• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pai Kelompok 4 Mazhab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pai Kelompok 4 Mazhab"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM ISLAM DAN PERBEDAAN MAZHAB MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pendidikan Agama Islam

Yang dibina oleh Bapak Moch. Wahib Dariyadi, M.Pd

Oleh kelompok 4

1. Annysa Vero Styaningrum (160342606295) 2. Avryan Sandryawan (170621634578) 3. Galih Hadi Prayoga (170621634541) 4. Ingeldy Vyola (170621634559) 5. Moh Izzudin Arrozi (170621634510) 6. Rusmawan Ari Sandy (170621634524)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN September 2017

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada seluruh umat manusia.Sebagai agama terakhir, islam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada pemeluknya berupa seperangkat aturan agar kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik sehingga pada gilirannya bisa melahirkan kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan dunia akherat.

Islam pada masa Rassulullah SAW ketika ada permasalahan dan kekuarangan paham dalam masalah hukum islam para sahabat langsung menanyakan pada Rasulullah SAW sehingga cepat terselesaikan. Sehingga pada perkembangan hukum islam setelah wafatnya Rassulullah SAW berkembang sangat pesat ini para sahabat masih tetap menggunakan pengalaman yang sama. Dengan seiring berjalannya waktu dan perkembangan sehingga para ulama harus bekerja keras untuk mengetahui hukum-hukum syariat untuk diseimbangkan dengan kebutuhan peradaban yang terus berkembang. Dengan adanya Al Quran dan hadis itu saja tidak lebih dari cukup, sehingga adanya hukum islam lain seperti Syariah dan fikih.

Didalam kamus fikih menyatakan bahwa mazhab adalah metode tertentu dalam menggali hukum syariah yang bersifat praktis dari dalil dalilnya yang bersifat kasuistik. Oleh karena banyaknya para ulama dan fiqih, yang menyebabkan penggalian hukum yang berbeda beda pemikiran yang kemudian tidak mengherankan muncul beragam mazhab fikih. Hal ini karena ulama-ulama sejak masa para sahabat berijtihad. Namun dari setiap mazhab yang ada tersebut hanya sedikit yang mampu bertahan dan masih dijadikan panduan hingga saat ini.

Dalam makalah yang dibuat ini bermaksud menjelaskan ragam pendekatan hukum islam, sumber-sumber hukum islam, dan perbedaan mazhab dan penyikapannya bagaimana.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian hukum islam beserta ragam pendekatnnya? b. Apa saja landasan dari sumber-sumber hukum islam?

c. Bagaimana perbedaan dari macam macam mazhab dan penyikapannya? d. Bagaimana akomodasi kearifan local dalam hukum islam?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian hukum islam beserta ragam pendekatannya b. Untuk mengetahui landasan dari sumber-sumber hukum islam.

c. Untuk mengetahuiperbedaan dari macam macam mazhab dan penyikapannya. d. Untuk mengetahuiakomodasi kearifan local dalam hukum islam.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. pengertian hukum islam dan ragam pendekatannya 1. Pengertian Hukum Islam

Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat manusia.sebagai agama terakhir,islam memberikan bimbingan dan tuntutan kepada pemeluknya berupa seperangkat aturan agar kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik sehingga pada gilirannya bisa melahirkan kesejahteraan,kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akherat,dilihat dari perspektif sejarah,istilah hukum islam disinyalir datang paling belakangan bila dibanding dengan istilah syariah dan fikih. Memang kata hukm yang berarti hukum banyak sekali terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an tetapi tidak satupun kata hukm yang disandingkan dengan kata “islam”.berbeda dengan penamaan hukum islam, penggunaan istilah syariah dan fiqih banyak dijumpai dalam al-Qur’an dan hadis nabi salah satunya bisa dilihat pada Q.S al-jatsiyah:18 dan hadisbyang disampaikan oleh Ibnu Abbas:

َنوُمَلْعَي َلَ َنيِذَّلا َءا َوْهَأ ْعِبَّتَت َلَ َو اَهْع ِبَّتاَف ِرْمَ ْلْا َنِم ٍةَعي ِرَش ٰىَلَع َكاَنْلَعَج َّمُث “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”

Secara garis besar syariat islam dapat dibagi dalam tiga cakupan:

A. Meliputi petunjuk dan bimbingan untuk memproleh pengenalan (ma’rifat) yang benar tentang Allah swt dan alam gaib, yang disebut “ahkam syar’iyyah:”

