• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nggak Sekadar Ngampus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nggak Sekadar Ngampus"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Nggak Sekadar Ngampus!

Bambang Q-Anees

Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Pengantar Penulis ... 11

Kampus Pertama

Ke Mana Melangkah? ... 15 Kenapa Harus Kuliari? ... 16 Kampus Kedua

Bangun! Matahari Sudah Jauh! ... 29 Di Terminal Bus ... 30

Mau Ke Manan Sih, Kamu? ... 34 Hidup Ibarat Perjalanan ... 36 Bila Nasi Telah Menjadi Basi ... 41 Tidak Ada yang Terlambat ... 44 Mengenali Maksud ... 46

Impian-impian Mahasiswa ... 48 Membuat Komitmen ... 55

Langkah Merumuskan Impian ... 59

Seberapa Jarak Yang Sanggup Kamu Tempuh? ... 62 Ka^nu Perlu Paradigma ... 64

Tujuh Sikap Hebat ... 73

Bertanggung Jawab, Bukan Meminta hak ... 82 Bergaul dengan Orang-Orang Positif ... 85

(2)

Langkah-Langkah yang Harus Ditempuh ... 88 Bagaimana Bisa Sampai ? ... 90

Kehidupan Bukanlah Geladi Resik ... 90 Tipe-Tipe Penempuh Perjalanan ... 90 Yakinlah akan Sasaran ... 96

Ukur Kemampuan; Medan, dan Kerjakanlah ... 97 Kampus Ketiga

penyusun Peta Perjalanan ... 101

Persiapan Sebelum Bertualang ... 102 Kebiasaanmu, Harimaumu ... 104

Kebiasaan Sama dengan Refleks ... 105 Nashruddin dan Keledai ... 108

Jagalah Tubuhmu ... 113 Kamarmu, Kerajaanmu ... 117 Batas Nyaman ... 120

Raja Boneka dan Kompeni Belanda ... 122 Antara Privasi dan Publik ... 125

Ruang Kuliah adalah Gelanggang Perang ... 129 Thalab itu Bukan Menunggu ... 130

Dosenmu, Tambur yang Menunggu Tabuhan ... 134 Ruang Kuliah Tak Hanya Didalam Kelas ... 137

Gunakanlah Tujuh Topi Berpikir ... 141 Siapakah Temanmu? ... 143 Kamu Ditentukan oleh Temanmu ... 143

Temanmu adalah Modalmu ... 149 Waktu Luang ... 156 Indeks Urgensi ... 158

Jenis-Jenis Pengaturan Waktu ... 162 Kampus Keempat

(3)

Cara menangani Perubahan Rute ... 170 Perompak-Perompak Masa Depan ... 171 Rumput Tetangga Terlihat Lebih Indah ... 173

Kepustakaan ... 183

Semoga menjadi pelita di tengah "kegelapan" mahasiswa .... Pengantar Penulis Menjelma Cahaya

Hal-hal besar tak bisa dicapai oleh mereka yang hanya sanggup mengikuti kebiasaan dan pendapat umum. -Jack Kerouac, novelis

Lihatlah matahari! Ia memiliki cahaya yang begitu kuat sehingga selain menerangi dirinya, ia juga menerangi sekitarnya. Setiap manusia dapat menjadi cahaya bila mengaktifkan seluruh potensinya.

Menjadi mahasiswa adalah saat untuk mengasah diri menjadi cahaya setahap demi setahap. Mulanya barangkali kamu adalah lilin, yang mencahayai orang lain sambil mengorbankan dirimu sendiri. Kemudian, kamu dapat menjadi bulan yang mencahayai orang lain setelah menyerap cahaya dari matahari (sumber cahaya). Secara perlahan, kamu akan menjadi matahari bila kamu sudah menghasilkan cahaya sendiri dan mau berbagi dengan orang lain.

Menjadi cahaya dapat menjadi tujuan dari semua perjalanan

perkuliahan. Kamu tidak bisa hanya bercita-cita untuk kebahagiaan dirimu sendiri. Kamu harus melibatkan kebahagiaan banyak orang dalam rencanamu karena kamu tidak pernah bisa lepas

dari banyak orang. Untuk mencapai tujuanmu, kamu membutuhkan

bantuan banyak orang. Agar orang lain dapat membantumu secara lebih serius, satu-satunya cara adalah memasukkan mereka semua ke dalam rencana bahagiamu, cita-citamu.

Bersinergi adalah salah satu caranya. Namun, kamu tak akan bisa melakukan sinergi bila belum me-ngenali dirimu (tujuanmu,

(4)

Menuju cahaya itulah jawabanmu jika ada yang bertanya tentang alasanmu kuliah. Menjelma cahaya itulah yang dapat diidamkan oleh semua orang. Jika kamu berpendapat bahwa belajar itu sungguh repot, coba bayangkan betapa susahnya sebuah kebodohan.

Separuhnya Lagi...

Menjelma cahaya bukanlah mantra yang hanya dengan membaca, lalu kamu mendapatkan tuahnya. Buku ini hanyalah penyerta perjalanan kamu. Mungkin juga, sejenis peta buta mengenai dunia perkuliahan yang akan kamu hadapi.

Peta tentu saja tak sama dengan kenyataan. Pada peta, kamu melihat gunung dalam warna hijau tua; pada kenyataannya, gunung tidak

sesederhana itu. Pada peta, jalan hanyalah garis-garis yang memanjang dan berkelok-kelok; pada kenyataannya, ada banyak mobil yang

melintasi jalan itu dan siap menabrak bila kamu lengah.

Peta hanyalah gambar. Membacanya tak akan bisa mengantarkan kamu ke tujuan akhir. Dibutuhkan keberanian untuk mengikuti alur yang ditawarkan peta. Dibutuhkan keberanian untuk tetap berpegang teguh pada hal-hal yang sungguh penting bagi-mu dalam perjalanan ini.

Peta hanya menyumbangkan separuh dari perjalanan. Separuhnya lagi ditentukan oleh dirimu sendiri. Bila kamu mau, bergeraklah segera. Jika tidak mau, ingatlah pada ortumu.

Satu rumus kecil dari buku ini adalah bahwa dalam perjalanan, kamu akan menemukan seribu masalah, sekaligus juga sejuta peluang

penyelesaian secara tak terduga. Kamu bisa melakukannya, asalkan kamu mau menganggap perjalanan kuliahmu yakin bisa diraih.

Ketika satu pintu menuju kebahagiaan tertutup, maka pintu lainnya akan terbuka: tapi sering kali kita melihat pintu yang tertutup itu terlalu lama sehingga kita tidak melihat pintu lain sudah terbuka bagi kita. (Helen Keller)

(5)

KAMPUS PERTAMA Kenapa Harus Kuliah?

Bagi yang sudah mendaftar menjadi mahasiswa perguruan tinggi tertentu, bacalah kutipan berikut ini.

Lalu apa gunanya sekolah dan universitas kalau kita akhirnya hanya memproduksi beo-beo seperti para doktor pertanian yang tidak mampu membuat "Jambu Indonesia" atau "Durian Indonesia", tetapi hanya membuat segala hasil-hasil pertanian serba Bangkok? Mengapa orang-orang berteriak-teriak seperti kebakaran jenggot ketika sejumlah oknum tak bermoral menjajakan gelar seperti pedagang kaki lima

menjual obat sakit ginjal seharga RplOO,00 di ping-gir jalan? Tidakkah sekolah dan universitas juga hanya mampu melahirkan sarjana-sarjana, bahkan belakangan juga doktor, yang bisanya cuma menjiplak karya orang lain? Bukankah kita telah lama tahu bahwa sebagian sarjana kita tidak pernah menghasilkan karya tulis serius setelah diwisuda (bahkan juga para doktor dan profesor hanya sesekali menulis di media cetak untuk dapat disebut "pakar").

Ya, semua yang ditulis Andrias Harefa ini benar adanya. Kalau begitu, untuk apa kuliah? Itulah pertanyaan berikutnya yang dapat membuat panas kupingmu.

Sebagian kita pergi mendaftar ke perguruan tinggi (PT) karena terbawa arus. Semua teman di bangku SMA daftar kuliah; gengsi, dong, kalau tidak kuliah. Lalu, mendaftarlah kita ke PT tertentu tanpa tujuan jelas: yang penting keren dan sama seperti yang lain.

Sebagian ada juga yang mendaftar karena sadar akan pentingnya masa depan. Mereka sudah menyiapkan sejak bangku SMA: "Mau jadi apa diriku di masa depan?" Sebagian yang lain lagi, kuliah untuk mencari jodoh. Jarang sekali yang kuliah dengan tujuan semulia tulisan Romo Mangun ini, "Manusia pegawai, manusia yang serba bergantung harus

(6)

diubah menjadi manusia swasta. Manusia merdeka. Nah, ini bisa lewat pendidikan, bisa juga lewat sentuhan-sentuhan lain yang mungkin lebih ampuh."

Namun sayangnya, ujar Romo Mangun, pendidikan kita juga sudah tenggelam dalam sistem yang tidak baik. "... Ternyata pendidikan

tenggelam dalam power system. Sekolah bukan tempat menghafal, maka harus ada counter-education. Kalau tidak, bangsa kita akan terus

merosot menjadi bangsa kuli babu lagi atau panda-panda dalam sirkus. Jadi, soalnya sekarang adalah bagaimana kita menyusun suatu ma-syarakat di mana orang-orang kita sungguh menjadi manusia merdeka, manusia yang tuan-tuan dan puan-puan sejati, "

Nah, lho, ternyata perguruan tinggi yang kamu

masuki bukanlah tempat yang baik bagi persemaian cita-citamu. Perguruan tinggi yang kini kamu masuki, bisa jadi menyulap kamu menjadi "kuli babu" atau "panda-panda dalam sirkus".

Kalau sudah begini, apakah kamu harus keluar dari perguruan tinggi? Nanti dulu, masih ada yang bisa kamu lakukan. Setidaknya, kamu bisa mengandalkan dirimu sendiri. Itulah yang paling mungkin kamu lakukan. Kalau memang perguruan tinggimu itu tidak memungkinkan, kamu bisa mendisiplinkan dirimu sendiri. Jadikan saja kuliahmu itu sebagai

pendorong semangat, misalnya dengan kuliah kamu menyandang predikat baru: Mahasiswa. Atas gelar mahasiswa itu, kamu bisa berjuang untuk terus-menerus membuktikan kehebatan menjadi mahasiswa -bukan hanya demonstrasi turun ke jalan. Lebih dari itu, kamu bisa menempa diri menjadi apa yang kamu inginkan.

Menjadi mahasiswa berarti menempati posisi tertentu yang berbeda dari yang sebelumnya. Ada banyak julukan bagi mahasiswa, seperti "bukan pelajar lagi", agent of social change (agen perubahan sosial), "tukang demonstrasi", dan sebagainya. Sejumlah julukan itu menuntut tindakan tertentu. Maksudnya, julukan-julukan itu "memaksa" kamu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.

