkait dengan kewajiban dokter pengirim dan fasilitasnya, tanggung jawab dokter pengirim, tanggung jawab dokter penerima, penatalaksanaan selama berlangsungnya pengiriman dan data yang menyertai pasien.

15. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 -2014

16. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur

1.3. Sistem Rujukan 1.3.1. Definisi

Rujukan merupakan suatu rangkaian kegiatan sebagai respon terhadap ketidak mampuan suatu pusat layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan dalam melaksanakan tindakan medis terhadap pasien. Sistem rujukan merupakan suatu mekanisme pengalihan atau pemindahan pasien yang terjadi dalam atau antar fasilitas kesehatan yang berada dalam suatu jejaring. Dalam arti yang lebih luas, rujukan dapat dimulai dari tingkat masyarakat sampai ke tingkat layanan kesehatan tersier dan sebaliknya (“two-way referral”) maupun rujukan antar institusi dalam fasilitas kesehatan tersebut. Sedangkan yang dirujuk dapat pasiennya sendiri maupun layanan penunjang lainnya. 1.3.2. Pengertian

1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu layanan yang mencakup diagnosa dan pengobatan penyakit, atau promosi, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.

2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat

3. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan.

4. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama.

5. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.

6. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan subspesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik.

(8)

pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik vertikal maupun horizontal.

8. Rujukan Vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan.

9. Rujukan Horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan.

10. Indikasi Medis Rujukan yaitu pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan yang didasarkan pada indikasi medis. 1.3.3. Jenis Rujukan

Rujukan dapat dilaksanakan dari suatu fasilitas kesehatan kepada fasilitas kesehatan lainnya sebagai berikut;

a. Vertikal : bila pasien dirujuk dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi atau sebaliknya, berdasarkan tugas dan tanggung jawab dari kategori fasilitas kesehatan yang bersangkutan. b. Horizontal : rujukan pasien dilaksanakan antara fasilitas kesehatan

pada tingkat yang sama pada wilayah yang berbeda.

Selain itu terdapat juga rujukan spesimen, rujukan penunjang diagnostik, rujukan pengetahuan dan rujukan tenaga ahli (dokter spesialis).

1.4. Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.4.1. Maksud

Maksud dari disusunnya “ Pedoman Sistem Rujukan berdasarkan Indikasi Medis” ini adalah untuk memberikan petunjuk dan arahan bagi fasilitas kesehatan terkait sistem rujukan khususnya bagi masyarakat peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial

1.4.2. Tujuan

Tujuan disusunnya buku pedoman ini adalah :

1. Pelaksanaan sistem rujukan dapat terlaksana dengan baik

2. Menjadi bahan penilaian efisiensi pembiayaan bagi masyarakat peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial

1.4.3. Sasaran

Sasaran dari buku pedoman ini adalah : 1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota 3. Organisasi Profesi

4. Penyelenggara Asuransi Kesehatan

1.5. Analisa Situasi Pelayanan Kesehatan di Jawa Timur

Jumlah penduduk di Jawa Timur adalah 37.476.757 jiwa yang berada pada 38 Kabupaten / Kota dengan jumlah Kecamatan sebanyak 661 dan 8.497 Desa / Kelurahan. Jumlah tempat tidur di fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas rawat inap, klinik rawat inap dan rumah sakit) di Provinsi Jawa Timur sebanyak 39.583, jika dibandingkan dengan rasio 1 TT : 1000 penduduk maka di Jawa Timur sudah

(9)

1.5.1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Berdasarkan validasi data yang dilakukan antara Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinkes Kab/Kota pada bulan Oktober 2012 data fasilitas kesehatan dasar di Jawa Timur adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas : 960 dengan Puskesmas Rawat Inap : 493 dan Puskesmas Rawat Jalan : 467 dengan dibantu 2274 Puskesmas Pembantu

2. Klinik : 1013 (jumlah klinik termasuk jumlah RB/BP)Jumlah Praktik Dokter Perorangan : 7652 (sumber : Profil Dinkes Prov Jatim Tahun 2011)

Analisa rasio Puskemas dibandingkan jumlah penduduk adalah 1 Puskesmas melayani 39.337 penduduk (standar 1 Puskesmas dibandingkan 30.000 penduduk, sehingga terjadi kekurangan Puskesmas sebanyak 299).

Sedangkan untuk rasio dokter, perawat, bidan di Jawa Timur berdasarkan Permenkes 81 Tahun 2001 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Tingkat Provinsi, Kabupaten / Kota serta RS adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Dokter yang ada 3.701 dengan rasio 1 : 2.500 maka Jawa Timur masih membutuhkan 11.404 Dokter

2. Jumlah Perawat yang ada 34.394 dengan rasio 117 : 100.000 penduduk maka Jawa Timur masih membutuhkan 9.790 Perawat.

3. Jumlah Bidan yang ada 15.130 dengan rasio 100 : 100.000 penduduk maka Jawa Timur masih membutuhkan 22.661 Bidan.

1.5.2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua

Jumlah Rumah Sakit di Jawa Timur pada tahun 2011 sebanyak 330 dan berdasarkan validasi data dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota data RS per 31 Oktober 2012 sebanyak 345 dengan rincian sebagai berikut :

1. Rumah Sakit berdasarkan jenisnya dibagi menjadi Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Di Jawa Timur saat ini terdapat 243 Rumah Sakit Umum dan 100 Rumah Sakit Khusus (RS Jiwa, RS Kusta , RS Paru, RS Mata, RS Ibu dan Anak, RS Bersalin, RS Bedah dan RS Onkologi)

2. Rumah Sakit berdasarkan pengelolaanya dibagi menjadi Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat. Di Jawa Timur terdapat 103 Rumah Sakit Publik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten / Kota, BUMN dan TNI / POLRI sedangkan Rumah Sakit Privat sebanyak 240 yang dikelola oleh Badan Hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas, Yayasan dan juga Perkumpulan.

Sesuai Permenkes RI 340/Menkes/PER/III/2010 maka rumah sakit diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang diberikan. Data klasifikasi rumah sakit di Jawa Timur per 31 Oktober 2012 adalah Rumah Sakit Kelas A sebanyak 5 rumah sakit, Kelas B Pendidikan sebanyak 3 rumah sakit, Kelas B Non Pendidikan sebanyak 31 rumah sakit, Kelas C sebanyak 77 rumah sakit dan Kelas D sebanyak 49 rumah sakit. Dinas Kesehatan Provinsi Jatim sudah merekomendasikan sebanyak 39 RS ke Kementerian Kesehatan RI untuk ditetapkan kelasnya, sedangkan rumah sakit yang belum ditetapkan kelasnya sebanyak 130 RS.