B. Meliputi petunjuk dan bimbingan untuk pengembangan potensi kebaikan yang ada dalam diri manusia, supaya ia menjadi makluk terhormat, yang disebut “ahkam syar’iyyah khuluqiyyah”

C. Meliputi berbagaiketentuan dan seperangkat peraturan hukum untuk menata hal-hal praktis dalam melakukan ibadah (pengabdian) kepada Allah dan terwujudnya ketentraman dalam pergaulan manusia yang disebut “ahkam syar’iyyah amaliyyah”

(4)

Merujuk kepada penjelasan diatas, dapat difahami bahwa syar’iah dan fiqih adalah dua hal yang berbeda tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat.

2. Ragam pendekatan hukum islam

Sebagaimana di jelaskan sebelumnya bahwa syariah merupakan rumusan yang masih bersifat global, oleh karenanya agar lebih spesifik perlu difahami dan di tafsirkan menjadi kaidah-kaidah yang lebih rinci. Dalam rangka memahami syariah itulah, terdapat banyak ragam pendekatan yang di kembangkan oleh para ulama’,dimana tujuannya adalah agar dapat menemukan pemahaman yang paling dekat dengan makna sebenarnya yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadis.

Pendekatan Teologis Normatif

Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan lainnya. Pendekatan normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang tertera dalam teks Alquran dan Hadits.

Pendekatan Sosiologis

Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan denganaspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lain. Pendekatan Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam memahami Islam dari kerangka ilmu sosial, atau yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain

Pendekatan Kontekstual

Pemahaman ragam ini belakangan dikembangkan oleh banyak ulama,para penganut ragam ini berusaha menggali substansi teks al-Qur’an dan Hadis kemudian mengkontekskannya sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi.dengan cara ini pesan luhur dalam suatu teks tidak hilang begitu saja,namun formulasi penerapannya dalam kehidupan disesuaikan dengan perkembangan sosio kemasyarakatan.

(5)

Pendekatan Tekstualis Atau Transkripturalis

Ragam pemahaman ini mencoba memahami teks-teks al-Qur’an dan hadis secara tersurat (apa adanya). Ragam ini juga berusaha menjadikan hasil penafsiran para ulama’generasi awal (Fikih klasik) menjadikan rujukan ideal untuk dilaksanakan pada jaman sekarang ini.

B. Sumber Hukum Islam

Sumber hukum islam secara keseluruhan ada tiga yaitu Al- Quran, hadist dan ijtihad.Al-Quran dan hadis adalah sumber hukum Islam yang mengatur secara umum prinsip-prinsip yang terkait dengan ibadah, namun dalam hal di luar ibadah,seperti mu’amalah keduanya tidak secara tegas mengaturnya.Keberadaan Al-Qur’an dan hadis yang bersifat global menyebabkan umat Islam harus melakukan penafsiran terhadap keduanya ke dalam kaidah-kaidah yang lebihh konkret,aplikatif,dan selanjutnya dilaksanakan. Proses penafsiran terhadap Al- Qur’an dan hadis yang demikian kemudian dinamakan dengan ijtihad.

1. Al- Qur’an: Sumber Pokok Hukum Islam

Al-Qur’an secara etimologis berdasarkan pendapat yang paling kuat sebagaimana dinyatakan oleh Dr. Shubhi Shalih (1990:56) berarti ‘bacaan’ atau ‘yang dibaca’ Pengertian ini sejalan dengan firman Allah dalam Q.S. al- Qiyamah:16-19:

لا ( ِهِب َلَجْعَتِل َكَناَسِل ِهِب ْك ِِّرَحُت ١٦ ( ُهَنآ ْرُق َو ُهَعْمَج اَنْيَلَع َّنِإ ) ١٧ ( ُهَنآ ْرُق ْعِبَّتاَف ُهاَنْأ َرَق اَذِإَف) ١٨ ُث ) ( ُهَناَيَب اَنْيَلَع َّنِإ َّم ١٩ )

16. Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al Quran) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.17 Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. 18.Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 19. Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya

Adapun secara terminologis, menurut Imam Syaukani, al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad bin Abdullah dalam bahasa arab dan maknanya yang murni,yang sampai kepada kita secara mutawatir.Mutawatir artinya proses penyampaian al-Quran kepada kita tidak mengalami keterputusan generasi dan dilakukan oleh orang-orang. Menurut Khalaf (1978:32-33) komposisi ayat al-Quran yang berbicara mengenai tema hokum jauh lebih sedikit disbanding dengan tema akhlak,akidah, atau sejarah sekalipun. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa perlu dilakukan penafsiran terhadap Al-Quran yang disesuaikan dengan konteks perkembangan jaman untuk memberikan justifikasi hukum terhadap berbagai persoalan umat.