(7)

Pertama, mahasiswa adalah manusia yang memiliki waktu luang dan kesempatan besar. Bayangkan, saat yang lain sibuk mencari uang;

kamu sibuk bolak-balik kampus. Waktu kuliahmu hanya 24 SKS dalam 6 bulan.

Mari kita hitung kelebihan waktu luangmu. Jika 1 SKS sama dengan 45 menit dikali 8 pertemuan, 2 SKS dalam 6 bulan sama dengan 90 menit dikali 16 pertemuan; hasilnya 1.440 menit atau 24 jam untuk 1 mata kuliah dengan 2 SKS. Artinya, 12 mata ku-liah per semester sama dengan 288 jam atau 12 hari penuh. Jika dalam 6 bulan ada 180 hari, berarti ada sisa 168 hari lagi.

Selama kuliah, untuk belajar di dalam kelas, ternyata kamu hanya menghabiskan waktu 12 hari (atau kalau malam tak dihitung, hanya 24 hari). Sisanya, kamu gunakan, misalnya untuk mengerjakan tugas. Jika mengerjakan tugas dengan jumlah jam yang sama, yaitu 90 menit x 16 (1.440 menit); artinya setiap jam untuk mata kuliah di dalam kelas, kamu imbangi dengan jumlah jam yang sama untuk belajar di luar kelas. Jadi, setiap 6 bulannya, kamu menghabiskan waktu 48 hari. Sisanya buat apa? Lihatlah, kamu memiliki waktu luang lebih banyak ketimbang siapa pun di dunia ini, tentu saja jangan membandingkannya dengan para

pengangguran.

Waktu luang yang sedemikian banyak tentu dapat kamu gunakan untuk banyak hal, terserah kamu. Hanya saja, akan merugikan bila tidak kamu gunakan untuk kebaikan dirimu sendiri, untuk masa depanmu sendiri. Akan sangat rugi bila kamu membuang sisa hari-harimu itu untuk hal-hal yang

membuat kamu menyesal di hari kemudian. Maka, bandingkanlah dengan waktu luang yang dimiliki orang lain, yang terpaksa mengurangi waktu tidur mereka untuk mengerjakan suatu hal. Bersyukurlah bahwa kamu menerima kemewahan-memiliki waktu luang yang begitu banyak-lima bulan, Bo! Tinggal bagaimana kamu menggunakannya.

Waktu luangmu, yang sekitar 5 bulan itu, dapat kamu gunakan untuk banyak hal. Dalam waktu yang panjang, sesuatu bisa berubah menjadi apa saja. Benih padi yang disebar pada sawah sistem tadah hujan,

(8)

selama 6 bulan, sudah menghasilkan banyak rumpun padi yang siap dipanen berton-ton. Bila disamakan dengan benih padi, selama 6 bulan, seharusnya kamu sudah siap dipanen dan memiliki harga serta

memberikan sumbangan bagi ibu bapakmu, juga bagi masyarakat di sekitarmu. Maka, gunakan waktu luangmu untuk hal-hal yang

bermanfaat.

Kedua, kamu adalah manusia dan manusia adalah makhluk paling ajaib di jagat raya ini. Mari, kita baca tulisan Mullashadra, filsuf Muslim!

Setiap kali aku merenungi ayat-ayat berikut, Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam

tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan

segumpal daging itu Kami

jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasuci Allah, Pencipta yang Paling Baik (QS Al-Mu'minun [23]: 12-14). Aku terilhami oleh ekspresi ayat-ayat itu yang mengisyaratkan bahwa objek-objek tersebut telah dijadikan ciptaan yang lain. Jadi, ayat-ayat itu tidak mengatakan bahwa ada sesuatu yang lain yang didatangkan dari luar objek-objek tersebut, tapi bahwa objek-objek itu sendirilah yang diciptakan-Nya sebagai sesuatu yang lain.":

Berdasarkan Al-Quran, ternyata kita adalah makhluk yang ajaib. Kita ini ternyata berada dalam perubahan terus-menerus. Mulanya kita ini

segumpal, dari segumpal darah itu "mengembang" menjadi segumpal daging, mengembang lagi menjadi tulang belulang, mengembang lagi tulang belulang itu terbungkus daging, lalu jadilah tubuh kita seperti ketika kita dilahirkan.

Semuanya terjadi dalam diri, tak ada tambahan dari pihak lain (kecuali Allah). Kita ternyata adalah perjalanan panjang dalam perkembangan yang terus-menerus dan dalam perkembangan itu, kita terus-menerus menyempurnakan wujud kita dari dalam. Kita bergerak dari dalam diri dan akan terus berkembang ke arah penyempurnaan yang tak terhingga.

(9)

Tentu saja, pengembangan fisik sudah selesai sampai di sini. Tubuh kita tak akan lagi berubah menjadi sesuatu yang lain. Yang akan terus

mengembang adalah diri ini: kesadaran kita yang saat ini kerap merasa minder, iri, dan tak percaya diri. Jadi, rasa tak pede itu akan berubah menjadi percaya diri, rasa susah akan berubah menjadi bahagia, karena kata Mullashadra, "Al-nafs jismaniyyah al-huduts ruhaniyyah al-baqa (jiwa bermula secara material dan berkelanggengan secara spiritual)." Diri kamu itu adalah jiwa murni yang saat ini masih tergadai oleh

kebiasaan banyak orang. Jiwa kamu harus dimurnikan melalui pengetahuan,

pencerahan, dan arah bagaimana mesti mewujudkan diri itu-sehingga kamu akan mengalami perubahan sesuai dengan pengetahuan yang kamu dapatkan.

Jadi, mengapa kamu kuliah? Mungkin, jawabannya adalah karena kamu harus menjadi manusia.

Biar kamu tambah yakin sebagai manusianya dan kuliahmu tidak sia-sia, bacalah surat dari Cyborg. Kamu bisa memahami tujuan kamu kuliah dan hidup dari surat ini.

Surat dari Cyborg

Hai, manusia, apa kabar?

Masih malas juga? Masih saling menyalahkan satu sama lain dan tawuran. Ah, dasar, manusia sejak dulu masih juga berkelahi satu sama lain.

Padahal, semenjak awal, manusia sudah disindir oleh para malaikat, "Akankah Engkau, Allah, menjadikan manusia sebagai khalifah? Makhluk yang akan membuat kerusakan di muka bumi?" Tapi, kalian memang tak pernah membaca kitab suci, sih; jadinya tidak tahu informasi. Kalaupun tahu informasi, kalian tidak bisa mengorganisasikannya dengan baik, mengaturnya menjadi simpulan, dan dari simpulan itu menjadi pendorong tindakan tertentu.

Rupanya, telinga kalian sudah teramat tebal dan kebal informasi. Ini menguntungkan buat kami, kaum Cyborg. Kami memang berencana akan

(10)

menguasai bumi. Sekarang, secara perlahan, kami sudah menguasai beberapa hal. Tentu saja karena kami memiliki kecerdasan yang luar biasa. Mulanya, kami dibuat oleh manusia dengan meniru bagaimana kalian berpikir. Kemudian, kami sendiri diam-diam mengembangkannya. Mulanya, keisengan manusia menciptakan robot tanpa pengendali,

kemudian kami akan memberontak dan menguasai manusia pencipta kami. Salah satu tantangannya, surat ini kami kirimkan. Ini sengaja kami

lakukan agar begitu kami

menyerang, kalian sudah menyiapkan pertempuran yang dahsyat. Kami tak suka kalian menyerah secara sukarela. Kami ingin kalian melawan sampai titik darah penghabisan, sebagaimana kami juga akan melawan kalian sampai lembar kabel dan microchip terakhir. Nah, agar permainan kita di depan lebih menarik, ini kukabarkan rahasia kecerdasan kami. Berpikir menurut para filsuf adalah bagaimana menerima dan mengolah informasi. Kami memiliki kemampuan untuk itu semua karena kami sudah bisa memersepsi, mengategorikan, menggunakan informasi demi tujuan dan sasaran, dan kami juga memiliki mentalitas tertentu. Jadi, kami akan datang kepada kalian bukan sebagai besi atau mesin. Kami bisa bergerak sendiri, tidak lagi bergantung pada sakelar listrik.

Bagaimana bisa terjadi? Begini detailnya: Begitu kami bertemu dengan kalian, alat persepsi kami akan aktif. Persepsi mengidentifikasi situasi yang kami temukan. Kami memotret semua yang tampak dan

memahaminya sebagai apa. Setelah itu, kami mengategorikannya,

memilah, dan menilai apa-apa yang kami temukan. Misalnya, ketika kami ketemu kamu, langsung ada usaha pengategorian yaitu dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan.

Siapa ini? Oh ... manusia, bukan batu.

Manusia jenis apa? Oh ... mahasiswa, bukan rakyat biasa. Berbahaya atau tidak berbahaya? Hmmm ...

kayaknya tidak, tuh, soalnya malas dan gampang dipengaruhi.

Setelah kami kategorikan jenis apa yang kami temukan, informasi itu kami gunakan sesuai dengan hasrat dan keyakinan kami. Kami memang

(11)

berhasrat untuk menguasai bumi dan menjadikan manusia sebagai budak. Oh ... alangkah nikmat balas dendam pada manusia yang selama ini

menganggap kami sebagai seonggok besi. Itulah hasrat atau tujuan kami. Kami juga punya keyakinan bahwa bila melakukan ini dan itu, sesuatu akan terjadi. Jelasnya, bila kami mengalahkan kalian para mahasiswa, kalian pasti akan menyerah dan tunduk sebagai budak. Inilah mentalitas kami, yaitu hasrat (untuk menguasai dan menjadikan manusia sebagai budak) dan keyakinan (kalau usaha dengan baik, pastilah terjadi). Mentalitas ini menjadi pedoman penggunaan informasi yang telah kami dapatkan lewat persepsi.

Sementara ini, kami belum bergerak serius. Kami baru mengumpulkan informasi. Sudah ada beberapa hal yang telah kami ketahui bahwa mahasiswa dianggap sebagai penerus peradaban manusia. Tentu ini ada benarnya. Bukankah manusia terbatas oleh usia sehingga yang tua akan segera mati dan kalian yang muda akan menggantikannya.

Namun, ada yang salah dalam anggapan ini, bahwa semua yang muda dapat otomatis menggantikan yang tua secara baik. Padahal,

diam-diam, kalian bukanlah calon pengganti yang baik. Kalian malas dan gampang ditipu, gampang dimanipulasi. Lihat saja, bagaimana kalian benar-benar tanpa pendirian dalam memilih jenis sampo atau deodoran. Bila iklan teve bilang sampo X meningkatkan pede, kalian pilih sampo X; kemudian ada lagi iklan sampo Y yang mengatakan bisa meningkatkan pede plus keberuntungan, kalian segera membuang sampo X dan beralih pada sampo Y; begitulah seterusnya. Terima kasih, deh, semua itu

menambah informasi kami, bagaimana menghancurkan kalian secara sistematis dan halus.