(10)

D, C dan B. Rumah Sakit kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar. Rumah Sakit kelas C memiliki 4 spesialis yaitu spesialis Bedah, spesialis Penyakit Dalam, spesialis Anak dan spesialis Obstetri & Kandungan, dengan dibantu oleh spesialis Anestesiologi & Reaminasi, spesialis Radiologi dan spesialis Patologi. Sedangkan Rumah Sakit kelas B selain 4 spesialis dasar ditambah lagi dengan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

Di Jawa Timur terdapat RS kelas D berjumlah 7 RS terletak di Kalisat Jember, Tongas Probolinggo, Sumberrejo dan Padangan di Bojonegoro, Ngimbang Lamongan, Lawang dan Besuki Situbondo. Sedangkan RS kelas C berjumlah 19 RS dan 24 RS kelas B. Rumah Sakit kelas C tersebar pada 32 Kabupaten / Kota , sedangkan RS kelas B pada 24 Kabupaten / Kota. 1.5.3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis. Rumah Sakit kelas A biasanya merupakan pusat layanan terbaik pada suatu wilayah regional yang memiliki peralatan terkini dimaksudkan untuk menjadi pusat rujukan tertinggi. Di Jawa Timur, Rumah Sakit kelas A terdapat di Surabaya (RS Dr. Soetomo, RSAL Dr Ramelan, RS Jiwa Menur) dan di Malang (RS Saiful Anwar, RS Jiwa Lawang). Selain itu terdapat RS kelas B yang memiliki pelayanan subspesialistik yaitu RS Haji Surabaya. Keenam RS tersebut merupakan pelayanan kesehatan tingkat ketiga yang terdapat di Jawa Timur. Rumah Sakit kelas B di Jawa Timur yang dahulu sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan standar klasifikasi kelas RS dikarenakan Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang klasifikasi rumah sakit baru dikeluarkan tahun 2010 .

(11)

Bab II

PERSYARATAN PELAYANAN KESEHATAN

2.1. Persyaratan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 2.1.1. Definisi :

Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di Puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktek perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai lembaga/pelayanan kesehatan dan rumah sakit pratama1

2.1.2. Jenis dan Jumlah Tenaga Medis :

Jenis Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama di Jawa Timur adalah pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh Dokter dan dokter gigi pada:

1. Puskesmas rawat jalan dan Puskesmas Rawat Inap 2. Klinik pratama rawat jalan dan Klinik pratama rawat inap 3. Rumah Sakit Pratama

4. Tempat praktik perorangan,

Jumlah Tenaga Medis di sarana kesehatan tingkat pertama adalah sebagai berikut :

No Jenis Pelayanan Jumlah Tenaga Medis

1 Puskesmas Rawat Jalan Minimal 1 (satu) dokter umum dan dokter gigi

2 Puskesmas Rawat Inap Minimal 2 (dua) dokter umum dan dokter gigi

3 Klinik Pratama Rawat Jalan2 Minimal 2 (dua) dokter umum dan atau dokter gigi

4 Klinik Pratama Rawat Inap Minimal 2 (dua) dokter umum dan atau dokter gigi

5 Rumah Sakit Pratama3 Hingga bulan Oktober 2012 di Jawa Timur belum ada RS Pratama

6 Tempat praktik perorangan 1 (satu) dokter umum dan atau dokter gigi

2.1.3. Kemampuan Sarana Prasarana dan Peralatan Puskesmas mengacu pada Bab 2.2 Standar Sumber Daya dan lampiran 12 s. d. 16 Buku Standar Puskesmas Dinkes Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 , sedangkan untuk klinik mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 028/MENKES/Per/I/2011.

1

Permenkes 001/Menkes/PER/I/2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

(12)

1. Puskesmas Rawat Jalan mempunyai standar minimal ruang diantaranya ruang pendaftaran dan rekam medik, gawat darurat, poli umum, poli gigi dan mulut, poli KIA/KB, imunisasi, klinik gizi dan laktasi, klinik laktasi, konsultasi/promosi kesehatan, kamar obat/kefarmasian, laboratorium, ruang bersalin, ruang tindakan, ruang kepala puskemas, gudang obat dan administrasi/kantor. Peralatan medis minimal diantaranya set pemeriksaan umum, set pemeriksaan mata, set ruang tindakan, oksigen set, APD set, THT set, set peralatan KIA, set laboratorium dasar.

2. Puskesmas Rawat Inap mempunyai standar ruang seperti Puskesmas Rawat Jalan ditambah dengan ruang rawat inap dengan tempat tidur sejumlah 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh). Peralatan medis Puskesmas Rawat Inap meliputi peralatan Puskesmas Rawat Jalan ditambah beberapa set peralatan diantaranya untuk ruang tindakan, ruang bersalin, IGD dan set untuk pemeriksaan laboratorium kimia klinik serta disesuaikan dengan sumber daya yang mendukung.

3. Sarana Klinik Pratama Rawat Jalan meliputi antara lain ruang pendaftaran/ruang tunggu, konsultasi dokter, administrasi, tindakan, farmasi, kamar mandi/wc dan ruangan lain sesuai kebutuhan pelayanan. 4. Sarana Klinik Pratama Rawat Inap seperti klinik pratama rawat jalan

ditambah ruang rawat inap dengan tempat tidur minimal 5 (lima) dan maksimal sebanyak 10 (sepuluh).

5. Sarana prasarana dan peralatan RS Pratama disesuaikan dengan pedoman dan petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan RI

6. Sarana Praktik Perorangan meliputi antara lain ruang pendaftaran / ruang tunggu, ruang konsultasi dokter, kamar mandi / WC

Prasarana Puskesmas dan klinik meliputi antara lain instalasi air, intalasi listrik, instalasi sirkulasi udara, sarana pengolahan limbah, pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan sarana lainnya sesuai kebutuhan. Untuk Puskesmas maupun Klinik Pratama Rawat Inap dilengkapi dengan ambulance. Beberapa peralatan medis dan non medis di Puskemas, Klinik maupun di Praktik Perorangan harus memenuhi standar mutu, keamanan dan keselamatan dan untuk peralatan medis harus memiliki izin edar, diuji dan dikalibrasi secara berkala sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.1.4. Kemampuan Pelayanan Medis

Kemampuan pelayanan medis di pelayanan kesehatan tingkat pertama mengacu pada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Tahun 2006 dan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskemas.

(13)

2.2. Persyaratan Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua 2.2.1. Definisi

Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang diberikan oleh dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik4

2.2.2. Jenis dan Jumlah Tenaga Medis

Jenis Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua di Jawa Timur adalah: 1. RS Kelas D

2. RS Kelas C

3. RS Kelas B yang belum mempunyai tenaga subspesialistik

Kondisi ini berbeda dengan Permenkes nomor 001 Tahun 2012 yang menggolongkan RS Kelas B pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga, disebabkan banyaknya RS kelas B di Jaw Timur yang tenaga subspesialisnya tidak lengkap karena mutasi maupun pensiun dan belum ada gantinya.