(6)

2. Hadis: Sumber Hukum Islam Kedua

Hadis secara etimologis berarti perkataan, cerita, atau kejadian(Munawir, 1997:242),seperti dalam ungkapan Arab,”Atahaddatsu ma’ahu” artinya “Saya berkata dengannya”, “hadits al-ifk” artinya “cerita bohong”, dan “hadits adhim” artiny “kejadian besar”.

Adapun secara terminologis, menurut Manna’ al-Qatthan (1987) adalah:

ميسارملاو لاعفلْا نم تاملك لكش يف ءاوس دح ىلع دمحم يبنلا نم يتأي ام لك “Segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad, baik berupa perkataan,perbuatan, maupun ketetapannya

Maksud dari ‘tarqiq’(ketetapan) Nabi Muhammad SAW adalah pembenaran beliau terhadap sikap.perilaku, atau perkataan para sahabat, baik yang mereka lakukan dihadapan beliau atau yang disampaikann kepada beliau (qatthan, 1987:6).

Hubungan antara hadis dengan Quran adalah sebagai penjelas dan penafsir al-Quran.Syeikh Maliki (1990:12-14) menjelaskan bahwa hadis mempunyai peranan sebagai bayan (penjelas) terhadap kandungan al-Quran.Karena itu, bagi umat Islam keberadaan hadis dalam proses penetapan hukum tidak bisa diabaikan,karena ia menjadi penjelas manakala al-Quran belum secara tegas dan rinci memberikan landasan hukum.Namun tidak semua hadis menjadi landasan hukum.

3. Ijtihad: Sumber Pelengkap Hukum Islam

Ijtihad secara bahasa adalah “mencurahkan segala kemampuan untuk mereallisasikan sesuatu”. Pengertian ini mengandung makna bahwa ijtihad hanya dipergunakan pada sesuatu hal dimana ada beban berat dan kesuliatan-kesulitan (Zuhaili’ 1988:1037).

Adapun menurut istilah, Imam Ghazali dalam kitabnya al-Mustashfa Min Ilmi al-Ushul (jilid 2:350) mendefinisikan ijtihad sebagai berikut:

“ijtihad adalah upaya seseorang mujtahid mencurahkan kemampuannya dalam memperoleh pengetahuan tentang berbagai hukum syariah.”

Definisi diatas dapat dipaami bahwa ijtihad merupkan aktifitas yang sungguh-sungguh dari seorang ulama dalam “menggali” hukum yang masih bersifat global yang terdapat dalam hukum syariah.

(7)

Imam al-Syaukani (1992:297-302) menandaskan bahwa seorang yang hendak berijtihad dipersyaratkan:

a. Mampu memahami dengan baik al-Quran dan hadis

b. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma’ (kesepakatan para sahabat nabi)

c. Menguasai bahasa Arab secara komprehensif d. Menguasai ilmu Ushul al-Figh

e. Memiliki pengetahuan di bidang nasikh-mansukh(konsep pembatalan hukum,baik yang menyangkut ayat al-Quran atau hadis Nabi)

C. Perbedaan mazhab dan penyikapannya 1. Ragam mazhab

1. Mazhab Maliki Imam Maliki lahir di Madinah pada tahun 93 H / 712 M, Imam Malik adalah seorang “Huffazh” (penghafal hadits) nomor satu pada zamannya.

Dasar-dasar pokok dari Mazhab Maliki yaitu berpegang pada: 1) Al Qur’an;

2) Sunnah Rasul SAW yang dipandang sah;

3) Ijma’ Ahl Madinah (kadang menolak hadits yang berlawanan atau tidak diamalkan oleh para ulama Madinah);

4) Qias (kias / analogi / membandingkan);

5) Istislah. (istilah fikih, yaitu pendapat bahwa sesuatu adalah salih karena berfaedah, bijak untuk, kepentingan dan keperluan umum)

2. Mazhab Syafi’i

Pemikiran fiqih mazhab Syafi’i ini diawali oleh Imam Syafi’i, yang hidup pada zaman pertentangan antara aliran ahli hadits (cenderung berpegang pada teks hadits) dan ahl al-ra'y (cenderung berpegang pada akal fikiran atau ijtihad).