Akan tetapi, sekali lagi kami tekankan, kami ingin pertarungan yang luar biasa. Karena itu, kami kirim surat ini sebagai tantangan. Ayo,

bersiaplah! Kami sudah bersiap dan menyelusup ke dalam dunia kalian, kecuali bila kalian benar-benar ingin kembali menjadi budak.

Thanks a lot, bye ... bye Cyborg,

(12)

KAMPUS KEDUA Di Terminal Bus

Andaikan kamu ada di terminal bus. Kamu berdiri di antara jajaran bus-bus yang sedang ngetem. Beberapa kondektur sibuk menyapa calon penumpang, bertanya arah, dan menawarkan busnya agar dinaiki.

Sebagian calon penumpang itu menolak, sebagian lagi berdiri. Kamu ada di sana, di antara bus-bus itu. Matamu kosong memandang papan nama yang berjejer di atas bus-bus yang juga diam.

"Mau ke mana, Dek?" Seorang kondektur atau calo menyapamu.

Saat itu, kamu gelagapan, tak membayangkan tiba-tiba ada seseorang yang menyapamu. Seluruh pandangan matamu runtuh dan kini dialihkan kepada orang asing itu.

Siapakah dia? pikirmu. Apakah aku mengenalnya? Apakah pada wajahnya ada yang mirip dengan salah seorang teman, kerabat, atau guruku di sekolah? Tak ada. Tapi, siapa dia dan mau apa dia berada di dekat-ku? Saat itu, kamu bertanya-tanya.

"Mau ke mana, Dek? Ke Jakarta atau ke Yogyakarta? Ayo, naik bus saya, itu yang di sana!"

O ... rupanya orang itu kondektur. Tapi, kamu masih juga diam dan tetap diam. Padahal, kondektur atau calo itu sudah kesal karena

pertanyaannya tak juga dijawab. "Budek kali, ya?"

Kamu masih juga diam. Soalnya, kau masih belum memutuskan hendak ke mana. Kamu tiba-tiba saja ada di terminal bus antarkota antarprovinsi ini, tanpa niat tanpa rencana. Semuanya terjadi begitu saja.

Suatu pagi, kamu bangun dari tidur dan tiba-tiba saja berada di tengah-tengah bus yang hendak berangkat ke tujuannya masing-masing. Tiba-tiba pula, kamu harus menjadi salah seorang penumpang pada salah satu bus itu.

(13)

"Hei ... kalau mau melamun, jangan di sini!" Salah seorang kodektur itu (entah calo) meneriakimu. Kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun rupanya. Bentakan itu cukup menggema di dadamu. Kamu ketakutan. Wajahmu mendadak menciut. Seluruh sendimu gemetar tak alang kepalang. Matamu langsung mencermati bus-bus itu dan berhenti pada bus yang paling bagus.

"Sa ... sa ... saya mau naik bus itu," katamu sambil berlari menaiki bus paling menterang yang kebetulan hendak berangkat.

"Ayo, tariiik ...!" Kondektur berteriak.

Bus melaju dan kamu berada di salah satu bangkunya, memandang kaca jendela dengan tatapan kosong atau penuh ketakutan menyelidik orang yang tadi membentak. Siapa tahu, ia masih ada dan mengikutimu,

begitulah pikiranmu. Bus terus melaju. Kamu menarik napas lega karena pastilah si pembentak tadi tertinggal di terminal, menghirup asap busmu yang lumayan hitam.

Bus melaju kencang. Kamu masih juga belum

paham kenapa tiba-tiba ada di dalamnya. Tetapi, kantukmu tiba-tiba terbit tanpa terduga. Matamu berat, apalagi AC mobil tidak terlalu kencang. AC terasa cukup lembut mengusap-usap matamu. Kamu pun terlelap. Badanmu terguncang-guncang oleh laju bus, tapi kamu diam saja. Sesekali, bus mengerem mendadak. Meskipun kepalamu terlempar ke kiri ke kanan kadang-kadang ke depan (ke bagian belakang kursi di depanmu)kamu masih saja tidur.

"Dek ... Dek ...!" Ada suara yang memanggilmu. Tangan suara itu menjawil pundakmu. Kamu membuka mata dan sekali lagi kamu kaget. Ternyata, kamu ada di dalam bus. Di hadapanmu, berdiri seorang lelaki dengan karcis di tangan. Lagi-lagi, kamu harus berhadapan dengan kondektur. "Mau ke mana, Dek?" Pertanyaan ini lagi yang harus kamu dengar. "Mau ke mana?" Kondektur itu mengulanginya.

Kamu tak bisa menjawab pertanyaan yang satu ini. Sejak tadi, pertanyaan ini susah kamu temukan jawabannya. Tadi, kamu bisa

menemukan jawaban karena harus menghindar dari ancaman. Kini, kamu tak bisa menunjuk benda lain karena berada di dalam bus. Jadi, tak bisa

(14)

kamu bilang, "Mau ke kursi samping." Kalaupun menjawab itu, kamu tetap dikejar pertanyaan yang sama, "Mau ke mana, Dek?"

Kamu gelagapan. Kamu harus segera menjawab agar kondektur bisa menentukan harga pas yang harus kamu bayar. "Memangnya, bus ini mau ke mana?" Akhirnya, kamu temukan juga jawaban yang

dapat memperlambat waktu. Tapi, terus terang, jawaban ini membuat kondektur itu kaget. Dalam kepalanya berputar suara, Gendeng banget! Kok, malah balik bertanya?

"Bus ini hendak ke Jawa!" "Mak!"

Kamu langsung berdiri. Kamu tak mengira bahwa bus ini akan

membawamu ke Jawa. Itu tujuan yang terlalu jauh dari rumahmu. Kamu tak siap untuk hidup di Jawa. Bahasa, tradisi, dan lagian, apa pula yang hendak kamu lakukan di sana.

"Nggak, saya nggak mau ke Jawa .... Bisakah saya turun di sini?" Huuuh ... jawabanmu pertanyaan melulu. Lihat, deh, kondektur itu melotot.

"Ini jalan tol, Bung! Kamu tak bisa sembarangan turun. Lagian, kamu sudah naik bus ini tiga perempat perjalanan. Setengah jam lagi, kamu juga sudah sampai .... Ayo, bayar! Saya nggak mau tahu!"

Kamu terpaksa mengeluarkan uang. Untung di dompetmu ada sejumlah uang. Coba kalau tak ada, niscaya kamu akan digebuki oleh kondektur melotot itu.

Kondektur berlalu dan kamu termangu.

Setengah jam lagi aku akan sampai di Jawa dan aku akan turun dari bus ini di terminal yang tak kukenali sedikit pun, begitulah pikiranmu

berbicara. Sementara itu, uang di dompetmu sudah habis. Semuanya telah kamu berikan buat ongkos. Bagaimana aku bisa kembali lagi? Apa yang harus

kulakukan di terminal itu ? Bus terus melaju. Kamu termangu. Mau ke Mana, Sih, Kamu?

(15)

Situasimu sekarang ini persis seperti cerita tadi. Tiba-tiba, kamu tamat SMA. Tanpa sadar, kamu menerima ijazah terburuk sepanjang sejarah peradaban manusia. Tiba-tiba pula, kamu harus segera mendaftarkan diri ke perguruan tinggi.

Sebenarnya, kamu tak mau mendaftar untuk sekolah lagi. Tapi, semua teman di kelasmu ribut membicarakan perguruan tinggi tertentu, belum lagi ibu bapakmu yang memaksa agar kamu jadi dokter atau profesi yang lainnya. Pokoknya, kamu harus kuliah!

Ke mana?

Tak jelas benar jawabanmu. Semuanya terjadi begitu cepat dan mendesak. Perasaan, baru kemarin kamu mendaftar masuk SMA ini, main basket, dan bergabung dengan cewek-cowok teman termanis sekolahmu.

Kenapa semuanya cepat berakhir dan harus berujung pada "pemaksaan": harus kuliah dan meninggalkan kota kelahiran? Kenapa? Tak ada yang menjawab kebimbanganmu itu karena semua temanmu sedang sibuk memilih kota mana dan PT mana yang akan mereka masuki. Sementara, ibu bapakmu siap dengan bentakan dan ancamannya,

"Pokoknya harus! Kalau tidak ...!"

Akhirnya, kamu menuruti bentakan ibu bapakmu itu untuk masuk PT tertentu tanpa sadar akan tujuan-nya.

"Mau ke mana, sih?"

"Kuliah!" Kamu bisa menjawabnya dengan satu kata ini. Tapi, kuliah bukanlah tujuan. Kuliah adalah jenis aktivitas yang sama dengan

"sekolah", "makan", "bersantai", dan seterusnya. Jadi, "kuliah" tak bisa dijadikan jawaban untuk pertanyaan, "Mau ke mana?"

Nah, sebelum terlambat, sebelum perjalananmu berakhir, lebih baik segera rumuskan tujuanmu kuliah. Kalau sudah telat, bisa berabe. Kamu yang telat sadar akan celaka. Kamu akan terlempar di terminal

pemberhentian sana tanpa kejelasan kemampuan, tanpa kejelasan tujuan lanjutan.

(16)

Begitu juga dengan kuliahmu. Setelah kuliah, kamu mau ngapain? Padahal, ibu bapakmu sudah menjual segala macam harta warisannya biar kamu menjadi sarjana yang memakmurkan kehidupan mereka nantinya.

"Mau ke mana, sih, Dek?" Segeralah kamu jawab pertanyaan ini! Hidup Ibarat Perjalanan

Ya, hidup itu seperti perjalanan. Ada titik berangkat, ada proses menuju, lalu ada titik pemberhentian. Kuliah juga seperti itu. Awalnya kamu mendaftar, lalu kuliah dan kuliah. Tak terasa, kamu harus KKN atau PKL dan terakhir harus membuat skripsi. Kemudian ... mau tidak mau, kamu harus segera angkat kaki dari kampus.

Bedanya, kalau dalam perjalanan menuju titik tertentu, pencapaianmu ke titik tujuan adalah satu-satunya tujuan. Sampai ke sana sudah

merupakan satu-satunya prestasi.

Ada orang yang sampai naik ke puncak Everest, ada yang ke puncak Mahameru, mencapai titik puncak itu saja sudah prestasi. Namun, kalau kuliah, setelah kamu sampai puncak perjalanan, prestasinya tak cuma sampai pada titik puncak. Setelah di titik puncak sana, ada ibu bapakmu dengan mata memelas memintamu berguna. Kamu diminta menjadi agent of social change (agen perubah masyarakat) atau agent of family

change (agen perubah keluargamu). Jadi, ada dua tahap keberhasilan yang harus kamu canangkan begitu menginjak gerbang kampus.