Jumlah Tenaga Medis di sarana kesehatan tingkat kedua di Jawa Timur adalah sebagai berikut :

No Jenis Pelayanan

Jumlah Tenaga Medis Spesialistik Spesialis Dasar5 Spesialis Penunjang6 Spesialis lain7 Subspesialis8 1 RS Kelas D minimal 2 dokter spesialis dasar tetap - - - 2 RS Kelas C masing– masing minimal 1 orang masing– masing minimal 1 orang - - 3 RS Kelas B masing-masing minimal 2 orang masing-masing minimal 1 orang kurang dari 8 spesialis lain kurang dari 2 subspesialis

2.2.3. Kemampuan Sarana & Prasarana

Sarana pelayanan kesehatan tingkat kedua terdiri dari:

1. Instalasi Rawat Jalan adalah tempat konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk

4 Permenkes 001/Menkes/PER/I/2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan 5

Spesialis Anak, Bedah, Obgyn dan Penyakit Dalam

6 Spesialis Radiologi, Rehabilitasi Medis, Anestesi, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi 7

(14)

penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. Poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagnosa dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit. Kebutuhan sarana pelayanan Rumah Sakit Kelas C terdiri dari:

- Poli Umum, terdiri dari 4 Klinik Spesialistik dasar, antara lain : Klinik Penyakit Dalam, Klinik Anak, Klinik Bedah, Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

- Klinik tambahan/pelengkap antara lain: Klinik Mata,Klinik Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT), Klinik Gigi dan Mulut, Klinik Kulit dan Kelamin, Klinik Saraf, Klinik Jiwa, Klinik Rehabilitasi Medik, Klinik jantung, Klinik Paru, Klinik Bedah Saraf, Klinik Ortopedi, Klinik Kanker, Klinik Nyeri, Klinik Geriatri. Dalam kondisi tertentu pelayanan rawat jalan / rawat inap bisa dilakukan oleh dokter umum dengan ketentuan tertentu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Pelayanan Gawat Darurat pada Pelayanan Kesehatan Tingkat kedua harus mampu melayani 24 jam secara terus menerus 7 hari dalam seminggu. Memiliki dokter spesialis empat besar yang siap panggil (on-call), dokter umum yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam yang memiliki kualifikasi pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan atau ATLS + ACLS dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi ABC (Airway, Breathing, Circulation) serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siaga 24 jam.

- Program Pelayanan pada UGD :

 True Emergency (Kegawatan darurat)

 False Emergency (Kegawatan tidak darurat)

 Cito Operation.

 Cito / Emergency High Care Unit (HCU).

 Cito Laboratorium.

 Cito Radiodiagnostik.

 Cito Darah.

 Cito Depo Farmasi.

- Pelayanan Kegawatdaruratan pada UGD :

 Pelayanan Kegawatdaruratan Bedah

 Pelayanan Kegawatdaruratan Obgyn

 Pelayanan Kegawatdaruratan Anak

 Pelayanan Kegawatdaruratan Penyakit Dalam

 Pelayanan Kegawatdaruratan Kardiovaskuler

- Pelayanan Gawat Darurat untuk RS kelas D adalah Level I yaitu mampu menangani permasalahan pada Jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi pembuluh darah (circulation),

(15)

pernafasan (breathing) dan sirkulasi pembuluh darah (circulation) lengkap dengan ventilator, penilaian disability, penggunaan obat, EKG, dan bedah cito dan pelayanan ambulance.

- Pelayanan Gawat Darurat 24 jam untuk RS Kelas B tanpa pelayanan sub spesialistik adalah Level III yaitu mampu menangani permasalahan pada Jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi pembuluh darah (circulation) lengkap dengan ventilator, penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilator dengan observasi, High Care Unit (HCU) dan bedah cito serta pelayanan ambulance.

3. Instalasi Rawat Inap rumah sakit meliputi kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan, pelayanan medis, gizi, administrasi pasien, rekam medis, pelayanan kebutuhan keluarga pasien (berdoa, menunggu pasien, mandi, bab, dapur kecil/pantry, konsultasi medis). Pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Inap mencakup antara lain :

- Pelayanan keperawatan.

- Pelayanan medik (Pra dan Pasca Tindakan Medik). - Pelayanan penunjang medik :

 Konsultasi Radiologi.

 Pengambilan Sample Laboratorium.

 Konsultasi Anestesi.

 Gizi (Diet dan Konsultasi).

 Farmasi (Depo dan Klinik).

 Rehab Medik (Pelayanan Fisioterapi dan Konsultasi).

4. Instalasi Perawatan Intensif9 merupakan instalasi untuk perawatan pasien yang dalam keadaan sakit berat sesudah operasi berat yang memerlukan secara intensif pemantauan ketat dan tindakan segera. Instalasi ICU (Intensive Care Unit) merupakan unit pelayanan khusus di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24 jam.

5. Pelayanan Hemodialisa merupakan pelayanan bagi pasien yang membutuhkan fasilitas cuci darah akibat terjadinya gangguan pada ginjal.

6. Instalasi kebidanan dan penyakit kandungan (obstetri dan ginekologi) meliputi :

- Pelayanan persalinan yang terdiri dari : pemeriksaan pasien baru, asuhan persalinan kala I, asuhan persalinan kala II (pertolongan persalinan), dan asuhan bayi baru lahir.

- Pelayanan nifas yang terdiri dari : pelayanan nifas normal dan pelayanan nifas bermasalah (post sectio caesaria, infeksi, pre eklampsi / eklampsi).

9

(16)

- Pelayanan gangguan kesehatan reproduksi / penyakit kandungan yang terdiri dari pelayanan keguguran, penyakit kandungan dan kelainan kehamilan.

- Pelayanan tindakan/operasi kebidanan untuk memberikan tindakan, misalnya ekserpasi polip vagina, operasi sectio caesaria, operasi myoma uteri, dll. Kegiatan ini dilakukan pada ruang operasi yang berada di Instalasi Bedah Sentral dan baru dapat dilaksanakan pada Instalasi Kebidanan apabila telah memiliki peralatan operasi yang memadai (misalnya peralatan anaestesi, meja operasi, monitor pasien serta lampu operasi).

- Pelayanan KB (Keluarga Berencana). Dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak telah ditetapkan bahwa Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten / Kota Bahwa 75% RS di Kab / Kota menyelenggarakan PONEK (penambahan ruangan untuk Emergency Ibu & Anak)

7. Instalasi bedah sentral (COT / Central Operation Theatre) merupakan suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Pelayanan bedah dapat meliputi :

- Bedah minor (antara lain : bedah insisi abses, ekstirpasi, tumor kecil jinak pada kulit, ekstraksi kuku / benda asing, sirkumsisi). - Bedah umum dan bedah sub spesialistik (antara lain: kebidanan,

onkologi / tumor, urologi, orthopedic, plastik dan rekonstruksi berat, anak, kardiotorasik dan vaskuler)

8. Instalasi Farmasi mampu untuk:

- Melakukan perencanaan, pengadaan dan penyimpanan obat, alat kesehatan reagensia, radio farmasi, gas medik sesuai formularium RS.

- Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan

- Pendistribusian obat, alat kesehatan, regensia radio farmasi & gas medis.

- Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi obat.

- Mampu mendukung kegiatan pelayanan unit kesehatan lainnya selama 24 jam.