Dasar-dasar atau asas-asas pokok mazhab Syafi’i berpegang pada: 1) Al Qur’an;

2) Tafsir lahiriahnya Al Qur’an selama tak ada dalil yang menegaskan bahwa yang dimaksud bukan lahiriahnya

3) Sunnah Nabi SAW; Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak ditemukan rujukan dari Al-Qur’an.

(8)

4) Ijma’, hukum yang tak ada dalam Al Qur’an dan Hadits, keputusan diambil alim-ulama dan atas kata sepakat (tidak diketahui ada perselisihan tentang sesuatu 5) Qias (ditolak dasar istihsan dan dasar ihtislah). Kias yang dalam Ar-Risalah disebut

sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya.

6) Istidlal, adalah suatu istilah fikih, yakni mencari atau menegakkan dalil daripada penetapan akan dan kesimpulan-kesimpulannya atau dari seseorang yang

mengetahuinya, yang dipandang sebagai ushul fikh.

3. Mazhab Hambali

Mazhab ini banyak dianut penduduk Arabia Tengah, di Saudi Arabia (terutama kaum Wahabi dan tokoh lainnya adalah Ibnu Taymiiah yang kemudian dijadikan sumber doktrin dalam memberantas tradisi pengagungan (ziarah) kubur para Wali dan orang muslim).

Dasar-dasar pokok mazhab Hambali berpegang pada: 1) Al Qur’an;

2) Hadits Marfu’;

3) Fatwa-fatwa para sahabat dan fatwa-fatwa sahabat yang lebih dekat pada Qur’an dan Sunnah, diantara fatwa-fatwa yang berlawanan;

4) Hadits Mursal dan hadits Da’if, ialah hadits yang derajatnya kurang daripada sahih; 5) Qias (kias / analogi / membandingkan).

4. Mazhab Hanafi (699-767) Mazhab Hanafi ialah salah satu mazhab fiqh dalam Islam sunni. Suatu mazhab yang dikenal sebagai mazhab paling terbuka kepada idea modern.

Dasar-dasar pokok dari mazhab Hanafi berpegang pada: 1) Al Qur’an;

2) Sunnah Rasul SAW beserta peninggalan-peninggalan sahih yang telah masyhur di antara para ulama; 3) Fatwa-fatwa para sahabat;

4) Qias;

5) Istihsan; Secara bahasa istihsan berarti menganggap baik sesuatu (hasan), adalah salah satu cara menetapkan hukum di kalangan ahli ushul fikih. Melalui metode istihsan.

(9)

2. Mengarifi Perbedaan Mazhab

 Membekali diri dan mendasari sikap sebaik-baiknya dengan ilmu, iman, akhlaq dan amal secara proporsional.

 Memahami ikhtilaf (perbedaan) dengan benar, mengakui dan menerima sebagai bagian dari rahmat Allah bagi umat.

 Meneladani etika dan sikap para ulama salaf dalam ber-ikhtilaf.

 Mengamalkan pendapat atau mazhab yang kuat untuk praktek pribadi dan dalam masalah yang bersifat personal individual.

 Mengutamakan sikap melonggarkan dan bertoleransi terhadap mazhab lain jika kita berada dalam jamaah.

 Menghindari sikap berlebih-lebihan atau ekstrem dalam masalah-masalah furu’ (cabang/bukan inti).

 Mendahulukan masalah-masalah ijma’ atas masalah-masalah khilafiyah.

 Menjadikan masalah-masalah ushul dan ijma’ sebagai standar parameter komitmen dan keistiqomahan umat muslim.

 Menjaga agar perbedaan dalam masalah furu’ tetap berada dalam wacana pemikiran dan keilmuan.

 Menyikapi orang lain, kelompok atau penganut mazhab lain sesuai kaidah yang sudah ditentukan.