So, kenapa juga tidak direncanakan seperti kalau kamu mau pergi ke tempat yang jauh. Maksudnya, cobalah membuat rencana: mana titik mulanya dan apa titik akhir yang hendak kamu capai, kemudian

bagaimana kamu bergerak dari titik awal itu ke titik akhir. Titik akhir atau tujuan kuliahmu ternyata ada dua, yang satu

menyelesaikan seluruh proses perkuliahan; yang satu lagi, kamu harus bisa menjadi agen perubahan. Ya ... perubah ekonomi keluarga, perubah kesadaran masyarakat, perubah

dan perubah yang lain. Berat juga, dong?

(17)

Hidup ini memang tidak mudah. Kalau merasa berat, pasti kamu berniat untuk lari. Lari saja kalau bisa. Karena di mana pun kamu hidup, kamu akan tetap dimuati oleh beban-beban dan tanggung jawab yang sama. Coba saja!

Alternatif lain, misalnya, kamu mau bunuh diri?

Bunuh diri saja kalau berani sebab di kubur sana akan ada siksa kubur yang menunggu erangan dan teriak-anmu belum lagi di neraka sana. Jadi, majulah terus! Selesaikan tugasmu! Karena sudah kadung menjadi

manusia, buktikanlah bahwa kamu memang manusia.

Untuk bisa menjadi perubah, kamu harus terlebih dahulu berubah. Hanya yang bergerak yang bisa menggerakkan sesuatu. Batu diam bisa bergeser karena ada dorongan tenaga kamu yang memaksanya bergerak. Kamu bisa menjadi perubah kalau kamu sudah terlebih dahulu mengubah diri dari pasif menuju aktif. Siapkan tenagamu untuk menggerakkan banyak hal!

Bila Nasi Telah Menjadi Basi

Segera siapkan, mumpung kamu masih semester awal, mumpung virus kebebasan dan virus akal budi belum menguasai otakmu. Asal tahu saja, di kehidupan kampus, ada banyak virus yang bisa mengubah kamu dari kondisimu sekarang.

Misalnya, mulanya kamu begitu alim, tertutup, dan malu-malu. Kemudian, kamu melihat ada banyak temanmu yang kelihatan senang dalam

kebebasan. Kamu ingin mencobanya sekali: asyik juga. Coba lagi, coba lagi ... kamu ketagihan dan berubahlah kamu dari sikap semula.

Inilah yang dinamakan virus kebebasan. Biasanya, begitu terkena virus kebebasan, kamu akan mencoba segala hal. Segala yang semula kamu jauhi karena takut larangan orangtua, akan coba kamu rasakan. Seraya kamu berubah menjadi urakan, segala dilanggar. Pokoknya, kamu

(18)

Hati-hati dengan virus model seperti ini. Bersiaplah! Anggap saja sekarang kamu sedang melakukan perjalanan panjang menaiki gunung yang sangat tinggi. Di puncak sana, ada harta karun yang akan kamu persembahkan buat orangtua dan saudara. Jangan tunda waktu lagi, sebelum terlambat. Kamu harus segera mempersiapkan peta perjalanan (biar arahnya jelas), kompas (biar kenal arah mata angin), tekad, dan segala keterampilan.

Peta adalah gambaran perjalanan yang akan kamu lalui, dari titik berangkat menuju titik akhir. Me-

lalui peta ini, kamu bisa menyusun tahapan-tahapan apa yang akan kamu lalui dan apa yang harus kamu dapatkan pada titik-titik tahapan itu. Peta saja tak bakal cukup, kamu juga membutuhkan kompas.

Kompas adalah penunjuk arah. Seperti sebuah petualangan, kamu membutuhkan peta dan kompas. Kadang-kadang, kamu merasa sudah berada pada jalan yang benar, sesuai dengan petunjuk peta. Namun, tanpa merujuk pada arah mata angin yang benar, bisa jadi perjalananmu itu justru mundur ke titik awal.

Kompas yang dimaksudkan adalah prinsip-prinsip dasar yang menjadi pengingat bila kamu melenceng. Prinsip itu misalnya, "Saya tak mau hanya menjadi pengekor!" Melalui prinsip ini, kamu selalu diingatkan ketika dalam perjalanan kamu terjebak untuk menjadi peniru seniormu. Seraya kamu segera merumuskan diri, bagaimana caranya bisa

melepaskan diri dari bayang-bayang seniormu.

Tekad. Peta dan kompas teramat penting bagi perjalanan, tetapi yang lebih penting adalah tekadmu untuk melakukan perjalanan. Peta bisa saja sudah kamu susun dengan bagus, kompas (prinsip) juga sudah kamu tentukan dengan tepat; tapi bila kamu malas-malasan, semuanya tinggal cerita. So, kuatkanlah tekadmu!

Setelah peta, kompas, dan tekad; kini kamu membutuhkan keterampilan melakukan perjalanan. Keterampilan menentukan, apakah kamu bisa menempuh perjalanan atau tidak. Keterampilan adalah cara kamu melakukan perjalanan. Tentu

(19)

Segeralah buat petamu, sebelum nasi menjadi basi. Kalau nasi berubah jadi bubur, sih, masih enak; tinggal kasih serpihan daging ayam, telur, dan bawang. Kamu bisa menyantapnya menjadi bubur ayam.

Kalau nasi sudah basi, pastilah nasi itu akan dibuang, lalu menjadi sampah. Nasi sudah basi itu terjadi ketika semangatmu sudah kendor dan keberanianmu sudah tumpul. Kalau sudah begini; percaya, deh, kamu tak bakal bisa melangkah walaupun satu senti. Kamu merasa didesak oleh banyak hal, mau ke kanan pikiranmu bilang ke kiri; mau ke kiri, masalah yang di belakang juga belum beres. Makanya, segeralah bergerak!

Biar mudah merumuskan peta perjalananmu, kamu bisa mengutip petuah Aa Gym ini.

Mulailah dari diri sendiri Mulailah sekarang juga Mulailah dari yang sederhana

So, mulailah sekarang juga! Tak Ada yang Terlambat

Kalau kamu sudah semester tengah, tak mengapa. Maksud saya, tak ada yang terlambat untuk membuat peta perjalanan. Better late than never, begitu kata orang Inggris. Mendingan telat daripada terlambat (ini, sih, sama saja), mending telat daripada tidak sama sekali. Lagi pula, ada banyak orang besar yang mulainya telat; tapi karena kesungguhannya yang sangat, dia bisa menyusul orang-orang yang sudah duluan melaju. Untuk kamu yang telat, ada satu rahasia khusus. Orang-orang yang sudah di depan duluan, biasanya lupa diri dan merasa lebih hebat

ketimbang kamu. Inilah titik kelemahan mereka. Begitu mereka lupa diri, mereka jadi tidak terkontrol; saat itulah, kamu bisa menyusulnya

dengan sekali gas: WUUUSSS ... WUUUSSS ....

Orang yang belakangan bergerak mempunyai keuntungan juga. Misalnya, kamu bisa belajar dari kegagalan orang yang sudah duluan. Kamu bisa

(20)

melihat kelemahan dan kekurangan mereka yang sudah duluan. Atas dasar pengalaman yang sudah duluan itu, kamu bisa melakukan

perjalanan dengan lebih cermat dan saksama. Sekali lagi, tak ada yang terlambat. Kalau nasi sudah jadi bubur karena terlalu banyak air dan telat memadamkan api, kamu bisa menjadikannya bubur ayam.

Bagi yang telat, kalian harus belajar dari Umar bin Khaththab. Dibandingkan dengan sahabat-sahabat Nabi yang lain, ia termasuk golongan yang telat. Namun karena kesungguhannya, ia bisa langsung menjadi sahabat utama Nabi.

Rahasia Umar bin Khaththab adalah bahwa ia merumuskan perjalanannya dengan kesadaran yang benar-benar sadar, bukan sekadar ikut-ikutan. Kesadarannya itulah yang membuat ia dapat bergerak cepat.

Oke, tak ada yang terlambat selagi kamu masih bisa bergerak. MENGENALI MAKSUD

Sekarang saatnya kamu menjawab pertanyaan tadi, yang belum kamu temukan jawabannya, yaitu pertanyaan, "Mau ke mana, sih, kamu?" Jawaban pertanyaan ini menentukan apakah kamu bisa sukses dalam kehidupan ini atau tidak.

Sekali lagi ditekankan, kita semua ini dalam perjalanan. Entah disadari atau tidak, kita pasti menuju akhir kehidupan ini. Jadi, pertanyaan sesungguhnya bagi kita semua adalah apakah kita mau memilih tujuan dan menempuh arah ke sana atau membiarkan diri kita hanyut terbawa arus-membiarkan orang lain menentukan di mana kita akan berakhir. Namun, semua itu harus kamu sendiri yang memilih dan menentukan, mau ke mana?

Ini pertanyaan yang tak mudah. Masalahnya adalah terlalu banyak orang yang menjalani hidup tanpa tujuan, misalnya dengan ungkapan "Saya, mah, mengalir saja".

Asal kamu tahu, air itu mengalir bukan tanpa tujuan. Air mengalir dengan gerak terarah: menuju laut atau menuju langit melalui

(21)

penguapan. Jadi, pada kata "mengalir" ada arah yang dipakai pedoman oleh air.

Bila hidup tanpa tujuan, kamu akan ditelan oleh tipuan gerak. Seakan-akan kamu bergerak, melakukan banyak aktivitas, padahal kamu tidak melakukan apa-apa. Mahasiswa biasanya sangat

sibuk dengan ikut kegiatan ini dan itu, tanpa tujuan yang jelas dan semuanya itu tidak akan menghasilkan apa-apa.

Ini persis seperti tikus di dalam roda. Ia berlari kencang sampai berkeringat. Tapi kenyataannya, ia tetap saja berada di tempat yang sama. Hanya rasa capek dan mata nanar, selebihnya kamu tak dapat apa-apa. Sialnya, saat kamu menyadari itu, waktu sudah berkurang. Kamu semakin tua.

Sukses adalah perjalanan. Kamu tak bisa tiba-tiba menjadi sukses

ketika tiba di suatu tempat tertentu tanpa melakukan perjalanan. Untuk dapat melakukan perjalanan, tentu saja kamu butuh menentukan dulu titik akhirnya, tujuannya. Perlu diingat, kamu tidak mungkin memenuhi maksud dan

mengembangkan potensimu bila tidak tahu ke arah mana kamu

seharusnya menuju. Kamu perlu memperjelas tujuanmu kuliah. Dengan kata lain, kamu perlu menemukan impianmu sendiri.