9. Radiologi adalah Ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan / imejing (imaging technologies) untuk mendiagnosa dan pengobatan penyakit. Merupakan cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penggunaan sinar-X (;X-Ray) yang dipancarkan oleh pesawat sinar-X atau peralatan-peralatan radiasi lainnya dalam

(17)

Instalasi Radiologi melakukan pelayanan sesuai kebutuhan dan permintaan dari unit-unit kesehatan lain di RSU tersebut. Unit Radiologi dapat pula melayani permintaan dari luar.

Pelayanan Radiologi meliputi pelayanan radiodiagnostik non invasif dengan dan tanpa kontras, yaitu :

- Radiodiagnostik (non invasif)

 Non Kontras (antara lain foto : tulang-tulang, toraks, jaringan lunak, abdomen)

 Dengan Kontras (antara lain foto : IVP, cholecistografi, fistulografi, ceptografi, histero salfingografi, esofagografi, maag duodenografi, colon inloop (barium enema), cor anaupe)

- Pemeriksaan USG untuk kelainan-kelainan abdominal, kebidanan dan penyakit kandungan.

- Mampu mendukung kegiatan unit lainnya selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu.

10. Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Supply Sterilization Department) mempunyai fungsi menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan menyimpan serta mendistribusikan instrumen medis yang telah disterilkan ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan dan pengobatan pasien.

Kegiatan utama dalam Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) adalah dekontaminasi instrumen dan linen baik yang bekas pakai maupun yang baru serta bahan perbekalan baru. Dekontaminasi merupakan proses mengurangi jumlah pencemar mikroorgsanisme atau substansi lain yang berbahaya baik secara fisik atau kimia sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut. Proses dekontaminasi meliputi proses perendaman, pencucian, pengeringan sampai dengan proses sterilisasi itu sendiri. Barang/ bahan yang didekontaminasi di CSSD seperti Instrumen kedokteran, sarung tangan, kasa/ pembalut, linen, kapas.

Sistem ini merupakan salah satu upaya atau program pengendalian infeksi di rumah sakit, dimana merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

Kegiatan dalam instalasi CSSD adalah sebagai berikut:

- Menerima bahan, terdiri dari barang / linen / bahan perbekalan baru dari instalasi farmasi yang perlu disterilisasi serta instrumen dan linen yang akan digunakan ulang (reuse).

- Mensortir, menghitung dan mencatat volume serta jenis bahan, barang dan instrumen yang diserahkan oleh ruang/unit/iInstalasi Rumah Sakit Umum.

- Melaksanakan proses dekontaminasi meliputi : Perendaman, Pencucian, Pengeringan, Pengemasan dan Sterilisasi

- Distribusi; menyerahkan dan mencatat pengambilan barang steril oleh ruang/unit /Instalasi rumah sakit Umum yang membutuhkan.

(18)

rawat inap, rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain, Puskesmas atau Dokter Praktek Swasta. Pemeriksaan laboratorium meliputi :

- Patologi klinik (Hematologi, analisa urine dan tinja, kimia klinik, serologi/ immunologi, Mikrobiologi (secara terbatas).

- Diagnostik patologi, melakukan pemeriksaan lengkap untuk histopatologi, potong beku, sitopatologi dan sitologi.

- Forensik dapat melakukan perawatan mayat dan bedah mayat. Pelayanan laboratorium tersebut dilengkapi pula oleh fasilitas sebagai berikut:

- Blood Sampling dan Bank Darah - Administrasi penerimaan spesimen - Gudang regensia & bahan kimia - Fasilitas pembuangan limbah

- Perpustakaan, atau setidaknya rak-rak buku

12. Instalasi Rehabilitasi Medik bertujuan memberikan pelayanan pengembalian fungsi tubuh semaksimal mungkin kepada penderita sesudah kehilangan / berkurangnya fungsi dan kemampuan yang meliputi, upaya pencegahan / penanggulangan, pengembalian fungsi dan mental pasien yang mencakup :

- Rehabilitasi Fisik :

 Rehabilitasi sistem kardiovaskular

 Rehabilitasi sistem pernafasan

 Rehabilitasi sistem neuromuskuler dan lokomotor - Rehabilitasi Mental

- Rehabilitasi Sosial

13. Pemulasaraan Jenazah Rumah Sakit adalah :

- Tempat meletakkan/penyimpanan sementara jenazah sebelum diambil keluarganya.

- Tempat memandikan/dekontaminasi jenazah. - Tempat mengeringkan jenazah setelah dimandikan - Otopsi jenazah.

- Ruang duka dan pemulasaraan.

14. Instalasi Gizi / dapur mempunyai fungsi untuk mengolah, mengatur makanan pasien setiap harinya, serta konsultasi gizi. Sistem pelayanan dapur yang diterapkan di rumah sakit adalah sentralisasi kecuali untuk pengolahan formula bayi.

15. Instalasi Pencucian Linen/ Laundry adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin setrika. Kegiatan pencucian linen terdiri dari :

- Pengumpulan

 Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong

(19)

- Penerimaan

 Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan non-infeksius.

 Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya. - Pencucian

 Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan desinfektan.

 Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, dan muntahan kemudian merendamnya dengan menggunakan desinfektan.

 Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya. - Pengeringan

- Penyetrikaan - Penyimpanan

 Linen harus dipisahkan sesuai dengan jenisnya.

 Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah.

 Pintu lemari selalu tertutup.

- Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.

- Pengangkutan

 Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong untuk membungkus linen kotor.

 Menggunakan kereta dorong yang berbeda warna dan tertutup antara linen bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan desinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor.

 Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.

 Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna.

 Rumah Sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangutannya dari dan ke tempat laundry harus menggunakan mobil khusus.

16. Bengkel Mekanikal dan Elektrikal (Workshop) tugas pokok dan fungsi yang harus dirangkum adalah :

- Pemeliharaan dan perbaikan ringan pada :

 Peralatan medik (Optik, elektromedik, mekanis dll)

 Peralatan penunjang medik

 Peralatan rumah tangga dari metal/ logam (termasuk tempat tidur)

 Peralatan rumah tangga dari kayu

(20)

- Kegiatan perbaikan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :

 Laporan dari setiap unit yang mengalami kerusakan alat

 Peralatan diteliti tingkat kerusakannya untuk mengetahui tingkat perbaikan yang diperlukan kepraktisan teknis pelaksanaan perbaikannya (apakah cukup diperbaiki ditempatnya, atau harus dibawa ke ruang workshop)

- Analisa kerusakan

- Proses pengadaan komponen / suku cadang - Pelaksanaan perbaikan / pemasangan komponen - Perbaikan bangunan ringan

- Listrik/ Elektronik

- Telpon / Aiphone / Audio Visual. 2.2.4. Kemampuan Pelayanan Medis

Kemampuan pelayanan medis dibagi menurut kelas RS yaitu RS kelas B, RS kelas C dan RS kelas D. Rincian ini dimaksudkan agar beban dapat terbagi secara lebih merata sehingga RS dapat melayani pasien dengan lebih baik dan dapat lebih efisien dalam menggunakan sumber daya dan sumber dana yang tersedia. Kelas RS A tidak dirinci, karena dianggap sebagai pusat rujukan tertnggi maka semua kasus dapat ditanganinya.