7) Akomodasi kearifan local dalam hukum islam 1. Urf dalam bingkai hukum islam

Kata ‘Urf secara etimologi berarti “sesuatu yang di pandang baik dan diterima oleh akal sehat” sedangkan secara terminology, seperti yang dikemukakan oleh Abdul -karim Zaidah, istilah ‘Urf berarti:

“Sesuastu yang tidak asing lagi bagi suatu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan”

Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah SWT. Di jazirah arab melalui nabi Muhammad SAW. Sebagai agama terakhir, islam sengaja diperuntukkan bagi semua umat manusia dan menjadi agama penyempurna bagi agama-agama yang telah diturunkan Allah SWT sebelumnya. Inilah salah satu factor utama pembeda antara islam dengan agama samawi lainnya. Meskipun Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa misi

(10)

keislaman adalah keturunan bangsa Arab, akan tetapi Islam tidak hanya diperuntukkan kepada bangsa Arab.

Ketika Islam diturunkan, masyarakat Arab sebagai masyarakat awal penerima ajaran agama kala itu telah memiliki budaya dan adat istiadat (urf) sendiri. Karena itu, Rasul SAW bersabda:

اَمَّنِإ ُتْثِعُب َمِ مَتُلْ َم ِراَكَم ِقلاْخَلْا

“sesungguhnya Aku diutus Allah hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

Hadis ini secara tegas memberikan pesan bahwa kehadiran Rasul SAW dalam masyarakat Arab tidak menghilangkan perilaku dan tradisi masyarakat Arab secara keseluruhan, tetapi mencoba menyempurnakan yang kurang baik yang terjadi dalam diri mereka.

Keberadaan Nabi SAW sebagai pembawa risalah Islam dan bagian dari masyarakat Arab telah digambarkan oleh Allah dalam Q.S.al-khafi:110:

لُق اَمَّنِإ اَنَأ رَشَب مُكُل ثِم ىَحوُي َّيَلِإ اَمَّنَأ مُكُه َلِإ ه َلِإ د ِحا َو Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”

Sebagai manusia biasa, Nabi Muhammad SAW niscaya terikat oleh aturan budaya dan hukum kemanusiaan dimana dan kapan dia hidup, seperti cara berpakaian, jenis makanan yang dimakan, atau yang lain. Namun sebagai pembawa wahyu, Nabi Muhammad SAW tentu berusaha mempengaruhi atau bila perlu merubah budaya yang tidak sejalan dengan ajaran Islam.

Al-Adatu Muhakkamah (tradisi/budaya bisa menjadi dasar penetapan hukum) demikian rumusan kaidah hukum tersebut. Namun harus diperhatikan bahwa kebiasaan yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan Islam yang tertuang dalam al-Qur’an dan hadis.

2. Menyandingkan hukum islam dengan tradisi local

Fakta sejarah inilah yang mengilhami para pejuang Islam generasi awal ketika menyebarkan Islam di Nusantara. Para Wali Songo misalnya, mereka mendakwahkan Islam di tanah Jawa. Mereka mampu memadukan antara ajaran Islam dengan budaya dan tradisi masyarakat Jawa yang sebelumnya sangat kental dengan pengaruh Hindu Budha. Peninggalan mereka dalam bentuk karya seni, arsitektur tempat ibadah, atau upacara social keagamaan adalah bukti perpaduan tersebut.

(11)

Prinsip yang selalu dipegang oleh wali songo dan penyebar agama Islam lainnya bahwa agama Islam tidak anti terhadap budaya local apabila budaya tersebut tidak bertentangan dengan tuntutan al-Qur’an dan hadis. Terkait dengan hal ini Rasul SAW memberikan arahan:

”barang siapa yang menjalankan kebiasaan baik, maka baginya pahala dan pahala orang yang mengamalkan sesudahnya serta tidak akan berkurang sedikitpun pahala tersebut darinya”

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud disebutkan: “apa yang dipandang baik oleh umat Islam maka disisi Allah pun baik” hadis tersebut oleh para ahli ushul fiqh dipahami bahwa tradisi masyarakat yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan hukum Islam(fikih).

Salah satu tokoh fikih yang menerapkan kaidah ini adalah Imam Malik. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan shalat tarawih. Imam Malik berpendapat bahwa rakaat shalat tarawih adalah 36 rakaat. Angka ini mengacu kepada jumlah rakaat shalat tarawih yang dilakukan masyarakat Madinah yang telah menjadi tradisi mereka.

Tidak jauh berbeda dngan Imam Malik, Iman Syafi’I juga menjadikan kondisi masyarakat sebagai pertimbangan hukum. Hal ini bisa dilihat dari dua kelompok pendapat yang pernah dirumuskan oleh Imam Syafi’I, yakni Qalul jadid artinya pendapat Imam Syafi’I ketika beliau berada di Iraq. Sementara Qalul qadim adalah pemikiran Imam Syafi’I ketika berada di Mesir. Keberadaan Imam Syafi’I yang berbeda ini menunjukkan perlu untuk merumuskan hukum yang berbeda.