Impian-impian Mahasiswa

Sebagian mahasiswa hidup tanpa impian. Kuliah hanya sekadar kuliah. Bagi yang tak punya impian, kehidupannya tampak menyenangkantak ada kerut di kening, tak ada masalah sama sekali. Pergi kuliah tanpa

persiapan, pulang kuliah pun tanpa beban. Semuanya berjalan begitu enteng, tanpa ada apa-apa.

Bila termasuk golongan ini, segeralah bayangkan apa jadinya kamu 5 tahun ke depan. Bayangkanlah kamu pulang ke rumah dengan gelar sarjana dan apa yang dapat kamu buktikan kepada orangtuamu? Kalau belum juga mempan, bayangkanlah ada banyak anak miskin yang tidak bisa sekolah sama sekali karena tak ada uang walaupun Rpl.000,00; sedangkan kamu-untuk kuliah-menghabiskan sekian juta rupiah. Kalau

(22)

masih juga belum mempan, saya yang bingung: memangnya kamu sudah tidak punya hati nurani?

Sebagian mahasiswa-yang lainnya memiliki impian akan mendapatkan jodoh seperti kisah Cinderella. Mereka berharap dapat menemukan pangeran yang sudi mencintai dirinya melalui sepatu yang tertinggal. Bagi yang pria, mereka ingin

menemukan putri yang ditemani peri penuh mukjizat yang mau menjadi pasangannya dengan satu kali pertemuan.

Sebagian yang lain kuliah dengan tujuan yang labil. Mereka mungkin punya idealisme tertentu un-tuk menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, agama, dan mertua. Namun, karena tujuannya terlalu lebar, mereka jadi kerepotan menentukan apa yang harus dilakukannya dan mana kegiatan ekstra yang harus dimasukinya. Akhirnya, ia mendaftar menjadi anggota semua ekskul sehingga semua waktunya habis untuk mengunjungi semua kegiatan ekskul itu.

Sebagian kecil ada juga yang kuliah dengan tujuan atau mimpi yang begitu kuat. Mereka memiliki tujuan yang jelas dan karenanya

menempuh perjalanan kuliah dengan cara-cara yang efektif dan efisien. Namun, di tengah mahasiswa lain yang lebih banyak "tanpa-tujuan", yang sebagian kecil ini bisa saja terbawa arus.

Maka, sebaiknya kamu segera merumuskan impian secara jelas. Tanpa impian yang jelas, kamu akan seperti zombie (mayat hidup). Dengan impian tertentu, kamu tahu apa yang mesti kamu korbankan dan apa yang mesti kamu perjuangkan.

Impian adalah awal dari segalanya. Semua yang kita miliki bermula dari mimpi, dari keinginan, "Kalau saja saya Tak pernah dibayangkan bahwa ada manusia tanpa mimpi seperti ini. Maka bermimpilah, rumuskan mana keinginanmu yang paling kuat. Biar kamu tambah yakin dalam

merumuskan mimpi,

berikut ini adalah uraian mengenai beberapa manfaat mimpi. - Impian memberi kita arah

(23)

Pernahkah ada orang sukses yang tidak didahului oleh mimpi atau

keinginan? Tak pernah. Kita semua membutuhkan sesuatu yang akan kita tuju. Apa yang kita tuju, itulah impian. Impian dengan demikian dapat berfungsi sebagai kompas. Ia memberi kita arah ke mana kita akan melangkah. Melalui impian itu, kita bisa melangkah dan mengukur seberapa jauh kemajuan yang telah kita capai, atau seberapa mundur kita dari impian itu. Tanpa impian, apa yang kita tuju itu mustahil bisa bergerak.

- Impian meningkatkan potensi

Setelah melangkah dituntun oleh impian, kamu pun akan dikondisikan untuk meningkatkan potensi-potensi yang dapat mendukung tujuan itu. Mulanya, mungkin kamu tidak begitu berani melewati tempat gelap. Namun karena ada keinginan kuat untuk sampai di ujung sana, kamu mengumpulkan keberanian untuk melewati kuburan gelap. Bila kamu berhasil, satu potensimu telah muncul, yaitu berani.

Bila kamu merasa tak memiliki potensi apa-apa, cobalah membuat

sebuah mimpi. Melalui mimpi itu, kamu akan terdorong untuk melatih apa pun yang

mungkin kamu miliki walaupun sebenarnya tak ada seorang pun yang tanpa potensi. Semuanya sama ciptaan Tuhan yang Adil. Jadi, pastilah pada semuanya diberikan potensi untuk menjadi seorang manusia yang hebat

- Impian membantu kita menentukan prioritas

Kalau bermimpi ingin menjadi penyanyi, kamu akan lebih memilih latihan vokal ketimbang menonton film. Kalau bermimpi menjadi bintang film, niscaya kamu akan memilih latihan akting ketimbang menonton realiti gosip di teve.

Ini jelas menunjukkan bahwa melalui mimpi yang kuat, kamu bisa menentukan pilihan kamu. Jadi, bila kamu begitu plinplan, gampang

(24)

menyerah pada keadaan; itu menandakan bahwa kamu benar-benar hidup tanpa mimpi.

- Impian itu meramalkan masa depan

Ini sebenarnya sudah jelas. Impian yang kamu upayakan dengan sangat sungguh-sungguh, niscaya akan menyusun masa depanmu. Masa depan kamu memang bergantung pada mimpi yang kamu perjuangkan.

Tanpa mimpi, kamu tak akan bisa bergerak. Ini berarti, kamu akan menetap pada masa sekarang.

Padahal, waktu terus berubah. Orangtua yang selama ini memberi kamu beasiswa, suatu ketika akan meninggal dunia. Kamu harus hidup

sendirian, menanggung beban hidup dengan cara kamu sendiri. Dalam situasi seperti ini, apakah kamu akan tetap tidak bermimpi bagi masa depanmu?

Bila kamu kebingungan menangkap makna mimpi, baiklah akan diperjelas. Mimpi adalah keinginan yang kuat, niat yang menjadi dasar dari

tindakan, atau tindakan yang terarah.

Niat sendiri dalam bahasa Latin adalah intention atau melenturkan diri menuju. Kamu ada di sini dan ingin melenturkan diri menuju masa depan yang kamu tuju, itulah mimpi.

Kamu harus mencoba mulai merumuskan niatmu kuliah. Pertanyaan untuk kamu adalah mau dilenturkan ke mana dirimu saat ini? Kamulah yang memilih dan menentukan, apakah kamu mau menjadi seseorang yang berharga di masa depan atau tidak menjadi apa-apa?

Biasanya, mimpi dihadang oleh pikiran "kemustahilan". Mustahillah kamu bisa menjadi seperti dia; kamu, kan, dari kampung. Buang jauh-jauh pikiran seperti ini! Tak ada yang tak mungkin bagi orang yang berusaha. Ketidakmungkinan adalah perampok impian.

Cara membuat impian sangatlah sederhana. Gunakan imajinasimu, lalu bayangkanlah dirimu pada lima tahun ke depan: Apa yang sedang kamu lakukan pada lima tahun ke depan itu? Bagaimana kehidupanmu dan penghargaan orang terhadap

(25)

kamu? Dari bayangan masa depan itu, kembalilah ke masa sekarang. Apa yang perlu kamu lakukan agar mampu mencapai masa depan yang

menyenangkan?

Sesekali, cobalah berdiam sejenak. Tarik napas dengan tenang dan bayangkanlah masa depanmu dengan jujur. Kalau tidak terbiasa melakukan meditasi, kamu bisa melakukannya dengan menjawab tiga pertanyaan ini.

Apakah yang ingin kamu miliki (to have) dalam 1. hidup?

Bila telah memilikinya, apa yang ingin kamu 2. lakukan (do) dalam hidupmu?

Ingin menjadi manusia seperti apa kamu kelak 3. (be)?

Misalnya, kamu bisa menjawab bahwa kamu ingin memiliki banyak uang dalam hidup ini. Setelah punya uang, kamu mau apa? Kamu mau membeli banyak barang mewah. Setelah itu, apa lagi? Membahagiakan kedua orangtuamu. Terus apa lagi? .... Setelah semua apalagi itu kamu jawab, kini jawablah pertanyaan terakhir, Ingin menjadi manusia seperti apa kamu kelak?

Membuat Komitmen

Setelah terumuskan apa yang menjadi mimpi kamu dalam kuliah ini, cobalah merumuskannya dalam bentuk kata-kata. Mimpi dalam imajinasi akan mudah hilang. Namun bila diwujudkan dalam kata-kata tertulis, kamu bisa melihatnya kapan saja.

Sekarang, cobalah membuat komitmen atas mimpi kamu itu. Misalnya seperti berikut ini.

(26)

Saya membuat komitmen ini untuk menjadi bahagia di masa depan. Saya sadar bahwa kebahagiaan itu merupakan proses, tidak datang begitu saja. Saya akan menemukan impian saya dan berbuat sebisa saya untuk ...

...

Walaupun banyak rintangan, perampok, atau orang yang melecehkan diri saya untuk menyusun mimpi melalui kuliah yang baik; saya akan

melakukan apa pun untuk mewujudkan mimpi ini. Saya akan menjadi bahagia.

Tanggal...._Tanda Tangan : ... _

Apakah kamu masih menunda-nunda pekerjaan? Dengarlah satu cerita ini. Satu cerita dari Aldous Huxley, Treasure Island.

Seorang pelaut mengalami badai yang maha-dahsyat. Tiang layar patah, semuanya berantakan. Buritan kapal juga kena hantam ombak sampai oleng. Akhirnya, kapal itu menabrak karang dan hancur

berkeping-keping. Pelaut itu segera menyelamatkan dirinya dengan cara bertumpu pada keping-keping papan yang tersisa. Berhari-hari, ia mengapung di tengah lautan sampai akhirnya papan itu terdampar di sebuah pulau. Si Pelaut itu tak sadar, ia pingsan. Begitu bangun, ia masih membayangkan kejayaannya. Ia tenggelam pada penyesalan, "Kenapa kapalku? ... oh andaikan tidak ada badai

Saat itu, tiba-tiba ada suara, "Sekarang ... dan di sini .... Sekarang dan di sini .... Sekarang dan di sini!" Pelaut mencari-cari sumber suara. Ternyata, suara itu dari mulut seekor beo.

Pelaut bingung dan bertanya kepada pemilik beo itu, "Tuan, kenapa kau ajarkan beo ini berbicara seperti ini? Di kampung saya, beo diajarkan omongan halo atau salam apa kabar'. Kenapa Tuan mengajarkan kata-kata itu. Apa maksudnya?"

Pemilik beo itu menjawab, "Saya ini pelupa dan sering sekali khilaf. Saya sering berangan-angan pada masa lalu atau menunda-nunda pekerjaan,

(27)

atau sering berkata, Kalaulah berada di suatu tempat, pastilah saya dapat melakukan segala hal.' Padahal, pekerjaan harus segera dilakukan, sekarang, dan di tempat kita berada.