Adapun lampiran selengkapnya kemampuan pelayanan medis yang dirangkum dari RS kelas B, C dan D di Jawa Timur adalah sebagai berikut: 2.2.4.1. Kemampuan Pelayanan Medis Penyakit Anak

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Abscess √ Actinomycosis √ √ Acute abdomen √

Acute bronchiolitis due to resiratory syncytial virus

√ √

Acute bronchitis, unspecified √ √

Acute laryngitis √ √ √

Acute lymphadenitis, unspecified √ √ √

Acute maxillary sinusitis √ √

Acute pharyngitis, unspecified √

Acute serous otitis media √ √

Allergic rhinitis, unspecified √

Allergy, unspecified √ √ √

Amebiasis √ √

Anemia √ √

(21)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Ascariasis √ Aspiration pneumonia √ √

Asthma bronchiole, unspecified √ √

Avian influenza √

Bacteraemia and septicemia √ √

Bell`s palsy √

Bronchitis, not specified as acute or chronic √ √ Bronchitis and pneumonitis due to chemicals,

gases, fumes and vapours

√ √

Bronchopneumonia, unspecified √ √

Bronchopulmonary dysplasia √ √

Candidal stomatitis √ √ √

Caput succedaneum/cephalhaematoma due to birth injury

Cellulitis, unspecified √ √

Cerebral palsy √ √

Chancroid √ √

Child of diabetic mother √ √

Cholera √

Chromoblastomycosis √ √ √

Chronic lymphadenitis, except mesenteric √ √

Chronic pharyngitis √

Chronic serous otitis media √

Chronic viral hepatitis, unspecified (hepatitis kronik)

√ √ √

Colic abdomen √ √

Conjuctivitis √

Conjunctivitis due to adenovirus (h13.1*) √ √

Constipation √ √

Cutaneus larva migran √

Cytomegaloviral diseases, unspecified √ √

Dehydration √ √ √

Dengue fever √

Dengue hemorrhagic fever (DHF) √ √

Dermatitis herpetiformis √

(22)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Developmental disorder of speech and

language unspecified

√ Developmental disorders of scholastic skills,

unspecified

√ Diarrhoea and gastroenteritis of presumed

infectious origin √ √ Diphteria √ √ Dysentry bacilli √ Dyspepsia √ √ Encephalitis √ √

Enteritis due to yersinia enterocolitica √

Enteroviral vesicular stomatitis with exanthem √ Enteroviral vesicular stomatitis with exanthem √ √

Epilepsi √ √

Epilepsy, unspecified √ √ √

Erythema infectiosum [fifth disease] √ √

Febrile convulsion √ √ √

Febris √

Filariasis √ √

Food allergy √ √ √

Food intolerance ringan dan respond dalam teraphy awal

Gastritis, unspecified √

Gastro-enteritis √ √

Gastro-enteritis dengan dehidrasi √ √ √

Gastrointestinal tularaemia √ √

Giardiasis √

Gonorrhea √

Granuloma inguinale √ √

Hepatitis √ √ √

Hepatitis A with hepatic coma √ Hepatomegaly, not elsewhere classified √

Hereditary factor vii deficiency (hemofilia) √ √

Herpes simplex √ √

Herpes zoster √

Hidradenitis suppurativa, carbuncle. √ √

(23)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

HIV/AIDS √ √ Hookworm diseases √ Hydrocele, unspecified √ Hydrocephalus, unspecified √ Hypoglycemia √ √ √ Hypospadias, unspecified √ Hypothermia √ √ Ichthyosis vulgaris √ √ Ileus √ Ileus paralitik √

Impetigo [any organism] [any site] √

Infection of umbilicus √ √ Jaundice of newborn √ √ Kernicterus √ √ Kwashiorkor √ √ Leptospirosis √ √ Maduromycosis √ √ Malabsorbsion √ √ √ Malaria √ √ Marasmus √ √ Meningitis √ √

Meningitis in bacterial diseases classified elsewhere

√ √

Meningitis in mycoses √ √

Mental retardation √ √

Morbilli √

Motor neuron disease √ √

Mumps √ √

Nasopharyngitis √

Necrotizing enterocolitis √ √

Neonatal convulsion √ √

Neonatal, berat badan lahir >2499 grams dengan anomali mayor atau kondisi herediter ringan

Neonatal, berat badan lahir >2499 grams dengan kongenital/infeksi perinatal

√ Neonatal, berat badan lahir >2499 grams

dengan sindroma aspirasi

√ √

(24)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Neonatal, berat badan lahir 1000-1499 grams

tanpa prosedur mayor

√ Neonatal, berat badan lahir 1500-1999 grams

tanpa prosedur mayor

√ Neonatal, berat badan lahir 2000-2499 grams

tanpa prosedur mayor

√ Neonatal, berat badan lahir <1000 grams

dengan prosedur mayor

√ Neonatal, berat badan lahir >2499 grams

dengan prosedur mayor

√ √

Neonatal, berat badan lahir >2499 grams dengan sindroma distres pernafasan

√ √

Neonatal, berat badan lahir 1000-1499 grams dengan prosedur mayor

√ Neonatal, berat badan lahir 1499-1999 grams

dengan prosedur mayor

√ √

Neonatal, berat badan lahir 2000-2499 grams dengan prosedur mayor

√ √

Nonspecific lymphadenitis unspecified √ √

Nonspecific urethritis √ √

Osteomyelitis √

Other and unspecified convulsions √ √

Other infantile cerebral palsy √ √

Patent ductus arteriosus √

Peritonitis pancreatitis √ Peritonitis tuberculosis √ √ Pertussis √ Plague (pes) √ Pneumo thorax √ Poliomyelitis √ √ Rabies √

Respiratory stress syndrome √ √

Respiratory tuberculosis unspecified, without meantion of bacteriological or histological confirmation

√ √

Rheumatic fever √

Rheumatic heart disease √

Scabies √

(25)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Sialadenitis √

Sinusitis, otitis media, mastoiditis, pertonsilar √

Staphylococcal bacteremia √

Staphylococcal pneumonia √

Strongyloidiasis √ √

Superficial infections, including folliculitis, √

Syphilis √ √ Taeniasis √ Tetanus √ √ √ Toxoplasmosis √ √ Toxoplasmosis, unspecified √ Trichomoniasis √ Tuberculosis kutis √ √

Tuberculosis of lung, confirmed by sputum microscopy with or without culture

√ Tuberculosis of skin and subcutaneous tissue √

Typhoid fever √ √

Unspecifed diabetes mellitus √ √

Urinary tract infection √ √

Urinary tract infection, site not specified √ √

Urticaria, unspecified √

Varicella √

Vasomotor rhinitis √

Viral gastroenteritis √ √

Viral intestinal infection, unspecified √ √

Viral pneumonia, unspecified √ √

Vitamin deficiencies √ √

Vitamine K defficiency √ √

Vomiting associated with other psychological disturances

(26)