(12)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara umum hukum islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama,jiwa,akal,keturunan dan harta. Artinya hukum islam bertujuan pada pemeliharaan agama,menjamin, menjaga dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban keturunan manusia serta menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.

2. Hubungan antara hadis dengan Qur’an adalah sabegai penjelas dan penafsir Al-Qur’an. Syeikh Maliki (1990:12-14) menjelaskan bahwa hadis mempunyai peranan sebagai penjelas terhadap kandungan Al-Qur’an.

Ijtihad secara Bahasa adalah mencurahkan segala kemampuan untuk merealisasikan sesuatu.

3. Ragam mazhab itu ada mazhab maliki, mazhab syafi’I, mazhab hambali, dan mazhab Hanafi.

Cara mengarifi perbedaan mazhab yaitu dengan Membekali diri dan mendasari sikap sebaik-baiknya dengan ilmu, iman, akhlaq dan amal secara proporsional, Memahami ikhtilaf (perbedaan) dengan benar, mengakui dan menerima sebagai bagian dari rahmat Allah bagi umat, Meneladani etika dan sikap para ulama salaf dalam ber-ikhtilaf. 4. Jadi maksud dari akomodasi kearifan local itu adalah dimana ketika ilmu Agama

bercampur atau bersanding dengan adat. Jadi, dalam Islam tidak menentang adat istiadat selama itu tidak melanggar hukum agama seperti Al Qur’an dan hadis. Sehingga dalam akomodasi kearifan local ini adat istiadat tidak di hilangkan tetapi dibenarkan atau diluruskan.

B. Saran

Agama Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat manusia.sebagai agama terakhir,islam memberikan bimbingan dan tuntutan kepada pemeluknya berupa seperangkat aturan agar kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik sehingga pada gilirannya bisa melahirkan kesejahteraan,kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akherat.

(13)

DAFTAR RUJUKAN

A.W. Munawir. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif, Surabaya, 1997

Abdul Wahab Khalaf,. 1978. Ilmu Ushul al- Fiqh. Al- Qabbah Ath-Thab’ah wa an-Nasyar Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (edisi

kelima.)Semarang: Universitas Diponegoro.

Mishba. 2015. Hukum-Hukum Dalam Agama Islam (Wajib, Sunnah, Haram, Makruh, Mubah). (Online),

(http://www.mishba7.com/2015/05/hukum-hukum-dalam-agama-islam.html?m=1) diakses pada 20 September 2017

Purwanto, A. D. 2014. Hukum Islam dan Perbedaan Mazhab. (Online),

(http://perpustakaanum.blogspot.co.id/2014/10/hukum-islam-dan-perbedaan-mazhab.html) diakses pada 20 september 2017

Rahmatibe. 2011. Urf : Pengertian, Dasar Hukum, macam-macam, kedudukan, dan permasalahannya. (Online),

(https://ibelboyz.wordpress.com/2011/10/13/%E2%80%98urf-pengertian-dasar-hukum-macam-macam-kedudukan-dan-permasalahannya/) diakses 20 September 2017

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian karakter generasi milenial diatas, dapat disimpulkan bahwa generasi milenial akan merasa puas ditempat kerja apabila jadwal pekerjaan tersebut dirasa

Dengan tidak melepas sekejap pun nikmat yang selalu Allah berikan kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik walau harus melewati banyak tantangan

Setelah melewati tahapan demi tahapan sampai pada penentuan parameter SVM dan Forward Selection serta Backward Elimination membandingkan BPNN dan Forward Selection serta

Komedi sekarang tidak hanya diaplikasikan dalam bentuk berupa situasi komedi (sitkom) atau dalam film saja. Acara pertelevisian yang memakai unsur komedi dapat ditemui juga

Sedangkan nilai adjusted R square adalah 0,573, hal ini berarti 57,3% variasikepuasan pasien dapat dijelaskan oleh variabel persepsi harga dalam perspektif Islam dan

There were some issues reflected in this study: activities that motivated the students to study, the teacher’s instruction and students’ participation while the teaching

publik, dapat kita simpulkan definisi kualitas pelayanan publik adalah pelayanan yang mampu memenuhi standar kepuasan masyarakat, baik pelayanan dalam.. bidang jasa,