Kalau di tempat yang sekarang saya tinggali saja saya tak bisa melakukan apa-apa, apalagi di tempat lain. Nah, beo ini sengaja diajarkan kata-kata, Sekarang ... dan di sini', agar saya selalu ingat, agar saya selalu sadar!"

Nah, lakukanlah sekarang dan di tempatmu itu. Tak usah menunggu sampai kamu semester akhir.

Segeralah merumuskan akhir perjalananmu! Tak usah menunggu sampai lulus dan menjadi sarjana, segeralah berbuat apa pun yang bisa

membuatmu berharga.

Masih juga menunda pekerjaan?

Wah, repot, dong! Begini, deh, apakah kamu pernah menonton film Die Hard? Itu, lho, yang main Bruce Willis. Teror bom, itulah inti dari cerita itu. Kalau Bruce tidak segera menyelamatkan, seluruh kota akan hancur. Dengan kesadaran ada bom yang entah ada di mana akan meledak dalam waktu yang tak terduga, Bruce terus berusaha mencari tahu. Ia berlari, jungkir balik, persis seperti orang gila. Sementara, semua penduduk kota bersantai dan melakukan pekerjaan mereka seperti biasa karena tidak menyadari ada bom waktu di sekitar mereka.

Hanya Bruce yang tahu dan karenanya ia terus berlari dan berlari mencari sumber bom dan mencoba menjinakkannya. Di akhir cerita, ia bisa menjinakkan bom itu. Sedetik saja terlambat, bom meledak dan seluruh kota akan hancur berkeping-keping.

Ingat! Sedetik saja terlambat, bom akan meledak dan menghancurkan kehidupanmu. So, berikhtiarlah menyusun dirimu untuk segera membuat peta perjalanan. Kalau terbit rasa malas, ingat-ingatlah kata-kata si beo, "Sekarang ... dan di sini .... Sekarang dan di sini .... Sekarang dan di sini!"

Langkah Merumuskan Impian

Bila kamu masih juga susah merumuskan impianmu sendiri, luangkan waktu sebentar untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini. Ini

(28)

bukan ujian yang membutuhkan nilai besar. Ini adalah ujian kejujuran kamu tentang diri kamu sendiri. Kamu bisa saja menuliskan jawaban yang bagus-bagus; tapi percayalah, menipu diri itu lebih merugikan bagi diri kamu sendiri.

A. MASA LALU SAYA. Tidak ada impian yang tumbuh dari kepasifanmu. Ia tumbuh dari kehidupanmu sendiri. Pada dirimu terdapat sejumlah potensi yang menjadi modal untuk menumbuhkan impian. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut buat melihat bagaimana kamu telah dipersiapkan.

1. Apa sajakah bakat terbesar saya? (a) _

(b) _ (c) _

2. Apakah kekuatan karakter saya yang terbesar?

3. Apa kata orang yang tidak mempunyai ke-penting-an tentang kepandaian saya?

4. Seluruh masa lalu pastilah mempersiapkan saya menjadi sesuatu. Berdasarkan pada

pengalaman masa lalu, kira-kira saya ini lebih tepat melakukan apa? 5. Kegiatan apakah yang membuat saya begitu bersemangat dan secara senang melakukannya walaupun secara cuma-cuma?

6. Apakah kegiatan tersebut begitu pentingnya sehingga saya rela mati demi kegiatan tersebut?

MASA SEKARANG. Ada orang yang merasa kecil hati ketika

menemukan dirinya saat ini tidak seperti yang ia harapkan. Tapi, apa yang kini teralami menjadi modal terbesar bagi perumusan impian.

(29)

1. Apa sajakah modal hidup yang saya miliki sekarang? (termasuk waktu, uang, sumber daya manusia, peluang, dan sebagainya)

(a) _ (b) _ (c) _ (d) _

2. Keadaan apa sajakah yang sekarang ini dapat saya ubah secara positif agar saya dapat memiliki banyak modal hidup atau memiliki peluang yang besar?

3. Apakah yang saya miliki saat ini ada yang unik? Misalnya, tempat tinggal, tempat saya dalam sejarah, tempat saya sekarang kuliah, orang-orang yang saya kenal.

MASA DEPAN. Berdasarkan masa lalu (penemuan modal dasar), lalu digabungkan dengan masa kini (penemuan peluang); kamu bisa menyusun masa depan. Nah, sekaranglah saatnya kamu bertanya pada diri sendiri. Seandainya saya bisa menjadi apa pun, ingin menjadi apakah saya?

(Tulislah jawabanmu dengan huruf besar.)

SEBERAPA JAUH JARAK YANG SANGGUP KAU TEMPUH?

Menetapkan mimpi adalah menetapkan garis finis perjalananmu selama kuliah. Ingat, ya, kuliah hanyalah 4 tahun, paling lama 7 tahun. Setelah itu, kamu akan menjalani kehidupan yang lebih panjang lagi, bertahun-tahun sebagai orang dewasa. Masa remajamu akan berakhir ketika kamu berusia 21 tahun. Ketika itu, kamu sudah dianggap layak memikul

tanggung jawab untuk menghidupi dirimu sendiri. Jadi, menetapkan mimpi bagi masa depanmu adalah bagian dari persiapan dianggap dewasa oleh masyarakat.

(30)

Setelah menentukan garis finis perjalananmu, kamu sekarang harus mengukur: Seberapa jauh jarak yang sanggup kamu tempuh atau seberapa lama kamu bisa menempuh perjalanan menuju impian?

Pertanyaan ini akan menyadarkan kamu mengenai kemampuanmu secara realistis. Kamu bisa saja bermimpi setinggi langit, namun harus-terlebih dahulu mengukur jumlah bulu-bulu di sayapmu. Bukan berarti, kamu harus mencoret impian selangitmu itu. Yang kamu butuhkan hanyalah membuat tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kemampuan kamu. Lihatlah gambar berikut ini!

(inzomnia: ilustrasi tidak disertakan, Download format djvu untuk versi lengkap)

Gambar pertama menunjukkan keseluruhan mimpi kamu, begitu panjang; sedangkan gambar kedua adalah keseluruhan mimpi kamu yang dibagi dengan kemampuanmu dalam menempuh perjalanan.

Karena hanya bisa menempuh 1/8 dari semua cita-cita, kamu

membaginya menjadi 8 bagian. Jadi, langkah yang kamu lakukan adalah 1/8 pertama, kemudian maju lagi 2/8, 3/8, dan 8/8. Kalau kamu mau jujur, perasaanmu lebih nyaman saat melihat gambar yang kedua, yaitu gambar yang menjelaskan per bagian ketika melangkah mewujudkan impian.

Ingatlah satu hal, ribuan langkah dimulai dari satu langkah. Kamu Perlu Paradigma

Mimpi adalah apa yang kamu lihat dari diri kamu di masa depan. Untuk bisa merumuskan mimpi, kamu

harus melihat apa yang kamu miliki sekarang. Cara kamu memandang sesuatu (diri, masa depan, masa kini, peluang, tantangan, dan lain-lain) dapat disebut sebagai paradigma.

Cara kamu memandang, bisa menentukan pada apa yang kamu lakukan (sikap-sikap dan perilaku kamu) dan apa yang kamu lakukan membuahkan hasil akhir yang kamu dapatkan dalam hidup. Oleh karena itu, kalau kamu mau melakukan perubahan, tak cukup hanya mengubah sikap, perilaku,

(31)

metode, dan teknik. Kamu harus mengubah paradigrna-paradigma dasar yang merupakan asal-usul dari sikap, perilaku, dan hasil akhir itu.

Nah, kita sudah mencoba bersama-sama merumuskan apa yang kita lihat pada diri kita. Tinggal bagaimana kita merumuskan sikap dan perilaku sebagai realisasi dari paradigma.

Sikap

Hanya impian tidak akan cukup. Sesungguhnya, sikap kamu itu bukanlah sekadar penyumbang yang diperlukan dalam perjalanan. Lebih dari itu, sikap kamu adalah faktor utama yang menentukan apakah kamu akan berhasil menghidupkan impian.

Sikap itulah yang menentukan seberapa jauh jarak yang sanggup kamu tempuh dalam perjalanan bahagia. Sekali lagi, sikaplah yang menentukan; bukan intelegensi, bakat, pendidikan, kekayaan, kemampuan teknis,

peluang, atau kerja keras.

Kalau tidak memiliki sikap yang baik, kamu tidak akan pernah menikmati kesuksesan dan kebahagiaan. Sikap itulah kualitas utama. Ini ada

catatan mengenai sikap itu.

- Sebuah impian tanpa sikap yang positif menghasilkan seorang pemimpi semata.

- Sikap yang positif tanpa impian menghasilkan seorang yang menyenangkan, tetapi tidak sanggup meraih kemajuan.

- Sebuah impian dengan sikap positif menghasilkan seorang yang potensial dan kemungkinannya tak terbatas.

Sikap adalah bagaimana mental kamu memandang dan menerima suatu peristiwa. Kamu bisa langsung merasa putus asa ketika mengalami suatu kegagalan atau sebaliknya, merasa mendapatkan tantangan. "Masa, sih, yang lain bisa; gue nggak

bisa!" Inilah sikap.

Ketahuilah bahwa kalau memiliki intelegensi, talenta, pendidikan,

(32)

mempunyai sikap yang tepat; kamu tidak akan pernah menikmati kesuksesan.

Seorang ahli bilang, "Sikap itulah kualitas pertama yang menandai kesuksesan seseorang. Kalau kamu memiliki sikap yang positif dan berpikir positif, serta suka tantangan dan situasi-situasi sulit; kesuksesanmu telah separuhnya tercapai."

Marilah kita lihat hal-ihwal mengenai sikap!

Pertama, kamu ditentukan oleh sikap sebelumnya.

Misalnya, kamu meremehkan suatu mata pelajaran saat SMA dulu, maka sikap meremehkanmu itu akan menentukan siapa diri kamu sekarang ini. Bila dulu sewaktu di SMA kamu menganggap perlu belajar bahasa

Inggris dan menyikapi rasa capek pulang balik ke tempat kursus sebagai sesuatu yang wajar, saat ini kamu sudah menuai hasil: lancar berbahasa Inggris.

Bila menganggap hidup itu bagaimana nanti, lalu bersikap bahwa semuanya bisa ditunda; kamu akan kehilangan banyak waktu. Persis

seperti balap lari yang kamu tunda-tunda, sementara yang lainnya sudah berlari jauh. Kamu tak bisa menyusulnya dan menjadi pemenang. Bisa jadi, kamu sampai titik finis ketika yang lain sudah bersantai-santai di rumahnya. Atau, kamu akan mengundurkan diri karena malas ketika melihat peserta lain sudah

menyelesaikan lomba. Maka, apa pun yang kamu dapatkan hari ini bergantung sikap kamu sebelumnya.