2.2.4.2. Kemampuan Pelayanan Medis Bedah

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

BEDAH ANAK

Herniotomi Pada Anak √

Hidrocele Komunikan √

Hidrocele Punikuli √

Hidrocele Testis √

Illeustomi Pada Anak √

Laparatomi Pada Anak √

BEDAH CARDIOVASCULAR

Aspirasi Pneumotoraks √ √

Cimino √ √

Fraktur Costae √ √ √

Incision Of Chest Wall And Pleura √

Pasang Water Sealed Drainage (Wsd) √ √

Repair Kerusakan Pembuluh Darah √ √

Repair Vascular Dg Graft √

Segmentektomi Paru √

Thorakotomy Lubectomy Tumor Paru * √

Thorakotomy Pada Emphiema √

Thorakotomy Pada Hematothorax √ Thorakotomy Pada Hematothorax Dg

Lubectomy Paru

√ Thorakotomy Pada PDA ( Patent Ductus

Ateriosus Persistent ) *

√ Thorakotomy Pada Tamponade Jantung * √ Thorakotomy Pada Tumor Mediastinum √ Thorakotomy Pada Tumor Pleura √

Trauma Dada Mayor √ √ √ **

Ventricular Shunt Ringan * √

BEDAH DIGESTIF

Abdominoperineal Resection (Miles) √

Adhesiolisis Peritoneal √

Anastomosis Of Small Intestine To Rectal Stump

√ Anastomosis Other Small-To-Large Intestinal √

(27)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Anastomosis Small-To-Small Intestinal √

Anastomosis, Small To Large Intestine √

Anoplasty √ √

Anoplasty Atresia Ani Letak Rendah ( Cutback Incision )

√ Anoplasty Pada Setriktura Anus √ Anoplasty PSA ( Postero Sagital Anoplasty ) √

Anoscopy √

Anoscopy Biopsi √

Appendectomy √ √ √

Appendicitis Akut √ √ √

Appendectomy Dan Drainage Appendiceal Abses

√ √ √

Bilateral Repair Of Inguinofemoral Hernia √ Bilateral Repair Of Inguinofemoral Hernia With

Graft

Billio Digestif Shunting √ √

Biopsi Rectum Full Thickness √ √

Businasi √

Colostomy √ √

Choledocho-Jejunostomy Roux En Y √

Cholesistectomy √

Closed Drainage Abses Hepar √

Closure Of Intestinal Stoma √

Hemicolectomy Colon √ √

Colostomy Atresia Ani Letak Tinggi √ Complex Biliary Tract Procedure √ Cysto Jejunostomy Roux En Y Pada Kista

Empedu

√ Cysto Jejunostomy Roux En Y Pada Kista

Pankreas

Cystostomy √

Divertikulitis, Divertikulosis Dan Penyakit Peradangan Usus Besar

√ Drainage Periureteral, Abdominal Abses √

Duhamel √

(28)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Eksplorasi Koledokus √ Eksterpasi Polip √

Excision Of Large Intestine, Partial √ Excision Or Destruction Of Peritonium √ Exici Non Polip Recti Dengan GA √

Exici Polip Recti Dengan LA √

Exteriorization Of Large Intestine √ Exteriorization Of Small Intestine √

Gastrectomi (Bilroth) √

Gastrostomy √ √

Haemoroidectomy √ √

Hemikolektomi Dengan Penyulit Minor √

Hernia Incarcerata √ √

Hirschsprung`S / Colostomy Pada Hirschsprung`S

Ileostomy √

Ileus Obstruksi √ √

Internal Bleeding Ruptur Hepar Simple √ √ Internal Bleeding Ruptur Hepar Stelata √ √ Internal Bleeding Ruptur Lien √

Internal Bleeding Selain Ruptur Hepar Dan Lien

√ Intra-Abdominal Manipulation Of Intestine √

Invaginasi √

Isolation Of Intestinal Segment √

Koledoko Jejunostomi √ √

Koledokotomi √

Kolesistektomi √ √

Laparascopic Diagnostic √ √

Laparatomi Eksplorasi √ √

Laparatomi Eksplorasi Karena Trauma Tumpul/Tajam

√ √

Laparatomi Peritonitis √ √

Laparatomi Tumor Usus Reseksi Sambung Usus

√ √

Laparatomy √ √

(29)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Laparatomy Shunting Roux En Y √

Laparatomy VC √ √

Laparoscopic Appendectomy √

Laparotomy Eksplorasi √

Laparotomy Eksplorasi Dengan Stoma √

LAR End To End Anastomose √

LAR Dengan Colostomy ( Anterior Resection Of Rectum With Synchronous Colostomy )

Lavage √

Limpadenektomi Ileoinguinal √ √

Limpadenektomi Recto Peritoneal √ √

Lve (Ligasi Varices Esofagus) √

Megacolon Hirschsprung √ √

Open And Other Left Hemicolectomy √ Open And Other Resection Colon Transfersum √

Open And Other Sigmoidectomy √

Open Drainage Abses Hepar √ √

Other And Open Bilateral Repair Of Inguinal Hernia, One Direct And One Indirect

√ Other And Unspecified Partial Excision Of

Large Intestine

Other Gastroenterostomy √

Other Hernia Repair √

Other Unilateral Femoral Herniorrhaphy ( Double Basini )

Pancreatectomy √

Pancreatectomy Roux En Y √

Penutupan Stoma Pada Colostomy ( Closure Of Stoma Of Large Intestine )

√ Penutupan Stoma Pd Ileustomy ( Closure Of

Stoma Of Small Intestine )

√ Percutaneous Cystostomy(Closed Cystotomy) √

Perianal Fistulotomi √

Periappendiculer Abscess √ √

Peritonitis √ √

Polipektomi Saluran Cerna Bagian Atas/Bawah √ √

Potong Colostomy √

(30)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Prolaps Recti ( Repair )/ Rektopexy √

Rectosigmoidoscopy √ √

Repair Of Anus √

Repair Of Inguinofemoral Hernia With Graft Or Prosthesis

√ √

Repair Of Intestinal √

Repair Of Liver √

Repair Of Umbilical Hernia √

Repair Recto Vaginal Fistula √

Repair Sub Total Perianal Rupture √ Repair Subtotal Perianal Ruptur Late/Old √

Reseksi Anastomosis Usus √ √

Reseksi Hepar √

Ruptur Gaster Gastrojejunustomy + Jejunustomy Feeding

Soave √

Splenektomi Parsial √ √

Stapler Haemorroidectomi √

Suture Of Laceration Of Duodenum √ Suture Of Laceration Of Small Intestine √

Trauma Abdominal √ √ √ **

Tumor Abdomen Diluar Usus √

Tumor-Tumor Pencernaan √

Zigmoidoscopy √

BEDAH KEPALA LEHER

Abses Madibula √ √

Bibir Sumbing √ √

Close Reduction Of Maxillary And Mandibular Fracture

√ Close Reduction Of Separated Apiphysis √ Close Reduction Of Zigomatic Fracture √ Closed Reduction Fractur Nasal √

Thyroidectomy Complete √

Diseksi Leher Radikal / Modifikasi Fungsional √ Drainage Of Face Or Floor Of Mouth √

(31)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Eksisi Kista Tiroglosus √ √

Eksplorasi Kista Ductus Tiroglosus √ √

Eksplorasi Kista Tiroid √ √

Ekstrasi Benda Asing Di Saluran Cerna Atas/Bawah

√ √ *

Excision Or Destruction Of Lesion Or Tissue Of Tongue

√ √

Fraktur Maksila/Zygoma √ √ √ **

Fraktur Mandibula √ √ √ **

Fraktur Maksila Le Fort √ √ √ **

Fraktur Muka Multiple √ √ √ **

Fraktur Os Nasal √ √ **

Fraktur Rahang √ √

Glossectomy Partial √ √

Glossectomy Total √ √

Hemiglosektomi √

Hemiglosektomi Dan Diseksi Leher Radikal √

Labio Genatopalatoschisis √

Labiopalatoplasti √ √

Labioplasti/ Repair Of Cleft Lip √ √

Lobuloplasty √ √ √

Mandibulektomi Totalis √

Mucocele Rongga Mulut √ √

Palatoplasty √

Parotidectomie Superfisial √ √

Parotidectomie Total √ √

Prosedur Mastoid Dan Sinus √ √

Reseksi Hemi Mandibula ( Hemimandibulektomi )

√ √

Sialolithiasis √ √

Struma √ √

Suture Of Laceration Of Lip √ √ √

Suture Of Laceration Of Other Part Of Mouth √ √ √

Suture Of Laceration Of Palate √ √ √

Thyroidectomy Subtotal √ √

Thyroidectomy Total √

(32)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Tracheostomi Permanent √ √ √ Tracheostomi Temporer √ √ √ Tumor Maxilla √ √ Tumor Palatum √

Eksisi Tumor Kelenjar Submandibula √ √

Eksisi Tumor Kelenjar Leher √ √

Eksisi Limfangioma √

Isthmus Lobektomi √ √

BEDAH ONKOLOGI

Ca Mamae √ √

Debulking √ √

Excision Of Lesion Of Breast √ √ √

Eksisi Fibro Adenoma √ √ √

Eksisi Fibro Sarcomamae Mama √

Eksisi Luas Tumor Ganas Kulit Radikal Rekonstruksi

√ √

Eksisi Mamma Aberren √ √

Eksisi Tumor Jinak (Hamartoma, Osteochondroma)

Eksisi Tumor Multiple √ √

Eksisiona Biopsi √ √

Ekstirpasi Tumor Kulit √ √

Ekstirpasi Tumor Scalp √ √

Ekstirpasi Granuloma √ √

Ekstirpasi Tumor + Rekonstruksi √ √

Ektirpasi Fibroma √ √

Ektirpasi Ganglion √ √ √

Ektirpasi Ateroma √ √ √

Epidermoid Carsinoma ( Excision Or

Destruction Of Lesion Or Tissue Of Skin And Subcutaneous Tissue )

Extended Simple Mastectomy √ √

Kemoterapi √ √

Liposarcoma √ √

Local Excision Of Lesion Of Breast √ √ √

(33)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Mastektomi Radikal √ √ Mastektomi Simpleks √ √ Mastektomi Subkutaneus √ √

Modified Radical Mastectomy (Mrm) √ √

Non Hodgkin Excisi Limfoma √ √

Open Biopsi √

Open Biopsy Of Breast √

Operasi Tumor Soft Tissue √

Other Unilateral Subcutaneous Mammectomy √

Soft Tissue Excisi Tumor √

Tumor Limfe Dan Kanker Darah Non Akut √

Tumor-Tumor Myeloproliferatif √

BEDAH ORTHOPAEDY

Amputasi √ √

Amputasi Distal Dari Metacarpal Beberapa Jari √ √ √ *

Amputasi Ekstremitas * √ √ √ *

Amputasi Forequater (Lengan Atas) √ √

Amputasi Hindquater (Lengan Bawah) √ √

Amputasi Jari √ √

Amputasi Kaki √ √

Amputasi Tangan √ √

Amputasi Transmeduler (Pertengahan) √ √ Amputation And Disarculation Of Fingers √ √ Amputation And Disarculation Of Foot √ √ Amputation Of Forearm And Hand √

Anastomose Vascular End To End √

Application Of Casts & Splints √ √ √

Arthroscopy √

Arthrosplasty √

Artritis √ √ √

Artrodesis Sendi Besar √ √

Artrodesis Sendi Kecil √ √

Artroplasti Interposisi √

Bone Arthrotomies, Incisions & Excisions √ Bone Incisions, Biopsies & Grafts √ √

(34)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Boutenniere Deformity Repair √

Bunion Procedures √

Ca Tulang √ √

Carpal Tunnel √ √ √

Close / Open Fraktur √ √ √**

Closed Reductions Of Fractures √ √ √

Complex Arm, Elbow & Shoulder Procedures √ Complex Hand & Wrist Procedures √ Complex Hip & Femur Procedures √ Complex Knee & Lower Leg Procedures √ Complex Skull & Facial Procedures √ Complex Soft Tissue Procedures √ Debridement Dan Fusi Anterior TB Spine √

Debridement Pada Major Crush Injury √ √ √*

Debridement, Sequetrectomy, Dan Guttering Osteomielitis Kronis

√ √ √*

Debridement Fraktur Terbuka √ √ √*

Decompressi Laminectomy Untuk HNP, Tumor, Spinal Canal Stenosis

√ √

Dekompresi Selubung Tendon Dan Sinovial √ √ √* Dekompresi Sindrom Penekanan Saraf Tepi √ √ √*

Disartikulasi √ √

Dislokasi Sendi Bahu / Siku / Pergelangan Tangan / Interphalar

√ √**

Dislokasi Sendi Lama √ √

Eksisi Artroplasti Sendi Kecil √ √

Eksisi Polidactili √

Ekstensor Tendon Repair √ √

Elevation Of Skull Fracture Fragments √

Excision Of The Bone √ √

Fasciotomy √ √

Finger Tip Injury Repair √ √

Flexor Tendon Repair √ √

Fracture Of Metatarsal Bone √ √ √

Fraktur Alveolaris ( Pasang Archbar ) √ √

Fraktur Antebrachii √ √ √**

(35)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Fraktur Dan Dislokasi Tangan √ √ √**

Fraktur Femur √ √ √**

Fraktur Humerus √ √**

Fraktur Komunitif √ √**

Fraktur Panggul √ √**

Fraktur Tangan √ √**

Fraktur Tulang Belakang √ √**

Fraktur Yang Komplek (Acetabulum, Fraktur Tulang Belakang)

√ Free Vascularized Bone Graft (Life Fibular

Graft)

√ Hemiartroplasty Panggul (Austin Moore

Prostesis, Thompson Prostesis)