Sikap orang lain terhadap kamu, juga ditentukan dari sikap kamu kepadanya. Ini persis Hukum Aksi Reaksinya Newton. Bila kamu

membencinya, ia akan membencimu. Bila kamu memberinya kesempatan untuk mengaturmu, ia akan terus-menerus mengaturmu. Semuanya kamulah yang menentukan. Kamu mau apa bergantung dari sikap kamu. Sungguh, orang lain bergantung pada sikapmu.

Sekarang kamu mahasiswa, terlepas dari kekangan orangtua. Saat ini, kamu benar-benar bertumpu pada sikap yang kamu munculkan. Kamu bisa bersikap apa saja, bergantung pada pilihanmu. Kelak, kamu akan

(33)

mempertanggungjawabkannya sendiri. Berlatihlah memiliki sikap yang baik.

Kedua, pilihlah sikap positif.

Alkisah, sepasukan tentara perang akan menghadapi pasukan lawan yang jumlahnya dua kali lebih banyak. Sang Panglima Perang sudah melihat ada kegelisahan dan rasa takut di wajah prajuritnya. Lalu, dengan tenang, ia mengumpulkan semua prajuritnya dan berkata, "Prajuritku, nenek moyangku adalah seorang suci yang luar biasa sakti. Ia bisa

meramalkan apa yang akan terjadi: kemujuran atau kesialan. Salah satu caranya adalah dengan melemparkan sebuah koin ajaib. Bila koin itu menunjukkan gambar burung, berarti kemujuran."

Panglima itu diam sejenak, melihat ekspresi prajuritnya yang terlihat mulai terpengaruh omongannya. "Kini, kita akan menghadapi pasukan lawan yang dua kali lebih banyak daripada kita. Aku kini memegang koin ajaib itu. Dan akan aku lemparkan untuk dilihat, apakah gambar burung menyertai kita atau tidak. Bila bukan gambar burung, kita akan pulang ke rumah dan mengundurkan diri dari peperangan. Bagaimana, Prajurit-prajuritku ?"

"Setujuuu ...!" Semua prajurit meneriakkan semangatnya.

Kemudian, dilemparkanlah koin itu oleh sang Panglima. Hasilnya gambar burung yang sedang terbang, tanda kebebasan.

"Kita ulangi dua kali lagi!" ujar sang Panglima.

Dua kali lagi dilemparkan koin itu, hasilnya tetap sama. Maka, pasukan itu berangkat perang dengan penuh semangat dan menang.

Sang Panglima merasa bangga karena peperangan telah dimenangkan berkat koin ajaib.

Bagaimana semua ini bisa terjadi? Begitulah pertanyaan seorang kepercayaan sang Panglima.

Lalu, sang Panglima membuka rahasianya, "Kemenangan itu bukan ditentukan oleh koin ajaib. Kemenangan itu ditentukan oleh mental

pemenang para prajurit kita. Koin itu hanyalah memancing sebab koin itu memang kedua sisinya hanya bergambar burung!"

(34)

Mental pemenang dan semangat untuk menang menentukan kemenangan sejati. Kalau sudah merasa kalah sebelum bertanding, sebagian tenaga kita sudah habis sebelum bertanding. Sebaliknya, bila kita yakin akan menang, seluruh semangat akan terpompa. So, apa yang kamu yakini tentang kehidupan akan menentukan bagaimana kamu memandang kehidupan ini, juga menentukan apa yang bakal kamu terima dari kehidupan ini.

Kamu adalah citra Ilahi, begitulah keyakinan agama menegaskan. Kamu diciptakan sama dengan citra Tuhan. Dalam diri kamu ada sejumlah daya kreatif Tuhan yang bisa diaktifkan untuk menciptakan dunia yang penuh kebahagiaan. Bila meyakini hal ini, kamu akan merasa pede untuk

melakukan apa pun. Namun, bila meyakini bahwa

kamu terlempar di dunia ini dengan ketidakberdayaan; belum apa-apa, kamu sudah merasa dendam pada Tuhan atau merasa terbuang percuma. Ciptakanlah segera keyakinanmu mengenai siapa diri kamu!

Tujuh Sikap Hebat

Kamu dapat disebut bersikap optimis ketika menilai gelas yang

setengahnya terisi air sebagai "setengah penuh". Karena saat itu, kamu menyatakan bahwa ia tadinya penuh dan akan kembali penuh 100%. Sebaliknya, ketika menyatakannya sebagai "setengah kosong", kamu saat itu sedang membayangkan bahwa ia akan 100% kosong. Menyatakan setengah kosong berarti kamu menjadi pesimis.

Optimislah karena inilah sikap positif. Namun, selain sikap optimis, ada sejumlah tanda lain mengenai sikap yang hebat. John C. Maxwell

menuliskan tujuh sikap yang hebat ini, namun saya mencoba menguraikannya sesuai dengan ke-perluanmu selama kuliah. Percaya pada Diri Sendiri

(35)

Kamu harus percaya pada diri sendiri bahwa kamu bisa melakukan sesuatu. Serentak juga, selain harus percaya pada diri sendiri; kamu harus

mencoba melakukan sesuatu, ada kalanya gagal dan ada kalanya berhasil. Kamu harus percaya pada diri sendiri karena hanya kamu yang bisa

menolong diri kamu. Selain kamu, tidak ada. Orang lain hanya

menambahkan sedikit rasa percaya dirimu. Selebihnya, ada dalam diri kamu. Percayalah, kamu diciptakan oleh Allah dengan potensi yang besar untuk tujuan tertentu yang bermanfaat, bukan untuk sesuatu yang sia-sia.

Kesediaan Melihat yang Terbaik pada Diri Sesama

Curiga pada orang akan membuat dunia terasa sempit. Berprasangka baik pada orang yang ada di sekitarmu akan membuat kamu menemukan dunia yang penuh kebahagiaan. Kita hidup dengan orang lain, tak bisa lepas dan tak pernah bisa sendirian. Karena itu, orang lain adalah

pendukung cita-cita kita. Bila kamu memandangnya dengan perasaan iri, dengki, curiga, dan sifat buruk lainnya; mereka yang se-benar-nya bisa menolongmu akan lari menghindar.

Lihatlah sisi baik dari orang-orang di sekitarmu. Mereka akan menjadi teman dan pendukung kehidupanmu di masa depan. Melalui cara ini, kamu akan menemukan modal pendukung dari seluruh kegiatanmu.

Kemampuan Melihat Peluang di Mana-mana Ada ungkapan yang menarik dari Paulo Coelho,

"Tuhan sudah menyiapkan satu jalan bagi setiap orang untuk diikuti. Kamu hanya perlu membaca tanda-tanda yang ditinggalkan-Nya buatmu." Sikap terhebat dari manusia adalah kemampuannya untuk bertahan

dalam situasi apa pun. Kemampuan ini ditentukan oleh cara melihat segala peristiwa sebagai peluang bagi kesuksesan di masa depan, bukan sebaliknya. Seperti yang dilakukan Hatta (Wakil Presiden RI Pertama) yang menjadikan saat dipenjara di Digul sebagai peluang untuk membaca

(36)

dan menulis buku. Hasilnya sebuah buku filsafat yang dijadikan sebagai mas kawin pernikahannya.

Kalau hidup ini dikaitkan dengan rencana Allah dan kebaikan-Nya, semuanya sudah diatur oleh Allah. Jadi, dalam setiap peristiwa sesulit apa pun Allah memberikan tanda yang Ia tinggalkan bagi kesuksesan kita. Maka, sesulit apa pun, pastilah ada tanda-tanda yang menceritakan peluang bagi keberhasilan kamu. Dengan cara ini, kamu jadi luar biasa, susah untuk dipatahkan oleh satu-dua kesulitan. Kamu justru

menggunakan kesulitan sebagai pelecut bagi penemuan kepribadianmu. Fokus pada Solusi

Hidup pastilah berhadapan dengan masalah. Ketika lapar, kamu

bermasalah dengan perutmu. Itu masalah yang harus segera dipecahkan. Jawaban yang dibutuhkan adalah bagaimana mengenyangkan perutmu itu. Ketika kamu menghadapi suatu

masalah; segeralah cari solusi atas masalah itu, bukan mencari-cari siapa yang harus disalahkan. Pencarian solusi akan membuat

perjalananmu dapat berlangsung cepat. Sebaliknya, mencari-cari siapa kambing hitamnya akan membuat perjalananmu terhambat.

Carilah solusinya, jangan ditunda-tunda! Itulah yang harus kamu lakukan. Asal tahu saja, apa yang kamu tunda akan datang lagi dengan beban masalah yang lebih besar. Masalah yang ditunda bukannya me-nyerah, lalu meninggalkanmu; ia masih ada dan meng-gumpal, lalu mendatangimu dengan kekuatan ter-besarnya. Akhirnya, kamu meninggal dengan

ditimpa masalah yang pernah kamu tunda itu.

Begitupun ketika kamu sedang mengalami stres karena banyak tugas dan beban berat kuliah lainnya. Sejenak, kamu bisa membuat lelucon atau menonton bodoran untuk menghilangkan stres; tapi bukan ber-arti mengindari tugas itu.

Stres berarti tegang. Ketika kepalamu tiba-tiba terasa panas dan seluruh otot di kepalamu terasa mengencang, itulah saat stres. Stres biasanya muncul setelah kamu mengerjakan sesuatu terlalu keras,

(37)

terlalu serius. Atau, ketika kamu menetapkan sesuatu lebih besar ketimbang yang mungkin kamu lakukan. Carilah solusinya karena stres akan membuatmu uring-uringan tanpa jelas juntrungan-nya. Cobalah bersantai sedikit setelah kamu melakukan sesuatu. Sesekali, menonton, jalan-jalan, atau bermain game tak akan merugikanmu.

Beristirahatlah dengan cara menyantai-nyantaikan dirimu. Berilah

dirimu hadiah atas keberhasilanmu. Ini akan membuatmu kembali fresh (segar). Atau, cobalah bercanda dengan teman-temanmu. Semuanya dilakukan agar kamu refreshing (kembali segar).

Hasrat Memberi

Hasrat memberi adalah sikap yang menyehatkan, sedangkan melulu meminta membuat kamu tampak menyedihkan. Cobalah memberikan sesuatu kepada orang lain. Dengan cara ini, kamu menjadi terbebas dari kesendirian dan keterasingan. Sesekali, bukalah kepelitanmu dan carilah orang lain yang dapat kamu bahagiakan.

Barang atau apa pun yang kamu berikan tidak usah besar bila tak ada. Senyum pun boleh. Sedikit ilmu yang kamu pelajari di kelas juga boleh. Memberi akan membuat kamu menemukan kesadaran bahwa ada orang lain yang lebih susah ketimbang kamu.