Kecederaan & Penyakit Tulang Belakang √ √ √** Kelainan Kongenital (CDH, Club Hand) √

Kontraktur √ √ √**

Kontraktur Shoulders (Tranposition) √

Koreksi CTEV √ √

Koreksi Kelainan Jari √ √ √

Koreksi Kelainan Tangan Bawaan √ √

Koreksi Osteotomi Sederhana (Cubitus Varus) √ Koreksi Pada Deformitas Tulang,Sendi, &

Kontraktur (Malunion, High Tibial Osteotomi, Femoral Osteotomi)

Ligament Reconstructive Surgery √

Mallet Finger Repair √ √

Manipulasi Dan Reposisi Fraktur & Dislokasi √ √ √

Multiple Fraktur √ √

Open Reduction & Screw Fixation Fraktur Lip Acetabulum

√ Open Reduction Internal Fixation Digiti Manus /

Pedis

√ √

Open Reduction Internal Fixation Humeri Antebrachii

√ √ √

Open Reduction Pemasangan Reconstruction Plate Acetabular Fracture

√ Operasi Clavicula, Acromion, Scapula Dan AC

Joint

(36)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Operasi Delayed / Non Union √ √ √

Operasi Hallux Valgus √

Operasi Kasus Pediatric Ortopedi √

Operasi Rekonstruksi Tangan √

Operasi Rekonstruksi Tulang Dan Sendi √ Operasi Rekonstrusi Habitualis Dislokasi

Patella / Rekuren

Operasi Tendon Transfer √ √

Operation For Multiple Fracture And Injuries Not Elsewhere

Osteomyelitis √ √ √

Osteotomy √

Pemasangan Closed Intermedularry Nailing (Interlocking Nail)

Pemasangan Gips/Immobilisasi √ √ √

Pemasangan Halo Device √

Pemasangan Pin Pada Skeletal Traksi √ √ Pembebasan Major Soft Tissue Otot Dan

Tendon Pada Deformitas Cerebral Palsy

Pencabutan Pin Dan Wire √ √ √

Pengangkatan Implant √ √ √

Prosthetics Fitting √ √

Rekonstruksi Ibu Jari Bone Graft + Myocutaneous Free Flap

√ Rekonstruksi Dengan Free Vascularized Bone

Graft

√ Rekonstruksi Dengan Muscle Flap Dengan

Skin Graft

√ Rekonstruksi Dengan Musculocutaneous Flap √

Rekonstruksi Dengan Skin Flap Lokal √ √ √

Rekonstruksi Dengan Skin Grafting √ √ √

Rekonstruksi Ibu Jari Bone Graft + Regional Flap

Release Dan Eksisi Carpal Tunnel Syndrome √ √

Release Kontraktur √ √

Removal Of Implanted Devices √ √ √

Removal Of Internal Fixation Appliance Femur, Tibia

√ √ √

(37)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Repair Ekstensor Tendon √ √ √

Repair Flexor Tendon √ √ √

Repair Polydactyly √ √

Repair Tendon Stump √

Replantasi √

Reposisi Dislokasi Sendi √ √ √

Reposisi Fraktur √ √ √

Reseksi Artroplasti Sendi Besar Girldestone √

Revascularisasi Jari √

Revision Of Amputation Stump √ √ √

Separasi Simple Syndactili √ √ √

Sequestrectomy √ √ √

Split Thickness Skin Grafting (STSG) √

Stiff Finger Joint - Capsulotomy-Tenolysis √ √ √ Stiff Finger Joint - Volar Plate Release √ √ √

Synovectomy √ √ √

Tendon Grafting √ √

Tendon Transfer Multiple √

Tendoplasty √

Tenotomi √ √ √

Total Joint Repalcement (Total Knee Replacement, Total Hip, Total Elbow, Total Shoulder)

Triger Thumb √ √ √

Triple Artrodesis √

BEDAH PLASTIK

Basalioma ( Excision Or Destruction Of Lesion Or Tissue Of Skin And Subcutaneous Tissue )

Biopsy Of Skin And Subcutaneous Tissue √ √

Bulectomy √ √ √ Burns √ √ √ Debridement √ √ √ Eksisi Hemangioma √ √ Eksisi Keloid √ √ Fasciocutaneous Flap √ Fasciotomy √

(38)

JENIS PELAYANAN MEDIS

RS

KELAS B

RS

KELAS C

RS

KELAS D

Free Gracilis Transfer √

Free Skin Graft Not Otherwise Specified √

Free Vascularized Flap √

Full Thickness Skin Graft (FTSG) To Other Sites

√ √

Full Thickness Skin Graft (FTSG) Daerah Luar Wajah

√ √

Full Thickness Skin Graft (FTSG) Graft √ √

Luka Di Wajah √ √ √

Keloid √ √ √

Melanoma Maligna √

Musculocutaneous Flap / Myocutaneous Flap √ Other Plastic Operation On Muscle, Tendon

And Fascia

Pedicle Flaps √

Pemasangan Crutchfield √

Relaxation Of Scar Or Web Contracture Of Skin

√ Release Kontraktur Dengan Skin Flap √ Release Kontraktur Dengan Skingraft √ Release Kontraktur Dengan Z Plasty √

Release Kontraktur Linear √

Release Kontraktur Luas √

Release Kontraktur Tangan Dan Jari √

Relese Kontraktur √ √

Repair Of Laceration Involving Lid Margin, Full Thicleness

√ √ √

Revisi Dengan Flap Lokal √ √ √

Revisi Dengan Multiple Z Plasty √

Simple Advancement Flap √ √ √

Single Rotation / Transposition Skin Flap √ √ √

Skin Flap √ √ √

Skin Graff Pedicle √ √

Skin Grafting √ √

Gambar

Foto Kontras   √  √  √

Referensi

Dokumen terkait

'ontoh atribut amplitudo tipe ini adalah Maximum Absolute Amplitude&amp; Maximum Peak Amplitude&amp; Average Peak  Amplitude&amp; dan Maximum Trough Amplitude. Sama

 Realisasi belanja gaji dan tunjangan lebih rendah dari anggaran yang ditetapkan dipengaruhi oleh adanya pegawai yang pensiun, pagawai yang mutasi keluar SKPD. Mutasi

Pada lahan yang tidak mendapatkan pemupukan, unsur Fe berpengaruh positif terhadap produktivitas bawang daun, penambahan satu satuan pupuk Fe akan meningkatkan

Hasil periksaan terhadap penderita dengan diagnosis terduga mengidap meningitis secara klinis, maka perlu ditentukan berapa: kesahihan (validitas) periksaan IgM/IgG TB

Sehingga hak atas kesehatan mencakup wilayah yang luas dari faktor ekonomi dan sosial yang berpengaruh pada penciptaan kondisi dimana masyarakat dapat mencapai kehidupan

Dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa

3.1.2 Mengenal pasti bahan, alatan dan tempat memilih induk dan membiak ikan.. 3.1.3 Menerangkan kaedah menentukan jantina

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga dapat diselesaikan penulisan PENGGUNAAN ALAT