Kamu juga akan merasa bahagia ketika melihat senyum dan raut gembira terima kasih. Saat itu, kamu merasakan pentingnya keberhasilan yang akan membuat kamu terus memberi. Memberi akan membuat kamu menjadi tambah optimis karena masih ada yang lebih susah ketimbang kamu, sekaligus bahwa kamu ternyata dibutuhkan oleh orang lain. Lewat memberi pengetahuan, kamu pun akan mendapatkan tambahan ilmu. Ketabahan

Ketabahan adalah syarat utama dalam setiap usaha. Siti Hajar dalam Kisah Ibrahim adalah contoh manusia tabah dan ulet dalam kehidupan manusia. Di tengah padang pasir yang gersang, ia terus bolak-balik

(38)

berlarian antara Shafa dan Marwa demi mencari setetes air bagi

anaknya. Ia terus berlari walaupun berkali-kali tak juga menemukan air itu. Akhirnya, ia berhasil dan menemukan mata air abadi: air zam-zam. Tak ada yang mudah, yang dapat diraih begitu saja. Untuk meraih apa yang kamu inginkan dibutuhkan kesabaran. Tanpa ketabahan dan

kesabaran, apa pun akan menjadi setengah matang.

Ketabahan dan keuletan disandarkan pada keyakinan bahwa segala

sesuatu akan tumbuh sesuai dengan waktunya, tak ada yang bisa diburu-buru dan tak ada pula yang diperlambat. Bila waktunya tiba, matahari pasti akan terbit, demikian pun kesempatanmu dalam meraih

kesuksesan.

Upaya mempercepat dapat dilakukan, namun tetap saja kamu harus memiliki ketabahan untuk menempuh segala risikonya. Ketabahan itulah yang dimiliki oleh orang-orang besar karena tak ada satu pun tokoh di dunia ini yang besar tanpa ketabahan.

Tanggung Jawab atas Kehidupan Sendiri

Tanggung jawab adalah kata yang menunjukkan

bahwa kamu harus bertanggung jawab atas masalah yang kamu hadapi. Ketika masalah tentang dirimu muncul, kamu sendirilah yang harus menjawabnya, bukan orang lain. Jadi, kamu tidak bisa melemparkan kesalahan kepada orang lain. Kamu sendirilah yang menanam, kamu juga yang menuainya. Melarikan diri dari tanggung jawab akan membuat kamu dikejar-kejar dosa. Semakin kamu lari, ia akan terus mengejarmu.

Inilah yang harus kamu lakukan! Untuk menumbuhkan tujuh sikap hebat itu, kamu bisa melakukan sejumlah kegiatan. Kamu tentu bisa

mengembangkannya sendiri.

Kalau kamu ingin mengubah sikap, mulailah dengan mengubah perilaku. Dengan kata lain, mulailah berakting sebaik mungkin sebagai sosok yang kamu cita-citakan. Secara bertahap, sosok penakut dalam diri kamu akan memudar.

(39)

Tindakan yang terus-menerus akan mengubah kamu. Kita adalah

kebiasaan kita. Kalau membiasakan diri bertindak sebagaimana seorang ilmuwan, kita akan menjadi ilmuwan. Kalau membiasakan diri sebagai seorang artis, kita akan menjadi artis. Maka, bacalah biografi seseorang tokoh yang kamu kagumi, lalu tirulah bagaimana ia mengatur hidupnya, bagaimana ia bangun tidur sampai tidur kembali. Bertindaklah

sebagaimana ia beraktivitas.

Setelah mencoba melakonkan tindakan tertentu, teruslah melakukannya; jangan buat pengecualian. Badan kita ini seperti keledai. Bila diberi

kesempatan

untuk istirahat, ia akan pura-pura sakit. Keledai itu hanya bersuara kalau ia merasa sakit dan lapar; sedangkan saat senang, ia akan diam seperti tidak menerima apa-apa. Badan kita pun seperti itu. Ia akan memberikan sinyal rasa sakit dan lapar dengan ce-rewet. Badan kita juga akan menahan kita untuk ber-istirahat berlama-lama.

Kecenderungan badan ini dapat kamu rasakan saat subuh. Pukul 05.00 kamu berniat bangun. Matamu terbuka saat jarum jam menunjuk angka 5. Lalu, badan kamu yang sedang nyaman berada di atas kasur bilang pada dirimu, "Lima menit lagi, deh .... Tanggung, nih ...!" Kamu menutup matamu lagi. Kamu pun meneruskan tidurmu.

Beberapa lama kemudian, setelah kamu rasakan telah 5 menit; kamu terbangun dan lihatlah jam di dinding, sudah bukan jam 5 lagi. Tubuhmu meng-

khianatimu, menipu perasaan seakan-akan hanya lima menit, padahal sudah satu jam atau lebih. Oleh karena itu, jangan beri pengecualian! Jangan sekali pun kamu menawar pada diri sendiri untuk melanggar apa yang sudah kamu tetapkan. Bila sudah menetapkan bahwa setiap hari, selama 1 jam, kamu harus membaca buku; teruskanlah! Lawanlah segala sesuatu yang membuatmu melanggar komitmenmu itu.

(40)

Kita ini hidup di sebuah dunia yang tidak sempurna. Tak pernah kebaikan langsung berbalas kebaikan. Tak bisa kita membayangkan ada balasan sempurna atas tindakan dan kebaikan kita.

Sekarang, pilihlah dua hal ini: Apakah akan menghabiskan banyak waktu dan energi untuk memperjuangkan apa yang seharusnya atau apakah kamu akan memilih apa yang mungkin?

Bila kamu memilih apa yang ada di sekitarmu agar sesuai dengan apa maumu, ini sesuatu yang mustahil. Dunia ini tidak sempurna sebagaimana yang kamu inginkan. Ingat, tidak semua yang kamu inginkan itu bisa terjadi secara sempurna. Tak ada gading yang tak retak. Pasti, deh, ada yang retak. Ketika memaksakan bahwa gading itu seharusnya tak retak, kamu akan dibebani kekecewaan terus-menerus. Waktumu akan habis dan kamu hanya mengejar hal yang tidak mungkin.

Oleh karena itu, bergeraklah pada apa yang

mungkin saja. Bergeraklah berdasarkan kenyataan yang kamu temui saja. Keinginan akan kesempurnaan merupakan hal wajar dan wajib dimiliki semua orang. Namun, bila belum juga ditemukan, bukan berarti kita putus asa. Kita bisa menunggunya dan memperjuangkannya agar kelak bisa kita wujudkan dengan usaha sendiri.

Menuntut orang lain menghargai kamu karena kamu pikir itu hakmu akan membuatmu pusing dan kehabisan waktu. Mending, kamu mulai bergerak berdasarkan tanggung jawab atas diri sendiri saja dulu, tidak usah meminta orang lain memenuhi hakmu.

Bila ada yang melanggar hakmu, biarkan saja asal bukan kamu. Tugasmu adalah memperjuangkan tanggung jawab pada hidupmu. Kelak, ketika orang lain menyadari kebodohannya karena menyumbat hakmu, ia akan segera memberikan hakmu itu. Namun, bila kamu begitu serius menyoal dan menyalahkan orang lain, waktumu habis untuk orang lain. Kamu seperti lilin, ia meleleh sampai habis demi orang lain.

Kalau ingin menempuh perjalanan yang jauh dan cepat, ringankanlah beban kamu. Tinggalkanlah segala iri, kecemburuan, ketidakrelaan, memaafkan, sikap mementingkan diri sendiri, dan ketakutan.

(41)

Fokus pada hak-hak yang tidak kamu dapatkan dari orang lain di dunia yang tidak sempurna ini-bisa membuat kamu dipenuhi kebencian,

amarah, dan kepahitan. Emosi-emosi merusak ini akan membuat kamu bersikap negatif. Lagi pula, ketika kamu

begitu peduli pada bagaimana orang lain memperlakukan kamu; saat itu, kamu lebih sering menengok ke belakang ketimbang ke depan. Saat itu pula, kamu tak mungkin meraih kemajuan karena kemajuan ada di depan sana.

Di kampus, pastilah ada banyak masalah yang muncul dari sikap orang lain atau sistem yang tak peduli pada hak kamu. Terhadap soal ini, kamu bisa menggugat hakmu, merasa diabaikan, marah-marah, atau

mengamuk. Atau, kamu bisa menanyakan untuk sekadar mengingatkan. Perkara kemudian dia memenuhi hakmu atau tidak, itu urusan dia.

Selanjutnya, kamu kembali pada tanggung jawabmu saja. Apakah dengan cara ini tidak melemparkan kamu pada sikap acuh tak acuh dan hanya mementingkan diri sendiri?

Bila melakukan kewajibanmu saja, kamu justru sedang peduli pada nasib dirimu. Dengan cara ini, kamu tidak sempat mengganggu orang lain. Mementingkan diri sendiri? Mungkin ya, tapi ada masanya kamu masuk ke dalam dirimu dan ada kalanya kamu memberi kepada orang lain. Memenuhi kewajibanmu dalam banyak hal dapat berarti memenuhi hak-hak orang lain. Sementara meminta hak-hak terlalu banyak, berarti merasa diri hebat dan harus dihormati. Pilih saja, mana yang kamu sukai!

Bergaul dengan Orang-orang Positif

"Jika engkau berpikir tentang mineral, engkaulah mineral itu; jika engkau menuntut ilmu, engkaulah

ilmu itu; dan jika engkau mencari kehormatan, engkaulah kehormatan itu sendiri." Pesan dari Muthahhari ini sangat cocok untuk kamu yang

sedang mencari ilmu dan mengejar impian.

Setidaknya, kamu akan tambah yakin bahwa apa yang kamu anggap penting sehingga fokus padanya, itu akan mengubah kamu menjadi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji Anova secara komputerisasi terhadap 11 sampel diperoleh nilai rata-rata kadar klorin setelah 1 kali pencucian sebesar 0,0176 %, setelah

Saya menyatakan bahwa data yang saya isikan dalam formulir pendaftaran SNMPTN 2016 adalah benar dan saya bersedia menerima ketentuan yang berlaku di Perguruan Tinggi dan Program

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas yang terdiri dari ukuran perusahaan ( size) , degree of financial leverage ,dan dividend payout ratio

Saluran tataniaga beras di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yang terdiri dari

Sementara itu para adipati menduga bahwa sudah ada yang .menyampaikan berita pada Tumenggung Arungbinang, kalau salah seorang pe- mimpin dari Surakarta yang bernama Ranadipura,

Sebagai seorang ibu, mereka diharuskan memiliki kapasitas untuk merawat dan mendidik anak mereka dengan baik, namun sebagai seorang remaja, mereka juga diharuskan

Dengan kata lain bahwa, masyarakat nelayan (pesisir) sebagai subjek untuk melakukan tindakan ekonomi belum memiliki peluang memperbaiki akses pasar lebih luas, dan masih

Hasil pengukuran menggunakan metode antropometri pada variabel berat yang disajikan dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata berat badan etnis Bali yaitu 57.99 kg